أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Pengenalan
Semua ilmu yang dimiliki
makhluk hidup di bumi dan di langit adalah ajaran dari Allah swt,
termasuk ilmu yang dimiliki oleh manusia. Dengan demikian dapat kita
katakan bahwa semua ilmu yang dimiliki oleh manusia adalah Ilmu Laduni,
yaitu ilmu yang berasal dari Allah swt .
Konon katanya ilmu
laduni banyak diartikan sebagai Pengetahuan yang diperoleh seseorang
yang saleh dari Allah SWT melalui ilham dan tanpa dipelajari lebih
dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, ilmu
tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, melainkan sepenuhnya
tergantung atas kehendak dan karunia Allah SWT.
Untuk lebih jauh memahami
apa itu ilmu laduni? Apa sejarah yang melatar belakangi munculnya ilmu
tersebut? Dimana titik kebenaran dan kesalahan ilmu tersebut?
Pengertian
Dalam Ensiklopedia Islam: Ilmu Laduni adalah
Pengetahuan yang diperoleh seseorang yang saleh dari Allah SWT melalui
ilham dan tanpa dipelajari lebih dahulu melalui suatu jenjang pendidikan
tertentu. Oleh sebab itu, ilmu tersebut bukan hasil dari proses
pemikiran, melainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dan karunia
Allah SWT.
Di dalam tasawuf
dibedakan tiga jenis alat untuk komunikasi rohaniah, yakni kalbu (hati
nurani) untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan, roh untuk mencintai-Nya dan
bagian yang paling dalam yakni sirr (rahasia) untuk musyahadah
(menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah SWT secara yakin
sehingga tidak terjajah lagi oleh nafsu amarah) kepada-Nya.
Meski dianggap memiliki
hubungan misterius dengan jantung secara jasmani, kalbu bukanlah daging
atau darah, melainkan suatu benda halus yang mempunyai potensi untuk
mengetahui esensi segala sesuatu.
Lapisan dalam dari kalbu
disebut roh; sedangkan bagian terdalam dinamakan sirr, kesemuanya itu
secara umum disebut hati. Apabila ketiga organ tersebut telah disucikan
sesuci-sucinya dan telah dikosongkan dari segala hal yang buruk lalu
diisi dengan dzikir yang mendalam, maka hati itu akan dapat mengetahui
Tuhan.
Tuhan akan melimpahkan
nur cahaya keilahian-Nya kepada hati yang suci ini. Hati seperti itu
diumpamakan oleh kaum sufi dengan sebuah cermin. Apabila cermin tadi
telah dibersihkan dari debu dan noda-noda yang mengotorinya, niscaya ia
akan mengkilat, bersih dan bening. Pada saat itu cermin tersebut akan
dapat memantulkan gambar apa saja yang ada dihadapannya.
Demikian juga hati
manusia. Apabila ia telah bersih, ia akan dapat memantulkan segala
sesuatu yang datang dari Tuhan. Pengetahuan seperti itu disebut makrifat
musyahadah atau ilmu laduni. Semakin tinggi makrifat seseorang semakin
banyak pula ia mengetahui rahasi-rahasia Tuhan dan ia pun semakin dekat
dengan Tuhan. Meskipun demikian, memperoleh makrifat atau ilmu laduni
yang penuh dengan rahasia-rahasia ketuhanan tidaklah mungkin karena
manusia serba terbatas, sedangkan ilmu Allah SWT tanpa batas, seperti
dikatakan oleh Al-Junaid, seorang sufi modern, “Cangkir teh tidak akan dapat menampung segala air yang ada di samudera.”
Keberadaan dan status
ilmu laduni bukan tanpa alasan. Para sufi merujuk keberadaan ilmu ini
pada Al-Quran (QS Al Kahfi [18]:60-82) yang memaparkan beberapa kisah
tentang kisah Nabi Musa AS dan Khidir AS. Kisah tersebut dijadikan oleh
para sufi sebagai alasan keberadaan dan status ilmu laduni. Mereka
memandang Khidir AS sebagai orang yang mempunyai ilmu laduni dan Musa AS
sebagai orang yang mempunyai pengetahuan biasa dan ilmu lahir. Ilmu
tersebut dinamakan ilmu laduni karena di dalam surat al-Kahfi ayat 65
disebutkan: “wa’allamnahu min ladunna ‘ilman..” (..dan yang telah Kami ajarkan kepadanya (Khidir AS) ilmu dari sisi Kami).
Dengan demikian ilmu yang diterima langsung oleh hati manusia melalui
ilham, iluminasi (penerangan) atau inspirasi dari sisi Tuhan disebut
ilmu laduni.
Perbedaan Ilmu Laduni Dengan Ilmu-Ilmu Lain
Dari pengertian diatas
tadi sudah dapat kita lihat, bahwa ilmu laduni mempunyai ciri yang khas
yaitu ilmu laduni diberikan langsung dari Allah SWT kepada
orang-orang (nabi, wali, orang yang mempunyai iman yang tinggi) yang dia
kehendaki. Berbeda dengan ilmu-ilmu yang lain, karena ilmu-ilmu yang
lain (hukum, filsafat, sastra, sains dan yang lainya) harus dicari oleh
manusia. Walaupun pada hakikatnya semua ilmu sudah Allah sediakan bagi
manusia. Cuma ada yang berbentuk kauniah dan kauliyah. Ilmu-ilmu lain
mempunyai corak mengedepankan akal atau rasio untuk memperoleh
kebenaran, sedangkan ilmu laduni lebih bercorak kepada rasa atau hati
(karena langsung dari Allah).
Ilmu pengetahuan lain
selain ilmu laduni mempunyai alat ukur yang jelas, karena untuk
memperoleh ilmu tersebut, sebelumnya telah diberi aturan-aturan atau
batasan-batasan dalam menentukan kebenaran. Selain ilmu laduni semuanya
sudah terukur, maksud dari keterukuran disini adalah sudah mempunyai
pola yang cukup jelas. Pada dasarnya ilmu ladunipun sama mempunyai alat
ukur juga, tetapi alat ukurnya ditentukan oleh allah swt (gaib).
Kalau kita lihat Ilmu
laduni-nya Nabi Khidhir menurut surat Al Kahfi – difokuskan pada satu
masalah saja, yaitu pengetahuan tentang masa depan, walau secara rinci
digambarkan dalam tiga peristiwa, yaitu merusak kapal yang sedang
berlabuh di pinggir pantai, membunuh anak kecil yang ditemukan di tengah
jalan, dan memperbaiki dinding yang mau roboh.
Dari hal itu sangat jelas
bahwa ilmu laduni difokuskan pada suatu hal yang akan terjadi di masa
depan. Dalam konteks ini, nabi khidhir melakukan sesuatu yang bisa
dikatakan melawan arus berdasarkan logika atau hukum moral pada saat
itu, tetapi karena ia memperolehnya dari Allah maka siapa yang akan
menyalahkan Tuhan yang kita sembah itu?!
Tinjauan Filosofis Terhadap Ilmu Laduni
Pada
dasarnya ilmu laduni mirip dengan salah satu cara berfikir dari filsafat
yaitu spekulatif. Spekulatif disini bukan dalam artian tebak-tebakan
belaka, tetapi mencoba menerka apa yang akan terjadi pada masa yang akan
datang dengan memikirkannya secara runtut, menggunakan rasio yang ketat
untuk bisa menyimpulkan mana yang akan terjadi pada masa yang akan
datang. Sederhananya, seperti hukum silogisme, yaitu mencoba menurunkan
sesuatu dari yang umum ke khusus atau sebaliknya. Dari cara berpikir
seperti itu jelas akan mampu menerka apa yang akan terjadi. Tapi ini
secara sederhana.
Selain
cara berfikir spekulatif, ada juga yang patut di ingat atau mungkin bisa
dibandingkan, yaitu corak berfikir Plato yang mencoba keluar dari alam
realis dan masuk kealam idea. Dalam dunia idea Plato dia mengatakan
apabila kita mampu meninggalkan alam relitas (kalau menurut plato dunia
khayal) dan memasuki dunia idea (alam idea) kita akan mampu mengapai
ketersingkapan-ketersingkapan, sehingga kita bisa mengetahui mana yang
benar dan mana yang salah menurut mata batin kita. Kebenaran sebagai aletheia yaitu ketaktersembunyian adanya, jadi kita mampu menggapai kebenaran secara utuh.
Manfaat Ilmu Laduni
Dari
penjelasan diatas sudah dapat kita pahami bahwa ilmu laduni bukanlah
ilmu yan sembarangan. Ilmu tersebut berasal dari Allah langsung tanpa
harus melalui proses apapun. Namun seberapa jauh manfaat dan ekses yang
dihasilkannya?
Mempelajari
ilmu laduni mengajak kita untuk berwisata spiritual, karena dalam hal
ini yang diutamakan adalah keyakinan atau sesuatu yang berpusat di dalam
hati bukan yang berada di dalam batok kepala manusia (akal). Jelas dari
hal itu akan brtambah keimanan kita karena Allah menunjukan satu lagi
kekuasaannya dari beribu-ribu kekuasaan yang belum kita ketahui.
Tapi patut
kita lihat juga, pada waktu ilmu laduni diberikan kepada nabi Khidhir
ada sedikit ketidak cocokan dengan norma yamg berlaku. Seandainya kita
tarik ilmu laduni itu pada jaman kontemporer sekarang tentunya akan ada
banyak kesalah pahaman dengan hukum islam itu sendiri.
Saat ini
Ilmu laduni masih bisa digunakan selama tidak bertentangan dengan
sariat islam atau norma agama. Jadi ilmu laduni untuk saat ini adalah
ilmu yang selaras dengan syariat islam, karena Allah telah menurunkan
al-Quran dan Muhammad saw telah memberikan hadis sebagai pijakan umat
islam hidup. Nah, apabila ada seseorang yang mengaku mempunyai ilmu
laduni kemudian bertentangan dengan syariat islam maka ilmu itu patut
untuk diperivikasi kebenarannya.
Catatan
Ensiklopedia Islam : Ilmu Laduni
J. Sudarminta. Epistemologi Dasar. Kanisius. Yogyakarta. 2008
Anwar, Rosihon & M. Solihin, Ilmu Tasawuf. Pustaka Setia. Bandung. 2008
No comments:
Post a Comment