أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA SERTA KEUTAMAAN DARI LAPAR DAN DIAM
KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA SERTA KEUTAMAAN DARI LAPAR DAN DIAM
“Wahai
Ahmad! Demi kemuliaan dan keagunganku, tidak ada satu hamba yang demi
aku dia melakukan empat perkara kecuali aku masukkan dia ke dalam surga.
Orang yang menjaga lisannya maka dia tidak membuka lisannya kecuali
seperlunya dan yang bermanfaat baginya, orang yang menjaga hatinya dari
was-was, orang yang sadar bahwa aku mengetahui tentangnya serta
mengawasi semua keadannya dan orang yang laparnya menjadikan dia menjadi
belahan mataku.
Wahai
Ahmad! Jika engkau telah merasakan manisnya lapar, diam, kesendirian
serta apa yang diwariskan ( keutamaan ) dari itu semua. Nabi saw.
berkata: wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar? Tuhan berfirman:
hikmah, menjaga hati, dekat kepadaku, kesedihan yang terus menerus,
sedikit kebutuhan diantara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli
baik hidupnya susah atau pun senang.
Wahai
Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat denganku? Nabi saw.
menjawab: Tidak wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: jika dia dalam keadaan
lapar dan sujud”.
Empat Kekhususan
Tuhan
berfirman kepada nabi mulia islam saw.: wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan
keagunganku, setiap hamba yang melakukan empat perkara maka aku akan
memasukan dia ke dalam surga. Empat perkara tersebut sebagai berikut:
1.Menjaga lisannya dari ucapan yang tidak perlu dan tidak bermanfaat baginya.
2.Menjaga hatinya dari penyakit was-was.
3.Menyadari bahwa aku mengetahui keadaannya dan melihat kepadanya.
4.Laparnya menjadikan dia menjadi belahan mataku.
Kemudian Tuhan berfirman kepada kekasihNya Muhammad saw.:
“Wahai
Ahmad! Jika engkau telah merasakan manisnya lapar, diam, kesendirian
serta apa yang diwariskan ( keutamaan ) dari itu semua. Nabi saw.
berkata: wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar? Tuhan berfirman:
hikmah, menjaga hati, dekat kepadaku, kesedihan yang terus menerus,
sedikit kebutuhan diantara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli
baik hidupnya susah atau pun senang. Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu
kapan seorang hamba dekat denganku? Nabi saw. menjawab: Tidak wahai
Tuhanku. Tuhan berfirman: jika dia dalam keadaan lapar dan sujud”.
Warisan Yang Berharga
Wahai Ahmad! Jika engkau mengetahui betapa manisnya lapar dan diam serta betapa banyak efek positif dari keduanya.
Nabi
saw. bertanya: wahai Tuhanku! Apa keutamaan serta efek dari lapar dan
diam? Tuhan menjawab bahwa efek dari keduanya adalah sebagai berikut:
1.Hikmah : yaitu bahwa lapar dan diam merupakan pendahuluan atau salah satu syarat untuk mendapat hikmah serta ilmu hakekat
2.Menjaga Hati : artinya bahwa dalam semua keadaan ikhtiar hati manusia berada ditangannya.
3.Dekat kepadaku : lewat lapar dan diam seorang hamba bisa dekat kepadaku dan meraih kedekatan maknawi.
4.Kesedihan yang lama :
kondisi sedih merupakan kondisi yang terpuji ( pada kesepatan yang akan
datang akan dibahas masalah keutamaan sedih ) dan kondisi ini muncul
ketika manusia lapar dan diam.
5.Sedikit kebutuhan diantara manusia
6.Ucapan yang hak :
yaitu disebabkan dia tidak memiliki sifat rakus terhadap harta orang
lain, maka dimana saja dia bisa berkata hak dan sama sekali tidak
memiliki rasa takut dan khawatir dari siapapun.
7.Dia
tidak peduali apakah kehidupannya penuh dengan kesulitan atau
kesenangan; artinya manusia yang sedikit banyak kebutuhannya dia tidak
banyak berfikir baik kaya atau miskin.
Kemudian
Tuhan berfirman: wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba
dekat kepadaku? Nabi saw. menjawad: aku tidak tahu wahai Tuhanku.
Tuhan berfirman: adalah ketika seorang hamba dalam keadaan lapar atau dalam keadaan sujud, mereka dekat kepadaku.
Penjelasan dan Penafsiran
Tujuan
penciptaan manusia adalah dalam rangka mengantarkan mereka kepada
kesempurnaan akhir serta menyampaikan mereka kepada kedudukan abadi
dimana untuk bisa mencapai kedudukan tersebut disyaratkan memiliki empat
syarat yang telah disebutkan dalam hadits mi’raj sebelumnya dan dengan
menjalankan keempat syarat tersebut maka Tuhan akan menjamin mereka
untuk masuk ke dalam surga. Dua dari empat syarat tersebut berhubungan
dengan enggota badan yang dhahir ( berkenaan dengan lisan dan perut )
dan dua syarat lain berkenaan dengan perkara-perkara hati dan bathin.
Salah satu dari dua syarat terkahir memiliki sisi negative artinya
menjaga hati dari sifat was-was syetan dan syarat yang lain memiliki
sisi positif yang berarti kesadaran manusia akan kehadiran Tuhan dan
pengawasanNya terhadap mereka. Alhasil menjalankan dua syarat pertama
lebih mudah berbeda dengan dua syarat terakhir, sulit untuk bisa
menjalankannya dan membutuhkan kepada latihan bathin yang banyak.
Secara
mendasar menjaga lisan dari ucapan yang tidak benar dan menjaga perut
dari sifat rakus merupakan salah satu jalan untuk melawan syetan. Walau
perangkap syetan tidak terbatas kepada lisan dan perut saja, akan tetapi
keduanya merupakan alat yang paling kuat bagi syetan dalam rangka
membuat manusia menyimpang, sebab barang siapa yang bisa mengontrol
perutnya maka dia pun akan bisa mengkontrol syahwatnya dan barang siapa
yang mampu menjaga lisannya maka dia akan mudah menjada indra yang lain.
Factor
paling besar yang menghilangkan kesadaran, perasaan, pengetahuan serta
menghilangkan kehadiran hati dari manusia adalah perut yang penuh dengan
makanan. Manusia yang perutnya penuh tidak akan bisa berfikir dan tidak
akan bisa berhasil dalam belajar serta dia tidak akan bisa meraih
kehadiran hati ketika shalat atau ketika melakukan amalan yang lain.
Masalah ini sudah terbukti oleh karenanya sudah menjadi yang ma’ruf
perumpamaan “ibadahnya orang yang kenyang bagaikan orang yang tamalluk ( proses tukar menukar kepemilikan ) dalam keadaan mabuk”.[1]Orang
yang dalam keadaan mabuk maka dia tidak memiliki kesadaran, oleh sebab
itu ketika dia melakukan tamalluk maka perbuatan tersebut tidak bernilai
dan tidak sah oleh karena itu doa dan amalan manusia yang kenyang serta
beribadah dengan perut yang penuh tidak akan memiliki nilai dan
kesahan.
Ketika
perut dalam keadaan penuh maka pemahaman serta kesadaran yang menjadi
kekhususan manusia akan hilang, persis seperti seekor burung yang
kakinya dibebani oleh sesuatu yang berat dimana semakin berat beban
tersebut maka akan semakin sulit bagi dia untuk bisa terbang. Maka
pebuhnya perut bagaikan beban yang berat yang diikatkan di kaki burung,
yang membuat ruh manusia menjadi tertutup dan menjadi penghalang dia
untuk terbang bahkan sebaliknya akan membuat dia jatuh ke dalam materi
dan hilangnya cahaya serta kelembutan hati manusiawinya, akibatnya
kesempurnaan ruhani tidak akan bisa diraih. ( Alhasil, pengetahuan
tentang hubungan antara ruh dengan badan bukanlah perkara yang mudah
yang bisa disampaikan dengan kajian yang pendek; akan tetapi
kesimpulannya bahwa barang siapa yang perutnya penuh dengan makanan dia
akan merasakan bahwa ruhnya tidak mampu untuk terbang dan mencapai
puncaknya bagaikan seekor burung yang kakinya terikat oleh beban yang
sangat berat ).
Penafisran Dari Lapar Yang Positif
Pujian
akan kondisi lapar yang ada dalam riwayat-riwayat bukan berarti
membenarkan untuk berada dalam penderitaan lapar secara mutlak, akan
tetapi yang dimaksud adalah dalam rangka member kesadaran bagi manusia
tentang penghalang-penghalang yang menghalangi terbangnya ruh manusiawi
serta apa yang mengganggu aktifitas-aktifitas ruhani; baik dalam
sisi-sisi hudhuri yaitu kesadaran-kesadaran hati atau sisi-sisi hushuli
yaitu berfikir dan belajar.
Oleh
karenanya semakin manusia merasakan lapar sehingga dia tidak bisa
berbuat apa-apa menghadapi penderitaan tersebut atau terlalu banyak
makan sehingga menghalangi aktifitas-aktifitasnya. Seperti apa yang
kemukakan oleh Allamah Thabathabai’ bahwa yang dimaksud dengan
riwayat-riwayat semacam ini adalah ringannya perut – sebagai kebalikan
dari banyak makan – bukan berarti kelaparan. Memakan makanan yang
dianjurkan selain tidak membahayakan bahkan sangat penting dan perlu
untuk kesehatan; akan tetapi juga harus memperhatikan keseimbangan.
(
Mengenai menahan lapar sudah banyak dibahas dalam banyak buku dimana
orang-orang besar bisa meraih kesempurnaan-kesempurnaan dan maqom-mqaom
yang tinggi akibat dari menahan lapar dan untuk menyingkat pembahasan
kita cukupkan sampai disini ).
Bahwasannya
Nabi islam saw. menanyakan tentang efek dari lapar dan diam dan beliau
juga mendapatkan jawabannya, bukanlah berarti bahwa beliau tidak
mengetahui tentang masalah tersebut dan belum mengamalkannya (
a’udzubillah ), akan tetapi itu adalah pelajaran bagi hamba-hamba yang
lain serta bagi penduduk dunia ini.
Efek Positif Dari Lapar dan Diam
1.Pengaruh
pertama dan warisan yang berharga dari lapar dan diam adalah hikmah;
artinya manusia akan bisa sampai kepada hakekat-hakekat serta
kenyataan-kenyataan yang tidak bisa diraih oleh yang lain, dimana mereka
bisa memahaminya dengan jelas dan terang.
Manusia
dengan eksperimen-eksperimennya yang terbatas juga bisa merasakan
betapa dua masalah ini sangat berpengaruh dalam penyingkapan
hakekat-hakekat, seperti yang dirasakan di akhir bulan ramadhan dimana
manusia merasakan ruhnya seperti siap terbang dan kesegaran dan
kecerahan serta kelezatan-kelezatan maknawi menguasai seluruh wujudnya.
Oleh karenanya kita hanya memperhatikan badan dalam rangka berkhidmat
untuk terbangnya ruh dan bukan malah menjadi penghalang dan pengganggu
terbang dan mi’rajnya ruh serta perhatian ruh terhadap perkara maknawiah
dan alam malakut. Akal manusia yang termasuk kepada salah satu kekuatan
ruhinya, dimana dengan ringannya perut, dia akan bisa beraktifitas dan
akan bisa memahami hakekat-hakekat.
2.Pengaruh
kedua yang sangat berharga dari lapar dan diam adalah menjaga hati dari
was-was syetan. Orang-orang beriman yang melakukan puasa mereka akan
mendapatkan pengalaman bahwa mereka akan lebih berhasil dalam
konsentrasi panca indra dan dalam menjaga hati. Sebaliknya orang yang
membiasakan diri dengan memakan makanan yang banyak juga bisa mengetahui
dengan benar bahwa mereka akan sulit menjaga hatinya dan kesulitan
dalam mengkonsentrasikan indra mereka serta pikirannya dipenuhi dengan
khayali-khayali.
3.Pengaruh ketiga dari lapar dan diam adalah taqarrub ilallah.
Kedekatan dengan Tuhan merupakan kesempurnaan hakiki dan tujuan yang
paling besar serta cita-cita kaum mukminin. Untuk bisa sampai kepada
tujuan tinggi dan penting ini, hendaklah hati ini bersih dari hawa hafsu
serta kecendrungan-kecendrungan materi yang kosong dan perkara ini
tidak bisa dilakukan selian dengan keinginan yang kuat dan niat yang
kokoh dalam membentuk identitas ilahi dan maknawi manusia. Dalam hal ini
tidak diragukan lagi bahwa puasa memiliki peran yang sangat penting dan
berharga dalam rangka menguatkan keinginan dan mengarahkan kehendak
tersebut kepada taqarrub ilallah.
4.Pengaruh
keempat dari lapar dan diam adalah kesedihan yang langgeng. Dalam
banyak riwayat telah disebutkan pujian terhadap kesedihan serta
orang-orang yang sedih dan ungkapan ini bukan berarti bahwa manusia
harus selalu cemberut dan bermuka sembrawut, akan tetapi maksudnya
supaya manusia mendapatkan kondisi sebagai lawan dari kesenangan dan
kegembiraan yang tidak pada tempatnya dan tidak terbatas karena hal ini
merupakan sifat-sifat rendah hewan. Seseorang yang diam dan lapar sama
sekali dia tidak memiliki kebahagiaan palsu, kesenangan-kesenangan dari
ketidak tahuan serta ketawa yang tidak pada tempatnya sebaliknya mereka
akan bersikap dengan tegas dan selalu tenang. Akan tetapi mungkin saja
kesedihan muncul karena perkara-perkara duniawi atau karena kemiskinan
dan atau karena kekalahan dalam perlombaan memperbanyak kekayaan dimana
hal ini sama sekali bukan kesedihan yang terpuji, sementara kesedihan
yang layak dipuji adalah kesedihan sebagai lawan dari kegembiraan yang
tidak ada batasnya yang membuat manusia lupa diri.
Bahwasannya
peringatan dan menakut-nakuti manusia merupakan sesuatu yang paling
penting dari kewajiban-kewajiban para utusan ilahi dalam rangka
memperingati manusia untuk menggunakan umurnya dengan baik dan supaya
mereka mengkontrol amalan serta perbuatannya juga agar manusia
menggunakan dengan benar semua fasilitas serta kekuatan yang diberikan
oleh Tuhan. Sangat disayangkan seorang mukmin yang tidak memanfaatkan
sebagian umurnya dengan sesuatu yang bernilai dan penting atau minimal
memanfaatkan hal-hal yang mubah; sebab telah berkurang dari modalnya dan
tidak bisa mendapatkan keuntungan dari perdagangan hidup ini.
Bukan
tanpa alasan jika sebagian orang-orang besar menghindar dari banyak
perkara-perkara yang mubah. Ketika seorang mukmin melihat kehidupan
orang-orang mulia ini dan membandingkan dengan dirinya dimana umurnya
dihabiskan untuk perkara-perkara yang mubah dan tidak berfaedah, maka
dia akan merasa sedih dan kecewa yang akhirnya mereka berniat untuk
memperbaiki masa lalunya dan betul-betul memanfaatkan sisa dari umurnya.
5.Pengaruh
lain dari lapar dan diam adalah sedikitnya kebutuhan dari masyarakat.
Artinya semakin sedikit seseorang butuh kepada masyarakat maka dia akan
semakin bebas, sementara orang yang perhatiannya hanya urusan perut –
dimana pikirannya berputar sekitar makanan-makanan yang enak – dia akan
kehilangan kebebasan, dia bagaikan hewan yang hanya memikirkan
pakanannya. Yang dalam ucapak Amirul Mukminin Ali as.: perhatian mereka
hanya pada rumputnya; yang pada akhirnya mereka akan berhadapan dengan
masalah yang banyak diantaranya mereka butuh kepada penghasilan yang
lebih banyak untuk menyiapkan makanan-makanan yang lezat bahkan
terkadang terpaksa mereka harus berbuat yang tidak benar untuk bisa
memenuhi keinginannya.
6.Pengaruh
lain yang bisa didapat dari lapar dan diam adalah menjaga hak dan
hakekat. Orang yang memiliki kehidupan yang biasa, sederhana dan tidak
ada hura-hura, maka lisannya akan terbuka dan akan mampu membela yang
hak dimana saja. Berbeda dengan orang yang hanya mementingkan perut yang
mana mereka tidak memiliki kekuatan untuk membela yang hak dan selalu
memperhatikan dan tergantung kepada yang lain sehingga jangan sampai
mereka tidak mengganggu sumber-sumber penghasilannya. Orang yang ringan
bebannya dan khafif al-ma’unah( sedikit kebutuhannya ) tidak
memiliki ketakutan kepada yang lain dalam menyampaikan yang hak atau
ketakutan orang lain mengganggu kehidupannya. Sebab dia melewati
hidupnya dengan fasilitasnya yang sedikit dan penuh keberanian dimana
dihadapan ketidak adilan dan kemunkaran dia berani membela yang hak.
Manusia yang ringan bebannya dan khafif al-ma’unahakan selalu
berusaha agar hidupnya penuh dengan harga diri akan tetapi orang yang
mementingkan perut akan selalu berusaha agar hidupnya penuh dengan
kesenangan, dimana kedua jenis kehidupan ini sangat berbeda jauh.
7.Dengan
memperhatikan poin-poin yang telah lalu, akan jelas lagi satu faedah
dan pengaruh dari lapar dan diam yaitu seorang mukmin yang bertakwa sama
sekali tidak akan berpikir bagaimana melewati kehidupannya; baik
kahidupannya susah ataupun senang. Sebab dia akan selalu ridho dengan
takdir dan qodho ilahi serta menjalani kehidupannya di dunia dengan
penuh qonaah dan dengan sedikit kebutuhan serta tidak mementingkan harta
benda yang membuat dia tertimpa penyakit-penyakit psikologis yang
banyak menimpa orang-orang kaya.
Tuhan melanjutkan :
“Apakah engkau mengetahui kapan seorang hamba lebih mendekat kepadaku?
Nabi saw. menjawab: tidak Tahu
Dia
berfirman: ketika dia dalam keadaan lapar dan bersujud. Tidak
diragukanlagi bahwa sebaiknya keduanya digabungkan sebab sujud dalam
keadaan lapar maka ruhnya akan lebih siap untuk terbang dan mendekat
kepada Haq Ta’ala. Karena merasakan beratnya lapar akan membuat dia
merasa lemah dan kecil serta tawadhu dihadapan Tuhan yang maha gagah
sementara pengaruh dari sujud, akan membuat indra menjadi konsentrasi
yang akan menghasilkan kehadiran hati lebih kuat.
[1]Dinukil dari Ali as. dua riwayat dengan arti ini:
1.“Kecerdasan tidak akan berkumpul dengan perut yang penuh”. Mustadrak Al-Wasaail, jilid 16, hal. 221, hadis no. 19652.
2.“keinginan kuat dan ketamakan tidak akan berkumpul”.Nahjul Balaghah, Faidh Al-Islam, hal. 692, H. 221. Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abi Hadid, jilid 11, hal. 142.
No comments:
Post a Comment