Tuesday, January 2, 2024

STAY TO LOVE EACH OTHER

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Show what world  can do ,or you gonna left away without nothing

Monday, September 18, 2023

Lapisan Makam Nabi Muhammad Saw

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله 

Dalam kesaksian Abah Guru Sekumpul, pintu makam Rasulullah itu ternyata berlapis.

"Pintu makam Nabi Muhammad itu berlapis km, yang pertama itu dindingnya hijau, dibuka dinding hijau lalu dinding kuning, kemudian dinding putih, dibuka diding putih langsung terlihat nisan Rasulullah," tutur Abah Guru Sekumpul.

Saat sampai di depan makam Rasulullah ini, terjadi peristiwa luar biasa yang dirasakan oleh Abah Guru Sekumpul. Saat itu, Abah Guru Sekumpul melihat batu nisan Rasulullah bergetar.

"Nisan Rasulullah bergetar, Nisan Rasulullah terlihat bergoyang-goyang dan bergetar. Makamnya Rasulullah terlihat bergerak, keluarlah beliau Rasulullah. Lalu saya cium, saya peluk. Di dalam penglihatan yang saya peluk itu adalah nisan, tetapi kalau dibuka Oh bukan, ini nyata dalam hidup saya, dan tidak akan pernah saya lupakan. Ini yang akan kita jaga supaya kita jangan ujub dan takabur," tegas Abah Guru Sekumpul.


Saat mengisahkan di depan makam Nabi tersebut, mata Abah Guru Sekumpul berkaca-kaca terlihat berhenti seperti merasakan sesuatu yang sangat mengesankan hidupnya.


Pelacur Minta Doa kepada Kiai Abdul Jalil Tulungagung


أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله


Dikisahkan ada seorang pelacur yang datang menghadap Kiai Abdul jalil Mustaqim, pengasuh pesantren PETA Tulungagung. Sang pelacur minta doa ke Kiai Jalil agar dirinya laris. kiai jalil mendoakan pelacur tersebut. Selang beberapa minggu pelacur tersebut kembali sowan dan menyatakan diri mau taubat.

Kepada Kiai jalil, pelacur tersebut bercerita, setelah didoakan dia mendapat banyak tamu bahkan dirinya hampir tidak pernah berhenti melayani tamu, sehingga tidak bisa istirahat. Si pelacur merasa tidak kuat lagi menjalani profesinya sehingga memutuskan untuk berhenti dan tobat, Si pelacur pun akhirnya suluk / kholwat di pondok PETA dengan dibimbing langsung oleh sang Mursyid.

Inilah hikmah kenapa kita tidak boleh memandang rendah manusia, tidak boleh merasa tinggi dengan amal karena hanya karunia Allah saja yang menolong manusia kelak, bukan amal ibadah kita.

Dalam kitab Al-Hikam karya Syaikh Ibnu Atho’ilah Assakandari dijelaskan:

مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزَّ لــَـلِ

“Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja’ (rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana.”

Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya.” Ditanyakan, “Sekalipun engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku.” – H.R. Bukhari dan Muslim.

رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ

“Terkadang Allah membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada Allah”.

مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً

“Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Allah, itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.

Kisah-kisah seperti ini banyak dijumpai dalam kehidupan kiai dengan berbagai versi. Inilah yang menyebabkan masyarakat selalu merasa terayomi dan terselesaikan masalahnya setelah menghadap kiai. Hati mereka terasa tenang dan jiwanya tentram setelah mendengar wejangan kiai.

Semoga petikan hikmah tersebut bisa menjadikan kita semua selalu tawadlu dalam segala hal agar Allah selalu memberikan kita ketetapan iman, terbukanya hati, Barokah manfaat dan selamat dunia akhirat. Aamiin yaa robbal alamin


Saturday, August 19, 2023

SHAHIH KHATAMUN NUBUWWAH

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Diantara dua bahu nabi SAW ada cap kenabian (Khatamun Nubuwwah)

Dari kitab (Kifayatul Muhtaj bagi bicara israk&mikraj m/s 4) diceritakan..ketika nabi sedang berada ni Hijir Ismail( Baitullah)..datang malaikat Jibrail dan Mikail, dan dibelah dada nabi dari pangkal leher hingga ke bawah perut, dan disucikan hati nabi dan dibasuh jantung nabi dengan air zam-zam 3 kali..dan kemudian dimaterikan antara dua belikat Rasulullah dengan Khatamun Nubuwwah..

Dari kitab Madarijus Suud..syarah ala Maulid Barzanji m/s 51&52...(cap kenabian) ialah daging atau lemak yang hitam (nampak timbul) bercampur kekuningan(seperti urat), kelilingnya itu ade bulu-buluan(bulu roma) yang beriring-iringan seolah-olahnya bulu kuda (halus), berkata Alamah Zurqani dalam kitab AlMawahidunyah syarah ‘ala Syamail, tertulis dalam segitiga itu,

” Allah Tunggal Ia, Tiada Sekutu BagiNya, Muhammad,HambaNya,RasulNya,” dan di luar segitiga itu pada arah kanan , “Hadaplah Hai Muhammad sekira-kira engkau mau (Hadaplah atau Pergilah ke mana engkau mau) dan di sebelah kirinya pula, “Sesungguhnya engkau Muhammad dibela atau dibantu,”




Disokong dengan Hadith..

Berkata hadrat Imam Thirmizi RA,; "Sesiapa berwudhu’lalu melihat ia(ini khatam) diwaktu subuh,nescaya akan dipelihara akan dia ALLAH Taala sampai petang. Sesiapa melihat ia di waktu maghrib, nescaya memelihara dia akan ALLAH Taala sehigga waktu subuh, dan Sesiapa melihat ia ketika awal bulan(nampak anak bulan), nescaya memelihara akan dia oleh ALLAH Taala sampai akhir bulan, dan Sesiapa melihat ia akan awal tahun(nampak anak bulan), nescaya memelihara akan dia oleh ALLAH Taala sampai akhir tahun dari bala dan bencana, dan Sesiapa melihat ia ketika bermusafir, nescaya jadilah safar itu diberkati ALLAH Taala keatasnya, dan Sesiapa mati pada demikian tahun, mengkhatamkan(mengakhirkan) oleh ALLAH Taala baginya dengan iman bahkan aku (Tharmizi) berharap akan ALLAH Taala, bahawasanya Sesiapa melihat ia(ini khatam) dgn benar Cintanya akan Nabi SAW, dgn kepercayaan IMAN yg BENAR, dgn Umurnya yg satu sahaja, memelihara ALLAH Taala akan seluruh apa yg tidak disukai sampai ia bertemu akan ALLAH Taala."  (Syarah Barzanji m/s 52)

Dari as-Sa’ib bin Yazid r.a telah berkata:

“Ibu saudaraku telah membawa aku kepada Rasulullah SAW. Maka dia berkata: Ya Rasulullah, anak saudaraku ini telah jatuh sakit, maka Baginda menyapu kepalaku dan mendoakan keberkatan padaku, kemudian Baginda mengambil wudhu’ maka aku pun minum air wudhu’nya. Kemudian aku bangun di belakang Baginda maka aku lihat satu cop yg terdapat antara bahu Baginda.” (H.R Bukhari)

Berkata al-Qurtubi: Hadith2 Sahih bersepakat menyebut bahawa cap kenabian adalah sesuatu yg jelas kemerahan terdapat pada bahu kiri Baginda. Sekurang2 kadarnya adalah sebesar telur merpati dan sebesar2Nya sebuku tangan.

Friday, June 7, 2019

TINGKATAN MUROQOBAH THORIQOH NAQSYABANDIYAH

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

M U R O Q O B A H
__________________
Murâqabah memeiliki perbedaan dengan dzikir terutama pada
obyek pemusatan kesadaran (kosentrasinya). Kalau dzikir memikili obyek perhatian pada simbol, yang berupa kata atau kalimat, sedangkan murâqabah menjaga kesadaran atas makna, sifat, qudrat dan iradat Allâh Swt. Menurut KH. Ramli Tamim dalam kitabnya mengemukakan 20 macam Murâqabah Tharîqah Qâdiriyah wa Naqsyabandiyah, yaitu;
1. Murâqabah Ahadiyah, murâqabah ini adalah mawas diri atas sifat Maha esa Allâh Swt. Ajaran murâqabah ini ada dalam Tharîqah Qâdiriyah wa Naqsyabandiyah. Dalam mawas diri diimajinasikan datangnya pancaran karunia Allâh Swt. berasal dari enam arah, yaitu: atas-bawah, muka belakang, dan kanan-kiri. Sedangkan dalam Tharîqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah, murâqabah hati kesadaran dipusatkan dalam lima lathaif secara bertahap, yaitu:
2. Murâqabah Ma‟iyyah, Jenis murâqabah ini ada dalam kedua tharîqah induknya (Qâdiriyah dan Naqsyabandiyah). Akan tetapi dalam hal teknis lebih dekat dengan ajaran murâqabah yang ada pada Tharîqah Qâdiriyah. Murâqabah Ma‟iyah mawas diri akan makna kebersamaan Allâh Swt. dengan dirinya
3. Murâqabah Aqrabiyah, Arti dari murâqabah ini adalah memperhatikan dengan seksama dalam kontemplasi akan makna dan hal kedekatan Allâh Swt. Namanya sama dengan yang ada dalarn Tharîqah Naqsyabandiyah, sedangkan filosofinya lebih dekat dengan yang ada dalam Tharîqah Qâdiriyah
4. Murâqabah Wilayatul „Ulya, Murâqabah jenis ini hanya ada dalam ajaran Tharîqah Naqsyabandiyah. Walaupun menggunakan nama yang berbeda (terkadang juga disebut dengan nama yang sama), tetapi cara dan sasarannya sama. Sedangkan dalam Tharîqah Qâdiriyah jenis murâqabah ini terlaksana dalam murâqabah yang ketujuh (sama sasaran dan dalilnya)
5. Murâqabah Kamalatun Nubuwwah, Yaitu murâqabah atas qudrat Allâh Swt. yang telah menjadikan sifat-sifat kesempurnaan kenabian
6. Murâqabah Kamalatul Risalat, adalah kontemplasi atas Allâh Swt. dzat yang telah menjadikan kesempurnaan sifat kerasulan
7. Murâqabah Kamalatul Ulul Azmi, Adalah murâqabah atas diri Allâh Swt. yang telah menjadikan para rasul yang bertitel ulul azmi. Ketiga jenis murâqabah di atas tersebut hanya terdapat dalam ajaran Naqsyabandiyah Mujaddidiyah (NM)
8. Muraqabatul Mahabbah fi al-Dairat al-Khullat, Yaitu murâqabah atas Allâh Swt. dzat yang telah menjadikan hakikat Nabi Ibrahim sebagai khalilullah (kekasih Allâh Swt).
9. Muraqabatul Mahabbah fi al-Dairat al-Sirfa, Yaitu murâqabah atas Allâh Swt. yang telah menjadikan hakikat Nabi Musa As., yang sangat dikasihi, sehingga bertitel kalimullah
10. Murâqabah al-Dzatiyah al-Muntazibal bil Mahabbah, Yaitu murâqabah kepada Allâh Swt., yang telah menjadikan hakikat Nabi Muhammad Saw. yang telah menjadikan kekasihnya yang asal dan dicampur dengan sifat pengasih
11. Murâqabah al-Mahbubiyah al-Sirfah, Yaitu murâqabah kepada Allâh Swt. yang telah menjadikan hakikat Nabi Ahmad yang memiliki sifat pengasih yang mulus. Keempat jenis murâqabah ini (no. 8, 9, 10, dan 11) merupakan pendalaman dari murâqabah ulul azmi yang ada dalam Tharîqah Naqsyabandiyah al-Mujaddadiyah
12. Murâqabah al-Hubb al-Sirfi, Yaitu murâqabah kepada Allâh Swt. yang telah mengasihi orang-orang mukmin (dengan tulus) yang cinta kepada Allâh Swt. , para malaikat, para rasul, para nabi dan wali, cinta pada para `ulamâ‟ dan kepada sesama mukmin. Murâqabah ini di dalam Tharîqah Naqsyabandiyah disebut dengan Murâqabah al-Mahabbah.
13. Murâqabah la Ta‟yin, Adalah Murâqabah akan hak Allâh Swt. yang tidak dapat dinyatakan dzat-Nya, oleh semua makhluk tanpa kecuali. Murâqabah jenis ini tidak terdapat dalam kedua tharîqah induknya. Akan tetapi tehnik dan sasaran dan murâqabah sudah tercakup di dalam murâqabah ahadiyah pada Tharîqah Naqsyabandiyah Mujaddidiyah.
14. Murâqabah haqiqatul Ka‟bah, Adalah murâqabah kepada Allâh Swt., dzat yang telah menciptakan hakikat ka‟bah sebagai kiblatnya orang yang bersujud kepada Allâh Swt.
15. Murâqabah haqiqatul Qur‟an, Murâqabah ini adalah mawas diri atas Allâh Sw

yang telah menjadikan hakikat al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang merupakan ibadah bagi pembacanya.
16. Murâqabah haqiqatul Sirfah, adalah murâqabah atas Allâh Swt. yang telah mewajibkan kepada para hambanya untuk melakukan shalat, yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan
17. Murâqabah Dairat al-Ma‟budiyah al-Sirfah, Adalah murâqabah dengan berkontemplasi akan Allâh Swt. yang memiliki hak untuk disembah oleh semua makhluk-Nya
18. Murâqabah al-Mahabbah fi al-Dairat al-Ma, Yaitu murâqabah atas Allâh Swt. dzat yang telah menjadikan hakikat Nabi Ibrahim sebagai Khalîlullâh
19. Murâqabah al-Mahabbah fi al-Dairat, Yaitu murâqabah atas Allâh Swt. dzat yang telah menjadikan hakikat Nabi Musa As. Yang sangat dikasihi, sehingga bertitel Kalimullâh
20. Murâqabah al-Mahabbah fi al-Dairat al-Qaus, Ketiga jenis murâqabah ini adalah jenis mawas diri atas kecintaan kepada Allâh Swt. pada orang-orang yang beriman dan kecintaannya orang mukmin kepada Allâh Swt. Ketiganya merupakan pendalaman dan perincian atas murâqabah al-Aqrabiyah dan alMahabbah yang ada dalam Tharîqah Naqsyabandiyah.