أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Dalam berbagai sumber, baik hadis maupun keterangan para ulama yang termuat dalam kitab-kitab kuning (istilah santri bagi kitab yang kertasnya berwama kuning) banyak sekali lafazh-lafazh shalawat. Seperti yang terhimpun dalam kitab Muktashar fî Ma’ânî Asmâ Allâh al-Husnâ, dalam bâb Ash-Shalâh ‘alâ al-Nabi, karangan Al-Ustâdz Mahmûd al-Sâmî, dan kitab Afdhalu al-Shalawâti ‘alâ Sayyidi al-Sâdâti, karangan Yûsuf bin Ismâ’îl al-Nabhânî. Untuk itu dibawah ini adalah sebagian lafazh-lafazh shalawat tersebut baik yang bersumber dari hadis maupun kitab-kitab, berikut penjelasannya.
Selain itu, beliau juga suka memakai sighat shalawat lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitab Al-Muwattha’. Shalawat di atas juga diriwayatkan oleh Abû Dâud, Al-Turmudzî, Al-Nasâ’i, dan Al-Bayhaqi dari Ibn Mas’ûd, dengan ditambah lafal Sayyidinâ untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Mu-hammad dan kepada keluarga Muhammad, di kalangan orang-orang dulu maupun orang-orang setelahnya, serta di alam arwah sampai Hari Kiamat.”
Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjunan kami, Muhammad– samudera cahaya-Mu, tambang ra-hasia-Mu, singgasana kerajaan-Mu, imam hadrat-Mu, bingkai kerajaan-Mu, perbendaharaan rahmat-Mu, dan jalan syariat-Mu,yang mendapat kelezatan dengan tauhid-Mu, insan yang menjadi sebab segala yang maujud, penghulu para makhluk-Mu, yang memperoleh pancaran sinar cahaya-Mu- dengan shalawat yang kekal sekekal diri-Mu, yang tetap sebagaimana tetap-Mu, dan yang tidak ada akhir di balik ilmu-Mu; juga dengan shalawat, yang meridhakan-Mu dan meridhakannya serta meridhakan kami dengannya, duhai Tuhan semesta alam.”
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang ruhnya menjadi mihrab arwah, malaikat, dan seluruh alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang menjadi imam para nabi dan seluruh alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang menjadi pemimpin penduduk surga, yaitu hamba-hamba Allah yang beriman.”
Penjelasan
Shalawat di atas bersumber dari Imam Al-Syâfi’i r.a. Dan mempunyai penyempurnaan di dalam Al-Risâlah oleh Imam Al-Syâfi’i. Shalawat ini banyak sekali faedahnya, terutama bila dibaca sesudah membacaa Shalawat Nurul Qiyâmah, Yaitu shalawat nomor 16.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad, yang dengannya kegelapan menjadi terang. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muham-mad, yang diutus dengan rahmat bagi setiap umat. Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad, yang dipilih untuk memimpin risalah sebelum diciptakan Lawh dan Qalam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad, yang disifati dengan akhlak dan perangai yang utama. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad. yang dikhususkan dengan kalimat yang menyuruh dan hikmah tertentu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang tidak dilanggar kehorrmtan di majelisnya, dan tidak dibiarkan orang yang menganiayanya. Ya Allah, limpah-kanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang bisa berjalan dinaungi oleh awan kemana dia menuju. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad yang dipuji oleh Tuhan kemuliaan dimasa lalu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang dilimpahi shalawat oleh Allah di dalam Kitab-Nya yang sempurna dan kita diperintahkan-Nya supaya ber-shalawat kepadanya. Semoga Shalawat Allah selalu dicurahkan kepadanya; kepada keluarganya, sahabat-sa-habatnya, isteri-isterinya–selama hujan turun dengan deras dan selama orang-orang berdosa mendapat uluran kemurahan. Semoga Allah melimpahkan kepadanya salam sejahtera, kehormatan, dan kemuliaan.”
Artinya: “Kepadamulah, ya Raslullah, mengalir shalawat Allah, salam-Nya, tahiyat-Nya, dan berkah-Nya; dalam tiap-tiap saat yang memadai dengan kedudukanmu yang besar dan derajatmu yang tinggi; berkumpul bagimu segala keutamaan semua jenis shalatawat dan salam.”
Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Zat Mu-hammad yang halus dan tunggal; matahari langit rahasia tempat pemunculan cahaya; pusat peredaran kebesaran; dan kutub falak keindahan.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad, dengan shalawat yang menjadi pintu yang disaksikan bagi kami di sisi Allah, dan yang menjadi tirai yang tertutup di sisi musuh-musuhnya juga kepada keluarga dan para sahabatnya.”
Dalam berbagai sumber, baik hadis maupun keterangan para ulama yang termuat dalam kitab-kitab kuning (istilah santri bagi kitab yang kertasnya berwama kuning) banyak sekali lafazh-lafazh shalawat. Seperti yang terhimpun dalam kitab Muktashar fî Ma’ânî Asmâ Allâh al-Husnâ, dalam bâb Ash-Shalâh ‘alâ al-Nabi, karangan Al-Ustâdz Mahmûd al-Sâmî, dan kitab Afdhalu al-Shalawâti ‘alâ Sayyidi al-Sâdâti, karangan Yûsuf bin Ismâ’îl al-Nabhânî. Untuk itu dibawah ini adalah sebagian lafazh-lafazh shalawat tersebut baik yang bersumber dari hadis maupun kitab-kitab, berikut penjelasannya.
Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakan oleh-Mu akan
Muhammad, Nabi yang tidak pandai menulis dan membaca. Dan muliakan
pulalah kiranya akan isterinya, ibu segala orang yang mukmin, akan
keturunannya dan segala ahli rumahnya, sebagaimana engkau telah
memuliakan Ibrahim dan keluarga Ibrahim diserata alam. Bahwasanya Engkau, wahai Tuhanku, sangat terpuzi dan sangat mulia.” (HR. Muslim dan Abû Dâud dari Abû Hurairah).
Artinya:
“Ya Allah, wahai Tuhanku muliakan oleh-Mu akan Muhammad dan akan
keluargaya sebagaimana Engkau memuliakan keluarga Ibrahim dan berilah
berkat olehmu kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah
memberkati keluarga Ibrahim, bahwasanya Engkau sangat terpuji lagi
sangat mulia diserata alam.” (HR.Muslim dan Abî Mas’ûd).
Artinya: “Ya
Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad dan akan
keluarganya, sebagaimana Engkau telah memuliakan keluarga Ibrahim
bahwasanya Engkau sangat terpuji dan sangat mulia. Ya Allah, wahai
Tuhanku, berikan berkat oleh-Mu akan Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim; bahwasanya
Engkau sangat terpuji dan sangat mulia.” (HR. Bukhârî dari Abû Sa’îd, Ka’ab Ibn ‘Ujrah).
Artinya: “Ya
Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad, hamba-Mu dan
Rasul-Mu, Sebagaimana Engkau telah memuliakan Ibrahim; dan berilah
berkat oleh-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau
telah memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.” (HR. Al-Bukhârî dan Abû Sa’îd).
Artinya: “Ya
Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad,
isteri-isterinya dan keturunannya, sebagajmana Engkau telah memuliakan
keluarga Ibrahim. Dan beri berkatlah oleh-Mu kepadq Muhammad dan
isteri-isterinya serta keturunan-keturunannya, sebagaimana Engkau telah
memberikan berkat kepada keluarga Ibrahim: bahwasanya Engkau sungguh
sangat terpuji dan amat mulia.” (HR. Al-Bukhârî dari Abû Hamîd Al-Sa’îdi).
Berkata Al-Nawâwî dalam Al-Adzkâr: “lafazh sha-lawat yang paling utama dibaca, ialah lafazh shalawat yang lengkap ini.
Artinya: “Ya
Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad hamba-Mu dan
pesuruh-Mu, Nabi yang ummi dan muliakanlah oleh-Mu akan keluarga
Muhammad, jsleri-isterjnya dan keturunannya sebagajmana Engkau telah
memuliakan Ibrahim dan keluarganya; dan berilah berkat oleh-Mu akan
Muhammad, Nabi yang ummi dan akan keluarganya, isteri-isterinya dan
keturunannya, se-bagaimana Engkau telah memberikan berkat kepada Ibrahim
dan keluarganya, diserata alam, hanya engkau sajalah yang sangat
terpuji dan sangat mulia.”
Lafazh-lafazh shalawat yang ringkas, ialah lafazh-lafazh yang diriwayatkan oleh Abû Dâud dan Al-Nasâ’i, yaitu :
Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad dan akan keluarganya.” (HR. Al-Nasâ’i dari Zaid ibn Kharijah).
Artinya: “Ya Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad Nabi yang ummi dan akan keluarganya.” (HR. Abû Dâud dari ‘Uqbah bin ‘Amir).
Artinya: “Wahai
Tuhanku, limpahkanlah kiranya shalawat-shalawat-Mu dan rahmat-Mu serta
berkat-Mu atas peng-hulu segala Rasul, ikutan segala orang yang taqwa,
pe-nutup semua Nabi, yaitu: Muhammad, hamba-Mu dan rasul-Mu, imam
segala kebajikan, pemimpin kebaikan dan utusan pembawa rahmat. Wahai
Tuhanku, tempatkanlah dia pada suatu maqam yang dirindukannya oleh
orang yang dahulu.” (HR. Ibnu Mâjah dari ‘Abdullah Ibn Mas’ûd).
Berkata
Al-Sayuthî dalam Al-Hirz al-Ma’ânî: “Saya telah membaca keterangan
Al-Subkî yang diterimanya dari ayahnya di dalam Al-Thabaqat, katanya:
Sebaik-baiknya shalawat untuk dibaca dalam bershalawat, ialah bunyi
shalawat yang dibaca di dalam tasyahhud (yang diriwayat-kan oleh Bukhârî
dan Muslim). Maka barangsiapa mem-bacanya, dipandanglah ia telah
bershalawat dengan sem-purna, dan barangsiapa membaca selainnya, maka
mereka tetap berada dalam keraguan, karena bunyi lafazh-lafazh yang
diriwayatkan oleh Bukhârî Muslim itu, adalah lafazh shalawat yang sering
diajar oleh Nabi sendiri dan yang sering disuruh supaya kita
membacanya.”
Dalam
tasyahud akhir, Imam Syâfi’i r.a. menganggap shalawat atas Nabi Saw.
sebagai salah satu dari rukun salat. Beliau biasa memakai shalawat
sebagai berikut:
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada jun-junan kami, Muhammad, dan
kepada keluarga junjunan kami, Muhammad, sebagaimana Engkaau telah
melimpahkan shalawat kepada junjunan kami Ibrahim dan keluarga Ibrahim,
berkatilah pula junjunan kami Muhammad, dan keluarga junjunan kami,
Muhammad, sebagai-mana Engkau telah memberkati junjunan kami, Ibrahim
dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Selain itu, beliau juga suka memakai sighat shalawat lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitab Al-Muwattha’. Shalawat di atas juga diriwayatkan oleh Abû Dâud, Al-Turmudzî, Al-Nasâ’i, dan Al-Bayhaqi dari Ibn Mas’ûd, dengan ditambah lafal Sayyidinâ untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.
Tambahan
lafal sayyidina boleh jadi sebagai adab dari beliau atau mungkin pula
mengikuti ucapan Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya yang
mengatakan:
Artinya: “Berdirilah kalain untuk menyebut sayyid (penghulu) kalian! ”
Rasulullah Saw. juga bersabda, ditunjukan kepada Sa’ad bin Mu’adz:
Artinya: “Aku adalah sayyid (penghulu) manusia dan tidak sombong”.
Dalam hal ini Imam Syâfi’î r.a., telah mengamalkan shalawat yang dianggap oleh beliau paling sahih sanadnya.
Artinya: “Semoga Allah Swt. Mencurahkan shalawat kepada Muhammad “
Penjelasan
Imam Al-Sya’rânî menuturkan bahwa Nabi Saw. Bersabda:
Imam Al-Sya’rânî menuturkan bahwa Nabi Saw. Bersabda:
“Barangsiapa
yang membaca shalawat ini, berarti ia telah membukakan bagi dirinya
tujuh puluh pintu rahmat, dan ditanamkan Allah kecintaan kepada dirinya
dalam hati umat manusia.”
Diceritakan, seorang penduduk negeri Syam datang meng-hadap Rasulullah Saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, ayah saya sudah sangat tua, namun beliau ingin sekali melihat Anda.”
Rasulullah menjawab, “Bawa dia kemari!”
Orang itu berkata, “la buta, tidak bisa melihat.”
Rasulullah lalu bersabda, “Katakanlah kepadanya supaya ia mengucapkan Shallallâhu ‘alâ Muhammdin selama tujuh minggu setiap malam. Semoga ia akan melihatku dalam mimpi dan dapat meriwayatkan hadis dariku.”
Anjuran Rasulullah itu ditruti oleh orang tersebut. Benar saja, ternyata ia bisa bermimpi melihat Rasulullah Saw. Serta meriwayatkan hadis dari beliau.
Diceritakan, seorang penduduk negeri Syam datang meng-hadap Rasulullah Saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, ayah saya sudah sangat tua, namun beliau ingin sekali melihat Anda.”
Rasulullah menjawab, “Bawa dia kemari!”
Orang itu berkata, “la buta, tidak bisa melihat.”
Rasulullah lalu bersabda, “Katakanlah kepadanya supaya ia mengucapkan Shallallâhu ‘alâ Muhammdin selama tujuh minggu setiap malam. Semoga ia akan melihatku dalam mimpi dan dapat meriwayatkan hadis dariku.”
Anjuran Rasulullah itu ditruti oleh orang tersebut. Benar saja, ternyata ia bisa bermimpi melihat Rasulullah Saw. Serta meriwayatkan hadis dari beliau.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan Keluarganya.”
Penjelasan
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa yang meng-ucapkan Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa Sallim ketika ia berdiri, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia duduk. Barangsiapa yang mengucapkannya ketika duduk, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia berdiri. “
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa yang meng-ucapkan Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa Sallim ketika ia berdiri, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia duduk. Barangsiapa yang mengucapkannya ketika duduk, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia berdiri. “
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, hamba dan nabi-Mu, nabi yang ummi.”
Penjelasan
Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Ihyâ’ mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku pada malam Jumat se-banyak delapan puluh kali, Allah akan mepgampuni dosa-dosanya selama delapan puluh tahun.”
Kemudian ditanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana cara memberi shalawat kepadamu itu?”
Rasulullah menjawab, ‘Allâhumma shalli ‘alâ Muhamadin ‘abdika wa Nabiyyika al-Nabiyyi al-Ummî.”
Diriwayatkan bahwa, barangsiapa yang membacanya setiap hari dan setip malam sebanyak 500 kali, niscaya dia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Nabi Saw. dalam keadaan sadar.
Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Ihyâ’ mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku pada malam Jumat se-banyak delapan puluh kali, Allah akan mepgampuni dosa-dosanya selama delapan puluh tahun.”
Kemudian ditanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana cara memberi shalawat kepadamu itu?”
Rasulullah menjawab, ‘Allâhumma shalli ‘alâ Muhamadin ‘abdika wa Nabiyyika al-Nabiyyi al-Ummî.”
Diriwayatkan bahwa, barangsiapa yang membacanya setiap hari dan setip malam sebanyak 500 kali, niscaya dia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Nabi Saw. dalam keadaan sadar.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah sealawat atas Muham-mad dan kelurga Muuhammad
sehingga tidak tersisa lagi satu shalawat pun; sayangilah Muhammad dan
keluarga Muhammad sehingga tidak lagi tersisa satu rahmatpun; berkatilah
Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak lagi tersisa satu
berkahpun; dan limpahkanlah kese-jahteraan kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad sehingga tidak lagi tersisa satu kesejahteraan pun.”
Penjelasan
Al-Fasi berkata, “Shalawat ini disebutkan oleh Jabar dari sahabat Ibn ‘Umar r.a. Disebutkannya pula keutamaan yang besar dari shalawat ini dan kebajikan bagi seorang laki-laki yang mengucapakannya dihadapan nabi Saw.”
Al-Fasi berkata, “Shalawat ini disebutkan oleh Jabar dari sahabat Ibn ‘Umar r.a. Disebutkannya pula keutamaan yang besar dari shalawat ini dan kebajikan bagi seorang laki-laki yang mengucapakannya dihadapan nabi Saw.”
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad, dan tempatkanlah ia ditempat yang dekat dengan-Mu di Hari Kiamat.”
Penjelasan
Shalawat ini dikemukakan oleh Al-Thabrânî, Ahmad, Al-Bazzar, dan Ibn ‘Ashim dari sahabat Ruwayfi bin Tsabit al-Anshari. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan shalawat ini, berarti ia berhak mendapatkan syafa’atku.”
Shalawat ini dikemukakan oleh Al-Thabrânî, Ahmad, Al-Bazzar, dan Ibn ‘Ashim dari sahabat Ruwayfi bin Tsabit al-Anshari. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan shalawat ini, berarti ia berhak mendapatkan syafa’atku.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada ruh Muhammad di alam ruh, kepada
jasadnya di alam jasad, dan kepada kuburnya di alam kubur.”
Penjelasan
Imam Al-Sya’rânî menutrkan bahwa Nabi Saw. telah ber-sabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan cara yang dikemukakan dalam shalawat ini, ia akan melihatku di alam mimpi. Barangsiapa yang me-lihatku di alam mimpinya, ia akan melihatku di Hari Kiamat. Baranggiapa yang melihatku di Hari Kiamat, aku akan memberinya syafaat. Barangsiapa yang aku beri syafaat, niscaya ia akan minum dari telagaku dan di-haramkan jasadnya oleh Allah dari neraka.
Imam Al-Sya’rânî menutrkan bahwa Nabi Saw. telah ber-sabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan cara yang dikemukakan dalam shalawat ini, ia akan melihatku di alam mimpi. Barangsiapa yang me-lihatku di alam mimpinya, ia akan melihatku di Hari Kiamat. Baranggiapa yang melihatku di Hari Kiamat, aku akan memberinya syafaat. Barangsiapa yang aku beri syafaat, niscaya ia akan minum dari telagaku dan di-haramkan jasadnya oleh Allah dari neraka.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Mu-hammad dan kepada keluarga Muhammad, di kalangan orang-orang dulu maupun orang-orang setelahnya, serta di alam arwah sampai Hari Kiamat.”
Penjelasan
Imam Al-Sya’rânî menuturkan bahwa seorang laki-laki menghadap Rasulullah Saw. ketika beliau sedang duduk di dalam masjid. Orang itu berkata, Assalâmu ‘alaykum, wahai ahli kemuliaan!”
Imam Al-Sya’rânî menuturkan bahwa seorang laki-laki menghadap Rasulullah Saw. ketika beliau sedang duduk di dalam masjid. Orang itu berkata, Assalâmu ‘alaykum, wahai ahli kemuliaan!”
Orang
itu lalu didudukkan oleh Nabi Saw di tengah-tengah. yaitu antara
beliau dan Abu Bakar r.a. Orang-orang yang hadir ketika itu menjadi
heran menyaksikan hal itu hingga Nabi Saw. menjelaskan. “Jibril a.s.
telah datang kepadaku memberitahukan bahwa orang ini telah memberi
shalawat kepadaku dengan shalawat yang belum pemah dibaca oleh seorang
pun sebelumnya.”
Lalu Abu Bakar bertanya. “Bagaimana shalawatnya ya Rasulullah? Kemudian Rasulullah Saw. menyebutkan sha-lawat tersebut di atas.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas Muhammad-hamba-Mu,
Nabi-Mu, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi; juga atas keluarganya,
isteri-isterinya, dan ketu-runannya, sebanyak jumlah makhluk-Mu,
keridhaan diri-Mu, hiasan Arsy-Mu, dan tinta kalimat-Mu.”
Penjelasan
Al-Hafizh Al-Sakhâwî menuturkan, seandainya seseorang bersumpah bahwa ia akan mengucapkan shalawat yang paling utama, maka shalawat ini telah membebaskan ia dari sumpahnya itu.
Pen-syarah kitab Dalâ’il mengatakan, bahwa lafal shalawat ini diambil dari hadis Ummul Mukminin. Juwairiyah.
Al-Hafizh Al-Sakhâwî menuturkan, seandainya seseorang bersumpah bahwa ia akan mengucapkan shalawat yang paling utama, maka shalawat ini telah membebaskan ia dari sumpahnya itu.
Pen-syarah kitab Dalâ’il mengatakan, bahwa lafal shalawat ini diambil dari hadis Ummul Mukminin. Juwairiyah.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkilnlah shalawat atas junjunan kami, Muhammad, dengan
suatu shalawat yang menye-babkan kami selamat dari semua ketakutan dan
malapetaka, yang menyebabkan Engkau menunaikan semua hajat kami, yang
menyebabkan Engkau me-nyucikan kami dari semua kejahatan, yang
menyebabkan Engkau mengangkat kami ke derajat yang tinggi di sisi-Mu,
dan yang menyebabkan Engkau menyampaian semua cita-cita kami berupa
kebaikan-kebakan dunia dan akhirat.”
Penjelasan
Shalawat di atas disebutkan di dalam kitab Dalâ’il. Dalam syarah kitab tersebut disebutkan riwayat dari Hasan bin ‘Ali Al-Aswânî. Ia berkata, “Barangsiapa yang membaca shalawat ini dalarn setiap perkara penting atau bencana sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melepaskan bencana itu darinya, dan menyampaikan apa yang diinginkannya.”
Shalawat di atas disebutkan di dalam kitab Dalâ’il. Dalam syarah kitab tersebut disebutkan riwayat dari Hasan bin ‘Ali Al-Aswânî. Ia berkata, “Barangsiapa yang membaca shalawat ini dalarn setiap perkara penting atau bencana sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melepaskan bencana itu darinya, dan menyampaikan apa yang diinginkannya.”
Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjunan kami, Muhammad– samudera cahaya-Mu, tambang ra-hasia-Mu, singgasana kerajaan-Mu, imam hadrat-Mu, bingkai kerajaan-Mu, perbendaharaan rahmat-Mu, dan jalan syariat-Mu,yang mendapat kelezatan dengan tauhid-Mu, insan yang menjadi sebab segala yang maujud, penghulu para makhluk-Mu, yang memperoleh pancaran sinar cahaya-Mu- dengan shalawat yang kekal sekekal diri-Mu, yang tetap sebagaimana tetap-Mu, dan yang tidak ada akhir di balik ilmu-Mu; juga dengan shalawat, yang meridhakan-Mu dan meridhakannya serta meridhakan kami dengannya, duhai Tuhan semesta alam.”
Penjelasan
Shalawat ini dinamakan shalawat ‘Cahaya Kiamat’. Sha-lawat ini disebut demikian karena banyaknya cahaya yang akan diperoleh oleh orang yang membacanya pada Hari Kiamat kelak.”
Shalawat ini dinamakan shalawat ‘Cahaya Kiamat’. Sha-lawat ini disebut demikian karena banyaknya cahaya yang akan diperoleh oleh orang yang membacanya pada Hari Kiamat kelak.”
Sayyid
Ahmad Al-Shâwî dan yang lainnya mengatakan, shalawat ini saya dapatkan
tertulis di atas sebongkah batu dengan tulisan qudrati.
Di dalam syarah atas kitab Dalâ’il disebutkan, sebagian pemuka para wali mengatakan, bahwa shalawat ini berbanding dengan 14.000 shalawat lainnya.
Di dalam syarah atas kitab Dalâ’il disebutkan, sebagian pemuka para wali mengatakan, bahwa shalawat ini berbanding dengan 14.000 shalawat lainnya.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang
yang bershalawat kepadanya,limpahkanlah shalawat kepada Muhammad
sebanyak jumlah orang yang tidak bershalawat kepadanya, limpahkanlah
shalawat kepada Muhammad sebagaimana shalawat yang Engkau perintahkan
kepadanya, lim-pahkanlah shalawat kepada Muhammad sebagaimana Engkau
suka agar dibacakan shalawat atasnya, dan lim-pahkanlah pula shalawat
kepada Muahammd sebagaimana seharusnya shalawat atasnya.”
Shalawat di atas dinamakan Al-Shalât al-’Adâdiyyah.
Artinya: “Ya
Allah, limpakanlah shalawat atas Nabi kami, Muhammad, selama
orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai melupakan
untuk menyebut-Mu ”
Penjelasan
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (no.17) adalah dua sighat shalawat dari Imam Al-Syâfi’i r.a.
Berkaitan dengan shalawat pertama (no.17) telah dice-ritakan di dalam syarah atas kitab Dalâ’il, bahwa Imam Al-Syâfi’i pernah bermimpi bertemu seseorang, lalu dikatakan kepadanya, “Apa yang telah diperbuat Allah atas diri Anda?”
Imam Al-Syâfi’i menjawab, Allah telah mengampuni diriku.” “Dengan amal apa?” orang itu bertanya lagi.
“Dengan lima kalimat yang aku pergunakan untuk memberi shalawat kepada Nabi Saw.,” Jawab Imam Al-Syafi’i.
“Bagaimana bunyinya?”
Lantas beliau mengucapkan shalawat tersebut di atas.
Sedangkan berkaitan dengan shalawat kedua (no.18 ), Al- Mazânî bertutur sebagai berikut:
Saya bermimpi melihat Imam Al-Syâfi’i. Lalu saya bertanya pada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah terhadap diri Anda?”
Beliau menjawab, Allah telah mengampuni diriku berkat shalawat yang aku cantumkan di dalam kitab Al-Risâlah, yaitu: Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin kullama dza-karaka al-Dzâkirûna wa Shalli ‘alâ Muhammadin kullamâ ghafala ‘an dzikrik al-Ghâfilûna.”
Sementara itu, Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Ihyâ’ menuturkan hal berkut:
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (no.17) adalah dua sighat shalawat dari Imam Al-Syâfi’i r.a.
Berkaitan dengan shalawat pertama (no.17) telah dice-ritakan di dalam syarah atas kitab Dalâ’il, bahwa Imam Al-Syâfi’i pernah bermimpi bertemu seseorang, lalu dikatakan kepadanya, “Apa yang telah diperbuat Allah atas diri Anda?”
Imam Al-Syâfi’i menjawab, Allah telah mengampuni diriku.” “Dengan amal apa?” orang itu bertanya lagi.
“Dengan lima kalimat yang aku pergunakan untuk memberi shalawat kepada Nabi Saw.,” Jawab Imam Al-Syafi’i.
“Bagaimana bunyinya?”
Lantas beliau mengucapkan shalawat tersebut di atas.
Sedangkan berkaitan dengan shalawat kedua (no.18 ), Al- Mazânî bertutur sebagai berikut:
Saya bermimpi melihat Imam Al-Syâfi’i. Lalu saya bertanya pada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah terhadap diri Anda?”
Beliau menjawab, Allah telah mengampuni diriku berkat shalawat yang aku cantumkan di dalam kitab Al-Risâlah, yaitu: Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin kullama dza-karaka al-Dzâkirûna wa Shalli ‘alâ Muhammadin kullamâ ghafala ‘an dzikrik al-Ghâfilûna.”
Sementara itu, Imam Al-Ghazali di dalam kitab Al-Ihyâ’ menuturkan hal berkut:
Abu
Al-Hasan Al-Syâfi’i menuturkan, “Saya telah bermimpi melihat
Rasulullah Saw., lalu saya bertanya, “Ya Rasulullah, dengan apa
Al-Syâfi’i diberi pahala dari sebab ucapannya dalam kitab Al-Risâlah: Washallallâhu ‘alâ muhammaddin kullamâ dzakara al-Dzdâkirûn waghafala ‘an dzikrik al-ghâfilûn?’ Rasulullah meniawab: ‘la tidak ditahan untuk dihisab.”‘
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya di antara segala cahaya,
rahsia di antara segala rahasia, pe-nawar duka, dan pembuka pintu
kemudahan, yakni Say-yidina Muhammad, manusia pilihan, juga kepada
ke-luarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah
kenikmatan Allah dan karunia-Nya.”
Penjelasan
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Ahmad Al-Badawi r.a., Sayyid Ahmad Ruslan mengomentari shalawat ini, “Sha-lawat ini sangat mujarab untuk menunaikan hajat, mengusir kesusahan, menolak bencana, dan memperoleh ca-haya; bahkan sangat manjur untuk segala keperluan.”
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Ahmad Al-Badawi r.a., Sayyid Ahmad Ruslan mengomentari shalawat ini, “Sha-lawat ini sangat mujarab untuk menunaikan hajat, mengusir kesusahan, menolak bencana, dan memperoleh ca-haya; bahkan sangat manjur untuk segala keperluan.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas Muhammad, Nabi yang ummi;
juga kepada keluarga dan para sahabatnya, sebanyak jumlah apa Yang
Engkau ketahui, seindah apa Yang Engkau ketahui, dan sepenuh apa Yang
Engkau ketahui.”
Penjelasan
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Syamsuddin Muham-mad Al-Hanafi r.a. (Sultan Hanafi). la termasuk salah seorang keturunan Abu Bakar Al-Shiddiq r.a. la telah menjabat kedudukan sebagai kutub para wali (quthb awliya) selama 46 tahun 3 bulan dan beberapa hari. Selama masa jabatannya itu, ia merupakan quthb ghawts mufrad jam’i.
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Syamsuddin Muham-mad Al-Hanafi r.a. (Sultan Hanafi). la termasuk salah seorang keturunan Abu Bakar Al-Shiddiq r.a. la telah menjabat kedudukan sebagai kutub para wali (quthb awliya) selama 46 tahun 3 bulan dan beberapa hari. Selama masa jabatannya itu, ia merupakan quthb ghawts mufrad jam’i.
Banyak
sekali cerita-cerita berkenaan dengan riwayat hidup dan karamahnya: Di
antaranya ia tidak pernah ber-diri satu kali pun bila menyambut
kedatangan para raja. Bahkan, jika ada salah searang di antara raja-raja
itu datang kepadanya, raja tersebut merendahkan diri di hadapannya,
duduk dengan sopan tanpa menaleh ke kiri dan ke kanan selama berada di
hadapan beliau.
Artinya: “Ya
Allah limpahkan shalawat, salam, dan berkah, kepada Muhammad– cahaya
zat dan rahasia yang berjalan di malam hari–di dalam seluruh asma dan
sifat.”
Penjelasan
Shalawat di atas bersumber dari Sayyidina Abu Al-Hasan Al-Syadzili r.a. ia berbanding dengan seratusribu shalawat lainnya. Ada yang mengatakan bahwa shalawat ini berguna untuk melepaskan kesulitan.
Shalawat di atas bersumber dari Sayyidina Abu Al-Hasan Al-Syadzili r.a. ia berbanding dengan seratusribu shalawat lainnya. Ada yang mengatakan bahwa shalawat ini berguna untuk melepaskan kesulitan.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah atas Sayyidina
Muuammad–pembuka hal-hal yang terkunci; penutup perkara-perkara yang
sudah berlalu; penolong kebenaran dengan kebenaran; dan penunjuk jalan
kepada jalan-Mu yang lurus. Semoga Allah senan-tiasa melimpahkan
shalawat kepadanya, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, sesuai
dengan derajat dan kedudukannya yang tinggi.”
Penjelasan
Shalawat di atas berasal dari Sayyid Abu Al-Mukarim Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Abi Al-Hasan Al-Bakri r.a.
Di antara khasiat shalawat ini adalah, bahwa bagi siapa saja yang membacanya, walaupun hanya satu kali seumur hidupnya, ia tidak akan masuk neraka. Sebagian ulama Maroko mengatakan, bahwa shalawat ini turun ke atasnya dalam satu sahifah dari Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa, satu kali shalawat ini menyamai sepuluh ribu-bahkan ada yang menyatakan pula enamratus ribu–shalawat lainnya.
Shalawat di atas berasal dari Sayyid Abu Al-Mukarim Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Abi Al-Hasan Al-Bakri r.a.
Di antara khasiat shalawat ini adalah, bahwa bagi siapa saja yang membacanya, walaupun hanya satu kali seumur hidupnya, ia tidak akan masuk neraka. Sebagian ulama Maroko mengatakan, bahwa shalawat ini turun ke atasnya dalam satu sahifah dari Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa, satu kali shalawat ini menyamai sepuluh ribu-bahkan ada yang menyatakan pula enamratus ribu–shalawat lainnya.
Barangsiapa yang men-dawam-kan
(membiasakan secara rutin) membacanya selama empat puluh hari, Allah
akan mengampuninya dari segala dosanya. Barangsiapa yang membacanya
sebanyak seribu kali pada malam Kamis, Jumat atau Senin, ia akan
berkumpul dengan Nabi Saw. Akan tetapi, sebelumnya hendaklah ia
melakukan salat sunnah empat rakaat: Pada rakaat pertama ia membaca
Surah Al-Fâtihah dan Al-Qadr. Pada rakaat kedua sesudah Al-Fâtihah ia
membaca Surah Al-Zalzalah. Pada rakaat ketiga sesudah Al-Fâtihah ia
membaca Surah Al-Kafirun. Pada rakaat keempat sesudah Al-Fâtihah ia
membaca Surah Al-Mu’awwidzatayn (surah Al-Falaq dan Al-Nâs). Hendaklah
ia membakar kemenyan Arab ketika membaca shalawat tersebut.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, sebanyak apa
yang ada di dalam pe-ngetahuan Allah, dengan shalawat yang kekal
seba-gaimana kekalnya kerajaan Allah.”
Penjelasan
Sayyid Ahmad Al-Sakhâwî, dengan menukil dari ulama lainnya mengatakan bahwa shalawat tersebut di atas me-nyamai 600,000 shalawat lainnya. Shalawat ini dikenal dengan sebutan, “Shalawat Kebahagiaan”.
Sayyid Ahmad Al-Sakhâwî, dengan menukil dari ulama lainnya mengatakan bahwa shalawat tersebut di atas me-nyamai 600,000 shalawat lainnya. Shalawat ini dikenal dengan sebutan, “Shalawat Kebahagiaan”.
Sedangkan
Syaikh Dahlan memberikan komentamya, “Shalawat ini merupakan sighat
shalawat yang sempurna. Orang yang membacanya secara rutin tiap-tiap
hari Jumat sebanyak seribu kali akan menjadi orang yang bahagia di
dunia dan akhirat.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah, kepada sayyidina
Muhamamd dan keluarganya; sebanyak kesempurnaan Allah dan segala yang
sesuai dengan sesuai dengan kesempurnaan-Nya itu.”
Penjelasan
Shalawat ini dikenal di kalangan ahli tarekat sebagai shalawat “Kamaliyah”. Mereka telah memilih shalawat tersebut sebagai wirid karena pahalanya yang tidak terhingga.
Shalawat ini dikenal di kalangan ahli tarekat sebagai shalawat “Kamaliyah”. Mereka telah memilih shalawat tersebut sebagai wirid karena pahalanya yang tidak terhingga.
Ada yang menyatakan bahwa shalawat ini menyamai pahala 14.000 shalawat lainnya.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada penghulu kami,
Muhammad-Nabi yang ummi, yang terkasih, yang tinggi kedudukannya, dan
yang besar wibawanya; juga kepada keluarga dan para sahabatnya.”
Penjelasan
Tentang shalawat ini, ada yang mengatakan bahwa Nabi Saw. bershalawat atas dirinya dengan shalawat tersebut.
Tentang shalawat ini, ada yang mengatakan bahwa Nabi Saw. bershalawat atas dirinya dengan shalawat tersebut.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina Muuhammad dan
keluarga Sayyidina Muhammad, di dalam setiap kejapan mata dan tarikan
napas, serta sebanyak jumlah ilmu yang Engkau miliki.”
Penjelasan
Shalawat ini diterima oleh Maulana Syaikh Al-Hindi dari Nabi Saw. Di antara keistimewaannya adalah: jika Anda membacanya secara rutin, Anda akan memperoleh ilmu dan rahasia langsung dari Nabi Saw.
Shalawat ini diterima oleh Maulana Syaikh Al-Hindi dari Nabi Saw. Di antara keistimewaannya adalah: jika Anda membacanya secara rutin, Anda akan memperoleh ilmu dan rahasia langsung dari Nabi Saw.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan kesejahteraan yang
paripurna kepada junjunan kami, Muhammad, yang dengan perantaraan beliau
itu dilepaskan semua ikatan, dilenyapkan segala kesusahan, di-tunaikan
segenap kebutuhan, diperoleh segala keinginan, dicapai akhir yang
baik, dan diberi minum dari awan berkat wajahnya yang mulia, juga
kepada keluarga dan para sahabatnya, dalam setiap kejapan mata dan
tarikan napas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.”
Penjelasan
Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan “shalawat Tafrijiyah”. Tentang shalawat ini, Imam Al-Qurthubi me-nuturkan bahwa, barangangsiapa yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahan-nya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudah-kan urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rezeki-nya, dan membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain.
Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan “shalawat Tafrijiyah”. Tentang shalawat ini, Imam Al-Qurthubi me-nuturkan bahwa, barangangsiapa yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahan-nya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudah-kan urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rezeki-nya, dan membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad-hamba dan Rasul-Mu serta
Nabi yang ummi; atas keluarga Muhammad dan para isterinya, ibu kaum
Mukmin, serta atas keturunan dan keluarganya-sebagai-mana Engkau telah
melimpahkan shalawat itu kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di alam
raya ini se-sungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.
Ya
Allah berkatilah Muhammad–hamba dan rasul-Mu serta Nabi yang ummi;
jugakeluarga dan para isterinya, ibu kaum Mukmin serta keturunan dan
Ahli Baitnya– se-bagaimana Engkautelah memberkati Ibrahim dan keluarga
Ibrahim, Di alam raya ini sesungnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia.”
Penjelasan
Shalawat ini bersumber dari hadis yang sahih.
Shalawat ini bersumber dari hadis yang sahih.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat, berkah, dan rahmat-Mu kepada
Muuhammad-hamba, Nabi, dan utusan-Mu; Nabi yang ummi, penghulu para
rasul, imam orang-orang yang bertakwa, dan penutup para Nabi; Imam
kebaikan dan panglima kebaikan, serta rasul rahmat, juga kepada
isteri-isterinya, ibu kaum beriman, dan kepada keturunan dan Ahli
Baitnya; kepada keluarga dan para sahabatnya, para penolong dan para
pe-ngikutnya, serta umat dan para pencintanya-sebagaimana Engkau telah
melimpahkan shalawat, berkah, rahmat kepada Ibrahim dan keluarga
Ibrahim. Di alam raya ini sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia.
Limpahkanlah
pula shalawat, berkah, dan rahmat atas kami bersama mereka, dengan
shalauwat-Mu yang paling utama dan berkah-Mu yang paling suci; selama
orang-orang yang ingat menyebut nama-Mu dan orang-orang yang lalai
melupakan-Mu; sebanyak jumlah yang genap dan yang ganjil; sebanyak
jumlah kalimat-Mu yang sem-purna dan diberkahi; dan sebanyak jumlah
makhluk-Mu, keridhaan diri-Mu, perhiasan arsy-Mu, dan
tintakalimat-Mu–shalawat yang kekal sekekal diri-Mu.
Ya
Allah, bangkitkanlah dia pada Hari Kiamat kelak pada derajat kedudukan
yang terpuji, yang diinginkan oleh orang-orang dulu maupun orang-orang
setelahnya; tem-patkanlah dia pada tempat yang dekat dengan-Mu pada
Hari Kiamat; perkenankanlah syafaatnya yang besar; angkatlah derajatnya
yang tinggi; dan berikanlah ke-padanya semua permintaannya di akhirat
dan di dunia, sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada Ibrahim dan
Musa.
Ya Allah, jadikanlah kecintaannya di dalam kalangan mereka yang disucikan, kasih-sayangnya di kalangan mereka yang didekatkan, dan sebutannya di dalam ka-langan mereka yang ditinggikan. Berikanlah pahala yang setimpal kepadanya dari kami sesuai dengan haknya, dengan sebaik-baik pahala yang Engkau berikan kepada para Nabi dan umatnya. Berikanlah kebaikan kepada semua nabi. Shalawat dari Allah dan kaum Mukmin senantiasa terlimpah kepada Muhammad, Nabi yang ummi. Salam sejahtera tercurah atasmu, duhai Baginda Nabi, serta rahmat Allah, berkah-Nya, ampunan-Nya, dan keridhaan-Nya.
Ya Allah, sampaikanlah salam kami kepadanya, balaslah salam kami olehnya, tetapkanlah pada umat dan ke-turunannya amal perbuatan yang akan menyenangkan hatinya. Duhai Tuhan semesta alam.”
Ya Allah, jadikanlah kecintaannya di dalam kalangan mereka yang disucikan, kasih-sayangnya di kalangan mereka yang didekatkan, dan sebutannya di dalam ka-langan mereka yang ditinggikan. Berikanlah pahala yang setimpal kepadanya dari kami sesuai dengan haknya, dengan sebaik-baik pahala yang Engkau berikan kepada para Nabi dan umatnya. Berikanlah kebaikan kepada semua nabi. Shalawat dari Allah dan kaum Mukmin senantiasa terlimpah kepada Muhammad, Nabi yang ummi. Salam sejahtera tercurah atasmu, duhai Baginda Nabi, serta rahmat Allah, berkah-Nya, ampunan-Nya, dan keridhaan-Nya.
Ya Allah, sampaikanlah salam kami kepadanya, balaslah salam kami olehnya, tetapkanlah pada umat dan ke-turunannya amal perbuatan yang akan menyenangkan hatinya. Duhai Tuhan semesta alam.”
Penjelasan
Shalawat ini adalah shalawat yang dikumpulkan oleh Al-Hâfizh Al-Sakhâwî di dalam kitab Al-Qawl al-Badî’. Disebutkan pula oleh Ibn Al-Hajar di dalam Al-Durr al-Mandhûdh bahwa ia menghim pun segala lafal yang diriwayatkan.
Shalawat ini adalah shalawat yang dikumpulkan oleh Al-Hâfizh Al-Sakhâwî di dalam kitab Al-Qawl al-Badî’. Disebutkan pula oleh Ibn Al-Hajar di dalam Al-Durr al-Mandhûdh bahwa ia menghim pun segala lafal yang diriwayatkan.
Artinya: “Ya
Allah limpahkanlah shalawat dan salam atas junjunann kami Muhammad,
Nabi yang ummi; juga kepada keluarga dan para sahabatnya, selama
orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai
melupakan-Mu sebanyak apa yang diliputi oleh ilmu Allah, dituliskan oleh
qalam Allah, diterapkan dalam hukum Allah, dan seluas ilmu Allah;
sebanyak jumlah segala sesuatu, berlipat gandanya segala sesuatu, dan
sepenuh segala sesuatu; serta sebanyak makhluk Allah, perhiasan arsy
Allah, keridhaan Allah, tinta kalimat Allah; seerta semua yang telah
terjadi, yang akan terjadi, dan semua yang ada di dalam ilmu Allah
dengan shalawat yang menghabiskan seluruh bilangan dan meliputi seluruh
batasan; juga dengan shalawat yang berkesinambungan dengan kekalnya
kerajaan Allah dan abadi dengan keabadian Allah.”
Penjelasan
Shalawat ini disebutkan oleh Syaikh Al-Dayrabi di dalam Mujarrabat-nya. Ia termasuk sighat yang sangat bagus sekali untuk memberi shalawat kepada Nabi Saw.
Ada yang berpendapat bahwa orang yang membacanya secara rutin selama sepuluh malam, tiap-tiap malam sebanyak seratus kali, pada saat hendak berbaring tidur di tempat tidurnya, sambil menghadap kiblat dan dalam keadaan suci yang sempurna, akan bermimpi melihat Nabi Saw.
Shalawat ini disebutkan oleh Syaikh Al-Dayrabi di dalam Mujarrabat-nya. Ia termasuk sighat yang sangat bagus sekali untuk memberi shalawat kepada Nabi Saw.
Ada yang berpendapat bahwa orang yang membacanya secara rutin selama sepuluh malam, tiap-tiap malam sebanyak seratus kali, pada saat hendak berbaring tidur di tempat tidurnya, sambil menghadap kiblat dan dalam keadaan suci yang sempurna, akan bermimpi melihat Nabi Saw.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad,
serta keluarga dan para sahabatnya, sebanyak jumlah huruf yang
digariskan oleh qalam.”
Penjelasan
Shalawat ini disebutkan oleh pengarang kitab Bughyah al-Mustarsidîn, Mufti Hadramaut, Sayyid Syarif ‘Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi.
Di antara faedah shalawat ini disebutkan diungkapkan oleh Quthb Al-Baddad. la mengatakan bahwa yang menjadikan seseorang meninggal dunia dalam keadaan baik (khusnul khâtimah) adalah jika tiap-tiap selesai mengerjakan salat maghrib ia mengucapkan, “Astaghfirullâh alladzî lâ ilâha illâ huwa al-hayy al-qayyûm, alladzî lâ yamûtu wa atûbu ilayh, rabbigh-firlî,” kemudian diikuti oleh pembacaan shalawat di atas. Barangsiapa yang membaca kalimat-kalimat di atas sebelum berbicara tentang yang lainnya, niscaya ia akan meninggal dalam keadaan beriman.
Shalawat ini disebutkan oleh pengarang kitab Bughyah al-Mustarsidîn, Mufti Hadramaut, Sayyid Syarif ‘Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi.
Di antara faedah shalawat ini disebutkan diungkapkan oleh Quthb Al-Baddad. la mengatakan bahwa yang menjadikan seseorang meninggal dunia dalam keadaan baik (khusnul khâtimah) adalah jika tiap-tiap selesai mengerjakan salat maghrib ia mengucapkan, “Astaghfirullâh alladzî lâ ilâha illâ huwa al-hayy al-qayyûm, alladzî lâ yamûtu wa atûbu ilayh, rabbigh-firlî,” kemudian diikuti oleh pembacaan shalawat di atas. Barangsiapa yang membaca kalimat-kalimat di atas sebelum berbicara tentang yang lainnya, niscaya ia akan meninggal dalam keadaan beriman.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjunan kami,
Muhammad-hamba, Nabi, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi; juga kepada keluarga
Muhammad, dengan shalawat yang menjadikan kerelaan bagi kami dan
penunaian bagi haknya. Berikanlah ke-padanya wasilah dan maqam yang
terpuji yang telah Engkau janjikan. Balaslah ia dari kami dengan balasan
yang sepantasnya; dan balaslah ia dengan balasan yang paling baik
daripada balasan yang telah Engkau berikan kepada seorang nabi dari
umatnya. Limpahkanlah pula shalawat-Mu atas semua saudara-saudaranya
dari go-longan para nabi, shiddiqun, syuhada, dan orang-orang salih.
Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan umat
terdahulu, dan limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sampai Hari Kiamat.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada ruh Muhammad di dalam alam ruh, limpahkanlah shalawat kepada jasadnya di dalam alam jasad, dan limpahkanlah kepada kuburnya di dalam alam kubur, jadikanlah semulia-mulia shalawat-Mu, setinggi-tinggi berkah-Mu, selembut-lembut kasih sayang-Mu dan ridha-Mu kepada Muhammad-hamba, Nabi, dan Rasul-Mu, serta berikanlah kesejahteraan yang banyak kepadanya.”
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada ruh Muhammad di dalam alam ruh, limpahkanlah shalawat kepada jasadnya di dalam alam jasad, dan limpahkanlah kepada kuburnya di dalam alam kubur, jadikanlah semulia-mulia shalawat-Mu, setinggi-tinggi berkah-Mu, selembut-lembut kasih sayang-Mu dan ridha-Mu kepada Muhammad-hamba, Nabi, dan Rasul-Mu, serta berikanlah kesejahteraan yang banyak kepadanya.”
Penjelasan
Shalawat tersebut di atas dikemukakan oleh lmam Al-’Ârif Syihabuddin Ahmad Al-Suhrawardi di dalam kitabnya, ‘Awârif al-Ma’ârif; telah pula dikemukakan oleh Syaikh Nabhay di dalam kitabnya, Afdhal al-Shalawâti ‘an-Sayyidi al-Sâdâti, yang di dalamnya diterangkan banyak sekali faedah untuk masing-masing bagian darinya.
Shalawat tersebut di atas dikemukakan oleh lmam Al-’Ârif Syihabuddin Ahmad Al-Suhrawardi di dalam kitabnya, ‘Awârif al-Ma’ârif; telah pula dikemukakan oleh Syaikh Nabhay di dalam kitabnya, Afdhal al-Shalawâti ‘an-Sayyidi al-Sâdâti, yang di dalamnya diterangkan banyak sekali faedah untuk masing-masing bagian darinya.
Diriwayatkan
dari Al-Faqih Al-Shâlih ‘Umar bin Sa’id bahwa Rasulullah Saw.
bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat tersebut setiap hari
33 kali, Allah akan membukakan baginya (pintu) antara kuburnya dan
kuburku.”
Artinya: “Shalawat
Allah, malaikat-Nya, para nabi-Nya, dan seluruh makhluk-Nya, semoga
senantiasa tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, atasnya serta
atas mereka tercurah salam, rahmat, dan berkah Allah.”
Penjelasan
Shalawat di atas bersumber dari Imam ‘Alî bin Abî Thalib k.w., kemudian diwartakan oleh Abû Mûsâ Al-Madînî r.a.
Shalawat di atas bersumber dari Imam ‘Alî bin Abî Thalib k.w., kemudian diwartakan oleh Abû Mûsâ Al-Madînî r.a.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang ruhnya menjadi mihrab arwah, malaikat, dan seluruh alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang menjadi imam para nabi dan seluruh alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang menjadi pemimpin penduduk surga, yaitu hamba-hamba Allah yang beriman.”
Penjelasan
Shalawat ini adalah shalawat Sayyidah Fathimah Al-Zahra’. Pengarang kitab Al-Ibrîz, Sayyid ‘Abdul ‘Azîz Al-Dabbâgh, telah banyak membicarakan shalawat ini di dalam kitabnya tersebut. Yang ingin mengetahui tentang shalawat ini secara lebih luas dapat meneliti kitab tersebut.
Shalawat ini adalah shalawat Sayyidah Fathimah Al-Zahra’. Pengarang kitab Al-Ibrîz, Sayyid ‘Abdul ‘Azîz Al-Dabbâgh, telah banyak membicarakan shalawat ini di dalam kitabnya tersebut. Yang ingin mengetahui tentang shalawat ini secara lebih luas dapat meneliti kitab tersebut.
Artinya: “Ya
Allah, Tuhan yang selalu memberikan karunia kepada manusia Tuhan yang
selalu membukakan tangan-Nya lebar-lebar dengan pemberian; Tuhan yang
mempunyai pemberian-pemberian yang mulia limpah-kanlah shalawat atas
Muhmmad, sebaik-baik manusia, dengan penghormatan; ampunilah pula kami,
duhai Tuhan Yang Maha Tinggi di sore ini.”
Penjelasan
Shalawat ini bersumber dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas r.a. Dan dikemukakan oleh Abû Mûsâ Al-Madînî r.a.
Shalawat ini bersumber dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas r.a. Dan dikemukakan oleh Abû Mûsâ Al-Madînî r.a.
Artinya: “Ya
Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan atas keluarganya,
sahabat-sahabatnya, anak-anaknya, isteri-isterinya, keturunannya, Ahli
Baitnya, para penolongnya, para pengikutnya, para pencintanya, dan
umatnya; dan jadikanlah kami bersama mereka semua duhai Tuhan Yang
paling penyayang di antara semua penyayang.”
Penjelasan
Shalawat ini dikemukakan di dalam kitab Al-Syifâ’ dari Hasan Al-Bashri. Beliau berkata, “Barangsiapa yang ingin minum dari piala dengan minuman telaga Rasulullah Saw., hendaklah ia membaca shalawat itu.”
Shalawat ini dikemukakan di dalam kitab Al-Syifâ’ dari Hasan Al-Bashri. Beliau berkata, “Barangsiapa yang ingin minum dari piala dengan minuman telaga Rasulullah Saw., hendaklah ia membaca shalawat itu.”
Artinya: “Semoga
Allah melimpahkan shalawat kepada Sayyidina Muhammad, selama
orang-orang yang ingat menyebut nama-Nya dan selama orang-orang yang
lalai melupakan-Nya, Semoga Dia melimpahkan shalawat ke-padanya di
kalangan orang-orang terdahulu dan setelahnya, dengan shalawat yang
paling utama, paling banyak, dan paling baik daripada shalawat yang
dilim-pahkan-Nya kepada salah seorang dari ummatnya dengan shalawatnya
kepadanya. Salam sejahtera atasnya, teriring rahmat Allah dan
berkah-Nya. Semoga Allah membalasnya dari kami dengan balasan yang lebih
baik daripada balasan-nya kepada rasul dari orang-orang yang diutus
kepadanya. Sebab, dia telah melepaskan kami dari ke-binasaan, dan
menjadikan kami sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia,
beragama dengan agamanya yang telah diridhai dan dipilih oleh para
malaikat-Nya dan orang-orang yang telah diberi-Nya nikmat di antara
makhluk-Nya. Oleh karena itu, tidaklah kami mendapat nikmat -baik yang
nyata maupun yang tersembunyi, yang kami peroleh dengannya dalam urusan
agama dan dunia, dan diangkatkannya keburukan dari kami di dalam
keduanya atau di dalam salah satu dari keduanya- melainkan Muhammad
Saw.-lah yang menjadi sebabnya; yang memimpin kepada kebaikannya; yang
menunjukkan kepada tuntunannya; yang membebaskan dari kebinasaan dan
tempat-tempat jahat, yang mengingatkan, sebab-sebab yang mendatangkan
kebinasaan; yang tegak me-laksanakan nasihat, tuntunan, dan peringatan
darinya. Semoga shalawat dan salam Allah selalu tercurah kepada
Sayyidina Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Dia telah mencurahkan
shalawat kepada Ibrahim dan ke-luarganya, serta sebagaimana Dia telah
mehmpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim; Sesungguhnya
Dia Maha terpuji lagi Maha muha.”
Penjelasan
Shalawat di atas bersumber dari Imam Al-Syâfi’i r.a. Dan mempunyai penyempurnaan di dalam Al-Risâlah oleh Imam Al-Syâfi’i. Shalawat ini banyak sekali faedahnya, terutama bila dibaca sesudah membacaa Shalawat Nurul Qiyâmah, Yaitu shalawat nomor 16.
Artinya: ”
Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas pemimpin para pemimpin
dan tujuan dari semua keinginan, Muhammad, kekasih-Mu yang dimuliakan;
juga atas keluarga dan para sahabatnya”.
Penjelasan
Shalawat ini bersumber dari Sayyidi Abu Thahir bin Sayyid ‘Alî Wafâ’.
Shalawat ini bersumber dari Sayyidi Abu Thahir bin Sayyid ‘Alî Wafâ’.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad, yang dengannya kegelapan menjadi terang. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muham-mad, yang diutus dengan rahmat bagi setiap umat. Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad, yang dipilih untuk memimpin risalah sebelum diciptakan Lawh dan Qalam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad, yang disifati dengan akhlak dan perangai yang utama. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad. yang dikhususkan dengan kalimat yang menyuruh dan hikmah tertentu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang tidak dilanggar kehorrmtan di majelisnya, dan tidak dibiarkan orang yang menganiayanya. Ya Allah, limpah-kanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang bisa berjalan dinaungi oleh awan kemana dia menuju. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad yang dipuji oleh Tuhan kemuliaan dimasa lalu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang dilimpahi shalawat oleh Allah di dalam Kitab-Nya yang sempurna dan kita diperintahkan-Nya supaya ber-shalawat kepadanya. Semoga Shalawat Allah selalu dicurahkan kepadanya; kepada keluarganya, sahabat-sa-habatnya, isteri-isterinya–selama hujan turun dengan deras dan selama orang-orang berdosa mendapat uluran kemurahan. Semoga Allah melimpahkan kepadanya salam sejahtera, kehormatan, dan kemuliaan.”
Penjelasan
Shalawat di atas bersumber dari Sayyid Al-Faklhani, pengarang kitab Al-Fajr Al-Munîr fî Al-Shalâh ‘ala Al-Basyîr Al-Nadzîr.
Shalawat di atas bersumber dari Sayyid Al-Faklhani, pengarang kitab Al-Fajr Al-Munîr fî Al-Shalâh ‘ala Al-Basyîr Al-Nadzîr.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjunan kami Muhammad,
juga kepada ke-luargaya, saahabat-sahabatnya sebanyak jumlah, apa-apa
yang diliputi oleh ilmu-Mu, digariskan oleh qalam-Mu, dan ditetapkan
dalam hukum-Mu terhadap makhluk-Mu; Curahkanlah kelembutan-Mu di dalam
seluruh urusan kami dan kaum muslimin.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, keluarganya
sahabatnya-dengan, dan para shalawat yang melebihi shalawat-shalawat
yang diucapkan oleh orang-orang yang bershalawat dari sejak permulaan
masa sampai akhirnya; seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya, sepenuh
neraca dan penghabisan ilmu.”
Penjelasan
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (no.40) ada di dalam kitab Masâlik al-Hunafâ. Tentang shalawat ini, Imam Al-Ghazali, mengutip perkataan Al-Qastalani, mengatakan, “Kedua shalawat ini dibaca bersama shalawat no.32 supaya mendapatkan keutamaan yang tidak terhingga.”
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (no.40) ada di dalam kitab Masâlik al-Hunafâ. Tentang shalawat ini, Imam Al-Ghazali, mengutip perkataan Al-Qastalani, mengatakan, “Kedua shalawat ini dibaca bersama shalawat no.32 supaya mendapatkan keutamaan yang tidak terhingga.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad,
sebanyak jumlah huruf-huruf di dalam Al-Quran; limpahkanlah shalawat dan
salam, kepada Muhammad, sebanyak jumlah tiap-tiap huruf yang
dilipatgandakan sejuta; dan limpahkanlah sha-lawat dan salam kepada
sayyidina Muhammad, sebanyak jumlah tiap-tiap seribu yang
dilipatgandakan.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkan shalawat kepada Sayyidina Muhammad, dengan shalawat
yang bertemu dengan cahayanya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada
Sayyidina Muhammad, dengan shalawat yang bergandengan dengan sebutan dan
yang disebutnya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina
Muhammad, dengan shalawat yang menerangi kuburnya dengan
seterang-terangnya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina
Muhammad, dengan shalawlat yang melapangkan dadanya dan menyebabkan
kegembiraannya. Limpahkanlah pula shalawat kepada semua saudaranya dari
golongan para nabi dan wali, dengan shalawat sebanyak jumlah cahaya dan
kemunculannya.”
Penjelasan
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (No.42) dikemukakan oleh Al-Qastalani di dalam kitab Masâlik al-Hunafâ’. Beliau menghimpun sepuluh shalawat yang tidak dinisbahkan kepada seorangpun.
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (No.42) dikemukakan oleh Al-Qastalani di dalam kitab Masâlik al-Hunafâ’. Beliau menghimpun sepuluh shalawat yang tidak dinisbahkan kepada seorangpun.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Say-yidina Muhammad dan kepada
keluarga Sayyidina Muham-mad, sebanyak jumlah penyakit dan obat, serta
berkati dan sejahterakanlah mereka sebanyak-banyaknya.”
Penjelasan
Shalawat ini bersumber dari Maulana Syaikh Khalid Al-Naqsabandi, pembaharu tarekat Naqsabandiyah. Beliau mengatakan bahwa, shalawat ini merupakan perisai yang sangat ampuh untuk menghadapi penguasa yang lalim. Ketika mengakhiri pembacaan shalawat ini, kata katsîrân diulang berkali-kali.”
Shalawat ini bersumber dari Maulana Syaikh Khalid Al-Naqsabandi, pembaharu tarekat Naqsabandiyah. Beliau mengatakan bahwa, shalawat ini merupakan perisai yang sangat ampuh untuk menghadapi penguasa yang lalim. Ketika mengakhiri pembacaan shalawat ini, kata katsîrân diulang berkali-kali.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina
Muhammad-hamba, Nabi, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi; kepada keluarganya
dan para sahabatnya, sesuai dengan kadar kebesaran Zat-Mu, dalam setiap
waktu dan saat. ”
Penjelasan
Shalawat ini termasuk shalawat kesempurnaan, Di antara faedahnya dikatakan bahwa, shalawat ini menyamai seratus ribu shalawat lainnya.
Ada yang mengatakan bahwa shalawat ini bersumber dari Imam Abû Al-Hasan Al-Syadzili, namun tidak pasti.
Shalawat ini termasuk shalawat kesempurnaan, Di antara faedahnya dikatakan bahwa, shalawat ini menyamai seratus ribu shalawat lainnya.
Ada yang mengatakan bahwa shalawat ini bersumber dari Imam Abû Al-Hasan Al-Syadzili, namun tidak pasti.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad dan
keluarganya, dengan shalawat yang setimbang dengan bumi dan langit;
sebanyak jumlah apa-apa yang ada di dalam ilmu-Mu; serta sebanyak
jumlah partikel dari semua benda yang ada di bola bumi dan
berlipat-lipat ganda dari itu. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi
Maha Mulia.”
Penjelasan
Shalawat ini disebutkan di dalam kitab Kunûz Al-Asrâr: Tentang shalawat ini, Syaikh Al-Iyâsî berkata, “Shalawat ini mempunyai rahasia yang sangat besar, dan fadhilah yang sangat banyak serta menyamai 100.000 shalawat lainnya.
Shalawat ini disebutkan di dalam kitab Kunûz Al-Asrâr: Tentang shalawat ini, Syaikh Al-Iyâsî berkata, “Shalawat ini mempunyai rahasia yang sangat besar, dan fadhilah yang sangat banyak serta menyamai 100.000 shalawat lainnya.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina
Muhammad-kekasih dan yang dikasihi, penyembuh penyakit dan pelepas
kesusahan; kepada keluarganya dan para sahabatnya.”
Penjelasan
Tentang shalawat ini, Syaikh Yûsuf Al-Nabhânî menjelaskan,”Syaikh Hasan Abû Halawah Al-Ghazza yang berdiam di Al-Quds telah mengajarkan shalawat ini kepada saya. Hal itu disebabkan ketika saya mengadukan kepadanya penyakit cemas dan susah yang saya derita. Setelah saya baca shalawat tersebut, lenyaplah segala penderitaan saya berkat shalawat dengan sighat tersebut di atas.
Tentang shalawat ini, Syaikh Yûsuf Al-Nabhânî menjelaskan,”Syaikh Hasan Abû Halawah Al-Ghazza yang berdiam di Al-Quds telah mengajarkan shalawat ini kepada saya. Hal itu disebabkan ketika saya mengadukan kepadanya penyakit cemas dan susah yang saya derita. Setelah saya baca shalawat tersebut, lenyaplah segala penderitaan saya berkat shalawat dengan sighat tersebut di atas.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammmad Nabi yang
ummi, yang suci dan bersih; dengan shalawat yang melepaskan segala
ikatan dan melenyapkan segala kesusahan.”
Penjelasan
Shalawat ini disebutkan oleh Al-Zubaydi di dalam kitabnya, Al-Shilât wa Al-’Awâ’id.
Sebagai orang saleh mengatakan bahwa, shalawat ini sangat manjur untuk melenyapkan kesusahan.
Shalawat ini disebutkan oleh Al-Zubaydi di dalam kitabnya, Al-Shilât wa Al-’Awâ’id.
Sebagai orang saleh mengatakan bahwa, shalawat ini sangat manjur untuk melenyapkan kesusahan.
Artinya: “Kepadamulah, ya Raslullah, mengalir shalawat Allah, salam-Nya, tahiyat-Nya, dan berkah-Nya; dalam tiap-tiap saat yang memadai dengan kedudukanmu yang besar dan derajatmu yang tinggi; berkumpul bagimu segala keutamaan semua jenis shalatawat dan salam.”
Penjelasan
Shalawat di atas termasuk yang menghimpun seluruh shalawat.
Shalawat di atas termasuk yang menghimpun seluruh shalawat.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang cahayanya
bagi makhluk telah mendahului, dan kemunculannya merupakan rahmat bagi
alam; sebanyak jumlah makhluk-Mu yang lalu maupun yang akan datang
serta yang berbahagia di antara mereka maupun yang celaka-dengan
shalawat yang menghabiskan segala hitungan dan meliputi segala batasan;
dengan shalawat yang tidak akan habis, berakhir; dan selesai, serta
dengan shalawat yang terus-menerus dengan ke-abadian-Mu, juga kepada
keluarganya. Limpahkanlah pula kesejahteraan yang banyak seperti itu.”
Penjelasan
Pensyarah kitab Dalâ’il mengatakan bahwa, Sayyid ‘Abdul Qadir Al-Jaylânî menutup hizb-nya dengan shalawat ini. Dinukil pula dari ucapan Al-Sakhâwî, bahwa shalawat ini mempunyai keistimewaan; satu shalawat ini berbanding sepuluh ribu shalawat lainnya.
Pensyarah kitab Dalâ’il mengatakan bahwa, Sayyid ‘Abdul Qadir Al-Jaylânî menutup hizb-nya dengan shalawat ini. Dinukil pula dari ucapan Al-Sakhâwî, bahwa shalawat ini mempunyai keistimewaan; satu shalawat ini berbanding sepuluh ribu shalawat lainnya.
Sementara
Imâm Muhyiddîn Al-Yamani, yang bergelar “Junayd dari negeri Yaman”,
mengatakan; “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat ini sepuluh kali,
pagi dan sore, ia berhak mendapat keridhaan Allah Yang Maha Besar; aman
dari kemurkaan-Nya; mendapat curahan rahmat yang berlimpah;
terpelihara dengan pemeliharaan nabi dari segala marabahaya, dan
mendapatkan kemudahan dalam segala urusan.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat-Mu yang paling utama selalu, berkah-Mu
yang paling berkembang se-lamanya, dan tahiyat-Mu yang paling baik
keutamaan dan jumlahnya; kepada semuha-mulia makhluk manusia, kum-pulan
hakikat iman, dan batas kebaikan yang tampa; pemimpin balatentara kaum
Muslim, penghulu barisan para nabi yang dimuliakan, dan seutama-utarna
makhluk dari semuanya; pembawa panji kemuliaan dan ketinggian pemilik
kendali kemuliaan, dan yang menyaksikan rahasia azali; sumber ilmu
kesantunan, dan hikmah; penampilan rahasia kemurahan secara sebagian dan
keseluruhan; manusia ‘aynil-wujûd’ ruh jasad dua alam, dan mata
kehidupan dua tempat; yang memastikan dengan tingkat ubudiah yang
tertinggi dan yang berakhlak dengan akhlak kedudukan pilihan; sahabat
yang terbesar dan kekasih yang dimuliakan, yaitu Sayyidina Muhammad bin
‘Abdillah bin ‘Abdil Mutthalib; juga atas seluruh nabi dan rasul, serta
atas keluarga dan sahabat mereka semuanya sebanyak orang yang ingat
menyebut nama-Mu dan orang yang lalai melupakan-Mu.”
Penjelasan
Sayyid Ahmad Al-Shâwî, di dalam kitab Syarh Wird Al-Dardir mengatakan bahwa, shalawat ini dinukil oleh Hujjatul Islam Al-Ghazali dari Quthb Al-Idrûs, dan di-namakan Syams Al-Kanzil A’dhâm. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa, shalawat ini dinukil dari Quthb Al-Rabbânî Sayyid ‘Abdul Qadir Al-Jaylânî.
Barangsiapa yang membaca shalawat ini sesudah shalat isya, sebelumnya membaca Surah Al-Ikhlas dan Al-Mu’awwidzatayn sebanyak 33 kali, maka ia akan bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw.
Sayyid Ahmad Al-Shâwî, di dalam kitab Syarh Wird Al-Dardir mengatakan bahwa, shalawat ini dinukil oleh Hujjatul Islam Al-Ghazali dari Quthb Al-Idrûs, dan di-namakan Syams Al-Kanzil A’dhâm. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa, shalawat ini dinukil dari Quthb Al-Rabbânî Sayyid ‘Abdul Qadir Al-Jaylânî.
Barangsiapa yang membaca shalawat ini sesudah shalat isya, sebelumnya membaca Surah Al-Ikhlas dan Al-Mu’awwidzatayn sebanyak 33 kali, maka ia akan bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw.
Artinya: “Aku
memohon kepada-Mu, ya Allah, agar Engkau melimpahkan shalawat dan
salam kepada penghulu para rasul dan pemimpin orang-orang takwa; yang
telah Engkau ciptakan dengan kebesaran-Mu dan Engkau hiasi dengan
keelokan-Mu; yang Engkau mahkotai dengan kesempurnaan-Mu dan Engkau
jadikan orang yang berhak memandang Dzat-Mu; yang Engkau jadikan ia
sebagai tempat bagi asma dan sifat-Mu; yang Engkau gandengkan namanya
dengan nama-Mu serta ketaatan kepadanya dengan ketaatan kepada-Mu,
yakni Muhammad bin Abdillah, serta para keluarga dan sahabatnya yang
menyeru kepada Allah.
Ya
Allah, limpahkalah shalawat kepada Sayyidina Muhammad-wakil hadrat
Dzat-Mu; yang memastikan dengan asma dan sifat-Mu; yang mengumpulkan
antara yang ada dan tiada; pemisah antara yang baru dan yang lama;
pemimpin orang-orang yang terbuka dengannya segala yang terkunci,
menjadi pulih setiap yang pecah, dan meniadi merdeka kembali setiap yang
dikalahkan.”
Penjelasan
Shalawat ini berasal dari Sayyidi Muhyiddin bin Al-’Arâbi, yang disebutkannya di dalam hizb-nya, Al-Tawhîd, Telah pula dinukil oleh Syaikh Al-Nabhani, dan kami menukilnya dari beliau.
Shalawat ini berasal dari Sayyidi Muhyiddin bin Al-’Arâbi, yang disebutkannya di dalam hizb-nya, Al-Tawhîd, Telah pula dinukil oleh Syaikh Al-Nabhani, dan kami menukilnya dari beliau.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah seutama-utama sha-lawat, setinggi-tinggi berkah,
dan sebaik-baik tahiyat didalan setiap waktu; kepada semulia-mulia
makhluk, Say-yidina dan Maulana Muhammad; sesempurna-sempurna penduduk
bumi dan langit. Limpahkanlah pula kesejahteraan kepadanya, duhai Tuhan
kami, sebaik-baik tahiyat, di dalam setiap kehadiran dan pandangan.”
Penjelasan
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Abû Al-Hasan Al-Syadzili Beliau membuka hizb-nya, Al-Luthf dengan sha-lawat ini.
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Abû Al-Hasan Al-Syadzili Beliau membuka hizb-nya, Al-Luthf dengan sha-lawat ini.
Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Zat Mu-hammad yang halus dan tunggal; matahari langit rahasia tempat pemunculan cahaya; pusat peredaran kebesaran; dan kutub falak keindahan.
Ya
Allah dengan rahasianya di sisi-Mu dan dengan perjalanannya kepada-Mu
amankanlah rasa takutku; ku-rangilah kesalahanku; lenyapkanlah
kesedihan dan ke-tamakanku; dan jadilah penolongku. Bawalah aku
kepada-Mu, karunialah aku fana terhadapku, dan janganlah Engkau jadikan
diriku mendapat cobaan dari nafsuku. Singkapkanlah bagiku semua
rahasia yang tersembunyi, duhai Tuhan Yang Maha hidup dan Maha
mandiri.”
Penjelasan
Shalawat ini berasal dari Sayyid Ibrâhîm Al-Dasûqî, yang dipakai sebagai pembuka hizb oleh Al-Dardir: Hal ini menunjukkan keutamaan shalawat ini yang sangat besar.
Shalawat ini berasal dari Sayyid Ibrâhîm Al-Dasûqî, yang dipakai sebagai pembuka hizb oleh Al-Dardir: Hal ini menunjukkan keutamaan shalawat ini yang sangat besar.
Artinya: “Ya
Allah, bagi-Mu-lah segala pujian sebanyak jumlah orang yang memuji-Mu;
bagi-Mu-lah pujian sebanyak orang yang tidak memuji-Mu; dan
bagi-Mu-lah pujian sebagaimana Engkau suka untuk dipuuji.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad se-banyak jumlah orang yang bershalawat kepadanya, lim-pahkanlah shalawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang tidak bershalawat kepadanya, dan lim-pahkanlah shalawat kepadanya sebagaimana angkau suka supaya diucapkan shalawat atasnya.”
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad se-banyak jumlah orang yang bershalawat kepadanya, lim-pahkanlah shalawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang tidak bershalawat kepadanya, dan lim-pahkanlah shalawat kepadanya sebagaimana angkau suka supaya diucapkan shalawat atasnya.”
Penjelasan
As-Sakhâwî bertutur sebagai berikut:
Kami menuturkan riwayat dari Al-Thabrânî di dalam kitab Al-Du’â’, bahwa beliau bermimpi melihat Nabi Saw. dalam sifatnya yang telah sampai beritanya kepada kita. Lalu beliau berkata, Assalâmu ‘alayka Ayyuh al-Nabiyya Warahamatullâhi wa Barakâtuh. Ya Rasulullah, Allah telah mengilhami aku beberapa kalimat!”
Rasulullah bertanya, “Apakah itu?”
Allâhumma laka al-Hamdu ...(hingga akhir shalawat tersebut di atas).”
Lalu Rasulullah Saw. Tersenyum hingga tampak gigi serinya memancarkan cahaya yang cemerlang.
As-Sakhâwî bertutur sebagai berikut:
Kami menuturkan riwayat dari Al-Thabrânî di dalam kitab Al-Du’â’, bahwa beliau bermimpi melihat Nabi Saw. dalam sifatnya yang telah sampai beritanya kepada kita. Lalu beliau berkata, Assalâmu ‘alayka Ayyuh al-Nabiyya Warahamatullâhi wa Barakâtuh. Ya Rasulullah, Allah telah mengilhami aku beberapa kalimat!”
Rasulullah bertanya, “Apakah itu?”
Allâhumma laka al-Hamdu ...(hingga akhir shalawat tersebut di atas).”
Lalu Rasulullah Saw. Tersenyum hingga tampak gigi serinya memancarkan cahaya yang cemerlang.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjunan kami, Muhammad.
Telah semai rasanya upayaku, tolonglah aku ya Rasulullah.”
Penjelasan
Ibn ‘Âbidîn menukil shalawat ini dari seorang hamba yang salih, Ahmad Al-Halabi, yang berdiam di Damaskus. Dia bertutur bahwa, ada sebagian menteri Damaskus me-nangkapnya, sehingga pada malam itu, ia merasa sangat susah sekali. Lalu ia bermimpi melihat Rallulullah Saw. Baginda Nabi menenteramkan hatinya dan mengajarkan kepadanya sighat shalawat ini. Baginda Nabi mengatakan bahwa barangsiapa yang membacanya maka Allah akan menghilangkan kesulitannya. Ketika ia terbangun, lalu dibacanya shalawat itu, dan akhirnya, berkat Rasulullah Saw. kesulitannya itu lenyap.
Kemudian Ibn ‘Âbidîn mengatakan bahwa, beliau telah mencoba membaca shalawat itu berkali-kali, dan ternyata memang sangat cepat sekali untuk menghilangkan kesulitan.
Ibn ‘Âbidîn menukil shalawat ini dari seorang hamba yang salih, Ahmad Al-Halabi, yang berdiam di Damaskus. Dia bertutur bahwa, ada sebagian menteri Damaskus me-nangkapnya, sehingga pada malam itu, ia merasa sangat susah sekali. Lalu ia bermimpi melihat Rallulullah Saw. Baginda Nabi menenteramkan hatinya dan mengajarkan kepadanya sighat shalawat ini. Baginda Nabi mengatakan bahwa barangsiapa yang membacanya maka Allah akan menghilangkan kesulitannya. Ketika ia terbangun, lalu dibacanya shalawat itu, dan akhirnya, berkat Rasulullah Saw. kesulitannya itu lenyap.
Kemudian Ibn ‘Âbidîn mengatakan bahwa, beliau telah mencoba membaca shalawat itu berkali-kali, dan ternyata memang sangat cepat sekali untuk menghilangkan kesulitan.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Maulana Muhammad dan
keluarganya, sebanyak jumlah, hitungan semuanya; dari mana habisnya
dalam ilmu-Mu; dari mana tidak ada hitungan dalam liputan-Mu; dan dengan
apa-apa yang Engkau ketahui bagi diri-Mu tanpa akhir. Sesunghnya
Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Penjelasan
Shalawat ini bersumber dari seorang arif yang besar dan wali yang terkenal; lautan ilmu syariat, tarekat dan hakikat, yakni Sayyid Ahmad bin Idris; pemuka tarekat Idrisiyah vang merupakan anak cabang dari tarekat Syadziliyah.
Shalawat ini bersumber dari seorang arif yang besar dan wali yang terkenal; lautan ilmu syariat, tarekat dan hakikat, yakni Sayyid Ahmad bin Idris; pemuka tarekat Idrisiyah vang merupakan anak cabang dari tarekat Syadziliyah.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad dan keluarganya,
dengan shalawat penduduk langit dan bumi kepadanya. Alirkanlah, duhai
Maulaku, kelembutan-Mu yang tersembunyi dalam urusanku. Tampakkanlah
rahasia keindahan buatan-Mu dalam perkara-perkara yang aku cita-citakan
dari-Mu, duhai Tuhan semesta alam.”
Penjelasan
Shalawat ini oleh sebagian ulama dinisbahkan kepada Sayyid ‘Abdullâh Al-’Alamî. Di antara khasiatnya yang terkenal adalah bahwa, “Barangsiapa yang membacanya sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melenyapkan kesusahannya.”
Shalawat ini oleh sebagian ulama dinisbahkan kepada Sayyid ‘Abdullâh Al-’Alamî. Di antara khasiatnya yang terkenal adalah bahwa, “Barangsiapa yang membacanya sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melenyapkan kesusahannya.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Mu-hammad dan kepada keluarga
Muhammad, dengan shalawat yang menjadikan ridha bagi-Mu dan penunaian
bagi haknya; berikanlah kepadanya wasilah dan kedudukan yang Engkau
telah janjikan.”
Penjelasan
Diriwayatkan oleh Sya’rânî bahwa, Nabi Saw. pernah menerangkan tentang shalawat ini dalam sabdanya, “Barangsiapa yang membacanya, ia berhak mendapatkan
Diriwayatkan oleh Sya’rânî bahwa, Nabi Saw. pernah menerangkan tentang shalawat ini dalam sabdanya, “Barangsiapa yang membacanya, ia berhak mendapatkan
Artinya: “Ya
Allah, ya Tuhan Muhammad dan keluarga Muhammad limpahkanlah shalawat
atas Muhammad dan keluarga Muhammad serta berikanlah kepada Muhammad
derajat dan wasilah di dalam surga. Duhai Tuhan Mu-hammad dan keluarga
Muhammad berilah ganjaran kepada Muhammad. Semoga Allah melimpahkan
shalawat kepadanya sesuai dengan apa yang sepantasnya bagianya.”
Penjelasan
Di dalam kitab Syarah Dalâ’il disebutkan bahwa Nabi Saw. telah bersabda, “Barangsiapa di antara umatku yang membaca shalawat ini, baik di waktu pagi maupun di waktu petang, berarti ia telah membuat malaikat pencatat amal menjadi kepayahan selama seribu hari, juga diampuni dosa-dosanya dan dosa-dosa kedua orang tuanya.
Di dalam kitab Syarah Dalâ’il disebutkan bahwa Nabi Saw. telah bersabda, “Barangsiapa di antara umatku yang membaca shalawat ini, baik di waktu pagi maupun di waktu petang, berarti ia telah membuat malaikat pencatat amal menjadi kepayahan selama seribu hari, juga diampuni dosa-dosanya dan dosa-dosa kedua orang tuanya.
Di
dalam kitab Syarah al-Fâsi dijelaskan bahwa, shalawat ini diangkat
dari hadis Jabir bin ‘Abdillâh r.a., dan disebutkan faedah yang banyak
baginya.
Sementara Al-Hâfizh Al-Sakhâwi berkomentar, “Seandainya ada orang bersumpah hendak mengucapkan shalawat yang paling utama, lalu ia membaca shalawat ini. niscaya ia telah memenuhi sumpahnya itu.”
Sementara Al-Hâfizh Al-Sakhâwi berkomentar, “Seandainya ada orang bersumpah hendak mengucapkan shalawat yang paling utama, lalu ia membaca shalawat ini. niscaya ia telah memenuhi sumpahnya itu.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Mu-hammad di kalangan orang-orang
dahulu, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan orang-orang
ke-mudian, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di-kalangan para nabi,
limpahkanlah shalawat kepada Mu-hammad dikalangan para rasul, dan
limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan arwah sampai Hari
Kiamat.”
Penjelasan
Tentang shalawat ini, barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali di waktu sore dan tiga kali di waktu pagi, niscaya akan sirnalah dosa-dosanya, terhapuslah segala kesalahannya, tetaplah kesenangannya, dikabulkan doanya, dikabulkan cita-citanya, dan dia ditolong menghadapi musuh-musuhnya.
Tentang shalawat ini, barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali di waktu sore dan tiga kali di waktu pagi, niscaya akan sirnalah dosa-dosanya, terhapuslah segala kesalahannya, tetaplah kesenangannya, dikabulkan doanya, dikabulkan cita-citanya, dan dia ditolong menghadapi musuh-musuhnya.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Say-yidina Muhammad yang telah
Engkau penuhi hatinya dengan keagungan-Mu, dan telah Engkau penuhi
matanya dengan sifat keindahan-Mu, sehingga ia menjadi senang-gembira,
terbantu dan tertolong; juga kepada keluarganya dan para sahabatnya.
Limpahkanlah pula kesejahteraan yang banyak kepada mereka semuanya.
Segala puji bagi Allah atas semua itu.”
Penjelasan
Abû ‘Abdullah Al-Nu’mân pernah bermimpi melihat Nabi Saw., lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, shalawat manakah yang paling utama?
Beliau menjawab, “Katakanlah…(lalu Baginda Nabi menyebutkan shalawat ini).”
Ada lagi cerita lainnya tentang shalawat ini, seperti yang disebutkan di dalam kitab Dalâ’il al-Khayrât.
Abû ‘Abdullah Al-Nu’mân pernah bermimpi melihat Nabi Saw., lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, shalawat manakah yang paling utama?
Beliau menjawab, “Katakanlah…(lalu Baginda Nabi menyebutkan shalawat ini).”
Ada lagi cerita lainnya tentang shalawat ini, seperti yang disebutkan di dalam kitab Dalâ’il al-Khayrât.
Artinya: “Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu,semoga Engkau melimpahkan shalawat kepada
Sayyidina Muham-mad, kepada seluruh nabi dan rasul, serta kepada
keluarga dan sahabat mereka semuanya; serta semoga Engkau mengampuni
dosa-dosaku yang telah lalu dan Engkau memelihara diriku dari dosa- dosa
yang tersisa.”
Penjelasan
Shalawat ini berasal dari Sayyid Ibrâhîm Al-Matbulî
Shalawat ini berasal dari Sayyid Ibrâhîm Al-Matbulî
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidina
Muhammad, yang pemaaf dan penyayang,. serta yang mempunyai akhlak yang
agung; juga kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan isteri-isterinya
di setiap saat sebanyak jumlah semua yang baru dan yang lama.”
Penjelasan
Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan shalawat Al-Ra’ûf al-Rahîm. Sayyid Ahmad Al-Shâwî mengatakan, “Shalawat ini termasuk sighat shalawat yang paling mulia. Oleh karena itu, seyogyanya diperbanyak membacanva.”
Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan shalawat Al-Ra’ûf al-Rahîm. Sayyid Ahmad Al-Shâwî mengatakan, “Shalawat ini termasuk sighat shalawat yang paling mulia. Oleh karena itu, seyogyanya diperbanyak membacanva.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidina
Muhamad dan kepada ke-luarganya, sebanyak jumlah nikmat Allah dan
karunia-Nya.”
Penjelasan
Shalawat di atas lebih dikenal dengan sebutan shalawat Al-In’âm. Khasiatnya adalah seperti yang dikatakan oleh Sayyid Ahmad Al-Shâwî, yakni membuka pintu kenik-matan dunia dan akhirat bagi pembacanya, sementara pahalanya tidak terhingga.
Shalawat di atas lebih dikenal dengan sebutan shalawat Al-In’âm. Khasiatnya adalah seperti yang dikatakan oleh Sayyid Ahmad Al-Shâwî, yakni membuka pintu kenik-matan dunia dan akhirat bagi pembacanya, sementara pahalanya tidak terhingga.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada cahaya yang berkilau, bulan yang
memancar, purnama yang naik, hujan yang melimpah, pertolongan yang luas,
kekasih yang menolong, Nabi yang membuat undang-undang, Rasul yang
menjelaskan, orang yang diperintah yang taat, kawan bicara yang
mendengarkan, pedang yang tajam, hati yang khusyuk, mata yang
mengucurkan airmata, yakni Sayyidina Muhammad; juga kepada keluarganya
dan anak-anaknya yang mulia; kepada sahabat-sahabatnya yang agung; serta
kepada para pengikutnya diantara ahli sunnah dan Islam.”
Artinya: “Ya
Allah limpahkanlah shalawat dan salam, kepada Sayyidina Muhammad,
shalawat yang dengannya dituliskan garis-garis, dilapangkan dada, serta
dimudahkan segala urusan, berkat rahmat dari-Mu, duhai Tuhan Yang Maha
Pengampun, serta kepada keluarga dan para sahabatnya.”
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina Muuhammad dan
orang-orang yang menolongnya, sebanyak jumlah apa yang Engkau ketahui
dari permulaan urusan sampai akhirnya, serta kepada keluarga dan
Sahabat-sahabatnya.”
Penjelasan
Shalawat ini dan dua shalawat sebelumnya (no. 67 dan 68) bersumber dari Sayyid Ahmad Al-Rifâ’i ra. dan termasuk shalawat Al-Jawâmi’ al-Kawâmil (kumpulan kesempurnaan).
Shalawat ini dan dua shalawat sebelumnya (no. 67 dan 68) bersumber dari Sayyid Ahmad Al-Rifâ’i ra. dan termasuk shalawat Al-Jawâmi’ al-Kawâmil (kumpulan kesempurnaan).
Dikatakan
bahwa, barangsiapa yang membacanya (yang mana saja dari ketiganya)
sesudah salat shubuh atas niat dan keinginan apa saja, niscaya akan
diperolehnya dengan izin Allah.
Artinya: “Ya
Allah, dengan-Mu aku bertawassul, dari-Mu aku meminta, kepada-Mu dan
karena-Mu dan karena-Mu-bukan karena sesuatu Diri-Mu aku rindu. Aku
tidak meminta dari-Mu selain Diri-Mu dan tidak meminta dari-Mu kecuali
kepada-Mu.
Ya Allah, aku bertawassul kepada-Mu dalam perkenan itu dengan wasilah, yang teragung dan keutamaan yang ter-besar; yakni Sayyidina Muhammad, manusia pilihan, orang yang suci dan diridhai, serta Nabi pilihan. Dengannya aku memohon kepada-Mu agar Engkau memberikan shalawat kepadanya dengan shalawat yang bersifat abadi, lestari, dan mandiri; serta bersifat Ilahiyah dan Rabbaniyah, dimana ia menyaksikan bagiku hal itu di dalam mata ke-sempurnaanya dengan kesaksiannya makrifat terhadapanya; juga kepada keluarganya dan para saha-batnya. Sebab, Engkaulah penolong atas itu. Tiada upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. ”
Ya Allah, aku bertawassul kepada-Mu dalam perkenan itu dengan wasilah, yang teragung dan keutamaan yang ter-besar; yakni Sayyidina Muhammad, manusia pilihan, orang yang suci dan diridhai, serta Nabi pilihan. Dengannya aku memohon kepada-Mu agar Engkau memberikan shalawat kepadanya dengan shalawat yang bersifat abadi, lestari, dan mandiri; serta bersifat Ilahiyah dan Rabbaniyah, dimana ia menyaksikan bagiku hal itu di dalam mata ke-sempurnaanya dengan kesaksiannya makrifat terhadapanya; juga kepada keluarganya dan para saha-batnya. Sebab, Engkaulah penolong atas itu. Tiada upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. ”
Artinya: “Ya
Allah limpahkanlah shalawat atas Ahmad, utusan-Mu. Aku memohon
kepada-Nya, ya Allah, dengannya, dan dengannya aku memohon kepada-Mu;
agar Engkau melimpahkan shalawat kepadanya; dengan shalawat yang hakiki,
untuk mengkhususkan dengannya, yang umum dalam seluruh kesatuan huruf
dan nama serta dalam seluruh tingkatan akal dan ilmu; dengan shalawat
yang berkesinambungan, yang tidak mungkin dipisahkan dengan cara dicoba
atau sara lainnya, bahkan mustahil secara akal maupun naqli; juga
kepada keluarga dan para sahabatnya. Limpahkanlah pula kesejahteraan
yang banyak kepadanya.”
Penjelasan
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya berasal dari sumber yang sama yaitu, dari ‘Arif Rabbanî, Sayyid Muhammad Wafâ’ Al-Syadzili r.a., yang saya nukil dari kitab Masâliku al-Hunafâ’.
Shalawat ini dan shalawat sebelumnya berasal dari sumber yang sama yaitu, dari ‘Arif Rabbanî, Sayyid Muhammad Wafâ’ Al-Syadzili r.a., yang saya nukil dari kitab Masâliku al-Hunafâ’.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah Shalawat, Salam, dan berkah, kepada orang yang
karenanya seluruh alam menjadi mulia; limpahkanlah shalawat, salam, dan
berkah kepada Sayyidina Muhammmad yang Engkau tampakkan dengannya
petunjuk kebajikan, limpahkanlah shalawat, salam dan berkah kepada
Sayyidina Muhammad yang telah menjelaskan bagian terkecil dari Al-Quran,
limpahkanlah Shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidina Muhammad,
pemimpin orang-orang terkemuka dan penyebab keberadaan setiap manusia,
dan limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidina Muhammad
yang membangun tiang-tiang syariat bagi alam manusia dan jin, yang
menjelaskan perilaku tarekat bagi orang-orang yang bertanya, dan yang
merumuskan ilmu-ilmu hakikat bagi orang-orang arif
Limpahkanlah
ya Allah, shalawat, salam, dan berkah kepadanya dengan shalawat yang
sesuai dengan kedu-dukannya yang mulia dan derajatnya yang tinggi.
Lim-pahkanlah kesejahteraan yang banyak dan selalu. Ya Allah, ya Rahman,
ya Rahim.
Ya
Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidina
Muhammad yang telah menghiasi mah-ligai hati, menampakkan rahasia yang
gaib, dan pintu semua yang dipinta. Limpahkanlah ya Allah, shalawat dan
salam kepadanya selama matahari menyinari alam Lim-pahkanlah shalawat,
salam, dan berkah kepada orang yang telah mengucapkan kepada kami
dengan ban-tuannya, kedermawanan. Ya Allah, ya Rahman, ya Rahim.
Ya
Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, dengan
shalawat yang mendekatkan orang-orang jauh diantara kami ke hadirat
Rabbaniyah, dan membawa orang-orang yang dekat dari kami ke maqam
ilahiah yang tidak berujung. Limpahkanlah ya Allah, sha-lawat kepadanya
dengan shalawat yang melapangkan dada, memudahkan urusan, dan
menyingkap tabir, serta limpahkanlah pula kesejahteraan yang banyak,
sampai Hari Kiamat. Amin.”
Penjelasan
Shalawat di atas adalah yang dipakai oleh Sayyid Mushtafa Al-Bakrî dl saat mengakhiri wirid-nya yang dikenal dengan Wird al-Sikhr.
Shalawat di atas adalah yang dipakai oleh Sayyid Mushtafa Al-Bakrî dl saat mengakhiri wirid-nya yang dikenal dengan Wird al-Sikhr.
Artinya: “Ya
Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad dengan semua
shalawat yang Engkau sukai baginya, dan dalam setiap waktu yang Engkau
sukai atasnya.
Ya
Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Sayyidina Muhammad dengan
semua kesejahteraan yang Engkau sukai baginya, dan dalam setiap waktu
yang Engkau sukai atasnya, Shalawat dan salam semoga selalu (tercurah)
menurut keabadian-Mu, sebanyak jumlah yang Engkau ketahui, setimbang
dengan apa yang Engkau ketahui, se-penuh apa yang Engkau ketahui, dan
sebanyak tinta ka-limat-Mu, serta berlipat-lipat ganda dari itu.
Ya
Allah, bagi-Mu-lah pujian dan syukur sebanyak itu pula, atas semua itu
dan di dalam semua itu; juga kepada ke-luarganya, sahabat-sahabatnya
dan saudara-saudaranya.”
Penjelasan
Shalawat ini berasal dari Sayyid Murtadhâ Al-Zubaydi.
Shalawat ini berasal dari Sayyid Murtadhâ Al-Zubaydi.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad, dengan shalawat yang menjadi pintu yang disaksikan bagi kami di sisi Allah, dan yang menjadi tirai yang tertutup di sisi musuh-musuhnya juga kepada keluarga dan para sahabatnya.”
Artinya: “Ya
Allah, aku memohon dengan asma-Mu yang agung yang tertulis dari cahaya
Wajah-Mu yang Maha-tinggi dan Mahabesar; yang kekal dan abadi, di
dalam kalbu Rasul dan Nabi-Mu, Muhammad; aku memohon dengan asma-Mu
yang agung dan tunggal dengan kesatuan yang manuggal, yang Maha Agung
dari kesatuan jumlah, dan yang Maha Suci dari setiap sesuatu -dan
dengan hak Bismillâhirrahmânirrahîmi, Qul Huwallâhu ahad, Allâhu
al-Shamad, lam Yalid walam Yûlad, walam Yakun lahu Kufwân Ahad, semoga
Engkau melimpahkan shalawat kepada junjungan kami, Muhammad, rahasia
kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi yang ada, dengan shalawat yang
menetapkan iman dalam hatiku, dan mendorongku agar menghafalkan
Al-Quran, memberikan pemahaman bagiku dari ayat-ayatnya, mem-bukakan
bagiku dengannya cahaya surga dan cahaya nikmat, serta cahaya pandangan
kepada wajah-Mu yang mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.
Limpahkan pula salam sejahtera kepadanya.”
Penjelasan:
Shalawat ini dan yang sebelumnya (no.74) adalah berasal dari Al-’Arif Billâh Sayyid Taqiyyuddin Al-Hanbalî.
Shalawat ini dan yang sebelumnya (no.74) adalah berasal dari Al-’Arif Billâh Sayyid Taqiyyuddin Al-Hanbalî.
No comments:
Post a Comment