Saturday, October 27, 2012

TAWASSUL

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله


BERTAWASUL DENGAN NABI MUHAMMAD

 

Bermunajad atau berdoa kepada Allah bisa dengan atau tidak dengan perantara, Akan tetapi sesungguhnya, ketika kita berdoa selalu ada beberapa perantara yang dilibatkan, yaitu; mencakup keadaan pribadi orang,tingkat kepatuhan,amal perbuatan , ketulusan dan keikhlasan seseorang .Jadi menurut Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani berdoa atau bermunajad kepada Allah dengan melalui perantara tidak Syirik.Disebutkan dalam eksiklopedia of islamic doctrine voume 4,Nabi Muhammad saw menjelaskan kepada para sahabat dan semua umat,Beliau berkata kepada Abu Bakr al Shidiq : “Pertolongan tidak diperoleh karena aku.Pertolongan diperoleh (hanya) karena Allah”.Beliau tidak mengatakan kepada Abu Bakr : “Haram meminta pertolongan kepadaku, karena hal itu sama saja menyekutukan kepada Allah” (al suyuthi, jami’ al hadits 496,no2694) Maksud Nabi saw adalah ia bukanlah sumber pertolongan,melainkan hanya pemberi syafaat paling utama untuk mendapatkan pertolongan Allah.
Makna hadist itu didukung ayat qur’an :”…… engkau tidaklah melempar ketika melempar,tetapi Allahl lah yang melempar……”.(QS al Anfal[8] :17), dan “Bahwa orang yang berjanji setia kepadamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah………..”.(al Fath[48]:10).Bahkan nabi bersabda :Aku tidak membuatmu bosan,tetapi Allah lah yang membuatmu bosan ‘(bukhari Muslim).Jadi hadis : “….pertolongan tidak diperoleh karena aku berarti bahwa meskipun akulah yang diminnta pertolongan pada hakikatnya bukan aku yang diminntai pertolongan,melainkan Allahh
Ibnu katsir ra,menyebutkan bahwa syi’ar (slogan) umat islam pada peristiwa perang Yamamah adalah :” Ya Muhamadah ( Wahai nabi Muhammad,tolonglah)”.Ia berkata :Khalid bin walid membawa (bendera) dan menyerang sampai melewati musuh untuk mencari Musailamah (al Kadzdzab,Sang pembohong).Setelah berhasil membunuhnya,dia kembali dan berhenti di dekat Shiffin seraya berkata: “Saya adalah putra Walid bin ‘Ud serta putra ‘Amir dan Zaid “.Kemudian dia berseru dengan slogan ummat islam.Slogan mereka ketika itu adalah :Ya Muhammadah ( wahai Muhammad,tolonglah ) (Al Bidayah wa Al Nihayah VI :324)
 Diriwiyatkan dari Haitsam bin khunus dia berkata :”Kami pernah berada dekat Abdullah bin Umar r.a.Kaki terasa bergetar (panas dingin) seseorang berkata kepadanya:”Coba sebutkan orang yang kau cintai.Dia berkata :Ya Muhammadah;(Wahai Muhammad,tolonglah).Tiba tiba dia sembuh seperti terlepas dari suatu ikatan.
Ada juga riwayat dari Mujahid r.a:”seorang yang kakinya tampak panas dingin berada dihadapan ibnu abbas r.a beliau berkata padanya: ” Coba anda sebutkan orang yang paling anda cintai,orang itu menjawab : ” Muhammad saw”.Maka hilanglah penyakitnya itu; Riwayat ini disebutkan oleh syeikh Ibnu Tamiyah dalam kitab AL KALIM AL THAYYIB pada pasal ke 47 hal 165,Itulah contoh tawasul dalam bentuk panggilan, demikian ditulis oleh DR.Muhhammad Al maliki al Hasani
Dalam enciclopedia of islamic doctrine Syeikh Muhammad Hisyam kabbani menulis ;diriwayatkan bahwa seorang buta datang kepada nabi Muhammad saw dan berkata:”Mohonkan kepada Allah agar DIA menolongku”.Beliau menjawab :”Jika kau kehendaki,aku akan menunda ini, dan jika lebih baik bagimu,aku akan berdoa kepada Allah Yang Maha suci”.Orang buta itu berkata:”Berdoalah kepadanNYA nabi Muhammad berkata kepada orang buta itu:”IDZAB FA TAWADHDHA’ WA SHALLI RA’ATAIN TSUMMA QUL ( Pergilah berwudlu,dan shalatlah dua rakaat lalu katakan ): Ya Allah, aku memohon kepada MU ( as’aluka) dan menghadap kepadaMU (atawajjahu ilayka) melalui NabiMU (bi nabiyyika Muhammad),nabi pembawa rahmat;Hai Muhammad ( ya Muhammad),aku menghadap kepadamu kepada Tuhanku menyampaikan kebutuhanku ini ( inni attawajjahhu bika ila rabbi fi hajati hadzihi – versi lain menyebutkan :(inni astsfi’u bika ala rabbi fi raddi bashari – akumeminta kepada Tuhanku dengan syafatmu untuk mengembalikan penglihatanku, Ya Allah..izinkan ia memberi syafaat untuku : Allahumma…Syaffi’hu fiyya. (diriwyatkan: Ahmad (4:138no 17246-17247;Tirmidzi;Hasan sahih garib,Da’awat,bab119;Ibn Majjah:kitab Iqamah al shalat wal sunnah,bab tentang shalat al Hajat no 1385,dengan tegas dinyatakan sahih oleh lima belas ulama hadis termasuk ibn Hajar,al Dzahabi,al Syaukani,dan Ibn Tamiyah).’
Selanjutnya syeikh menjelaskan :Perintah hadis ini berlaku umum untuk semua umat islam,tidak dibatasi untuk ,orang,tempat, atau waktu tertentu.ia berlaku bagi semua generasi hingga akhir yaman kecuali ada dalil lain dari nabi
Nabi tidak hadir secara fisik ketika doa itu dibacakan, karena beliau berkata kepada orang buta itu ” pergilah dan berwudlu……tanpa menambahkan :”lalu kembali kepadaku “seorang yang tidak hadir dihadapan anda. berarti ia tidak ada,sama saja apakah ia masih hidup atau siudah neninnggal dunia.
Abu said al khudri r.a meriwayatkan bahwa rosulullah saw bersabda:”Barang siapa meningalkan rumahnya untuk shalat dan berkata:”Ya Allah aku memohon kepadaMU,dengan kebenaran orang yang meminta kepadaMU dan aku memohon kedaMU dengan kebenaran orang yang berada di jalanMU yang tengah ku tempuh tanpa sikap ceroboh,sombong apalagi besar kepala dan tanpa mengharapkan pujian.Aku melangkah untuk menjauhi diri dari murkaMU dan untuk mencari ridlamu.Karena itu aku memohon perlindunganMU dari api neraka dan agar engkau mengampuni dosaa dosaku,sebab tak ada yang mengampuni dosa dosa selain KAU”. Niscaya Allah akan menerimaya dan tujuh puluh ribu malaikat akan memohon ampunan NYA
Dari anas ibn malik bahwa nabi saw berkata:”Ya Allah,berikan ampunanMU kepada ibuku,fatimah binti asad luaskan tempat yang akan dimasukinya(kuburnya) dengan kebenaran nabiMU dan kebenaran nabi nabi yang dtang sebelunku.
Hadis diatas menurut syeikh Muhammad Hisyam kabbani,menunjukankan bukti bahwa tidak ada perbedaan orang yang hidup maupun orang yang sudah meninggal dalam konteks tawasul,dan inilah contoh tawasul melalui para nabi.Sedang hadist abu said kurdhi:”Ya Allah aku meminta kepadaMU dengan kebenaran orang orang yang meminta kepadaMU,merupakan tawasul melalui kaum muslim secara umum.baik yang hidup maupun yang sudah meninggal.

BERTAWASUL DENGAN PARA WALI 

 

Syeikh Ja’far Subhani menulis dalam Wahabiyyah fii al Mizan : bahwa kaum Muslimin pada masa nabi dan masa sesudahnya,senantiyasa bertawasul dengan Auliya dan dengan maqam serta kedudukan mereka disisi Tuhan.Beliau mencontohkan beberapa hadits dan riwayat :
  • Ibn Atsir Izzudin Ali bin Muhammad, wafat tahun 630 dalam bukunya “USUD AL GHABAH FI MA’RIFA ASH SHABAH” menulis: Umar bin Khatab meminta hujan dikala paceklik memuncak,maka Allah memberi mereka hujan sehingga suburlah bumi.Umar menghadap kepada orang banyak dan berkata:”Demi Allah. Abbas adalah perantara kita kepada Allah dan ia mempunyai kedudukan di sisiNYA.
    Hasan bin Tsabit kemudian berkata:

    Di kala paceklik sudah merata disemua tempat,sang imam memohan hujan

    Maka segarlah orang orang dengan cahaya Abbas,paman nabi serta sejawat ayah beliauYang telah mewarisi maqam dan keudukan darinya Allah menghidupkan bumi

    Maka hijaulah bumi setelah keputussaan.
Dan ketika air hujan merata diseluruh tempat,orang orang bertabaruk(meminta berkah) dengan mengusap badan Abbas, seraya berkata: ” Selamat bagimu,wahai pemberi minum Haramain
Dengan memperhatikan riwayat diatas,sebagian darinya juga terdapat dalam Shahih Bukhari,kita dapat memahami bahwa salah satu dari sunstansi Tawasul adalah menjadikan orang orang yang terhormat yang memiliki kedudukan disisi Allah sebagai perantara,agar dapat membuat orang yang berdoa dan orang yang bertawasul itu dekat dengan Allah.
Allah menegaskan dalam frimanYA untuk senantiasa menemani para wali:”Hai orang orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang orang yang benar (QS al taubah [9]:119).Dan DIA menganjurkan kepada kita untuk mengikuti kepada orang orang yang kembali kepada NYA dengan tobat (QS Luqman [31]:15).Nabi saw besabda kea pada al farasi,tentang meminta minta,:”Jika kau memang harus meminta minta,mintalah kepada orang yang baik”( IN kunta la budda sa’ila fas’al al shalihin ).Dengan demikian mendatangi orang saleh untuk bertawasul hukumnya sunah dalam islam.
Selajutnya syeikh Muhammad Hisyam kabbani menjelaskan;sebagian orang mengira bahwa doa seorang wali hanya akan dikabulakn saat ia masih hidup dan ia tidak akan dapat menolongmu jika sudah mati.Mereka beranggapan bahwa orang suci,syeikh atau wali adalah sumber pertolongan,padahal,hanya Allah yang menjadi sumber keberkahan,bukan manusia.Karena itu meyakini bahwa Allah hanya akan memberi saat wali masih hidup dan tidak memberi jika ia sudah meninggal sama saja dengan mengatakan bahwa sumber tertinggi adalah manusia,bukan Allah.Sebenarnya hanya Allah yang memberi pertolongan baik ketika wali itu masih hidup ataupun sudah wafat.

Telah menjadi bagian keyakinan umat islam bahwa abdal,atau para wali pengganti disebut karena nabi bersabda:”Tak seorangpun dari mereka mati kecuali Allah menggantinya dengan yang lain”.Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani mengutip tulisan Ibn Taimiyah dalam kitabnya: AQIDAH WASITIYYAH.:
  • Penganut islam sejati adalah kaum sunni.diantara mereka terdapat para wali yang benar (shidiqqin),syuhada dan orang saleh.Diantara mereka orang yang dapat petunjuk dan cahaya,yang integritasnya kuat dan kebaikanya nyata.Para pengganti (abdal) dan pemimpin agama terdapat ditengah tengah mereka dan kaum muslimin berada di bawah bimbingan mereka.inilah kelompok yang beruntung yang mengenai mereka nabi saw bersabda:”Ada satu kelompok dalam umatku yang kukuh dalam kebenaran.Mereka tak akan dimudlaratkan oleh orang orang yang menentang maupun yang mengabaikan mereka sejak kini hingga hari kiamat”.*)Ibn Taimiyyah,’Aqidah Wasithiyyah,(edisi salfiyah ),h 36.
Imam syaukani berkata dalam makalah al Durr al Nadid fi Ikhlash Kalimah al tawhid :

  • Taka ada ruginya bertawasul melalui nabi, wali atau ulama……….. Sesorang yang datang ke kuburan sebagi peziarah (za’ira ) dan meminta kepada Allah semata dengan berwasilah kepada orang yang yang berada dalam kuburitu, adalah laksana orang yang mengatakan :”YA Allah aku memohon Engkau menyembuhkanku dari ini itu, dan aku berwasilah kepadamu dengan apa yang dimiliki hambaMU yang saleh ini,seperti ibadah kepadaMU,berjuang karenaMU,dan belajar serta mengakjardengan niat yang tulus karenaMU”. Jadi tak diragukan lagi tawasul seperti itu diperbolehkan
Syeikh Ja’far Subhani menambahkan firman Allah untuk penjelasan mengenai tawasul dengan parawali yaitu surat al Maidah ayat 35 :

  • “Wahai orang orang yang beriman,bertkwalah kepada Allah,dan carilah wasilah ( jalan ) yang mendekatkan diri keapadaNYA,dan berjihatlah pada jalanYA supaya kamu mendapat keberuntungan “.(QS al Maidah :35)
Ayat tersebut secara umum mengatakan agar orang mencari perantara,namun tidak dijelaskan perantara macam apa.Kita yakin, bahwa melaksanakan tugas tugas agama merupakan suatu perantara untuk mencapai keberuntungan.Akan tetapi hal itu sebenarnya tidak terbatas pada yang disebut diatas saja.Dengan memperhatikan sejarah dan riwayat riwayat,dapat dikatakan bahwa Tawasul juga merupakan salah satu perantara.Hal ini nampak jelas melalui riwayat permintaan hujan Khalifah kedua dengan pernatara ‘Abbas paman nabi:
  • Ya Allah,kami memohon hujan dariMU dengan pernataraan paman nabiMU dan akmi menjadikan kebaikan kebaikan sebagai syafi’.Ketika itu turunlah rahmat Allah di semua tempat.
  • Berhubung dengan itu ‘Abbas bin ‘Utbah bin Abi lahab berkata:”Dengan berkat pamanku.Allah telah menurunkan hujan bagi tanah Hijaz dan penghuninya,yatiu dikala senja,ketika ‘Umar bertawasul dengan kebaikan kebaikannya”.
  • Hasan bin Tsabit juga mengatakan :menurunkan hujannya dengan cahaya ‘Abbas,
Dari serangkaian riwayat dan hadis dapat dipahami bahwa para sahabat nabi memohon Syafaat dari beliau ,bahkan setelah wafat nabi ,simak peristiwa berikut :
  • Ibn ‘Abbas berkata :”Ketika Amirul mukmini, Ali bin Ahalib,selesai dari memandikan dan mengkafani Rosulullah ia membuka wajah beliau dan berkata:’Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu,sungguh engkau harum,baik ketika hidup maupun setelah wafatmu….. Ingatlah kami disisi Tuhanmu.(Nahjl al Balaghah ,kuthbah ke 230 )
  • Pada waktu rosul meninggal dunia,Abu bakar membuka wajah beliau dan berkata :’Ayah dan ibuku kujadikan tebusanmu, engkau harum pada masa hidup dan setelah wafatmu,ingatlah kami disisi Tuhanmu (kasyf al irtiyab,hlm 265,nukilan dari Khulashah al kalam )
    Riwayat riwayat tersebut menerangkan memohon syafaat adalah boleh,baik pada masa hidup si pemberi syafaat atau setelah meninggal


Enhanced by Zemanta

No comments: