أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
[1]
[2]
[3]
[2] QS. Al Anfaal: 40.
[4]
[5]
[6]
[2] QS. Al Hujuraat: 13.
[3] QS. Ar Ruum: 22.
[4] QS.Al Maa’idah: 48.
[7]
[8]
[9]
[10]
[2] QS Ash Shaaffaat: 96.
[11]
Allah menggunakan kata ”Qarib” secara khusus kepada Isa AS sebagai hambanya yang dekat di dunia dan akherat[5].
”Dan kamu sekali-kali tidak dapat memalingkan orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan seorangpun mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri[7]”.
[1] An Nisa’: 126.
[2] Al Baqarah: 19.
[3] QS. Al Baqarah: 153. Kata ”Ma’a” juga terdapat di QS. Al Hadiid: 4, QS. Al Anfaal: 46, QS. An Nahl: 128, QS. At Taubah: 40, QS. A Taubah: 36.
[4] QS. Al Baqarah: 186, Kata “Qarib” juga terdapat di QS. Qaaf: 16, QS. Huud: 61, QS. Al Muthaffifiin: 28.
[5] QS. Ali ’Imran: 45.
[6] QS. Ali ’Imran, 169, QS. Ashaad: 40, QS. Al Anfaal: 4.
[7] QS. An Naml: 81, kata ”Muslimuun” juga terdapat di QS. Az Zumar: 12, QS. An Nahl: 89, QS. Az Zumar: 38.
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[20]
Kesemua tahapan ini disebut Martabat Tujuh[2].
[1] Al-Quran surat Al Furqaan: 59. Hal yang serupa juga disebut di QS. Al A’raaf: 54, QS. Yunus: 3, QS. Huud: 7, QS. As Sajdah: 4, QS. Qaaf: 38, QS. Al Hadiid: 4.
[2] Martabat Tujuh pertama kali diperkenalkan oleh Ahli Tasawuf dari Gujarat, Muhammad Ibn Fadhulla dalam kitab berjudul “At-Tuchfatul-Mursalah ila ruchin-nabi shallal-Lahu ‘alaihi wa salam” yang berarti “Untaian hadiah yang terkirim kepada jiwa Nabi Muhammad SAW”.
[21]
[22]
[23]
[24]
[25]
[26]
[27]
[28]
Ketahuilah bahwa “Awaludin ma’rifatullah”, artinya “Awal agama adalah mengenal Allah”.
[29]
[2] Semua kebjikan dan kejelekan, semua petunjuk dan kesesatan, Allah lah yang berkuasa atasnya. Kalaupun dikatakan bahwa kejelekan atau kesesatan datangnya dari manusia atau jin, hal itu adalah tahapan untuk menuju pada pemahaman bahwa semua dari Allah.
[3] Al Hadiid: 2.
[30]
[31]
[2] QS. Al Hadiid: 3.
[32]
[33]
[34]
BERTAUHID
[1]
“Dan
Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat ayat-ayat Allah bagi kaum yang
memikirkan[1]”.
Allah
menciptakan makluk dimuka bumi dengan beraneka ragam, masing-masing
makluk diciptakan dengan berpasang-pasangan. Tidaklah ada kekuatan
apapun yang bisa merubahnya.
Apabila
Allah berkuasa menciptakan buah-buahan yang berpasang-pasangan, maka
Allah jualah yang berkuasa menciptakan manusia itu mukmin atau manusia
itu kafir, manusia itu baik atau manusia itu buruk. Dan Allah berkuasa
atas perubahan yang ada di hati manusia untuk menjadikannya terang
(mukmin) setelah gelap (kafir), dan menjadikannya gelap setelah terang.
Tidak ada sedikitpun yang luput atas kehendak Nya.
[1] QS. Ar Ra’d: 3.[2]
Wahai anaku (Nurun Ala Nurin), tirulah Nabi Ibrahim! "Inna ibraahiima lahaliimun awwaahun muniibun - sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suka kembali kepada Allah[1].
Kembali
kepada Allah dengan jalan memahami bahwa tidak ada segala sesuatu; baik
Af’al-Asma-Sifat-Dzat dari langit, bumi dan segala makluk yang ada
diantara keduanya kecuali Af’al-Asma-Sifat-Dzat Allah.
[1] QS. Huud: 75.[3]
Ketika
Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api oleh Namrud. Datanglah Jibril
menawarkan pertolongannya pada Ibrahim. Ibrahim menolaknya, dan berkata “Hasbunallaahu wa ni'mal wakiil[1], ni'mal maula wani'mannasir[2]”.
Kata
Ibrahim, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik Pelindung. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong”.
Tidak ada penolong seorang
dalam kesulitan kecuali Allah dengan berbagai macam perantara, maka
janganlah engkau sekali-kali beranggapan bahwa perantara tersebut yang
memberi pertolongan. Walaupun perantara itu adalah Jibril sekalipun.
[1] QS. Al ‘Imraan: 173.[2] QS. Al Anfaal: 40.
[4]
Kalimat Syahadat “Lailahailallah”,
pengertian Syariatnya "Tiada Tuhan melainkan Allah", Tharekatnya "Tiada
Yang Nyata melainkan Allah, Hakikatnya "Tiada Yang Berhak ada melainkan
Allah", Ma'rifat pengertiannya "Tiada Yang Berwujud kecuali Allah".
Dan
Syahadat Syariat tempatnya di akal, Syahadat Tharekat tempatnya di
hati, Syahadat Hakikat tempatnya di ruh, Syahadat Ma’rifat tempatnya di
rasa.
[5]
Seorang
penyair[1] berdoa untuk menjadikan Allah sebagai pemimpin dalam
hidupnya, “Tuhan-ku, jikapun tanganMu terlalu suci sehingga jijik untuk
berurusan dengan segala yang kotor dalam kehidupan hambaMu, mohon Engkau
berkorban sekali ini saja, sentuhlah kepala-ku, pegang ia dan cabut
dari ku, ku usulkan langsung saja Kau buang kepala-ku, lalu dirikanlah
kerajaanMu dan dan Engkau sajalah yang mulai sekarang bertindak sebagai
kepala-ku. Amin”.
[1] Emha Ainun Nadjib.[6]
Apakah
manusia tidak berpikir bahwasannya Tuhan Maha Tunggal. Untuk
menunjukkan benar ketunggalanNya, maka Ia menciptakan makluk yang
plural[1]. Jadilah manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku[2], berlainan
bahasa dan wana kulit[3], berbagai budaya, termasuk diantaranya
berbagai agama (berbagai jalan)[4].
Sesungguhnya
Allah hendak menguji mereka terhadap pemberianNya, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah lah kembali
mereka semuanya, lalu diberitahukan Nya kepada mereka apa yang telah
mereka perselisihkan.
[1] Sekiranya Allah menghendaki, niscaya mereka dijadikanNya satu umat saja.[2] QS. Al Hujuraat: 13.
[3] QS. Ar Ruum: 22.
[4] QS.Al Maa’idah: 48.
[7]
“Hubbuka lisy-syai yuuma va yusim[1]”. Artinya, “Kecintaanmu pada sesuatu selain Allah akan membutakanmu dan menulikanmu dari pada Nya”.
[1] Al Hadist.[8]
Setinggi
apapun keimanan seorang, kalau ia belum mau berserah diri, maka orang
tersebut belum dapat dikatakan Islam. Demikian juga sedalam apapun
keberserahdirian seorang, kalau ia tidak tau Tuhannya, maka orang
tersebut belum dapat dikatakan Ihsan.
[9]
Setiap
hari adalah hari Ju'mat. Setiap malam adalah malam Bulan Purnama.
Setiap malam adalah malam Lailatul Qadar. Setiap malam adalah malam
Isra’ Mi’raj.
Setiap saat adalah waktu
kebangkitan. Yaitu hari ketika mereka keluar dari kubur, tiada suatupun
dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. Lalu Allah berfirman,
“Kepunyaan siapakah kerajaan padahari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa
lagi Maha Mengalahkan[1]”.
Apabila
manusia merasa hatinya menyatu dengan Allah, maka kapanpun dan dimanapun
ia berada, sesunguhnya ia di hari Jumat, yaitu hari bersatu.
Apabila
manusia merasa hatinya melihat Allah dengan tidak ada keraguan
sedikitpun, maka ia laksana melihat bulan purnama sehingga malam menjadi
terang benderang karenanya.
Apabila
manusia mampu membersihkan hatinya hingga benar-benar senyap dari segala
macam keramaian, maka bersiaplah Allah akan menurunkan cahayaNya
(petunjuk Al-Qur’an) dengan diiringi para malaikat. Karena sesungguhnya
hati yang diberi petunjuk oleh Nya akan lebih baik dari pada seribu
hati, bahkan lebih baik dari pada sejuta hatipun yang tanpa petunjukNya.
Apabila
dalam kesunyian hatinya manusia selalu menghadap kepada Tuhan Nya, maka
sesebarnya ia mi’raj diatas langit ke-tujuh, dan telah bertemu langsung
dengan RabNya.
Apabila hati manusia dibangkitkan, maka sesungguhnya ia ditanya, "Limani almulku alyawma lillaahi alwaahidi alqahhaari - Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan"[1].
[1] QS. Al Mu'min: 16.[10]
Seekor
anjing apabila dilempar seketul batu, lantas anjing menyalak-nyalak
menyalahkan batu yang menyakiti tubuhnya, bukan kepada si pelontar batu.
Itulah yang dinamakan mentalitas anjing[1], tidak jauh bedanya dengan
seorang apabila merasa dirinya disakiti, lantas marah dan menyalahkan
orang yang menyakitinya. Padahal Allah mengatakan bahwa Ia yang
menciptakan manusia dan apa-apa yang dikerjakannya[2].
[1] Keterangan Imam Ghozali.[2] QS Ash Shaaffaat: 96.
[11]
Terdapat lima kedekatan Allah terhadap manusia yang dijelaskan Al-Quran. Yaitu; “Mukhit” (meliputi), “Ma’a” (bersama), “Qarib” (dekat), “Indallah” (disisi Allah), dan “Muslimuun” (berserah diri).
Pertama. Kedakatan Allah berlaku untuk semua (“Mukhit”-meliputi),
Allah yang tunggal meliputi segala sesuatu, baik yang ada di bumi
maupun yang ada di langait, baik yang terdhohir maupun yang bathin, baik
yang di dunia maupun di akhirat, baik orang mukmin atau orang kafir,
baik di surga maupun di neraka. Semuanya alam semesta beserta isinya
diliputi oleh Allah tanpa kecuali.
”Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu[1]”.
Bahkan
Allah juga meliputi orang-orang kafir. ”Atau seperti orang-orang yang
ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat,
mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena mendengar suara
petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang
kafir[2]”.
Kedua. Kedekatan dengan kata ”Ma’a” (bersama) bersifat lebih khusus dibandingkan dengan ”Mukhit”. Misalnya ”Innaallah ma’ash shabirin”
(sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar). Dalam ayat
tersebut seolah Allah ingin menegaskan bahwa Dia memberikan perhatian
atau pembelaan yang khusus bagi orang yang sabar.
”Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar[3]”.
Ketiga. Kedekatan yang lebih tinggi lagi adalah “Qarib” (bersama). Kata ini lebih menekankan pada kedekatan secara emosional agar manusia berusaha lebih dekat lagi kepada Allah.
”
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran[4]”.
Allah menggunakan kata ”Qarib” secara khusus kepada Isa AS sebagai hambanya yang dekat di dunia dan akherat[5].
Keempat. Tingkat yang lebih tinggi dari ”Qarib” yang digambarkan Al-Qur’an terhadap kedekatan dengan Allah adalah ”Indallah” (disisinya). Tingkat kedekatan ini diberikan bagi mereka yang mati syahid di jalan Allah.
”Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rejeki[6]”.
Kelima. Kedekatan yang paling dekat kepada Allah, atau tingkat yang paling tinggi kedekatan seseorang terhadap Allah adalah ”Muslimuun” (berserah diri). Kedekatan inilah yang seharusnya dicapai oleh orang-orang yang Bertakwa.
”Dan kamu sekali-kali tidak dapat memalingkan orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan seorangpun mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri[7]”.
[1] An Nisa’: 126.
[2] Al Baqarah: 19.
[3] QS. Al Baqarah: 153. Kata ”Ma’a” juga terdapat di QS. Al Hadiid: 4, QS. Al Anfaal: 46, QS. An Nahl: 128, QS. At Taubah: 40, QS. A Taubah: 36.
[4] QS. Al Baqarah: 186, Kata “Qarib” juga terdapat di QS. Qaaf: 16, QS. Huud: 61, QS. Al Muthaffifiin: 28.
[5] QS. Ali ’Imran: 45.
[6] QS. Ali ’Imran, 169, QS. Ashaad: 40, QS. Al Anfaal: 4.
[7] QS. An Naml: 81, kata ”Muslimuun” juga terdapat di QS. Az Zumar: 12, QS. An Nahl: 89, QS. Az Zumar: 38.
[12]
Jangan
bersedih apabila mereka menolak walaupun telah diingatkan kepada mereka
dengan tanda-tanda yang nyata[1] agar beriman dan bertauhid kepada
Allah. Karena tidaklah mereka akan beriman dan bertauhid kecuali Allah
sendiri yang meghendaki.
[1] Walaupun sekiranya Allah
turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati
berbicara dengan mereka dan Allah kumpulkan pula segala sesuatu ke
hadapan mereka, niscaya mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika
Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui [QS. Al
An’aam: 111].[13]
Janganlah
engkau mempunyai pemikiran yang hiperbolik dan penyalagunaan kewenangan
Tuhan, seperti yang diungkapkan seorang penyair[1]:
Tuhan sudah sangat populer, namanya dihapal di luar kepala, sehingga amat jarang orang yang sungguh-sungguh mengingatNya.
Tuhan
sudah sangat populer, seperti matahari yang tak pernah tak bercahaya,
sehingga kadang-kadang saja orang menyadari keberadaan dan peranNya.
Tuhan
sudah sangat popular, terkadang orang berfikir Tuhan adalah pegawai.
Disuruh mengabulkan doa-doa pamrih pribadi, yang diucapkan dengan mulut
si penagih janji.
Tuhan sangat populer,
sehingga Tuhan diberhalakan, digambarkan dengan gagasan-gagasan. Kalau
orang lain membuat gagasan Tuhan yang berlainan, mereka bertengkar dan
saling mengkafirkan.
Tuhan sudah sangat
populer, sudah dijadikan komuditas yang amat sekuler, diiklankan dengan
indahnya, disebut dan dimanfaatkan dimana-mana.
Tuhan sudah sangat populer, Tuhan dijadikan suku cadang untuk membuat senjata, dibubuhkan namaNya di surat-surat keputusan.
[1] Ehma Ainun Nadjib.[14]
Malamkan
hati, sucikan hati, sepikan hingga benar-benar senyap. Didalam hati
yang suci, didalam hati yang senyap cahaya Allah dan para malaikat akan
turun. Hati menjadi khusuk dibawah lindungan cahaya kebesaranNya.
Ketenangan hati adalah surga yang dijanjikan. Kesucian hati adalah kerajaan Allah.
Malamkan hati, ganjilkan hati, hingga Allah sajalah yang menggenapi. Gembalakanlah hatimu menuju cahaya Allah.
Seluruh penghuni surga menyambut dan mengucap salam.
Ayat-ayat suci akan diwahyukan. Ayat-ayat Nya adalah cahaya kebangkitan.
Malamkan
hati, ganjilkan hati, hingga cahaya Allah yang melengkapi. Petunjuk
kebenaran membimbing pada cahaya sejati. Memancar dari hati yang bersih.
[15]
“Lailaha” itu cukup urusan mulut sampai ujung lidah, tapi “ilallah” membutuhkan kebersihan hati sampai ke pangkal ruh.
[16]
Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya setengah dari pada ilmu itu sangat rahasia
seperti keadaan sesuatu yang tersembunyi, tidak dapat diketahui ilmu
yang sangat rahasia itu kecuali oleh Ulama Billah. Maka apabila mereka
Ulama Billah menyebutkan ilmu rahasia itu, tidak akan mengingkarkannya
kecuali oleh orang yang bukan ahli ilmu Billah”. Aku bertanya “Ilmu
apakah itu ya Rasulullah?” Yaitu ilmu berma’rifat kepada Allah.
Abu
Hurairah r.a berkata, “Aku peroleh dari Nabi Muhamaad saw dua macam
dari pada ilmu. Maka, satu dari pada dua ilmu itu aku harus ceritakan.
Adapun ilmu lain tiada aku harus ceritakan, jikalau aku ceritakan akan
ilmu yang kedua niscaya dipotong leher-ku”. Aku bertanya “Ilmu apakah
yang kedua itu, ya Abu Hurairah?” Yaitu ilmu berma’rifat kepada Allah.
Ali
Karramallahu Wajhah berkata, “Ya Tuhan-ku, mutiara sesuatu ilmu itu
jikalau aku nyatakan dengan berterus terang niscaya akan dikatakan orang
kepada aku; Hai Ali, engkau adalah orang yang menyembah berhala. Dan
sesungguhnya ada orang-orang Islam yang menghalalkan darah-ku. Mereka
itu melihat bahwa perbuatan yang paling jahat yang mereka lakukan itu
sebagai suatu perbuatan baik”. Aku bertanya, “Mutiara ilmu apakah itu,
ya Ali?” yaitu ilmu berma’rifat kepada Allah.
[17]
Umat
Yahudi menganaktuhankan Uzair, Umat Nasrani menuhankan Isa, maka engkau
jangan mengulang perbuatan mereka dengan mengkultuskan Muhammad seolah
ia sebagai Tuhan yang memiliki kekuatan. Pelajarilah tauhid agar engkau
benar-benar berserah diri hanya kepada Allah[1].
[1] QS.
At Taubah: 30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan
orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah
itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana
mereka sampai berpaling?[18]
Tahukah engkau ada barang di dunia yang lebih baik dari tali tasbih? yaitu tali yang menghubungkan manusia dengan TuhanNya.
[19]
Jangan dikira khamar itu hanya arak, tapi semua yang memabukkan (memalingkan) hati dari pada adalah Allah khamar.
Harta-pangkat
adalah khamar, anak-istri adalah khamar, langit-bumi adalah khamar,
dunia-akhirat adalah khamar, dan sesungguhnya khamar yang paling
berbahaya bagi bagi seorang muslim adalah surga dan neraka.
[20]
Sesungguhnya Tuhan engkau ialah Allah yang menciptakan langit bumi beserta isinya dalam enam masa (tahapan)[1].
Awalnya Ia adalah “Achadiyyah”, kemudian untuk mewujutan langit bumi beserta isinya melalui enam tahapan berikutnya, yaitu; “Wachdah”, “Wachidiyyah”, “‘Alamul Arwah”, “Alamul Mitsal ”, “‘Alamul Ajsam” dan “‘Alamul Insan”.
Kesemua tahapan ini disebut Martabat Tujuh[2].
[1] Al-Quran surat Al Furqaan: 59. Hal yang serupa juga disebut di QS. Al A’raaf: 54, QS. Yunus: 3, QS. Huud: 7, QS. As Sajdah: 4, QS. Qaaf: 38, QS. Al Hadiid: 4.
[2] Martabat Tujuh pertama kali diperkenalkan oleh Ahli Tasawuf dari Gujarat, Muhammad Ibn Fadhulla dalam kitab berjudul “At-Tuchfatul-Mursalah ila ruchin-nabi shallal-Lahu ‘alaihi wa salam” yang berarti “Untaian hadiah yang terkirim kepada jiwa Nabi Muhammad SAW”.
[21]
Tuhanku mengapa Engkau menciptakan alam semesta? Begini jawabMu “Kuntu kanzan makhfiyyan wa aradtu an `uraf fa khalaqta al-khalq fa bihi `arafuunii -
Akulah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku ingin supaya dikenali, maka
Aku jadikan alam semesta ini, agar mereka mengenal kepada Ku”.
Tuhan-ku siapakah sebenarnya aku dan siapakah sebanarnya Engkau? Begini jawab-Mu “Al insannu sirri wa anna sirruhu - Manusia itu rahsia-Ku dan Akulah yang menjadi rahasianya.”.
Lalu bagaimana aku mengenal engkau? Begini jawabMu “Man arafa nafsahu fakat arafa rabbahu - Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.
Lantas apa lagi kalau aku sudah mengenal Engkau? “Diamlah!” kataMu.
[22]
Allah
menciptakan langit-bumi seisinya serta semuanya atas kewenangannya
sendiri. Tidaklah mungkin Allah menciptakan langit-bumi seisinya serta
semuanya karena suatu kewajiban.
Allah
menciptakan langit-bumi seisinya serta semuanya, Allah tidak membutuhkan
manfaat dari ciptaan tersebut[1]. Tidaklah mungkin Allah menciptakan
langit-bumi seisinya serta semuanya, Allah membutuhkan manfaat dari
ciptaan tersebut.
Allah menciptakan
langit-bumi seisinya serta semuanya, dimana langit-bumi seisinya serta
semuanya tidak mempunyai daya sifat. Tidaklah mungkin Allah
menciptakan langit-bumi seisinya serta semuanya, dimana langit-bumi
seisinya serta semuanya mempunyai daya sifat.
Allah
menciptakan langit-bumi seisinya serta semuanya, dimana langit-bumi
seisinya serta semuanya tidak mempunyai daya kuat. Tidaklah mungkin
Allah menciptakan langit-bumi seisinya serta semuanya, dimana
langit-bumi seisinya serta semuanya mempunyai daya kuat.
[1] Al 'Ankabuut: 6, Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.[23]
Bagaimana engkau menganggap bahwa Dia tidak nyata adanya, bagaimana engkau bisa menyembunyikan sesuatu dari Dia, kalau Dia “wal awalu wal akhiru wa zahiru wal batinu, wa huwa bikul li saiin alim[1]”, Dia yang Awal dan Yang Akhir , Dia Yang Dhohir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
[1] QS. Al Baqarah: 115.[24]
“Wallahu kholakum wa ma ta'malun[1]”. Ketahuilah Anak-ku bahwasannya Allah lah yang menciptakan engkau dan apa yang engkau perbuat.
[1] QS. Ash Shaaffaat, 96.[25]
Hijrah
terbesar tidak lain adalah perpindahan keyakinan hati dari Ilman Yaqin,
‘Ainul Yaqin, Haqqul Yaqin dan Akmalul Yaqin untuk mengetahui bahwa
tidak ada perbuatan yang bertebaran di alam ini, kecuali perbuatan
Allah, tidak ada nama yang melekat pada suatu apapun, melainkan nama
Allah, tidak ada sifat yang mewarnai diri, kecuali sifat Allah, tidak
ada zat yang meliputi makluk, kecuali Zat Allah.
[26]
Ya
Tuhan, apabila surga menghalangiku untuk bertemu dengan-Mu. Coretlah
namaku dari daftar calon penghuninya, tutup rapat-rapat pintunya atas
diriku, agar aku tidak sekali-kali bisa masuk kedalamnya. Kalaupun itu
belum cukup untuk bermukasyafah denganMu, sebelum neraka harus ku diami.
Panaskan suhu nerakaMu, asalkan semakin terang musyahadah ku atas Mu.
[27]
Wahai
Tuhan tambatkan hati kami, agar kami tidak menempuh dunia, agar kami
tidak berburu akhirat. Apa yang kami inginkan hanyalah menatap ridhaMu
sampai kami tiba dilarut hari kami. “Illahi anta maksudi waridhaka matlubi”, Diri-Mu lah yang kami tuju, ridhoMu lah yang kami minta.
[28]
Katakanlah “Laa tak budu rabbana lam yarah”, artinya “Aku tidak akan menyembah Allah bila aku tidak melihatnya terlebih dahulu”.
Katakanlah “Layasul shalat illa bin ma’rifat”, artinya “Tidak sah shalat tanpa mengenal Allah”.
Ketahuilah bahwa “Barang siapa mengenal dirinya dia akan mengenal Tuhannya”, dikatakan; “Man arafa nafsahu fakat arafa rabbahu”.
Allah mengatakan “Manusia itu rahasia-ku dan akulah rahasianya”, “Al insannu sirri wa anna sirruhu”.
Allah juga mengatakan; “Wafi amfusikum afala tubsiruun”, artinya “Aku ada didalam jiwamu mengapa engkau tidak melihat”.
Allah mengatakan “Kuntu kanzan makhfiyyan wa aradtu an `uraf fa khalaqta al-khalq fa bihi `arafuunii “, artinya “Akulah harta tersembunyi dan Aku ingin dikenal sehingga Aku menciptakan makhluk agar mengenal Ku”.
Ketahuilah bahwa “Awaludin ma’rifatullah”, artinya “Awal agama adalah mengenal Allah”.
[29]
Bagaimana engkau bisa ragu-ragu tentang Dzat Allah? Padahal Dialah yang Awal dan Yang Akhir, “Wal awalu wal akhiru”. Dialah Yang Dhahir dan Yang Bathin, “Wa zahiru wal batinu”. “Wa huwa bikul li saiin alim”,
Bagaimana
engkau bisa membatasi bahwa Allah hanya mengetahui bumi diwaktu siang?
Padahal Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu[1].
Bagaimana
engkau bisa membatasi bahwa Allah hanya menguasai perihal kebajikan[2]?
Padahal Dialah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu[3].
[1] QS. Al Hadiid: 3.[2] Semua kebjikan dan kejelekan, semua petunjuk dan kesesatan, Allah lah yang berkuasa atasnya. Kalaupun dikatakan bahwa kejelekan atau kesesatan datangnya dari manusia atau jin, hal itu adalah tahapan untuk menuju pada pemahaman bahwa semua dari Allah.
[3] Al Hadiid: 2.
[30]
Sesungguhnya
tidak dihidupkan segala sesuatu kecuali segala sesuatu berasal dari
yang yang hidup pula. Tanah, gunung, bumi, laut, udara, api itu
hidup[1], sehingga dari padanya ditumbuhkanlah berbagai kehidupan.
[1] Hidup karena diberi kehidupan oleh Allah.[31]
Engkau
pasti bertanya, dari bahan apakah alam semesta ini diciptakan? Maka
ketahuilah bahwa alam semesta ini dicitakan dari Dzat Allah.
Engkau juga bertanya, sejak kapan adanya alam semesta? Maka ketahuilah bahwa alam semesta tanpa permulaan dan tanpa akhir.
Apabila
ciptaan dianggap materi (diwujudkan), maka semua wujud (ciptaan) tidak
bisa dibuat dan tidak bisa dimusnakan[1], yang bisa adalah berubah
bentuk dari materi ke materi, materi ke energi, energi ke materi, energi
ke energi. Kalau ciptaan aja demikian apalagi Dia yang menciptakan.
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[2]”.
[1]
Dalam fisika disebut Hukum Lomonosov Lavoisier-Hukum Kekekalan Masa.
Hal ini senada dengan pandangan kaum Wujudiyah yang beranggapan bahwa
keberadaan alam semesta ini berasal dari sesuatu yang ada, disebut
Pre-Exist. Berlawanan dengan pandangan yang lain bahwa keberadaan alam
semesta ini dari tidak ada, disebut Creatio ex Nihilo.[2] QS. Al Hadiid: 3.
[32]
Banyak
orang yang muak kepada berhala sambil mendekap berhala[1] yang lebih
berhala. Dan tidak sedikit orang berjuang melawan berhala sambil
menawarkan dirinya untuk diberhalakan.
Dalam ketakutan akan berhala, bertumbulah berhala-berhala. Karena pengetahuan tentang berhalapun bisa menjadi berhala.
Hati-hati
lah dengan berhala yang bukan berhala, karena tak berjarak dengan
kesadaran manusia, menyatu dengan siang-malam, menafasi bagai udara.
[1]
Semua selain Allah apabila dianggap mempumyai kekuatan dan menjadi
sandaran, tak terkecuali Diri pribadi, Rasulullah Muhammad, Malaikat
Jibril, wali dan auliya’, Al-Quran, surga, seluruh alam adalah berhala.[33]
Allah
tidak menyuruh menyembelih anak Ibrahim[1], Allah tidak pernah
memerintahkan mengkurbankan sosok Ismail, karena Allah bukan Tuhan
sadisme, bukan tuhan kekerasan. Sosok berhala di hati Ibrahim-lah yang
harus disembelih agar cintanya pada Allah tidak tersaingi oleh bentuk
apapun, termasuk tersaingi oleh cintanya pada Ismail.
[1] QS. Ash Shaaffaat: 102.[34]
Kalau
Tuhan menumbuhkan dari air hujan berjenis-jenis tanaman dan buah-buahan
beraneka rasa di bumi, apalagi menciptakan manusia di bumi yang sama.
Pastilah berlainan budaya, bahasa, warna kulit, agama dan keimanan.
[35]
Jangankan
manusia lain, Rasulullah Muhammad sendiripun pada waktu awal
menyampaikan agama (tauhid) banyak yang mencomoh dan mengatakan bahwa
Rasulullah itu gila, stress, kesurupan. Barulah setelah ia mengajarkan
hukum (syariat), sehingga Islam banyak pemeluknya sampai sekarang ini.
No comments:
Post a Comment