Sunday, September 30, 2012

Kitab Barencong

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Kitab Barencong,

Datu Sanggul/Datu muning

 
Bismillahirahmanirahiim

Rakam yaitu Mengenal,

1.Maksudnya mengenal yang sebenar-benarnya diri/mengetahui asalnya diri supaya tahu yang sebenarnya agar mengenal akan Tuhan,

2.Ini agar meng-Esa-kan yang sebenar-benarnya diri kepada Allah Ta'Ala agar jangan sampai Murakabah yang bersusunan pada Ilmu-Nya..
Adapun jua maksud Rakam yang 1&2 itu menerangkan keadaan perkakas isi tubuh yang dzahir & yang bathin,maka jika sudah pula diketahui seperti ini hendaknya di fana-kan agar tetap ke-Esa an-Nya dan tidak siapa pun jua yang dapat menduakan-Nya/Allah saja yang Tunggal/Esa,Demikianlah maksudnya..

Kemudian daripada itu disinilah saya mulai menerangkan,yang bernama Diri itu ada 2 Bagian:

--Diri yang Dzahir,
--Diri yang Bathin.

adapun diri yang Dzahir itu asal daripada unsur Adam,Adam unsurnya memiliki 4 perkara,yaitu :
1.Api,
2.Angin,
3.Air,
4.Tanah

Dan berikut ini penjabaran/makna dari tulisan/huruf ALLAH yang sering kita lihat dalam kaligrafi,

--ALIF ---> Api,
--LAM AWAL --> Angin,
--LAM AKHIR --> Air,
--HA --> TANAH/BUMI

1. adapun Api itu terbit dari Diri yang Bathin jua yang berhuruf ALIF bernama DZAT yang menjadi rahasia hurufnya pada kita,
2. adapun Angin itu terbit dari Diri yang Bathin jua yang berhuruf LAM AWAL bernama SIFAT yang menjadi nyawa pada kita/Nafas kita,
3. adapun Air itu terbit jua dari Diri kita yang Bathin,berhuruf LAM AKHIR bernama ASMA yang menjadi HATI pada kita (Air Nuthfah&Air Liur),
4. adapun Tanah/Bumi itu pula terbit dari Diri yang Bathin jua berhuruf HA bernama AF'AL menjadi tingkah Laku pada kita..

Jadi,demikianlah Diri kita yang Dzahir ini terbit dari bayang-bayang kita yang Bathin jua dan adanya Huruf yang bertuliskan ALLAH,tapi jangan sampai saudara mengakui bahwa saudara adalah Tuhan karena Diri kita yang Dzahir ini hanyalah Tulisan (Ingat,hanya sebatas Huruf/Tulisan) yang berlafadz ALLAH,untuk itulah Allah Ta'Ala menciptakan tulisan/huruf tersebut agar kita mengenal Diri kita yang Dzahir..

Kemudian daripada itu setelah kita mengetahui Diri kita yang Dzahir hendaklah kita ketahui Diri kita yang Bathin pula,agar dapat kita kenal akan Tuhan melalui Diri yang Bathin sebagaimana seperti sebuah sabda yang sangat dikenal oleh para kaum sufi "Man Arafa Nafsahu Fa Qad Arafa Rabbahu" barang siapa mengenal sebenar-benarnya Diri Niscaya Diri akan mengenal Tuhannya...tetapi sebelum kita mengenal akan Diri kita yang Bathin,hendaklah mati dahulu sebelum mati Diri kita yang Dzahir tadi,seperti Sabda Nabi SAW "Mutu Kabla Anta Mutu" jikalau telah kita matikan Diri yang Dzahir tadi,barulah nyata dari kita yang Bathin yang bernama sebenar-benarnya DIRI..
Simbol pemahaman Datu Sanggul/Datu Muning/Syekh Abdus Samad/Ahmad Sirajul Huda/Syekh Jalil,tentang keTuhanan ialah dari Bumi Naik ke Langit maksudnya beliau mengenal Hakikat Tuhan berdasarkan apa-apa yang telah diciptakan-Nya (Alam Semesta) sehingga dari pemahaman terhadap alam semesta itulah menghantarkan pada kebenaran sejati yakni ALLAH SWT,karena memang dari alam dan bahkan pada Diri sendirilah (manusia) terdapat tanda-tanda kekuasaan-NYA bagi yang mentafakurrinya..dengan kata lain ilmu Tasawuf Datu Sanggul adalah ilmu Laduni yang telah di karuniakan oleh ALLAH SWT kepada beliau,karena itu orang yang mempelajari Tasawuf pada dasarnya bisa menggabungkan 2 sumber acuan pokok,yakni :
1.berdasarkan Wahyu (Qauliyah),
2.berdasarkan tanda-tanda ayat-NYA (Qauniyah) yang terpampang jelas pada alam atau makhluk ciptaan-NYA.
Simbol pemahaman Datu Sanggul/Datu Muning/Syekh Abdus Samad/Ahmad Sirajul Huda/Syekh Jalil,tentang keTuhanan ialah dari Bumi Naik ke Langit maksudnya beliau mengenal Hakikat Tuhan berdasarkan apa-apa yang telah diciptakan-Nya (Alam Semesta) sehingga dari pemahaman terhadap alam semesta itulah menghantarkan pada kebenaran sejati yakni ALLAH SWT,karena memang dari alam dan bahkan pada Diri sendirilah (manusia) terdapat tanda-tanda kekuasaan-NYA bagi yang mentafakurrinya..dengan kata lain ilmu Tasawuf Datu Sanggul adalah ilmu Laduni yang telah di karuniakan oleh ALLAH SWT kepada beliau,karena itu orang yang mempelajari Tasawuf pada dasarnya bisa menggabungkan 2 sumber acuan pokok,yakni :
1.berdasarkan Wahyu (Qauliyah),
2.berdasarkan tanda-tanda ayat-NYA (Qauniyah) yang terpampang jelas pada alam atau makhluk ciptaan-NYA..



"Tidak memakai ilmu atau bacaan tertentu,hanya menjaga keluar masuknya Nafas kapan ia keluar dan kapan ia masuk" sehingga secara rutin dapat melaksanakan sholat ke masjidil haram setiap hari jum'at...(kira-kira seperti itulah beberapa patah kata yang pernah di katakan Datu Sanggul kepada Datu Kalampayan/Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari)

salah satu karya Datu Sanggul yang spektakuler ialah membuat tatalan/tatakan kayu besi(ulin) menjadi soko guru mesjid di desa tatakan,sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Sunan Kalijaga ketika membuat soko guru pada Mesjid Demak..


adapun yang mematikan diri yang berhuruf dan bernama ALLAH itu demikian caranya :
1. menafikan huruf Alif,
2. Lam Awal,
3. Lam Akhir,
4. Ha

adapun huruf-huruf yang demikian ;
1. Alif = Allahusamma wati wal Ardh,
2. Lam Awal = Lillah husamma wati wal Ardh,
3. Lam Akhir = Lahulmulku samma wati wal Ardh,
4. Ha = Wal awallu wal akhirru Wal Dzahiru wal Batiinu

jadi jikalau demikian diri kita yang dzahir itu nyata fana sekali2 tiada mempunyai apa-apa lagi (min adami ila wujdin,wamin wujdin ila Adami) jadi maksudnya dari pada kita diri yang dzahir walau sehelai rambut pun telah tiada mempunyai lagi apa-apa..

tiada boleh dikatakan ada lagi pada ilmu-nya,hanya diri yang bathin jua ialah yang bernama Muhammad..seperti firman Allah ta'ala dalam hadits Qudsi : Ku jadikan semesta sekalian alam ini karenamu yaa Muhammad,Ku jadikan akan dikau karenaKu yaa Muhammad..

Adapun dzat mutlak yang dinamakan oleh kaum ahli sufi akan Dia 'Asyiq itu ialah Ta'yin Hakikat,Ta'yin hakikat ke duanya adanya jua bukan dari padanya jua,maka tatkala hendak menyatakan IradatNya dari kodratNya maka asal Ta'yin hakikat itu dinamakan A'yan sabitah,yaitu ibarat cermin maka limpahlah wujd mutlak itu seperti yang di dalam cermin..

ahmad muhammad allah
 
  I . O

allah



titik namanya ; Ahdiat
adapun pertama,titik pindah wadah semata-mata maka ilmu A'yan sabitah hakikat tubuh Muhammad yaitu asal sekalian Nyawa adanya..kitab ini adalah dabitan dari kitab Babul haqq dan jadi kitab berencong..dengan perkataan perkenalan kepada Allah jangan susah mencari Allah,Allah telah lenyap menjadi nyawa sekalian batang tubuh..

--jangan susah mencari billah,
--billah ada didalam tubuh,
--jangan susah mencari Allah,
--Allah ada di dalam tubuh

yaitu Nur Allah,dimana ada Nur-nya tentu tiada terputus dari yang punya Nur tersebut..bersatu tetapi tiada sekutu itulah antaranya kita dengan Allah..

ASAL DIRI

DZAT ALLAH-->NUR DZAT--> NURULLAH--> MUHAMMAD(insan)--> NUR MUHAMMAD
DZAT ALLAH--> JIBRIL & MUKARABIN
KITAB WASILAH&WASITAHpengenalan ilmu marifat
Alhamdulillahirabbil Alamin wasalatu wassalamu ala sayiddina mursaliin wa'ala alihi wa'ashabihi aj'main..


adapun kemudian daripada itu ketahui olehmu hai salik bahwasanya tiada sempurna bagi seseorang mengenal diri melainkan mengetahui akan asal kejadian diri,yang mula-mula diciptakan oleh Allah Ta'ala..pasal pada menyatakan asal yang mula-mula di jadikan oleh Allah seperti pada sabda Abdullah ibn Abbas (ra) dari junjungan kita Nabi SAW : yang mula-mula di jadikan oleh Allah Ta'ala yaitu Nur NabiMu..


> la yaskuluhul lahu'illah = tiada yang menyebut Allah hanya Allah,

> laya rulahu ilallah = tiada yang melihat Allah hanya Allah,

>laya budullahu ilallah = tiada yang menyembah Allah hanya Allah


seperti firman Allah di dalam hadits qudsi : dzahir tuhan didalam bathin hamba-nya,manusia itu rahasiaku dan aku pun rahasianya(insanu sirri wa ana sirrahu) bermula insan itu rahasiaku dan rahasiaku itu sifatku dan sifat-ku tiada lain dari padanya(al insanu sirri wassirri wa sifatun,wasifatin laghoiri) , pada hakikatnya bagi Allah katanya Allah kepada Muhammad..ini di dalam Al-Adzhim.. (jistumul insanu wanafsuhu,wakalbuhu,warkuhu,wassamahu,wabsarrahu warruha walisanuhu,wayajiduhu,lahuahila ana walla ana gairuhu : tubuh manusia dan hatinya dan nyawanya,pendengarannya,penglihatannya,tangan dan kakinya sekalian itu aku nyatakan dengan diriku bagi dirinya,dan insan itu tiada lain dari pada aku dan aku pun tiada lain dari padanya...maka tiada engkau berani akan di aku selama engkau masih tiada fana di dalamku,syahtiada ayal,terhila dan yaitu rupaku padamu..


maka yaitulah yang dipegang oleh orang arif'billah,firman Allah : wa huwa ma'akum Ainama kuntum " ada tuhan kamu serta kamu",wa fi'an fusikum affala tafsiruun "dan didalam dirimu pun Aku maka tiadalah kamu lihat akan di Aku,karena Aku terlebih hampor dekat pada alat matamu yang putih,terlebih Aku hampir padamu.."


maka memadailah keterangan dan nash Quran maka sampai disinilah keterangan-keterangan ajesamm andrakul idrakul fahwa idrak,bermula lemah dari pada pendapat maka yaitulah yang di dapat La Illaha Ila Allah,Ana...tiada tuhan melainkan Aku...




Adapun La Illaha --> isyarat wujd makhluk,

Ila Allah --> isyarat Qadim
 
jadi firman Allah : tafakur seketika itu dengan berhadap terlebih baik daripada kebaktian seribu tahun..adapun yang terhimpun di dalam tubuh kita ini ada 2 ruh,yang tidak diketahui yaitu ruh yang dinamakan ruhul quds dan yang kedua dinamakan ruhani..
adapun sebutan ruh itu atau ucapannya "ALLAH",
dan yang satu lagi ucapannya "HU"
inilah yang mau kita cari yang dinamakan rahasia Allah Ta'ala dengan Muhammad..

jikalau mau diketahui hendaklah di cari guru / mursyid yang tahu ilmu hakikat jikalau tiada,jangan dibuka karena tiada tahu jalan rahasia tuhan yang tersembunyi dalam diri kita..ketahuilah olehmu hai talib yang beroleh pertolongan dari pada nabi kita SAW dengan syafa'at pada yaumil akhir..
bermula jalan yang sempurna dari pihak dzahir dan bathin ada jalan musahadah,mukaballah,mukarammah dan musahallah..adapun arti dari:
-musahadah = berpandangan,
-mukaballah = berhadapan,
-mukarammah = menyertakan,
-musahallah = menyempurnakan

jika ditanya apa arti di pandang dan apa arti berhadapan dan juga arti dari menyertakan?
Adapun yang berhadapan itu Ajim artinya Cita-cita yang amat tangkas,dan adapun yang dipandang itu itikat,yang menyertakan itu yakin karna nyata tiada syak dan was-was dalamnya,menyempurnakan itu Tauhid menyampaikan segala penglihatan mata batin dari pada meng-Esa-kan..
adapun Nakitah dan tanajul pun segala asyaita yin awal itu ilmu namanya kuat jua tiada lainnya,adapun wadah itu wujd mutlak pun namanya jua,ilmu pun namanya jua..

Lam : wujd,kidam,baqa,muhalafatulil hawadis,kiyamuhu binafsih

adapun yang dikatakan nyawa muhammad itu sebenarnya tiada lain kedzahiran 4 sifat Allah Ta'ala yang dinamakan kalimah ILLA = kodrat,iradat,ilmu,hayat
adapun yang dikatakan tubuh muhammad sebenar-benarnya dari 5 = kadirrun,muriddun,aliimun,hayyun,dan wahdaniyyat..jadi yang bernama Muhammad tiada lain ialah sifat tuhan jua..

LA = Wujd,kidam,baqa,muhalafatulil hawadis,kiyamuhu binafsih ---> Diri/dzat,
ILAHA = Sama,basar,kalam,sami'un,basirun,mutakalimun---> Nyawa/Sifat,
ILLA = kodrat,iradat,ilmu,hayat---> Hati/asma,
ALLAH = kadirun,muridun,aliimun,hayyun,Wahdaniyyat---> Tubuh/Af'al  
 
 Yaitu sifat kebenaranNya,kesempurnaanNya,keelokanNya,kekerasanNya jua ialah yang dinamakan kalimah tauhid yang mulia itu Lailahaillallah..
Kemudian daripada itu hendaklah diketahui pula maksudnya yang mulia itu supaya jangan syak dan waham lagi pada pengetahuan tauhid pada marifat,adapun kalimah Lailahaillallah terbagi 2 ;
1. LAILAHA itu sifatnya kaya tiada kekurangan yaitu Allah Ta'ala,
2. ILLALLAH itu sifatnya kekurangan yang masih berkehendak yaitu Muhammad


maka jika sudah demikian hendaklah diketahui pula apa yang bernama Muhammad oleh Allah Ta'ala,dan bernama Allah Ta'ala itu apa oleh Muhammad supaya menjadi Tauhid pada kalimah yang mulia itu jua hendaknya..

Adapun ilmunya dan rahasianya oleh Allah Ta'ala,karena Allah Ta'ala itu nama bagi dzat wajibbal wujd dan mutlak..yaitu; Bathin Muhammad dan Allah Ta'ala itu nama bagi sifat dzahir Muhammad..jadi dzahir dan bathin Muhammad itulah yang bernama Allah,jikalau demikian patut kalimah yang mulia inilah pertemuan hamba dengan Tuhannya dan lagi kalimah yang mulia ini di umpamakan,sebesar gunung tempat perhimpunan segala rahasia dan segala ruh,nyawa dan segala hati,tubuh,nama,ilmu dan segala isi-isinya dan segala islam,iman,segala tauhid,segala marifat,habis terhimpun semua dikalimah ini..maka yang penting diamalkan supaya mahir seperti kata Yaumul Mesra,mesra pada siang dan malam,terutama diwaktu dalam sembahyang 5 waktu karna diwaktu itulah Tuhan menurunkan petunjuk yang baik adanya..jadi yang mengatakan kalimah Lailahaillallah tiada lain Dia sendiri jua,memuja diriNya sendiri jua..LAYASRIFULLAHU ILLALLAH = tiada mengenal Allah hanya ALLAH..




Jadi yang sebenar-benarnya Muhammad,benar-benar diri dan jangan saudara syak dan waham lagi karna tubuh,hati,nyawa,rahasia..Muhammad itulah yang mempunyai insan yakni Syariat namanya,adapun nyawanya itu dinamai Alam Mitsal Hakekat namanya,adapun rahasia itulah yang bernama Alam Ruh yakni Marifat namanya..maka sesudah demikian hendaklah Muhammad itu pula yang mengenal akan Tuhannya.



ALLAH(dzat) ---> Alif(sifat)---> * (asma)---> Af'al<--->(dzat wajibbal wujd) muhammad--->HU ALLAH

tetapi belum lagi Muhammad mengenal akan Tuhannya sebelum fana tubuhnya,hatinya,nyawanya,rahasianya,dzatnya,sifatnya,af'al nya seperti firman Allah Ta'ala dalam Quranul Kariim ; Qul Huwallahhu Ahad artinya katakan wahai muhammad ALLAH itu ESA..ESA pada dzatnya,sifatnya,asmanya,af'alnya seperti dalam Quran kariim ; serahkan dirimu yaa Muhammad kepada Tuhanmu yang hidup tiada mati..maka keterangan Muhammad mengEsakan,menyerahkan diri kepada Allah Ta'ala seperti yang tersurat didalam kitab ini jangan syak dan waham lagi dengan perkataan ini..

ALIF --- adapun bathin Muhammad Dzat kepada Allah Ta'ala rahasia kepada hambanya,
LAM AWAL --- adapun Awal Muhammad itu sifat kepada Allah Ta'ala Nyawa kepada hambanya,
LAM AKHIR --- adapun akhir Muhammad Asma kepada Allah Ta'ala Hati kepada hambanya,
HA --- adapun dzahir Muhammad Af'al kepada Allah Ta'ala tubuh kepada hambanya.. JANGAN DISANGKA HAMBA ITU KITA,ITU SALAH KARENA KITA ITU PADA ILMUNYA SUDAH TIADA ADA LAGI...

jadi rahasia,nyawa,hati,tubuh Muhammad itupun tiada ada padanya jua..tiada lagi kepada sifat,kepada asma,kepada Af'al nya seperti firmanNya ; Wal awaalu wal akhiiru,wal dzahirru wal batiinu..jadi Muhammad itu sekedar nama jua/keterangan yang lebih terang lagi menentukkan Muhammad itu sebenar-benarnya tiada lain kedzahiran 5 sifat Allah Ta'ala jua yang dinamakan kalimah LAILAHAILLALLAH..
Enhanced by Zemanta

Penjelasan Hakikat Akal Dan bagian-bagian Akal.

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Ihya' Ulum al-Din

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بسم الله الرحمٰن الرحيم



Dari Halaman  271

Penjelasan
Hakikat Akal Dan bahagian-bahagian Akal.

Ketahuilah, bahwa berbeda pendapat orang tentang batas akal dan hakikatnya. Kebanyakan mereka melupakan bahwa nama tersebut dipakai kepada bermacam-macam arti. Itulah yang menjadi sebab perbedaan pendapat tadi.
Kebenaran yang menyingkap tutup mengenai akal itu ialah bahwa akal adalah suatu nama yang dipakai berserikat kepada empat arti, sebagaimana umpamanya nama mata dipakai kepada bermacam-macam arti.
Dan apa yang berlaku tentang ini, maka tidaklah wajar dicari untuk semua bahagiannya, suatu batas saja. Tetapi hendaklah masing-masing bahagian disendirikan menjelaskannya.


Yang pertama

A
kal itu adalah suatu sifat yang membedakan manusia dari hewan. Dengan akal manusia bersedia untuk menerima berbagai macam ilmu nadhari (ilmu yang memerlukan pemikiran) dan untuk mengatur usaha-usaha yang pelik yang menghajati kepada pemikiran.

Akal itulah yang dimaksud oleh Al-Harts bin Asad Al-Muhasibi, di mana ia mengatakan tentang batas akal itu, yaitu : "Suatu gharizah (tabi'at) yang disediakan untuk mengetahui macam-macam ilmu nadhari".
Akal itu seolah-olah suatu nur (cahaya) yang dimasukkan ke dalam hati yang disediakan untuk mengetahui macam-macam hal.

Orang yang mengingkari apa yang tersebut di atas, tidak me
nyadari, lalu mengembalikan akal itu kepada ilmu pengetahuan yang dharuri (yang tidak memerlukan pemikiran) semata-mata.

Orang yang melengahkan ilmu pengetahuan dan orang yang tidur, keduanya dinamakan berakal, melihat kepada adanya gharizah tersebut, serta tak adanya ilmu pengetahuan.

Sebagaimana hidup adalah suatu gharizah
(naluri) untuk menyediakan tubuh bagi gerakan biasa dan pengetahuan ke pancainderaan,maka demikian pulalah akal adalah suatu gharizah untuk menyediakan sebahagian hewan (manusia) buat memperoleh ilmu pengetahuan nadhari.

Sekiranya bolehlah disamakan insan dengan keledai tentang gharizah dan pengetahuan kepanca inderaan, maka dapatlah dikatakan, bahwa tak adalah perbedaan antara keduanya, selain bahwa Allah Ta'ala - menurut adat yang berlaku - menjadikan pada insan itu ilmu pengetahuan dan tidak dijadikanNya pada keledai dan hewan-hewan lain, niscaya sesungguhnya bolehlah disamakan antara keledai dan barang keras (jamad) itu pada kehidupan. Dan dikatakan bahwa tak ada perbedaan antara keledai dan barang jamad selain daripada Allah Ta'ala menjadikan pada keledai itu gerakan-gerakan tertentu sepanjang kebiasaan yang berlaku. Kalau diumpamakan keledai itu benda keras yang mati, niscaya haruslah dikatakan bahwa tiap-tiap gerakan yang terlihat padanya, maka Allah Ta'ala kuasa menjadikannya pada yang keras itu, menurut tertib (pengaturan) yang kelihatan.

Dan sebagaimana harus dikatakan bahwa tak adalah perbedaan bagi benda keras (jamad) mengenai gerakan, selain dengan gharizah yang tertentu, maka dikatakanlah bahwa gharizah itulah hidup.


Demikian jugalah perbedaan insan dengan hewan tentang mengetahui ilmu pengetahuan nadhari dengan suatu gharizah yang disehut akal Maka akal itu adalah seperti cermin yang berbeda dengan benda-benda lain dalam segi memperlihatkan rupa dan warna, dengan suatu sifat yang khusus bagi cermin itu, yaitu sifat mengkilat.
Begitu juga mata, yang berbeda dengan dahi tentang sifat-sifat dan keadaan-keadaan yang ada pada mata, yang disediakan untuk melihat. Maka hubungan gharizah ini kepada ilmu pengetahuan adalah seperti hubungan mata kepada melihat. Hubungan Al-Quran dan syari'at kepada gharizah ini (akal) dalam segi mengantarkannya untuk membuka bermacam-macam ilmu pengetahuan, adalah seperti hubungan cahaya matahari kepada melihat.
Begitulah hendaknya dipahami gharizah akal ini.

Yang kedua 

H
akikat akal itu ialah ilmu pengetahuan yang timbul ke alam wujud pada diri anak kecil yang dapat membedakan tentang kemungkinan barang yang mungkin dan kemustahilan barang yang mustahil.
Seperti mengetahui dua lebih banyak dari satu dan orang tidak ada pada dua tempat pada satu waktu. Inilah yang mendapat perhatian sungguh-sungguh dari sebahagian ulama ilmu kalam, yang menerangkan tentang batas akal itu, bahwa akal adalah sebahagian ilmu dlaruri (ilmu yang mudah yang tak memerlukan pemikiran). Seumpama mengetahui tentang kemungkinan barang yang mungkin dan kemustahilan barang yang mustahil. Dan hal itu betul pula, karena pengetahuan tersebut itu ada dan menamakan-nya akal memang jelas.
Yang tidak betul, ialah mengingkari gharizah itu dan mengatakan tidak ada. Yang ada, hanya pengetahuan itulah.

Yang ketiga

A
kal itu, ialah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dengan berlakunya bermacam-macam keadaan. Maka orang yang telah diperkokoh pemahamannya oleh pengalaman-pengalaman dan dicerdaskan oleh beberapa aliran, maka dikatakan orang itu biasanya berakal. Yang tidak bersifat dengan sifat tadi, maka dikatakan : orang bodoh, tak berketentuan, jahil.
Inilah macam yang lain dari ilmu pengetahuan yang dinamakan akal.

Yang keempat
 Bahwa kekuatan dari gharizah itu berpenghabisan sampai kepada mengetahui akibat dari segala hal dan mencegah hawa nafsu yang mengajak kepada kesenangan yang dekat dan menundukkannya.

Apabila telah berhasil kekuatan ini, maka orang yang mempunyai kekuatan tersebut din am akan berakal, di mana majunya dan mun-dumya adalah menurut yang dikehendaki pertimbangan mengenai akibat-akibatnya, tidak menurut hukum hawa nafsu yanj; dekat itu.

Ini juga adalah dari sifat-sifat khas manusia yang membedakan dia dari hewan yang lain.
Maka yang pertama di atas tadi, adalah asas, pokok dan sumber. Yang kedua adalah cabang yang lebih dekat kepada yang pertama. Yang ketiga adalah cabang bagi yang pertama dan kedua. Karena dengan kekuatan gharizah dan ilmu dlaruri itu, dapatlah diambil faedah segala ilmu pengalaman. Dan yang keempat, yaitu hasil yang penghabisan yaitu tujuan yang terjauh.

Maka dua yang pertama (yang pertama dan kedua) adalah dengan karakter (tabi'at). Dan dua yang penghabisan (yang ketiga dan keempat) adalah dengan diusahakan.

Dari itu bermadahlah Ali ra. :
Aku melihat akal itu dua,
menurut karakter dan yang didengar.
Tidak bergunalah yang didengar,
apabila yang karakter tidak ada.
Seperti tidaklah berguna matahari,
bila cahaya mata itu terlindungi
.

Yang pertama itu, itulah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi saw. :
ما خلق الله عز وجل خلقا أكرم عليه من العقل
(Maa khalaqallaahu Azza wa Jalla khalqan akrama 'alaihi minal aqli ).
Artinya :"Tidak dijadikan oleh Allah Ta'ala suatu makhluk yang terlebih mulia padaNya, daripada akal". (
H R At-Tirmizi)
Dan yang penghabisan, yaitu yang dimaksudkan dengan sabda Nabi saw. :

Dan yang penghabisan, yaitu yang dimaksudkan dengan sabda Nabi saw. :
 (Idzaa taqarraban naasu biabwaabil birr: wal a'-maalish-shaalihaati fataqarrab anta bi'aqlika). Artinya "Apabila manusia itu mendekati Tuhan dengan pintu pintu kebajikan dan amal salih,maka engkau dekatilah Tuhan dengan akal-mu". (
H R. Abu Na'im dari Ali)

Hadits inilah yang dimaksudkandengan sabda Nabi saw. kepada Abid-Darda' ازدد عقلا تزدد من ربك قربا

"Bertambahlah akalmu supaya engkau bertambah dekat dengan Tuhanmu
Berkata Abid-Darda' : "Demi ibu-bapaku ya Rasulullah! Bagaimanakah bagiku dengan yang demikian itu?".
Menjawab Nabi saw.
اجتنب محارم الله تعالى وأد فرائض الله سبحانه تكن عاقلا واعمل بالصالحات من الأعمال تزدد في عاجل الدنيا رفعة وكرامة وتنل في آجل العقبى بها من ربك عز وجل القرب والعز

Jauhilah semua yang diharamkan Allah, tunaikanlah segala yang diwajibkan Allah, maka adalah engkau orang yang berakal! Kerjakanlah segala amal salih, niscaya engkau bertambah tinggi dan mulia di dunia yang tidak lama ini. Dan engkau memperoleh padahari akhirat yang akan datang,dari Tuhan-mu 'Azza wa Jalla, akan kedekatan dan kemuliaan". (
H R Ibnul Mahbar dari Al Harits bin Abl Usamah)

Dari Sa'id bin Al-Musayyab, bahwa Umar, Ubai bin Ka'ab dan Abu Hurairah ra. datang kepada Rasulullah saw. seraya bertanya : "Ya Rasulullah! Siapakah yang terbanyak ilmu diantara manusia?".
Menjawab Nabi saw. : "Orang yang berakal!".
Bertanya mereka itu lagi : "Siapakah yang terbanyak berbuat ibadah?".
Menjawab Nabi saw. : "Orang yang berakal!".
Bertanya mereka itu iagi : "Siapakah yang lebih utama diantara manusia?".
Menjawab Nabi saw. : "Orang yang berakal!". Bertanya mereka itu lagi : "Bukankah orang yang berakal itu, orang yang sempurna kepribadiannya, yang terang kelancaran lidahnya, yang murah tangannya dan tinggi kedudukannya?".
Menjawab Nabi saw. : "Kalaulah benar itu semuanya, tentu tidaklah kesenangan hidup dunia dan akhirat pada sisi Tuhanmu teruntuk bagi orang yang bertaqwa". (
H R. Ibnu MahBar dari Sa id Bin Al Musayyab)

Orang yang berakallah yang taqwa, meskipun di dunia dia hina dan rendah.
Bersabda Nabi saw. pada hadits lain :
إنما العاقل من آمن بالله وصدق رسله وعمل بطاعته
"Sesungguhnya yang berakal ialah orang yang beriman kepada Allah, membenarkan rasul-rasul Allah dan berbuat amalan ta'at kepada Allah (
H R. Ibnul Mahbar dari Sa'ld bin Al-Musayyab)

Menurut asal muasal, nama akal itu diuntukkan kepada gharizah(naluri) itu. Begitu juga menurut pemakaiannya. Dan sesungguhnya ditujukan kepada ilmu pengetahuan, adalah dari segi bahwa ilmu pengetahuan itu adalah hasil gharizah sebagaimana sesuatu itu dikenal dengan hasilnya. Maka dikatakanlah, ilmu itu ialah takut kepada Tuhan. Orang yang berilmu (alim ulama), ialah orang yang takut kepada Allah Ta'ala. Maka takut adalah buah dari ilmu. Lalu akal adalah sebagai perkataan yang dipinjam, dipergunakan bagi lain dari gharizah itu.

Tetapi maksud di sini tidaklah membahas bahasa. Yang dimaksudkan ialah bahwa bahagian yang empat itu ada. Dan nama "akal", itu ditujukan kepada semuanya. Dan tak adalah perbedaan pendapat tentang adanya semuanya, kecuali mengenai bahagian yang pertama (gharizah).

Yang benar, ialah adanya gharizah itu. Bahkan dialah yang pokok. Semua ilmu pengetahuan itu seolah-olah terkandung dalam gharizah itu menurut fithrah (kejadian manusia). Tetapi baru lahir kealam kenyataan, apabila telah berlaku sebab yang melahirkannya kealam wujud. Sehingga seakan-akan semua ilmu pengetahuan itu tidaklah merupakan sesuatu yang datang kepadanya dari luar. Dan seakan-akan ilmu-ilmu itu adalah yang tersembunyi pada fithrah, maka lahir kemudian kealam nyata.

Contohnya, adalah seperti air dalam bumi, lahir dengan dikorek sumur, berkumpul dan dapat diperbedakan dengan pancaindera. Tidaklah dengan didatangkan benda baru ke dalam bumi tadi.
Begitu juga minyak pada kelapa dan air mawar pada bunga mawar. Karena itu berfirman Allah Ta'ala :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ

قَالُوا بَلَى

(Wa idz akhadza rabbuka min Banii Aadama min dhnhnnrihim dzurriyyatahum wa asyhadahum 'alaa anfusihim alastu birabbikum qaaluu balaa).
Artinya: "Dan ketika Tuhan kamu menjadikan turunan anak-anak Adam dari punggungnya dan Tuhan mengambil kesaksian dari mereka sendiri,
(Sraya Allah berfirman “
Bukankah Aku ini Tuhan kamu ?
)
.
Betul (Engkau Tuhan Kami. (Al-A'raaf, ayat 172).

Yang dimaksudkan dengan itu ialah pengakuan jiwa mereka,tidak pengakuan lidah. Dalam pengakuan lidah, manusia itu terbagi, menurut lidah dan orangnya kepada yang mengaku dan yang mungkir
/menentang.

Dari itu berfirman Allah Ta'ala :
وَلَ

ئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
(Wa lain sa-altahum man khalaqahum layaquulunnallaah).
Artinya :"Dan kalau engkau tanya akan kepada mereka. Siapakah yang menciptakan mereka? Sudah tentu mereka akan menjawab "Allah".(Az-Zukhruf
87).

Artinya :"Jika diperhatikan keadaan mereka, maka akan naik saksi-lah jiwa dan bathin mereka dengan yang demikian, sebagai fithrah kejadian, yang dijadikan Allah akan manusia dengan demikian".

Artinya : seluruh anak Adam itu dijadikan menurut fithrahnya, beriman kepada Allah 'Azza wa Jalla. Bahkan segala sesuatu itu diketahuinya menurut fithrahnya. Yakni fithrah itu sebagai yang menjamin karena dekat persediaannya untuk mengetahui itu.

Kemudian, tatkala adalah iman itu dipusatkan pada jiwa menurut fithrah, maka manusia itu terbagi kepada dua : orang yang berpaling dari Tuhan lalu lupa, yaitu orang-orang kafir : dan orang yang lambat terlintas di hatinya, tetapi teringat kemudian. Maka orang yang kedua ini, adalah seperti orang yang mempunyai ijazah, maka lupa di mana diletakkannya, kemudian dia teringat.


Dari itu berfirman Allah Ta'ala :
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
(La'allahum yatadzakkaruun).
Artinya :"M
udah-mudahan  mereka itu teringat". (Al-Baqarah 221).
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
(Wa liyatadzakkara ulul-albaab).
Artinya :"Dan supaya teringatlah orang-orang yang berakal".(Shad
29).
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ بِهِ
(Wadz-kuruu ni'matallaahi 'alaikum wa miitsaaqahul-ladzii waa tsa-qakum bjh).
Artinya:"Dan
ingatlah  kurnia Tuhan kepada kamu dan ingatilah janji yang telah kamu ikat dengan Dia".
(Al-Maidah 7).

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
(Wa laqad yassarnal qur-aana lidz-dzikri, fa-hal min muddakir).
Artinya :"Dan sesungguhnya Al-Qur-an itu Kami mudahkan untuk diingati, tetapi adakah orang yang mengambil pelajaran!".(Al-Qamar
17).

Penamaan  yang semacam ini dengan pelajaran, tidaklah begitu jauh untuk dipahami. Maka seakan-akan peringatan itu dua macam
A.
 Salah satu mengingati gambaran yang sudah ada di dalam hati, tetapi hilang sesudah ada.
B. Satunya
 lagi mengingati gambaran yang sudah ada, terkandung dalam hati dengan fithrah.
Inilah hakikat kebenaran yang nyata, bagi orang yang memperhatikan dengan nur mata hatinya (bashirahnya). Tetapi berat bagi orang yang mempergunakan saja pendengaran dan taqlid tanpa melihat dengan mata hati dan mata kepala.

Dari itu anda melihat orang tersebut, terpukul dengan ayat-ayat seperti itu dan memutar-balikkan tentang ta'wil peringatan dan pengakuan jiwa dengan bermacam-macam pemutar-balikan. Dan terbayang kepadanya berbagai macam pertentangan maksud tentang hadits dan ayat itu.

Kadang-kadang hal itu keras sekali sehingga dipandangnya dengan pandangan penghinaan dan timbul keyakinan kepadanya bahwa itu kekacau-balauan.

Orang yang seperti itu adalah seumpama orang buta yang masuk ke sebuah rumah. Maka tersandunglah kakinya, dengan tempat air yang tersusun rapi dalam rumah itu, lalu ia mengatakan : "Menga-pakah tempat-tempat air ini tidak diangkat dari jalan tempat lalu dan dikembalikan kepada tempatnya semula?".
Menjawab orang yang mendengar : "Bahwa tempat-tempat air itu adalah di tempatnya. Hanya mata saudara sendiri yang salah dan rusak!".

Maka begitu pulalah orang yang rusak mata hatinya. berlaku seperti itu yang lebih hebat dan lebih besar akibatnya. Karena jiwa adalah Iaksana orang yang mengendarai kuda dan badan adalah Iaksana kuda. Buta yang mengendarai kuda adalah lebih membahayakan daripada buta kuda.

Karena serupanya mata bathin dengan mata dhahir, maka berfirman Allah Ta'ala :
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
(Maa kadzabal fuaadu maa ra-aa).
Artinya : "Hati tidak mendustakan apa yang dilihatnya". (An-Najm
11).

Dan berfirman Allah Ta'ala :
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ

السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
(Wa kadzaalika nurhlbraahiima malakuutas-samaawaati wal ardli). Artinya :
"Dan begitulah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi".
(Al-An'am,  75).


Lawan melihat dinamakan buta : Berfirman Allah Ta'ala :
(Fa-innahaa laa ta
mal abshaaru wa laakin ta'mil quluubullatii fish-shuduur).
Artinya :"Sesungguhnya tidaklah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada(Al-Hajj
46).
Dan berfirman Allah Ta'ala :
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ

أَعْمَى فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلا
(Wa man kaana fii haadzihii a'maa fahuwa fil aakhirati a'maa wa adlallu sabiila).
Artinya :
"Barangsiapa yang buta di dunia ini,maka di akhirat dia buta juga dan lebih sesat jalannya ".
( Al-Isra'
72).

Segala hal inilah yang di buka kepada para Nabi. Sebahagiannya adalah dengan mata kepala dan sebahagian lagi adalah dengan mata hati. Dan semuanya itu dinamakan melihat.

Kesimpulannya, orang yang tidak tembus penglihatan mata hatinya, maka tidaklah tersangkut agama padanya, selain kulitnya dan yang seperti kulit itu. Tidak isinya dan hakikatnya.

Inilah bahagian-bahagian itu, yang dipakai nama akal
untuk menyebutnya.


Penjelasam  tentang Perbedaan Manuisa dalam Akal.

Sesungguhnya berbed-beda lah manusia dalam tingkatan akalnya. Dan tak ada artinya bekerja menyalin perkataan orang-orang yang hasilnya sedikit sekali. Akan tetapi, yang lebih utama dan yang penting, ialah bersegera menegaskan kebenaran. Kebenaran yang tegas padanya ialah dikatakan, bahwa berlebih-kurangnya akal itu menempuh pada empat bahagian,
selain bahagian yang kedua. Yaitu ilmu dlaruri tentang jaiznya barang yang jaiz (Sesuatu Yang Bisa Jadi Ada , Bisa jadi Tiada) dan mustahilnya barang yang mustahil. (Sesuatu yang tak diterima akal , terjadinya dan adanya)
Orang yang mengetahui bahwa dua adalah lebih banyak dari satu maka dia mengetahui juga mustahil adanya satu tubuh itu pada dua tempat dan adanya satu benda itu qadim dan hadits.
Begitu juga bandingan-bandingan yang lain dan seluruh apa yang dapat diketahui sebagai pengetahuan yang diyakini tanpa ragu-ragu

Adapun yang tiga bahagian lagi, maka berlakulah berlebih kurang-nya akal padanya.
Dan bahagian yang keempat yaitu, : kerasnya kekuatan mencegah hawa nafsu. Maka tidaklah tersembunyi, berlebih kurangnya manusia padanya. Bahkan tidaklah tersembunyi berlebih  kurangnya keadaan seseorang menghadapi hawa nafsunya. Sekali, berlebih-kurangnya ini ada karena berlebih-kurangnya hawa nafsu. Sebab orang yang berakal itu kadang-kadang sanggup meninggalkan sebahagian hawa nafsunya dan tidak sanggup terhadap sebahagian yang lain. Tetapi bukan sehingga itu saja. Seorang pemuda kadang-kadang lemah dia meninggalkan zina. Dan ketika bertambah umurnya dan sempuma akalnya, maka sanggup dia meninggalkan zina itu
.
Syahwat (Kei
ngin) riya’ (sifat ingin memperlihatkan amal perbuatan kepada orang) dan ingin menjadi kepala, bertambah kuat dengan bertambah umur. Tidak bertambah lemah. Sebabnya, mungkin karena perbedaan dalam  ilmu yang memperkenalkan faedah hawa nafsu ingin riya.
Oleh arena itulah, seorang dokter sanggup mencegah diri dari sebahagian makanan yang mendatangkan melarat. Dan orang lain yang sama kedudukan akalnya,dengan dokter itu, tidak sanggup mena-hannya, apabila ia bukan dokter. Meskipun ia berkeyakinan secara umum, bahwa makanan itu mendatangkan melarat. Namun, apabila pengetahuan dokter itu lebih sempurna, maka takutnyapun lebih keras. Maka adalah takut itu tentara bagi akal dan alatnya untuk mencegah dan menghancurkan hawa nafsu.

Demikian jugalah seorang alim itu lebih sanggup meninggalkan perbuatan ma'siat dari seorang bodoh. Karena kekuatan ilmu pengetahuannya dengan melaratnya perbuatan ma'siat itu. Yang saya maksudkan ialah orang berilmu yang sebenar-benarnya, bukan orang-orang yang bersyurban besar yang pandai bermain sandiwara.

Jika perbedaan
itu dari segi hawa nafsu, niscaya tidak kembali kepada berlebih'kurangnya akal. Dan kalau dari segi ilmu, maka yang semacam ini, dari ilmu itu kami namakan juga akal Karena ilmu pengetahuan itu menguatkan gharizah (naluri) akal. Maka adalah berlebih kurang itu menurut nama yang diberikan. Dan kadang-kadang berlebih-kurang itu semata-mata pada gharizah akal, maka apahila gharizah akal itu kuat, maka sudah pasti pence-gahannya terhadap hawa nafsu adalah lebih keras.

Adapun bahagian yang ketiga yaitu ilmu pengalaman, maka berlebih-kurang manusia padanya itu tidak dapat dibantah. Karena manusia itu berlebih kurang dengan banyaknya yang betul yang dikerjakannya dan tentang cepatnya mengetahui sesuatu, adakalanya karena berlebih-kurang tentang gharizah dan adakalanya mengenai pengalaman kerja.

Adapun yang pertama tadi yakni gharizah, maka berlebih-kurangnya, tak ada jalan untuk membantahnya. Karena akal itu adalah seumpama nur yang terbit pada jiwa dan terangnya akanmuncul. Titik pertama dari terbitnya nur tadi ialah ketika umur tamyiz (ketika anak itu sudah dapat membedakan antara untung dan rugi). Kemudian nur itu senantiasalah bertumbuh dan bertambah dengan pelan-pelan yang tidak kentara. Sehingga sempurnalah dia ketika umur sudah mendekati empat puluh tahun.

Contoh adalah Nur tadi adalah seumpama cahaya subuh. Mula-mula sangat tersembunyi, sukar diketahui. Kemudian dari sedikit ke sedikit bertambah, sehingga sempurnalah dengan terbit bundaran matahari. Berlebih atau kurangnya nur mata hati adalah seperti berlebih-kurang-nya sinar mata kepala. Perbedaan itu dapat diketahui antara orang kero dan orang yang berpandangan tajam. Bahkan sunnatullah (kata orang kebanyakan - kemauan alam) berlaku pada sekalian makhlukNya, dengan beransur-ansur (tidak sekaligus) pada penga-daan. Hatta gharizah syahwat pun tidak timbul pada anak-anak ketika baligh sekaligus dan dengan tiba-tiba. Tetapi tumbuh sedikit demi sedikit, secara beransur-ansur.
Begitu pulalah segala kekuatan dan sifat. Orang yang membantah berlebih-kurangnya manusia pada gharizah ini, adalah seolah-olah dia sendiri telah terlepas dari ikatan akal.


Barangsiapa men
duga  bahwa akal Nabi saw. adalah seperti akal seseorang dari orang hitam dan orang Arab bodoh, maka orang itu lebih jahat dirinya dari siapa-pun dari orang-orang hitam itu.
Bagaimanakah dapat memungkiri berlebih - kurangnya gharizah akal itu? Kalau tidaklah berlebih-kurang, maka tidaklah manusia itu berbeda-beda pada pemahaman ilmu pengetahuan. Dan tidaklah manusia itu terbagi-bagi kepada orang bodoh yang tidak dapat memahami sesuatu selain sesudah payah guru pengajarinya. Dan kepada orang pintar yang dapat memahami dengan sedikit tunjuk dan isyarat saja. Dan kepada orang sempurna (kamil) yang timbul dari dirinya hakikat segala sesuatu tanpa diajarkan, seperti firman Allah Ta'ala :
يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ
(Yakaadi' zaituhaa yudlii-u walau lam tamsashu naarun, nuurun 'alaa nuur).
Artinya :
"Hampir minyaknya me
mancarkan cahaya (sendirinya), biarpun tidak disentuh api. Cahaya berlapis cahaya ". (An-Nur 35).

Yang demikian itu adalah seperti nabi-nabi as. Karena jelas bagi mereka dalam bathinnya hal-hal yang sulit tanpa belajar dan mendengar yang dinamakan "ilham".

Hal yang seperti demikian, dijelaskan oleh Nabi saw. dengan sabdanya :
إن روح القدس نفث في روعي أحبب من أحببت فإنك مفارقه وعش ما شئت فإنك ميت واعمل ما شئت فإنك مجزي به
(Inna ruuhal qudusi nafatsa fii rau'ii ahbib man ahbabta fainnaka mufaariquhu, wa 'isy- maa syi'ta fainnaka mayyitun wa'mal maa syi'ta fainnaka majziyyun bih).
Artinya "Bahwa ruh suci itu mengilhami dalam hatiku : Sayangilah siapa yang engkau sayangi, sesungguhnya engkau akan berpisah dengan dia! Hiduplah bagaimana yang engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan mati! Berbuatlah apa yang engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan dibalasi dengan amal perbuatan itu "
(HR . As Syirari dari sahl bin saad dan At Thabrani Dari Ali)

Cara ini dari ajaran malaikat kepada nabi-nabi as. itu, berlainan dengan wahyu yang jelas. Yaitu mendengar suara dengan pancaindera dari telinga dan melihat malaikat dengan pancaindera dari mata.
Karena itulah diterangkan dari hal ini, dengan pengilhaman ke dalam hati.
Derajat  wahyu itu banyak, Membicarakannya tidak layak dalam ilmu mu’amalah. Karena dia itu sebahagian dari ilmu mukasyafah. Janganlah disangka bahwa dengan mengenai tingkatan-tingkatan wahyu itu, membawa kita kepada derajat wahyu, Karena tidak jauh perbedaannya dengan seorang dokter yang mengajari orang sakit, tingkatan-tingkatan kesehatan dan seorang 'alim yang mengajari orang fasiq, tingkatan-tingkatan keadilan, meskipun dia sendiri kosong daripadanya.

Maka ilmu itu satu hal dan adanya yang diketahui itu satu hal pula. Maka tidaklah tiap orang yang mengetahui tentang kenabian dan kewalian, lalu dia itu nabi dan wali. Dan tidak pula setiap orang yang mengenai taqwa, dan wara
sampai kepada yang sekecil-kecil-nya, lalu dia itu seorang yang taqwa.

Dan manusia
terbagi  kepada orang yang menyadari dari dirinya sendiri dan mengerti, orang yang tidak mengerti melainkan dengan disadarkan dan diajarkan dan orang yang tak ada gunanya diajarkan dan juga disadarkan, adalah seperti terbaginya tanah : ada yang terkumpul padanya air, lalu kuat. Maka dapat memancarkan beberapa mata air. Ada yang memerlukan kepada penggalian supaya keluar air ke parit-parit. Dan ada pula yang tidak berguna sama sekali digali, yaitu tanah kering yang tidak mengandung air. Dan yang demikian itu, karena berbeda zat tanah mengenai sifat-sifatnya.

Maka seperti itu pulalah perbedaan jiwa dalam gharizah akal.
Perbedaan  akal menurut yang dinukilkan dari agama (darei sgi naqal), dibuktikan oleh riwayat bahwa Abdullah bin Salam ra. bertanya kepada Nabi saw. dalam suatu pembicaraan yang panjang. Di mana pada akhirnya Nabi saw. menyifatkan kebesaran 'Arasy dan para malaikat bertanya kepada Tuhan : "Hai Tuhan kami'. Adakah Engkau menjadikan sesuatu yang lebih besar dari 'Arasy?". Maka menjawab Tuhan : "Ada, yaitu akal!".

Bertanya malaikat lagi: "Sampai di mana batas kebesarannya?".
Menjawab Tuhan : "Tidak dapat dihinggakan dengan suatu ilmu pengetahuan. Adakah bagimu pengetahuan tentang bilangan pasir?".

Menjawab malaikat itu : "Tidak!". Maka berfirman Allah Ta'ala : قال الله عز وجل فإني خلقت العقل أصنافا شتى كعدد الرمل فمن الناس من أعطى حبة ومنهم من أعطى حبتين ومنهم من أعطى الثلاث والأربع ومنهم من أعطى فرقا ومنهم من أعطى وسقا ومنهم من أعطى أكثر من ذلك "Sesungguhnya Aku menjadikan akal itu bermacam-macam, seperti bilangan pasir. Sebahagian manusia ada yang diberikan sebiji. Sebahagian ada yang diberikan dua biji, ada yang tiga biji dan empat biji. Diantara mereka ada yang diberikan secupak, ada yang segantang dan ada pula diantara mereka yang diberikan lebih banyak dari itu". (
HR. Ibnul Mahbar dari Anas dengan telengkapnya dan At-Tirmldzi)

Jika
kamu  bertanya, mengapa beberapa golongan dari kaum shufi mencela akal dan apa yang dipahami oleh akal?.

Mengenai dengan celaan itu, ketahuilah bahwa sebabnya, ialah karena manusia membawa nama akal dan apa yang dipahami oleh akal itu, kepada pertengkaran dan perdebatan tentang soal-soal yang bertentangan dan main mutlak-mutlakan. Yaitu membuat ilmu kalam.

Maka kaum shufi itu tidak sanggup menetapkan dengan dalil-dalil dari mereka sendiri bahwa anda telah bersalah memberi nama itu. Karena cara yang demikian itu tidak terhapus begitu saja dari hati kaum shufi sesudah demikian berkembang pada mulut orang banyak dan melekat pada hati. Lalu kaum shufi itu mencela akal dan apa yang dipahami oleh akal. Yaitu akal yang dinamakan dengan demikian pada mereka.

Adapun nur mata hati yang tersembunyi yang dengan nur itu dikenal Allah Ta'ala dan kebenaran rasul-rasulNya, maka bagaimanakah tergambar mencelanya? Sedangkan Allah Ta'ala memberi pujian kepadanya? Kalau dicela, maka apalagi sesudah itu yang dapat dipuji?.
Kalau yang dipuji itu agama, maka dengan apa diketahui kebenaran agama itu? Kalau diketahui dengan akal yang dicela, yang tak dapat dipercayai itu, maka adalah agama itu tercela pula. Dan janganlah terpengaruh dengan orang yang mengatakan bahwa agama itu diketahui dengan 'ainul-yaqin dan nurul-iman, tidak dengan akal.

Sesungguhnya kami maksudkan dengan akal itu, ialah apa yang dimaksudkan dengan 'ainul-yaqin dan nurul-iman tadi. Yaitu sifat bathiniah yang membedakan manusia dari hewan. Sehingga manusia itu dapat mengetahui hakikat segala sesuatu dengan sifat bathiniah tersebut.
Kebanyakan kesalahan itu berkembang dari kebodohan orang-orang yang mencari kebenaran dari kata-kata saja. Maka tersalahlah mereka dalam kata-kata itu, karena kesalahan istilah manusia pada kata-kata itu.

Kadar ini mencukupilah mengenai penjelasan akal itu! Wallaahu a'lam. Sempurnalah KITAB ILMU dengan puji dan anugrah Allah Ta’alaa
Semoga Rahmat Allah terlimpahkan atas junjungan kita Muhamma, dan atas setiap hamba yang terpilih dari penduduk bumi dan langit.
                          _________________<>.<>____________________

Sumber ‘Ihya Ulumiddin halaman 271 sampai Halaman 286.
Wasalam.

Enhanced by Zemanta

TENTANG HAKIKAT AKAL DAN PEMBAGIANNYA

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

 

Ihya' Ulum al-Din

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بسم الله الرحمٰن الرحيم


الباب السابع


في العقل وشرفه وحقيقته وأقسامه
Halaman 262
BAB KETUJUH 

TENTANG AKAL KEMULIANNYA. HAKIKATNYA DAN PEMBAGIANNYA


P
enjelasan
 Tentang Kemuliaan Akal

Ketahuilah, bahwa persoalan ini sebetulnya, tidak be
rmaksud  untuk bersusah-payah menjelaskannya, Lebih-lebih lagi sudah jelas kemuliaan ilmu sebelum dijelaskan kemuliaan akal ini.

Akal adalah sumber ilmu, tempat timbul dan sendi ilmu. Ilmu itu, berlaku dari akal, sebagaimana berlakunya buah-buahan dari pohon kayu, sinar dari matahari dan penglihatan dari mata.

Maka bagaimanakah akal itu tidak mulia, sedang dia adalah jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat? Atau bagaimanakah diragukan tentang kemuliaan akal itu, sedangkan he wan dalam kepicikan tamyiznya (sifat hewan dapat membedakan sesuatu), merasa kecut terhadap akal. Sehingga seekor hewan yang bertubuh besar, berkeberanian luar biasa dan bertenaga kuat, apabila melihat rupa manusia lalu merasa kecut dan takut. Karena dirasakannya manusia itu akan menggagahinya, karena keistimewaannya memperoleh helah dan daya-upaya.
Oleh karena itu Nabi saw. bersabda:


ال صلى الله عليه وسلم: الشيخ في قومه كالنبي في أمته
(Asy-syaikhu fii qaumihii kannabiyyi fii ummatih). (
HR Ibnu.Hibban dari Ibnu Umar dan Abu Manshur Ad-Dailami dan Abi Rafi)



Artinya :"Seorang Syeh (kepala) pada kaumnya adalah seperti nabi pada ummatnya
.

Hal itu tidaklah yang demikian, karena syeh itu banyak hartanya, besar tubuhnya dan lebih kekuatannya. Tetapi adalah karena lebih pengalamannya sebagai hasil dari akalnya..
Karena itulah anda melihat, orang Turki, orang Kurdi, orang Arab yang bodoh dan orang-orang lain, meskipun tingkatannya mendekati dengan hewan, adalah dengan tabiatnya memuliakan syeh-syehnya.

Dari itu, ketika kebanyakan orang-orang yang ingkar mau membu-nuh Rasulullah saw., maka tatkala pandangan mereka jatuh pada Nabi saw. dan gemetar mereka dengan sinar wajahnya yang mulia, lalu timbullah ketakutan di hati mereka. Kelihatan kepada mereka suatu yang bersinar gilang-gemilang atas keelokan wajahnya dari nur kenabian. Meskipun itu adalah suatu kebathinan dalam diri Nabi saw. sebagaimana kebathinannya akal.
Kemuliaan akal itu dapat diketahui dengan mudah. Hanya maksud kami di sini hendak membentangkan hadits-hadits dan ayat-ayat yang menyebutkan kemuliaan akal itu.
Allah Ta'ala menamakan akal itu dengan "nur", pada firmannya :

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ

(Allaahu nuurus-samaawaati wal-ardli matsalu nuurihii kamisykaa-tin).
Artinya : "Allah pemberi "nur" bagi langit dan bumi. Bandingan "nur"Nya
adalah seperti satu kurungan pelita. "( An-Nur, 35).

Dan Allah Ta'ala menamakan ilmu yang diperoleh dari akal itu
ruh, wahyu dan hidup.
Berfirman Allah Ta'ala :
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا
(Wa kadzaalika auhainaa ilaika ruuhan min amrinaa).
Artinya : "Begitulah Kami wahyukan kepada engkau ruh itu dengan perintah
Kami":(Asy-Syura,52).

Dan berfirman Allah swt. :

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ
(Awaman kaana maitan fa-ahyainaahu wa ja'alnaa lahuu nuuran yamsyii bihii finnaasi).
Artinya :"Apakah orang-orang yang sudah mati, kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, dengan itu dia dapat berjalan di tengah-tengah manusia ". (S. Al-An'am, ayat 122).
Di mana Al-Qur-an menyebutkan an-nur (cahaya) dan adh-dhulmah (gelap), maka maksudnya adalah ilmu pengetahuan dan kebodohan, seperti firmanNya :
يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
(Yukhrijuhum minadh dhulumaati ilan nuur).
Artinya :"Dikeluarkan mereka oleh Tuhan dari kegelapan (kebodohan) kepada nur-cahaya (ilmu pengetahuan)". (S.Al-Baqarah
257).

Dan bersabda Nabi saw. :وقال صلى الله عليه وسلم: (يا أيها الناس اعقلوا عن ربكم وتواصوا بالعقل تعرفوا ما أمرتم به وما نهيتم عنه واعلموا أنه ينجدكم عند ربكم واعلموا أن العاقل من أطاع الله وإن كان دميم المنظر حقير الخطر دنىء المنزلة رث الهيئة وأن الجاهل من عصى الله تعالى وإن كان جميل المنظر عظيم الخطر شريف المنزلة حسن الهيئة فصيحا نطوقا فالقردة والخنازير أعقل عند الله تعالى ممن عصاه ولا تغتر بتعظيم أهل الدنيا إياهم فإنهم من الخاسرين"

Wahai manusia! Pakailah akal untuk mengenai Tuhanmu! Nasehat-menasehatilah dengan menggunakan akal, niscaya kamu ketahui apa yang diperintahkan kepadamu dan apa yang dilarang! Ketahuilah bahwa akal itu menolong kamu di sisi Tuhanmu! Ketahuilah bahwa orang yang berakal ialah orang yang menta'ati Allah, meskipun mukanya tidak cantik, dirinya hina, kedudukannya rendah dan bentuknya buruk. Dan orang yang bodoh ialah orang mendurhakai Allah Ta'ala, meskipun mukanya cantik, dia orang besar, kedudukannya mulia, bentuknya bagus, lancar dan pandai berbicara. Beruk dan khinzir lebih berakal pada sisi Allah Ta'ala daripada orang yang mendurhakaiNya. Engkau jangan tertipu dengan penghormatan penduduk dunia kepadamu, sebab mereka itu termasuk orang yang me
rugi (H R. Dawud bin AI Majar dari Abi Hurairah)



Bersabda Nabi saw. :
أول ما خلق الله العقل فقال له أقبل

فأقبل ثم قال له أدبر فأدبر ثم قال الله عز وجل وعزتي وجلالي ما خلقت خلقا أكرم على منك بك آخذ وبك أعطي وبك أثيب وبك أعاقب "

Yang mula pertama dijadikan oleh Allah, ialah akal.
Maka berfirman Allah kepadanya : "Menghadaplah!"_. Lalu menghadaplah dia.
Kemudian Allah berfirman kepada akal : "Membelakang-lah?'. Lalu membelakanglah dia.
Kemudian berfirman Allah Ta'ala : "Demi kemuliaanKu dan demi kebesaranKu! Tidak Aku jadikan suatu makhlukpun yang lebih mulia pada sisiKu selain engkau. Dengan engkau Aku mengambil, dengan engkau Aku memberi,dengan engkau Aku memberi pahala dan dengan engkau Aku memberi siksaan". (
H R Ath Tabrani dari Abu Umamah)

Kalau anda bertanya, akal itu kalau dia sifat ('aradh), maka bagaimanakah dijadikan sebelum tubuh? Dan kalau dia zat (jauhar), maka bagaimanakah jauhar berdiri sendiri dan tidak berpihak?
Ketahuilah kiranya, bahwa ini sebahagian dari ilmu mukasyafah. Maka tidak layak diterangkan dengan ilmu mu'amalah. Dan maksud kami sekarang menerangkan ilmu mu'amalah.

Dari Anas ra. bahwa dia menerangkan : "Suatu rombongan memujikan seorang laki-laki di sisi Nabi saw. dengan bersangatan sekali. Lalu Nabi menegur : "Bagaimanakah akal orang itu?".
Menjawab rombongan tadi : "Kami menerangkan kepada engkau, tentang kesungguhannya pada beribadah dan bermacam-macam kebajikan lain. Dan engkau menanyakan kami tentang akal?
Maka menjawab Nabi saw. : إن الأحمق يصيب بجهله أكثر من فجور الفاجر وإنما يرتفع العباد غدا في الدرجات الزلفى من ربهم على قدر عقولهم "Sesungguhnya orang bebal itu memperoleh lebih banyak dengan kebodohannya daripada kedhaliman orang yang dhalim. Sesunguhnya pada hari esok, terangkatlah hamba Allah itu ke tingkat tinggi pada sisi Tuhannya menurut tingkat akal pikirannya". (
H R.  Ibnul Mahbar Dan At Tirmidzi )

Dari Umar ra. bahwa Nabi saw. bersabda :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما

اكتسب رجل مثل فضل عقل يهدي صاحبه إلى هدى ويرده عن ردى وما تم إيمان عبد ولا استقام دينه حتى يكمل عقله
(Maktasaba rajulun mitsla fadlli 'aqlin yahdii shaahibahu ilaa hudan wa yarudduhu 'an radan wa maa tamma iimaanu 'abdin wa lasta-qaama diinuhu hattaa yakmula 'aqluhu).
Artinya :"Tidak adalah usaha seseorang seperti keutamaan akal, yang memberi petunjuk kepada yang empunya akal itu kepada petunjuk dan menarikkannya dari jalan yang hina. Tidak sempurnalah iman seseorang dan tidak berdiri tegak agamanya sebelum akalnya itu sempurna".
(H R IbnulMahbar dari Umar.)




Bersabda Nabi saw. :
إن الرجل ليدرك بحسن خلقه درجة الصائم القائم ولا يتم لرجل حسن خلقه حتى يتم عقله فعند ذلك تم إيمانه وأطاع ربه وعصى عدوه إبليس
(Innar rajula layudriku bihusni khuluqihi darajatash shaaimil qaa-i-mi wa laa yatimmu Iirajulin husnu khuluqihi hattaa yatimma 'aqlu-hu fa-'inda dzaalika tamma iimaanuhu wa athaa'a rabbahu wa 'ashaa 'aduwwahu ibliis).
Artinya :"Seseorang akan mengetahui dengan kebagusan budinya derajat orang yang berpuasa dan menegakkan shalat. Dan tidaklah sempurna kebagusan budi seseorang, sebelum sempurna akalnya. Ketika itu, barulah sempurna imannya. Ia menta'ati Tuhannya dan mendurhakai musuhnya Iblis".(
H R Ibn Mahbar dari Amr Bin Syuib)

Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra. bahwa Nabi saw. bersabda : لكل شيء دعامة ودعامة المؤمن عقله فبقدر عقله تكون عبادته أما سمعتم قول الفجار في النار "Tiap-tiap sesuatu itu mempunyai tiang. Tiang orang mu'min ialah akalnya. Menurut tingkat akalnya, beradalah ibadahnya. Apakah kamu tidak mendengar perkataan orang-orang dhalim dalam neraka: لو كنا نسمع أو نعقل ما كنا في أصحاب السعير = الملك: "Jikalau adalah dahulu kami mendengar atau kami berakal, maka tidaklah kami ini menjadi isi neraka (
H R Ibn Mahbar dari Abi Said)

Dari Umar ra. bahwa Umar bertanya kepada Tamim Ad-Dari : "Apakah yang mulia padamu?". Menjawab Tamim : "Akal !".

Maka menyambung Umar : "Benar engkau! Aku telah bertanya kepada Kasulullah saw. seperti yang aku tanyakan kepadamu tadi. Maka menjawab Nabi saw. seperti yang kamu jawab. Kemudian bersabda Nabi saw. : "Bahwa aku telah bertanya kepada Jibril as. : "Apakah yang mulia'Jibril as. menjawab : العقل "Akal!".
Dari Al-Barra bin 'Azib ra., di mana Al-Barra' berkata : "Pada suatu hari banyaklah persoalan yang diajukan kepada Rasulullah saw. Maka Rasulullah saw. menjawab :فقال يا

أيها الناس إن لكل شيء مطية ومطية المرء العقل وأحسنكم دلالة ومعرفة بالحجة أفضلكم عقلا "Hai Manusia! Tiap-tiap sesuatu itu ada kenderaannya. Dan kenderaan manusia itu akalnya. Yang terbaik dalil dan pengetahuan dengan keterangan, ialah yang terlebih dari kamu akalnya".(H R Ibnu Mahbar dari Umar R.a )



Dari Abu Hurairah ra. bahwa Abu Hurairah menerangkan : "Tatkala Nabi saw. kembali dari perang Uhud, lalu mendengar orang banyak berkata satu sama lainnya : "Si Anu lebih berani dari si Anu. Si Anu menderita yang tidak pernah dideritai orang lain dan begitulah seterusnya. Maka menjawab Nabi saw. : "Adapun si Ini, maka tak adalah pengetahuanmu padanya". .Bertanya orang banyak : "Mengapa begitu ya Rasulullah?".

إنهم قاتلوا على قدر ما قسم الله لهم من العقل وكانت نصرتهم ونيتهم على قدر عقولهم فأصيب منهم من أصيب على منازل شتى فإذا كان يوم القيامة اقتسموا المنازل على قدر نياتهم وقدر عقولهم Menjawab Nabi saw. : "Mereka itu berperang menurut akal yang dianugerahkan Allah kepadanya. Kemenangan dan niatnya adalah sekedar akalnya. Diberikan akal orang-orang yang diberikan dari mereka, pada tingkat yang bermacam-macam, Maka pada hari qiamat nanti mereka membagi-bagikan tingkat itu menurut tingkatan niatnya dan akalnya". (H R Ibnu Mabar)

Dari Al-Barra' bin 'Azib, bahwa Nabi saw. bersabda : جد الملائكة واجتهدوا في طاعة الله سبحانه وتعالى بالعقل وجد المؤمنون من بني آدم على قدر عقولهم فأعملهم بطاعة الله عز وجل أوفرهم عقلا "Bersungguh-sungguh para malaikat dan rajin menta'atiAllah Ta'ala dengan akal. Dan bersungguh-sungguh orang mu'min dari anak Adam, menurut kadar akalnya. Yang paling banyak berbuat amal dengan menta'ati Allah, ialah mereka yang paling sempurna akalnya ". (H R Ibnu Mabar)

وعن عائشة رضي الله عنها قالت قلت يا رسول الله بم يتفاضل الناس في الدنيا قال بالعقل قلت وفي الآخرة قال بالعقل قلت أليس إنما يجزون بأعمالهم فقال صلى الله عليه وسلم: يا عائشة وهل عملوا إلا بقدر ما أعطاهم عز وجل من العقل فبقدر ما أعطوا من العقل كانت أعمالهم وبقدر ما عملوا يجزون Dari 'Aisyah ra. bahwa 'Aisyah mengatakan : "Aku bertanya : "Wahai Rasulullah! Dengan apakah manusia memperoleh kelebihan di dunia?". Menjawab Nabi saw. : "Dengan akal!". Lalu aku bertanya lagi: "Di akhirat?". Menjawab Nabi saw. : "Dengan akal!" Bertanya aku lagi : "Bukankah mereka dibalas dengan sebab amal nya?". Menjawab Nabi saw. : "Hai 'Aisyah! Adakah mereka itu beramal, selain sekedar akal yang dianugerahkan Tuhan kepadanya? Maka menurut kadar akal yang diperoleh mereka, begitulah adanya amal mereka. Dan menurut kadar amal itu, mereka diberi balasan'.' (H R Ibnu Mabar dan Ath Tirmizi Al Hakim)

وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لكل شيء آلة وعدة وإن آلة المؤمن العقل ولكل شيء مطية ومطية المرء العقل ولكل شيء دعامة ودعامة الدين العقل ولكل قوم غاية وغاية العباد العقل ولكل قوم داع وداعى العابدين العقل ولكل تاجر بضاعة وبضاعة المجتهدين العقل ولكل أهل بيت قيم وقيم بيوت الصديقين العقل ولكل خراب عمارة وعمارة الآخرة العقل ولكل امرىء عقب ينسب إليه ويذكر به وعقب الصديقين الذيينسبون إليه ويذكرون به العقل ولكل سفر فسطاط وفسطاط المؤمنين العقل Dari Ibnu Abbas ra., bahwa Ibnu Abbas berkata : "Telah bersabda Rasulullah saw. :  "Tiap-tiap sesuatu itu mempunyai alat dan perkakas. Dan alat bagi orang mu'min ialah akal. Tiap-tiap sesuatu itu mempunyai kenderaan. Dan kenderaan manusia itu, ialah akal. Tiap-tiap sesuatu itu mempunyai tiang. Dan tiang agama itu ialah akal. Tiap-tiap kaum itu, mempunyai tujuan. Dan tujuan bagi hamba Allah ialah akal. Tiap-tiap kaum itu, mempunyai penyeru. Dan yang menyerukan orang-orang yang beribadah itu ialah akal.Tiap-tiap saudagar itu mempunyai harta kekayaan. Dan harta kekayaan orang yang rajin itu ialah akal. Tiap-tiap keluarga dari suatu rumah tangga itu ada yang membelanjainya. Dan yang membelanjai rumah tangga orang shiddiqin (orang-orang yang benar-benar membenarkan agama) itu, ialah akal. Tiap-tiap yang runtuh itu ada bangunannya. Dan bangunan akhirat itu ialah akal. Tiap-tiap manusia itu mempunyai kesudahan yang disandarkan dan diingatkan. Dan kesudahan bagi shiddiqin, yang disandarkan dan diingatkan, ialah akal. Tiap-tiap perjalanan itu mempunyai rumah kecil tempat perhentian. Dan rumah kecil tempat perhentian bagi orang mu'min itu ialah akal".. (H R Ibnu Mabar )

Bersabda Nabi saw. :إن أحب المؤمنين إلى الله عز وجل من نصب في طاعة الله عز وجل ونصح لعباده وكمل عقله ونصح نفسه فأبصر وعمل به أيام حياته فأفلح وأنجح " Sesungguhnya orang mu'min yang paling dikasihi Allah, ialah orang yang tegak berdiri dalam menta'atiNya, memberi nasehat kepada hambaNya, sempurna akalnya dan menasehati dirinya, lalu ia dapat melihat yang benar. Dan mengerjakan amal selama hidupnya, maka ia memperoleh keuntungan dan mendapat kemenangan (H R.  Ibnul Mahbar dari Ibnu Umar.)

Bersabda Nabi' saw. Orang Yang paling sempurna akal diantara kamu ialah orang yang paling takut kepada Allah Ta'ala dan yang paling baik perhatiannya tentang apa yang disuruh dan dilarang Allah, meskipun sedikit berbuat amalan sunat ". ( H R. Ibnul Mahbar dari Abi Qatadah)

                         _______________>}.{<_________________

Sumber Ihya Ulumiddin Al Ghazali dari Halam 262 sampai Halaman 271

Wasalam.

 

Enhanced by Zemanta

RAHASIA KEPENTINGAN-KEPENTINGAN SHOLAT

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

KITAB KEPENTINGAN-KEPENTINGAN SHOLAT




ASSALAMU’ALAIYKUM WARAHMATULAHI WABARAKATU




KITAB RAHASIA-RAHASIA  DAN KEPENTIGAN-KEPENTINGAN SHOLAT

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).

Segala pujian bagi Allah yang mengurniakan akan hambaNya dengan segala nikmat yang halus-halus dan mengumiakan akan hati mereka dengan segala nur Agama dan tugasnya, yang diturunkan dari 'Arasy kebesaran ke langit dunia, dari derajat-derajat kerah-matan, salah satu dari tanda-tanda kasih-sayangNya, yang berbeda dengan raja-raja, serta ke-esa-an dengan kebesaran dan keagungan, dengan menggerabirakan makhlukNya untuk bermohon dan ber-do;a. Maka berfirman Ia : "Adakah yang berdo 'a, maka A ku terima do'anya itu. Adakah yang meminta ampun, maka aku ampunkan dosanyaBerbeda dengan sultan-sultan, dengan membuka pintu dan membuang hijab, makadimudahkanNya bagi segala hambaNya untuk bermunajah dengan shalat-shalat, betapapun bertukarnya keadaan di dalam jama'ah orang ramai dan ditempat-tempat yang sunyi. Tidak dengan memberikan kelapangan saja, tetapi ia dengan lemah-lembut mengajak dan memanggil, sedang selain Dia -dari raja-raja yang lemah itu- tidak memperkenankan berbicara secara sembunyi melainkan setelah menyerahkan hadiah dan suap Maka maha-sucilah Ia, maha-besarlah kedudukanNya, maha-kuatlah kekuasaanNya, maha-sempumalah kasih-sayangNya dan maha-leng-kaplah kebaikanNya.

Rahmat kepada Muhammad NabiNya dan waliNya yang pilihan dan kepada keluarganya dan shahabatnya kunci petunjuk dan lampu kegelapan serta selamat yang sempuma.
Adapun kemudian, maka sesungguhnya shalat itu tiang Agama dan tonggak keyakinan,- pokok segala jalan mendekatkan diri kepada Tuhan dan sinar cemerlang untuk kebaktian kepadaNya.
Sesungguhnya, telah kami selidiki dalam ilmu fiqih secara meluas, sedang dan ringkas dari madzhab akan segala pokok dan cabangnya, kami kesampingkan kesungguhan dari ranting-rantingnya yang ja-rang terjadi dan kejadian-kejadiannya yang hampir tak pernah kejadian, supaya adalah semuanya ini menjadi simpanan bagi mufti (orang yang mengeluarkan fatwa-fatwa). Daripadanya ia mengambil paham dan berpegang dan kepadanya ia mengadu dan kembali.

Kami sekarang di dalam Kitab ini, meringkaskan kepada yang tak boleh tidak saja, bagi seorang pelajar fiqih, mengenai segala amal perbuatan dhahiriyah dan segala rahasianya yang bathiniyah. Kami menyingkapkan segala artinya yang halus-halus tersembunyi, mengenai pengertian khusyu', ikhlas dan niat, hal mana yang tiada berlaku kebiasaan menyebutkannya di dalam ilmu fiqih, Kami su-sun Kitab ini kepada tujuh bab :

Bab Pertama mengenai fadlilah (keutamaan) shalat.
Bab Kedua mengenai pengutamaan amalan dhahir dari shalat.
Bab Ketiga mengenai pengutamaan amalan bathin dari shalat.
Bab Keempat mengenai imam shalat dan cara mengikuti imam,
Bab Kelima mengenai shalat Jum'at dan adabnya.
Bab Keenam mengenai masalah yang bermacam-macam yang menjadi bahaya yang merata, yang memerlukan murid kepada mengetahuinya.
Bab Ketujuh mengenai amalan sunat dan lainnya.

Bab pertama :


Mengenai fadiilah shalat, sujud, berjama'ah, adzan dan lainnya.

FADLILAH ADZAN :

Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Tiga orang pada hari qiamat di atas bukit kecil dan kesturi hitam, tiada menyusahkan mereka oleh hisab amalan dan tiada menimpa ke atas diri mereka oleh kegelisahan, sehingga selesailah ia dari segala sesuatu diantara manusia . Orang yang tiga itu ialah : orang yang membaca Al-Quran karena mengharap akan Wajah Allah 'Azza wa Jalla dan menjadi imam pada sesuatu kaum, di mana kaum itu senang kepadanya; orang yang beradzan (melakukan bang) pada masjid dan berdo a kepada Allah 'Azza wa Jalla karena mengharap akan WajahNya dan orang yang berpenghidupan sempit di dunia maka yang demikian itu tiada mengganggukannya daripada berbuat amalan akhirat". (326).
Bersabda Nabi saw,. : "Tiadalah yang mendengar seruan adzan dari orang yang beradzan itu, baik yang mendengar itu jin atau manusia ataupun sesuatu yang lain, melainkan naik saksi ia untuk orang yang beradzan itu pada hari qiamat". (327).
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Tangan Tuhan Yang Maha Pengasih itu di atas kepala muadzin (orang yang beradzan)r sehingga selesailah ia daripada adzannya". (328)
Ada yang mengatakan mengenai penafsiran firman Allah 'Azza wa Jalla :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا
(Wa man ahsanu qaulan mim man da'aa ilallaahi wa 'amila shaali-haa).
Artinya : "Siapa yang lebih baik perkataannya dari orang yang memanggil kepada Tuhan dan mengerjakan perbuatan baik". (S. Ha Mim As-Sajadah, ayat 33), bahwa ayat ini turun mengenai orang-orang muadzin.

326.Dirawikan At-Tirmidzi daru Ibnu Umar dan dipandangnya hadits hasan (baik).
327.Dirawikan Al-Bukhari dari Abdullah bin Yusuf.
328.Dirawikan Ath-Thabrani dan Al-Hasan bin Sa'id dari Anas, dengan isnad dla'if.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
إذا سمعتم النداء فقولوا مثل ما يقول المؤذن
(Idzaa sami -tumun nidaa-a faquuluu mitsla maa yaquulul mu-adzdzin).
Artinya : "Apabila kamu mendengar seruan adzan, maka ucapkan-lah apa yang diucapkan oleh muadzin itu ".
Mengucapkan yang demikian itu adalah sunat, kecuali mengenai "Hayya 'alash-shalaah " dan "Hayya 'alal-falaak " maka diucapkan pada yang dua mi ialah :
لا حول ولا قوة إلا بالله "Laa haula wa laa quwwata illaa billaah ". Dan pada ucapan muadzin : "Qadqaamatish shalaah", maka pendengar mengucapkan :أقامها الله وأدامها ما دامت السموات والأرض Aqaamahallaahu wa adaamahaa maa daama-tis samaawaatu wal ardl". (Ditegakkan Allah kiranya shalat itu dan dikekalkanNya selama kekal langit dan bumi),

Dan pada tatswib, yaitu : ucapan muadzin pada shalat shubuh : "Ashshalaatu khairum minan nauum". (Shalat itu lebih baik dari pada tidur), maka pendengarnya mengucapkan : "Shadaqta wa bararta wa nashahta" (Benar engkau, telah berbuat kebajikan engkau dan telah memberi nasehat engkau).
Ketika selesai dari adzan, maka dibacakan do'a, yaitu :
اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة والدرجة الرفيعة وابعثه المقام المحمود الذي وعدته إنك لا تخلف الميعاد
Allaahumma rabba haadzihid da'-watit taammati wash- shalaatil qaa-imati, aati Muhammadanil wasiilata wal fadliilata wad darajatar rafn-'ata wab-'atshul maqaamal mahmuudal ladzii wa 'adtahu, innaka laa tukhliful mii-'aad
a.
Artinya : "Ya Allah, ya Rabb, yang memiliki do'a ini yang sempurna, dan shalat yang berdiri tegak! Berikanlah kepada Muhammad jalan kelebihan dan derajat tinggi! Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji".
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab : "Barangsiapa mengerjakan shalat pada tanah Sahara yang luas, niscaya bershalat di kanannya seorang malaikat dan dikirinya seorang malaikat. Maka jika ia beradzan dan berqamat (iqamah), niscaya bershalat di belakangnya malaikat-ma-laikat berbaris seperti bukit".


FADLILAH SHALAT FARDLU.

Berfirman Allah Ta'ala :
إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Innash shalaata kaanat 'alal mu'miniina kitaaban mauquutaa
.
Artinya : "Sesungguhnya shalat itu suatu kewajiban yang ditentukan waktunya untuk orang-orang yang beriman". (S. An-Nisaa', ayat 103).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Lima shalat diwajibkan oleh Allah kepada segala hamba. Maka barangsiapa mengerjakan semuanya dan tidak menyia-nyiakan suatupun daripadanya, sebagai meringan-ringankan haknya, niscaya adalah untuknya pada Allah suatu janji bahwa ia akan masuk sorga. Dan barangsiapa tidak mengerjakan semuanya, maka tiadalah baginya pada Allah suatu janji. Jika dikehendaki oleh Allah niscaya di'azabkannya dan jika dikehendakiNya niscaya dimasukkannya ke dalam sorga". (1)
Bersabda Nabi saw. : "Perumpamaan shalat yang lima itu adalah seumpama sebuah sungai yang tawar airnya yang meluap-luap, di pintu seseorang daripada kamu. la mandi padanya tiap-tiap hari lima kali. Apakah pendapatmu tentang orang itu, apakah masih ada dakinya?".
Menjawab para shahabat : "Tak ada sedikitpun!".
Maka menyambung Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya shalat yang lima itu, menghilangkan dosa seperti air menghilangkan daki". (2)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya shalat-shalat itu menghapus-kan dosa yang terjadi diantaranya, selama bukan dosa besar". (3)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Diantara kita dan orang-orang munafiq itu terdapat saksi-saksi gelap dan terang, yang tiada sanggup mereka mempengaruhi kedua saksi itu ". (4)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa menjumpai Allah, sedang dia menyia-nyiakan shalat, maka tidak diperdulikan oleh Allah sesuatu daripada kebajikan-kebajikannya ". (5)

(1) Dirawikan Malik, Ahmad dan lain-lain dari Ubbadah bin Ash-Shamit,
(2) Dirawikan Muslim dari Jabir.
(3) Dirawikan Muslim daru Abi Hurairah.
(4) Dirawikan Malik dari Sa'id bin Al-Musayyab, hadits mursal.
(5) Dirawikan Ath-Thabrani dart Anas.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : Shalat itu tiang Agama. Barangsiapa meninggalkan shalat maka ia telah meruntuhkan Agama'(1)
Ditanyakan Rasulullah saw. : "Amalan apakah yang lebih utama (afdlal)?".
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم : "Shalat pada awal waktunya".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa memelihara shalat yang lima itu dengan menyempurnakan bersuci dan waktunya, niscaya jadilah shalat itu nur baginya dan pembuktian pada hari qiamat. Dan barangsiapa menyia-nyiakannya, niscaya dibangkitkan ia beserta Fir'aun dan Haman".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Kunci sorga itu shalat".
Dan bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Tiada diwajibkan oleh Allah kepada makhlukNya sesudah tauhid yang lebih menyukakan kepadaNya selain daripada shalat. Jikalau adalah sesuatu yang lain, yang lebih menyukakan kepadaNya dari shalat, niscaya telah beribadah dengan dia para malaikatNya. Para malaikat itu, sebahagiannya ruku' sebahagian sujud, sebahagian berdiri dan duduk".
Bersabda Nabi saw. : "Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, maka kufurlah dia", artinya : hampir tercabut daripada Iman dengan terbuka talinya dan jatuh tiangnya. Sebagaimana dikatakan bagi orang yang telah mendekati suatu kampung, bahwa ia telah sampai ke kampung itu dan telah memasukinya.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka terlepaslah ia dari tanggungan Muhammad saw". (2)
Berkata Abu Hurairah ra. : "Barangsiapa berwudlu, maka membaguskan wudlunya, kemudian ia keluar dengan sengaja untuk shalat, maka sesungguhnya dia di dalam shalat yang sengaja ia kepada shalat itu. Dan dituliskan baginya dengan salah satu dari dua langkah-nya kebajikan dan dihapuskan daripadanya dengan langkah yang satu lagi, kejahatan. Apabila mendengar seorang kamu akan qamat, maka tidak wajar lah baginya mengemudiankan. Karena yang terbesar pahala bagi kamu ialah yang terjauh rumah daripada kamu".
Bertanya mereka : "Mengapa begitu wahai Abu Hurairah?".
Menjawab Abu Hurairah : "Dari karena banyaknya langkah.

(1) Dirawikan Al-Baihaqi dari Umar. dengan sanad dla'if.
(2) Dirawikan Ahmad dan Al-Baihaqi dari Ummu Aiman.

Diriwayatkan : "Bahwa yang mula pertama diperhatikan dari amalan hamba pada hari qiamat ialah shalat. Kalau terdapat shalat itu sempuma, niscaya diterima shalat itu daripadanya dan amalannya yang lain. Dan kalau terdapat kurang, niscaya ditolak shalat itu daripadanya dan amalannya yang Iain".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Hai Abu Hurairah! Suruhlah keluargamu dengan shalat! Sesungguhnya Allah mendatangkan rezeqi bagimu dari tempat yang tidak kamu sangka ".
Berkata setengah ulama "Orang yang mengerjakan shalat itu adalah seumpama saudagar yang tidak memperoleh keuntungan sebelum kembali pokoknya. Demikian juga orang yang mengerjakan shalat,tidak diterima yang sunat sebelum ditunaikannya yang fardiu'!
Abu Bakar ra. berkata : "Apabila telah datang waktu shalat, maka pergilah ke apimu yang telah kamu nyalakan, lalu padamkanlah api itu!".


FADLILAH MENYEMPURNAKAN RUKUN.


Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Shalat fardiu itu adalah seumpama neraca. Siapa yang mencukupkan, niscaya memperoleh cukup". (1)
Berkata Yazid Ar-Riqasyi: "Adalah shalat Rasulullah saw. itu sama seolah-olah sudah ditimbang",
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya dua orang dari ummatku, keduanya berdiri kepada shalat, di mana ruku' dan sujud keduanya itu satu. Dan diantara shalat keduanya itu adalah diantara langit dan bumi", diisyaratkan Nabi saw. dengan sabdanya itu untuk "khusyu'".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Allah tiada memandang pada hari qiamat kepada hamba yang tiada menegakkan tulang sulbinya diantara ruku' dan sujudnya ". (2)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Tidakkah takut orang yang memutarkan mukanya di dalam shalat, akan diputarkan oleh Allah mukanya menjadi muka keledai?". (3)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa mengerjakan shalat pada waktunya dan melengkapkan wudlunya, menyempurnakan ruku 'nya, sujudnya dan khusu nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang putih bersih, seraya mengatakan : "Kiranya Allah menjaga engkau sebagaimana engkau telah menjaga aku!". Barangsiapa mengerjakan shalat pada bukan waktunya dan tidak melengkapkan wudlunya, tidak menyempurnakan ruku'nya, sujudnya dan khusu 'nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang hitam gelap, seraya mengatakan: "Disia-siakan oleh Allah kiranya engkau, sebagaimana engkau telah menyia-nyiakan aku". Sehingga -kalau dikehendaki oleh Allah-apabila shalat itu, dilipatkan sebagaimana dilipatkan kain buruk, maka dipukulkanlah dengan shalat itu mukanya".

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sejahat-jahat manusia mencuri ialah orang yang mencuri dari shalatnya".
(1.Dirawikan Ahmad dan AlHakim.,Sahih Isnadnya)
Berkata Ibnu Mas'ud dan Salman ra. : "Shalat itu alat penyukat. Maka barangsiapa menyempurnakan, niscaya ia menerima sempurna dan barangsiapa menipu di dalam sukatan, maka tahulah ia apa yang difirmankan Allah, mengenai orang-orang yang menipu pada
Takaran".

FADLILAH
/KEUTAMAAN SHALAT JAMA'AH.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
صلاة الجماعة تفضل صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة

(Shalaatul jamaa-'ati tafdlulu shalaatal fadzdzi bisab-'in wa 'isyriina darajatan).
Artinya : "Shalat jama'ah itu melebihi dari shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat". (2)
Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi saw. tidak melihat orang pada sebahagian shalat, lalu bersabda : "Sesungguhnya aku bercita-cita menyuruh seseorang menjadi imam yang mengimami shalat orang banyak. Kemudian aku sendiri mencari orang-orang yang meninggalkan shalat ber jama'ah itu lalu aku bakar rumah-rumah-nya". (3)

Pada riwayat yang lain : "Kemudian aku mencari orang-orang yang meninggalkan shalat jama'ah itu, maka aku suruh mereka. Lalu kalau meninggalkan juga, maka rumah mereka dibakar dengan unggunan kayu api. Jikalau tahulah seseorang dari mereka bahwa akan memperoleh tulang yang berminyak atau dua kuku hewan, niscaya dihadlirinya", yakni : "shalat 'Isya'"

2.Dirawikan Bukhari Dan Muslim Dari Ibnu Umar.
3.Dirawikan Bukhari dan muslim Dari Abu Hurairah.

Berkata Usman ra., di mana perkataannya itu adalah suatu hadits marfu' : "Barangsiapa menghadliri shalat jama'ah 'Isya', maka seakan-akan ia bangun setengah malam dengan ibadah. Dan barangsiapa menghadliri shalat jama'ah Shubuh, maka seakan-akan ia bangun semalam-malaman dengan ibadah".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa mengerjakan suatu shalat dengan berjama'ah, maka ia telah memenuhkan dadanya dengan ibadah
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab : "Tiadalah seorang muadzin mela-kukan adzan semenjak dua puluh tahun yang lampau, melainkan saya ada di dalam masjid.".
Berkata Muhammad bin Wasi' : "Tiada aku rindukan dari dunia, selain dari tiga : teman, jikalau aku bengkok, maka diluruskannya; makanan dari rezeki yang aku peroleh dengan mudah tanpa menu-ruti kata orang dan shalat ber jama 'ah yang tak aku melupakannya dan dituliskan bagiku keutamaannya".

Diriwayatkan bahwa Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah pada suatu kali menjadi imam shalat dari suatu kaum.Tatkala mau pergi, maka ia berkata : "Terus-nienerus setan tadi padaku, sampai setan itu me-nampakkan kepadaku bahwa aku mempunyai kelebihan dari orang lain. Dari itu, aku tidak mau menjadi imam shalat selama-lamanya".
Berkata Al-Hasan : "Janganlah engkau bershalat di belakang orang yang tiada bergaul dengan ulama".
Berkata An-Nakha'i ; "Orang yang menjadi imam shalat dari orang banyak tanpa ilmu, adalah seumpama orang yang menyukat air di dalam laut, tidak mengetahui tambahannya daripada kekurangannya".

Berkata Hatim Al-Asham : "Tertinggal aku suatu shalat dari berjama'ah, maka diratapi aku oleh Abu Ishak Al-Bukhari sendirian. Dan jikalau meninggallah anakku, maka diratapi aku oleh lebih dari sepuluh ribu orang, karena bahaya yang menimpakan Agama dipandang manusia lebih mudah daripada bahaya yang menimpakan dunia".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Siapa yang mendengar suatu penyeru (suara muadzin) dan tidak menjawabnya, maka adalah dia tidak menghendaki kebajikan dan kebajikanpun tiada berkehendak kepadanya".

Berkata Abu Hurairah ra. : "Adalah lebih baik bagi anak Adam, telinganya penuh dengan timah hancur, daripada mendengar adzan yang tidak dijawabnya".
Diriwayatkan bahwa Maimun bin Mahran datang *ke masjid, lalu orang mengatakan kepadanya bahwa orang ramai sudah pulang (karena shalat jama'ah sudah selesai), maka Maimun menjawab: "Innaa lillaahi wa innaa illaihi raaji'uun! Sesungguhnya keutamaan shalat ini (shalat jama'ah), adalah lebih baik bagiku daripada menjadi wali negeri Irak".
Bersabda Nabi saw. :
من صلى أربعين يوما الصلوات في جماعة لا تفوته فيها تكبيرة الإحرام كتب الله له براءتين براءة من النفاق وبراءة من النار

Man shallaa arba'iina yaumanish-shalawaati fii jamaa'atin laa ta-fuutuhu fiihaa takbiiratul-ihraami kataballaahu baraa-ataini baraa-atan min an nifaaqi wa baraa-atan minan naar.
Artinya : "Barangsiapa mengerjakan shalat empat puluh hari dalam jama'ah, yang tidak tertinggal padanya suatu takbiratul-ihram, maka di tulis kan oleh Allah baginya dua kelepasan : kelepasan dari nifaq dan kelepasan daripada neraka ". (1)
Ada yang mengatakan bahwa pada hari qiamat dibangkitkan dari kubur suatu kaum, wajahnya berseri-seri seperti bintang yang berkilau-kilauan. Maka bertanya malaikat kepada mereka : "Apakah amal perbuatan kamu dahulu?".
Menjawab mereka : "Adalah kami apabila mendengar adzan, lalu bangun bersuci dan tidak diganggu kami oleh yang lain".
Kemudian dibangkitkan dari kubur suatu golongan, wajahnya seperti bulan, maka menjawab golongan ini sesudah ditanya : "Adalah kami berwudlu sebelum masuk waktu".
Kemudian dibangkitkan suatu golongan, wajahnya seperti matahari, maka golongan ini menjawab : "Adalah kami mendengar adzan di masjid".

(1) Dirawikan At-Turmudzi diri Anas, dengan isnad orang-orang perawinya kepercayaan.

Diriwayatkan bahwa ulama-ulama terdahulu (salaf) adalah mera-tapi dirinya tiga hari, apabila tertinggal takbir pertama pada shalat jama'ah, Dan meratapi dirinya tujuh hari, apabila tertinggal shalat jama'ah.

FADLILAH
/KEUTAMAAN SUJUD.
Bersabda Rasulullah saw. : "Tiadalah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dengan sesuatu, yang lebih utama daripada sujud yang tersembunyi (tidak di muka umum) "(1)
Bersabda Rasulullah saw. : "Tiadalah seorang muslim bersujud kepada Allah dengan satu sujud, melainkan ia diangkatkan oleh Allah satu tingkat dan dihapuskan daripadanya satu kejahatan dengan sebab sujud itu". (2)
Diriwayatkan : "Bahwa seorang laki-laki meminta kepada Rasulullah saw. : "Berdo'alah pada Allah kiranya dijadikanNya aku diantara orang yang memperoleh syafa'atmu dan diberikanNya aku rezeki mengawani engkau dalam sorga".
Maka menjawab Nabi saw. : "Tolonglah aku dengan berbanyak Sujud". (3)
Ada yang mengatakan : "Yang paling dekat seorang hamba kepada Allah, ialah bahwa ada ia seorang yang sujud", itulah maksud firman Allah Ta'ala : "Wasjud waqtarib". (Dan sujudlnh dan. dekat-kanlah din kepada Allah). (S. Al-Alaq, ayat 19).

Dan berfirman Allah Ta'ala : "Di muka mereka ada tanda-tanda bekas sujud". (S. Al-Fath, ayat 29). Ada yang mengatakan, yaitu apa yang tersentuh dengan mukanya dari bumi ketika sujud. Ada yang mengatakan, yaitu nur khusyu*, yang menembus cemerlang dari bathinnya kepada dhahir. Inilah yang lebih benar. Dan ada yang mengatakan, yaitu cahaya gemilang yang ada pada mukanya di hari qiamat dari bekas wudlu.
Bersabda Nabi saw. : "Apabila anak Adam membaca ayat sajadah (ayat yang disunatkan sujud sesudah membacanya), lalu ia sujud, maka pergilah setan sambil menangis dan berkata : "Alangkah celakanya aku! Orang ini disuruh sujud, lalu ia sujud maka baginya sorga. Aku disuruh sujud, lalu aku durhaka, maka bagiku neraka".

(1) Dirawikan ibnul-Mubarak dari Shamrah bin Habib, hadits mursal.
(2)Dirawikan Muslim dari Tsauban dan Abid-Darda'.
(3)Dirawikan Muslim dari Rabi'ah bin Ka'ab Al-Aslami.

Diriwayatkan dari Ali bin Abdullah bin Abbas, bahwa ia bersujud tiap-tiap hari seribu sujud. Dan orang banyak menggelarkan Ali ini dengan gelar "As-Sajjad", artinya : orang banyak sujud.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul-'Aziz ra. tiada melakukan sujud selain atas tanah. Dan Yusuf bin Asbath berkata : "Hai para pemuda! Bersegeralah mempergunakan ketika sehat sebelum sakit! Maka tiadalah tinggal seseorang yang aku gemari, selain orang yang menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya dan telah terdindinglah diantara aku dan ruku' sujud itu (karena telah lanjut umurnya)"

Berkata Sa'id bin Jubair : "Tiada aku meminta tolong pada sesuatu di dunia ini, selain kepada sujud".
Berkata Uqbab bin Muslim : "Tiada suatu perkarapun pada hamba yang lebih disukai oleh Allah selain daripada orang yang menyukai berjumpa dengan Dia. Dan tiadalah dari sa'at kehidupan hamba yang lebih dekat kepadaNya, selain dari sa'at di mana ia tersungkur bersujud kepadaNya".

Berkata Abu Hurairah ra. : "Yang lebih mendekati seorang hamba kepada Allah 'Azza wa Jalla, ialah apabila ia sujud, lalu membanyakkan do'a ketika itu".


FADLILAH KHUSYU'


Berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي

(Wa-aqi mish shalaata lidzikrii).
Artinya : "Kerjakanlah shalat untuk mengingati Aku!". (S. Tha Ha, ayat 14).
Berfirman Allah Ta'ala
وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ:
(Wa laa takun minal ghaafiliin).
Artinya : "janganlah engkau termasuk orang-orang yang alpa". (S. Al-A'raaf, ayat 205).
لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
(Wa laa taqrabush shalaata wa antum sukaaraa hattaa ta'lamuu maa taquuluun).
Artinya : "Janganlah kamu hampiri shalat ketika kamu sedang mabuk, sampai kamu mengetahui apa yang kamu katakan".(S. An-Nisaa', ayat 43).

Ada yang mengatakan : mabuk dari banyak angan-angan. Dan ada yang mengatakan : mabuk dari cinta kepada dunia. Berkata Wahb : "Yang dimaksudkan dengan mabuk itu secara dhahirnya saja. Yaitu memperingati kepada mabuk dunia, karena diterangkan oleh Allah sebabnya, dengan firmanNya : "Sampai kamu mengetahui apa yang kamu katakan
Berapa banyak orang yang bershalat yang tidak minum khamar, padahal dia tiada mengetahui apa yang dibacanya dalam shalat.
Bersabda Nabi saw. : "Barangsiapa mengerjakan shalat dua raka'at, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam dua raka'at itu mengenai sesuatu urusan duniawi, niscaya diampunkan baginya apa yang telah lalu daripada dosanya". (1)
Bersabda Nabi saw. : "Sesungguhnya shalat itu menetapkan hati, menundukkan diri, merendahkan hati, merapati bathin, menyesah diri. Dan engkau meletakkan dua tangan engkau seraya membaca : "Ya Allah ya TuhankuI Ya Allah, ya Tuhanku!". Barangsiapa tiada berbuat demikian, maka shalat itu penuh kekurangan-kekurangan".(2)
Diriwayatkan bahwa Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-kitab yang dahulu ; "Tidaklah tiap-tiap orang yang mengerjakan shalat itu, Aku terima shalatnya. Hanya Aku terima shalat orang yang merendahkan diri karena kebesaranKu, tiada menyombong dengan hamba-hambaKu dan memberi makanan kepada orang miskin yang lapar karena Aku
Bersabda Nabi saw. : "Sesungguhnya diwajibkan shalat, disuruh mengerjakan hajji dan thawaf dan disuruh syi'arkan segala ibadah hajji itu, adalah karena menegakkan dzikir (mengingati) A llah Ta'ala". (3)
Apabila tidak ada dalam hatimu untuk yang tersebut tadi, yang mana itulah yang dimaksud dan yang dicari, karena kebesaran dan tidak kehebatan, maka apakah harganya dzikirmu itu?".

(1)Dirawikan Ibnu Abi Syatbah dari Shillah bin Usyaim hadits mursal.
(2)Dirawikan At-Tirmidzi dan lain-lain dari Ai-Fadl bin Abbas, dengan isnad yang tidak diyakini.
(3)Dirawikan At-Tirmidzi dari A'isyah, hadits hasan (baik) dan shahih.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم kepada orang yang diberinya wasiat: "Apabila engkau mengerjakan shalat, maka bershalatlah sebagai shalat orang yang mengucapkan selamat tinggal". Artinya : mengucapkan selamat tinggal kepada dirinya, kepada hawa-nafsunya dan kepada umurnya, berjalan kepada Tuhannya, sebagaimana berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلاقِيهِ
(Yaa-ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa rabbika kad-han famu-laaqiih).
Artinya : "Hai manusia! Sesungguhnya engkau mesti bekerja keras dengan sesungguhnya (menuju) kepada Tuhan, kemudian itu kamu akan menemuiNya". (S. Al-Insyiqaq, ayat 6).
Berfirman Allah Ta'ala : "Bertaqwalah kepada Allah! Allah mengajar kamu (S.Al-Baqarah282).
Berfirman Allah Ta'ala : "Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan menemui Dia".
(S. Al-Baqarah, ayat 223).
من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر لم يزدد من الله إلا بعدا حديث من لم تنهه
Man lam tanhahu shalaatuhu "anil faljsyaa-i wal munkari lam yaz-dad minallaahi illaa bu'-daa.
Artinya : "Barangsiapa tidak dicegah oleh shalatnya daripada perbuatan keji dan munkar, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh". (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
Shalat itu adalah munajah dengan Allah. Maka bagaimanakah ada munajah itu serta kelalaian?Berkata Bakr bin Abdullah : "Hai anak Adam! Apabila engkau bermaksud masuk kepada Tuhanmu tanpa izin dan berbicara dengan Dia tanpa juru bahasa, maka masuklah!".
Lalu orang bertanya : "Bagaimanakah yang demikian itu?".
Maka menjawab Bakr bin Abdullah : "Engkau lengkapkan wudlumu dan engkau masuk ke mihrabmu. Apabila engkau telah masuk kepada Tuhanmu dengan tanpa izin itu, maka berbicaralah dengan Dia tanpa ada juru bahasa!".

(1) Dirawikan Ali bin Ma'bad dari Al-Hasan, hadits mursal, dengan isnad shahih.

Dari 'Aisyah ra. yang mengatakan : "Adalah Rasulullah saw. berca-kap-cakap dengan kami dan kamipun bercakap-eakap dengan beliau. Maka apabila datang waktu shalat, lalu seolah-olah beliau tidak mengenai kami dan kamipun tidak mengenai beliau", karena seluruh jiwa raga tertuju kepada kebesaran Allah. (1)
Bersabda Nabi saw. : "Allah tidak memandang kepada shalat, di mana orang itu di dalam shalatnya tidak menghadhrkan hatinya serta badannya'
Adalah Nabi Ibrahim as. apabila berdiri kepada shalat, lalu terdengar detak jantungnya pada jarak dua mil, Dan adalah Sa'id At-Tunukhi apabila mengerjakan shalat, maka tiada putus-putusnya air mata dari dua pipinya ke atas janggutnya.
Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki bermain-main dengan janggutnya dalam shalat, maka beliau bersabda : "Jikalau khusyu lah hati orang ini, niscaya khusyu'lah anggota-anggota badannya ". (2)
Diriwayatkan bahwa Al-Hasan memandang kepada seorang laki-laki yang bermain-main dengan batu dan berdo'a : "Ya Allah, ya Tuhanku! Kawinkanlah aku dengan bidadari!".
Maka berkata Al-Hasan : "Buruk benarlah pelamar yang semacam ini! Engkau melamarkan bidadari, sedang engkau bermain-main dengan batu".
Ditanyakan kepada Khalf bin Ayyub : "Tidakkah diganggu engkau oleh lalat dalam shalat engkau, sehingga perlu engkau usir lalat itu?"
Menjawab Khalf bin Ayyub : "Tidak aku biasakan bagi diriku sesuatu yang merusakkan shalatku".
Maka ditanyakan lagi : "Bagaimanakah engkau bisa tahan yang demikian itu?".
Menjawab Khalf bin Ayyub : "Orang menceriterakan kepadaku bahwa penjahat-penjahat tahan dari pukulan cemeti-cemeti sultan, supaya dikatakan : "Bahwa si Anu itu tahan menderita". Lalu mereka itu merasa bangga dengan demikian. Adapun aku berdiri dihadapan Tuhanku, maka patutkah aku bergerak karena seekor lalat?".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar, bahwa apabila ia bermaksud mengerjakan shalat, maka ia berkata kepada keluarganya : "Ber-cakap-cakaplah kamu sesama kamu, sedang aku tidak mendengar percakapanmu itu!".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar tadi, bahwa pada suatu hari ia mengerjakan shalat di masjid jami' Basrah. Maka robohlah suatu sudut dari masjid itu. Lalu berkumpullah manusia ke sana. Sedang Muslim tadi tiada mengetahuinya sama sekali, sehingga selesailah ia daripada shalatnya itu.

1.Diriwayatkan Dari Al Azdi dari Suwaid Bin Ghaflah Hadis Mursal
2.Dirawikan Dari AtTirmidzi dari Abu Hurairah. Dengan sanad dlai'if

Adalah Ali bin Abi Thalib ra. apabila datang waktu shalat, maka gementarlah badannya dan berobahlah warna mukanya. Lalu ia ditanyakan orang : "Apakah yang menimpakan kepada engkau wahai Amirul mu'minin?".
Ali menjawab : "Telah datang -waktu amanah- yang didatangkan oleh Allah kepada langit, bumi dan bukit, maka semuanya ini enggan menerimanya dan merasa berat daripadanya. Dan aku menerimanya".
Diriwayatkan dari Ali bin Al-Husain, bahwa apabila ia mengambil wudlu maka pucatlah warna mukanya. Lalu bertanyalah keluarga-nya : Apakah yang menimpakan kamu ketika berwudlu?".
Maka menjawab Ali bin Al-Husain : "Tahukah kamu dihadapan Siapa aku mau berdiri?".
Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas ra. bahwa ia berkata : "Berdo'a-lah Nabi Dawud as. dalam munajahnya : "Wahai Tuhanku! Siapakah yang mendiami rumah Engkau dan dari siapakah yang Engkau terima shalatnya?".

Maka diturunkan Allah wahyu kepada Dawud as. : "WahaiDawud.' Sesungguhnya yang mendiami rumah Ku dan yang Aku terima shalat daripadanya, ialah orang yang merendahkan diri karena keagunganKu, menghabiskan siangnya dengan mengingati Aku, mencegah dirinya dari hawa nafsu karena Aku, diberinya makanan kepada orang yang lapar, diberinya tempat kepada orang yang merantau dan dikasihaninya orang yang mendapat mushibah. Itulah orang yang ber cahaya nurnya pada segala langit Iaksana matahari. Kalau ia berclo'a kepadaKu niscaya Aku terima dan kalau ia meminta kepadaKu niscaya Aku berikan. Aku jadikan baginya di dalam kebodohannya, akan kasih sayang, di dalam kelalaiannya akan peringatan dan di dalam kegelapannya akan nur yang terang ben-derang. Dia dalam kalangan manusia, adalah Iaksana sorga firdaus pada lapisan sorga yang paling tinggi, tiada kering sungainya dan tiada berobah buah-buahannya'

Diriwayatkan dari Hatim Al-Ashamm ra. bahwa ditanyakan orang mengenai shalatnya, maka ia menjawab : "Apabila datang waktu shalat, maka aku lengkapkan wudlu dan aku datangi tempat, di mana di situ aku bermaksud mengerjakan shalat. Maka aku duduk pada tempat itu, sehingga berkumpullah segala anggota badan ku. Kemudian aku berdiri kepada shalatku, aku jadikan Ka'bah dianta -ra dua keningku, titian Ash-Shiraathal Mustaqim di bawah tapak-ku, sorga di kananku, neraka di kiriku, malikul-maut di belakangku, aku menyangka shalat ini penghabisan shalatku, kemudian aku berdiri diantara harap dan cemas. Aku bertakbir dengan penuh keyakinan, aku membaca bacaan dengan bacaan yang baik, aku ruku' dengan merendahkan diri, aku sujud dengan khusu' hati, aku duduk atas punggung kiri dan aku bentangkan belakang tapak kiri, aku tegakkan tapak-kanan atas ibu jari kaki dan aku ikutkan keikhlasan hati. Kemudian aku tiada mengetahui, apakah shalatku itu diterima atau tidak".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Dua raka'at shalat dengan sempurna tafakkur, adalah lebih baik daripada mengerjakan shalat semalam suntuk, sedang hati itu lupa",


Dari ‘Ihya Ulumiddin Imam Al-Ghazali Halaman 481-501

Wasalamulaiykum Warahmatulahi Wabarakatu