أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
الحمد
لله الذي خلق الإنسان لعبادته، فقال سبحانه: (وما خلقت الجن والإنس إلا
ليعبدون)، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك إله الأولين والآخرين،
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أرسله الله داعية إلى إخلاص الدين لرب
العالمين، فصلوات الله وسلامه عليه وعلى آله الطيبين الطاهرين وصحابته الغر
الميامين ومن اقتفى أثره واتبع هداه إلى يوم الدين، أما بعد:
Kalimat tauhid yaitu (لا إله إلا الله)
adalah hikmah utama penciptaan manusia, pengutusan para rasul dan
diturunkannya Al Qur'an, ia adalah keadilan yang utama, oleh karenanya
langit dan bumi ciptakan dan neraca keadilan ditegakkan, ia sebagai
pembeda antara muslim dengan orang kafir, dengannya manusia tebagi
menjadi orang orang yang bahagia penghuni syurga dan orang orang yang sengsara penghuni nereka.
Akan
tetapi yang sangat disayangkan bahwa manyoritas kaum muslimin yang
mengucapkan kailmat yang mulia ini tidak memahami makna dan kakekatnya
serta persyaratannya, sedang ulama telah sepakat bahwa kalimat tauhid
tidak cukup sekedar ucapan dilisan saja, akan tetapi harus diketahui
maknanya dan dilaksanakan tuntutannya serta diaplikasikan
kensekuensinya.
Pada
makalah yang sederhana ini akan dijelaskan insyallah makna kalimat
tauhid sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Qur'an dan Sunnah, serta
persyaratan persyaratan yang wajib terpenuhi dalam mengamalkannya.
Kalimat tauhid (لا إله إلا الله) tersusun dari dua kalimat (لا إله) yang dikenal dengan "kalimat penapian" dan (إلا الله) yang dikenal dengan "kalimat istbat (penetapan)",
kedua kalimat tersebut (penapian) dan (penetapan) dikenal dengan dua
rukun kalimat tauhid, dan itulah hakekat tauhid. Dan (إله) dalam bahasa arab artinya (معبود) "yang diibadati".
Maksudnya : kalimat penapian (لا إله) menapikan seluruh peribadatan kepada selain Allah, dan (إلا الله) menetapan bahwa peribadatan yang hak dan benar semata mata hanya kepada Allah. Maka makna dari (لا إله إلا الله) yaitu (لا معبود بحق إلا الله) "tiada yang berhak diibadati secara benar kecuali Allah".
Kenapa
dalam maknanya harus ditambah kalimat (yang benar/hak) karena seluruh
peribadatan kepada selain Allah adalah batil dan ila yang diibadati
secara benar adalah Allah Ta'ala, sebagaimana firman Allah Ta'ala: (Artinya: )
“(Kuasa
Allah) Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru/ibadati selain dari
Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha
Tinggi lagi Maha Besar".(Al-Hajj:62)
Makna
dan hakekat tauhid diatas telah dijelaskan oleh Allah dan Rasul-Nya,
berikut ayat ayat dan hadits hadits yang menafsirkan kalimat tauhid:
قال تعالى: (واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا). النساء: 36
"Dan ibadati Allah dan jangan kamu persekutukan dengan-Nya sesuatu apapun".
Dalam
ayat ini terdapat perintah untuk mengibadati Allah, karena tiada
seembahan yang berhak diibadati selain-Nya, nah inilah makna kalimat (إلا الله) dan terdapat larang dari melakukan kesyirikan, karena seluruh peribadatan kepada selain Allah adalah syirik dan itu adalah kebatilan dan inilah makna (لا إله).
وقال تعالى: (وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه). الإسراء: 23.
"Dan Rabmu telah memerintahkan agat kamu tidak mengibadati kecuali Dia".
Nah kalimat (ألا تعبدوا إلا إياه) itulah kalimat tauhid dan makna (لا إله إلا الله).
وقال تعالى: (ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت). النحل: 36
"Dan sungguh kami telah mengutus pada setiap umat seorang Rasul (untuk menyerukan) "ibadatilah Allah dan tinggalkanlah Thagut".
Thogut
adalah seluruh peribadatan dan sesembahan kepada selain Allah, nah
perintah perintah mengibadati Allah dan meninggalkan thogut itulah makna
kalimat tauhid, karena peribadatan kepada selain Allah yaitu thogut
adalah kebatilan.
وقال: (وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون). الأنبياء: 25
"Dan
tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang rasul kecuali Kami wahyukan
kepadanya bahwa tiada ila yang berhak diibadati kecuali Aku, maka
ibadatilah Aku".
Nah kalimat (لا إله إلا أنا فاعبدون) itulah kalimat tauhid dan makna (لا إله إلا الله).
Kalimat inilah yang pertama sekali yang dikatakan oleh setiap nabi kepada kaum, sebagaimana dalam ayat ayat berikut:
(وإلى عاد أخاهم هودا، قال يا قوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره). الأعراف: 65.
Dan
(Allah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka (nabi) Hud, ia
berkata: wahai kaumku ibadatilah Allah, tidak ada bagi kalai ila yang
berhak diibadati selain-Nya".
وقال: (وإلى ثمود أخاهم صالحا قال يا قوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره) الأعراف: 73
Dan
(Allah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka (nabi) Soleh, ia
berkata: wahai kaumku ibadatilah Allah, tidak ada bagi kalai ila yang
berhak diibadati selain-Nya".
وقال: (وإلى مدين أخاهم شعيبا قال يا قوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره). الأعراف: 85
Dan
(Allah mengutus) kepada kaum Madyan saudara mereka (nabi) Syu'aib, ia
berkata: wahai kaumku ibadatilah Allah, tidak ada bagi kalai ila yang
berhak diibadati selain-Nya".
Nah kalimat (ما لكم من إله غيره) itulah kalimat tauhid dan makna laa ilaha illa Allah.
Diantara ayat yang menjelaskan dan menafsirkan kalimat tauhid (لا إله إلا الله) adalah firman Allah Ta'ala:
(وإذ
قال إبراهيم لأبيه وقومه إنني براء مما تعبدون إلا الذي فطرني فإنه سيهدين
وجعلها كلمة باقية في عقبه لعلهم يرجعون). الزخرف: 26-28.
26.
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
"Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah/ibadati, 27.
kecuali (Rab) Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi
hidayah kepadaku. 28. Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu
kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada
kalimat tauhid itu.
Nah ayat (إنني براء مما تعبدون) itulah makna (لا إله) dan (إلا الذي فطرني) itulah makna (إلا الله).
Dan firman Allah Ta'ala:
(قل
يا أهل الكتاب تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم ألا نعبد إلا الله ولا
نشرك به شيئا ولا يتخذ بعضها بعضا أربابا من دون الله فإن تولوا فقولوا
اشهدوا بأنا مسلمون). آل عمران، 63.
64.
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah."
Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,
bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
Nah ayat (ألا نعبد إلا الله ولا نشرك به شيئا ولا يتخذ بعضنا بعضا أربابا من دون الله) itulah makna kalimat tauhid (لا إله إلا الله).
Diantara ayat yang menafsirkan tauhid adalah firman Allah:
(وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة وذلك دين القيمة) البينة: 5
5.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan (ibadah) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus.
وقال تعالى: (وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو). التوبة: 31
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar mengibadati ilaa yang satu, tidak ada ila yang berhak diibadati selain-Nya".
Itulah
sebagian ayat yang menjelaskan makna (Laa Ilaha Illa Allah) dan hakekat
tauhid. Nah kalau kita membaca dan merenungi sunnah kita dapati hadits
hadits yang menjelaskan makna tauhid, diantaranya:
Dalam hadits pengutusan Mu'adz kenegeri Yaman, Rasulullah berwasiat kepadanya:
(فليكن أول ما تدعوهم إليه إلى أن يوحدوا الله). البخاري (7372).
Dalam riwayat lain
(فليكن أول ما تدعوهم إليه عبادة الله). البخاري (1458) ومسلم (31).
Riwayat ini menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan tauhid pada riwayat yang pertama adalah mengikhlaskan ibadati kepada Allah
Dalam riwayat lain:
(فإذا جئتهم فادعهم إلى أن يشهدوا ألا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله). مسلم (19).
Maka dalam riwayat ini Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam menjadikan syahdah (Laa Ilaa Illa Allah) sebagai makna Tauhid.
وفي
حديث عمرو بن عبسة أنه أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: ما أنت؟ قال:
(نبي الله) قال: آلله أرسلك؟ قال: (نعم) قال: بأي شيء؟ قال: (...وأن يوحد
الله ولا يشرك به شيئا). مسلم (832).
Dalam
hadits Amru Bin 'Abasah bahwa beliau datang kepada Nabi
shalallahu'alaihi wasallam seraya bertanya: siapakah anda? Beliau
menjawab: (Nabiyullah), ia bertanya lagi: apakah Allah yang menutusmu?
Beliau menjawab: (Ya benar), ia bertanya lagi: dengan apa? Beliau
bersabda: (…dan untuk mentauhid Allah dan tidak dipersekutukan dengan
sesuatu apapun".
Dan
dalam hadits Jibril yang panjang, tatkala ia bertanya kepada Rasullah
shalallahu'alahi wasallam tentang islam, beliau menjawab:
(الإسلام: أن تشهد ألا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله...) الحديث رواه مسلم من حديث عمر بن الخطاب رضي الله عنه.
Dalam riwayat lain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dengan lafadz:
(أن تعبد الله ولا تشرك به شيئا...).
"Kamu mengibadati Allah dan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun".
Riwayat ini menjelaskan makna syahadah Laa Ilaha Illa Allah dalam riwayat yang pertama.
Dalam hadits Abdullah Bin Umar radhiyallahu 'anhuma tentang rukun islam, Rasulullah bersabda:
(بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله...) الحديث رواه البخاري ومسلم.
Dalam riwayat lain dengan lafadz:
(بني الإسلام على خمس: على أن يعبد الله ويكفر بما دونه...).
"islam didirikan diatas lima dasar: diatas mengibadati Allah dan kufur (menginkari) selain peribadatan kepada-Nya".
Riwayat
kedua ini menjelaskan makna syahadah Laa Ilaha Illa Allah dan Tauhid,
yaitu keikhlasan beribadah kepada Allah dan mengingkari seluruh
peribadatan kepada selain Allah, karena itu adalah kebatilan.
Dan menjelaskan juga bahwa agama islam adalah agama tauhid karena seluruh ibadah wajib di ikhlaskan kepada Allah Ta'ala.
Dalam hadits lain:
(من
قال : لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه وحسابه
على الله) رواه مسلم (رقم: 139). وفي روية: (من وحّد الله...). رواه أحمد
(رقم: 27213/ 27755)، وابن حبان في صحيحه (رقم:171) والبزار في مسنده
(رقم:2768) وأبو عبيد في كتاب الأموال (رقم: 47).
"Barangsiapa yang mengatakan "Laa Ilaha Illa Allah"
dan kufur terhadap apa yang diibadati selain Allah maka haram harta dan
darahnya, dan hisabnya hanya atas Allah". (HR, Muslim).
Dalam riwayat lain: "Barangsiapa yang mentauhidkan Allah…".
Makna
inilah (mengikhlaskan ibadah kepada Allah) yang dipahami oleh para
shahabat Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam tentang kalimat tauhid
(Laa Ilaha Illa Allah) dan kalimat yang mereka gunakan dalam perkataan
mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Jabir Bin Abdullah
radhiyallahu 'anhu dalam hadits yang menjelaskan sifat haji Nabi
shalallahu'alaihi wasallam:
(فأهلَّ بالتوحيد "لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك).
"Maka
ia (Rasulullah) bertalbiyah dengan tauhid, kami datang memenui
panggilan-Mu, kami datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu
bagi-Mu, sesungguhnya segala puji dan nikmat serta kerajaan (kekuasan)
adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu".
Maka
talbiyah haji tersebut dinamakan dengan tabiyatuttauhid, karena makna
dan hakekatnya adalah keikhlasan beribadah kepada Allah, sebagaimana
segala pujian, nikmat dan kerajaan hanyalah milik Allah semata, maka
begitu juga seluruh ibadah hanya berhak diperuntukkan kepada-Nya.
Makna
ini pulalah yang dipahami oleh ulama islam yang memahami hakekat dakwah
Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, sebagaimana dalam sebagian
ungkapan mereka:
Imam Syafi'i berkata:
سُئِلَ
مَالِكٌ عَنِ الْكَلاَمِ وَالتَّوْحِيْدِ، فَقَالَ: مُحَالٌ أَنْ نَظُنَّ
بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ عَلَّمَ أُمَّتَهُ
الاسْتِنْجَاءَ، وَلَمْ يُعَلِّمْهُمْ التَّوْحِيْدَ، وَالتَّوْحِيْدُ مَا
قَالَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: " أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ
النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ "، فَمَا عَصَمَ بِهِ
الدَّمَ وَالْمَالَ حَقِيْقَةُ التَّوْحِيْدِ.
“Imam Malik pernah ditanya tentang masalah kalam dan tauhid, maka beliau menjawab: Mustahil kalau Nabi mengajarkan kepada umatnya tentang tata
cara istinja’ (buang kotoran) tetapi tidak mengajarkan mereka tentang
tauhid. Tauhid adalah apa yang dikatakan oleh Nabi: “Saya diperintahkan
untuk memerangi manusia sehingga mereka mengatakan Laa Ilaha Illa Allah,
apa yang dapat menjaga darah dan harta maka itulah hakekat tauhid”.[1]
Imam Ad Darimi –salah seorang ulama syafi'iyah- berkata:
(تفسير التوحيد عند الأمة وصوابه: قول لا إله إلا الله وحده لا شريك له).
"Tafsir tauhid yang benar menurut umat (islam) adalah: ucapan "Laa Ilaha Illa Allah" dan tidak ada sekutu bagi-Nya"[2].
Imam Abul Abbas Ibnu Suraij –salah seorang ulama syafi'iyyah- ditanya:
)ما التوحيد ؟ قال: توحيد أهل العلم وجماعة المسلمين : أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً رسول الله ، وتوحيد أهل الباطل من المسلمين الخوض في الأعراض والأجسام ، وإنما بعث النبي صلى الله عليه وسلم بإنكار ذلك).
Apakah
(yang dimaksud dengan) tauhid? Beliau menjawab: tauhid para ulama dan
jama'ah kaum muslimin adalah: syadahah "Laa Ilaha Illa Allah" dan
Muhammad adalah Rasulullah, sedangkan tauhid orang orang yang sesat dari
kalangan kaum muslimin adalah sibuk membahasa masalah Al A'raadh dan Al Ajsaam[3], dan Nabi shalallahu'alaihi wasallam diutus untuk menginkari hal itu".[4]
Itulah
makana dan kakekat kalimiat tauhid, jadi ia bukanlah sekedar ucapan
lisan tanpa ilmu dan amalan, bukanlah sekedar keyakinan tanpa aplikasi
tuntuan dan persyaratan, tetapi ia adalah kalimat yang mulia mengandung
makna yang kekekat yang agung yang wajib di pelajari dan diketahui, dan
keonsekwensi yang harus diaplikasikan.
Semogah Allah Ta'ala membimbing kita semua untuk memahmai kalimat tauhid dan mengamalkan dalam kehidupan sehari hari.
Wassalam.
*Disampaikan
oleh Penulis pada kajian Umum di Islamic Center Al-Hunafa' Masjid
'Aisyah Lawata Mataram pada Jum'at malam tanggal 04/02/2011
[1] Siyar A’lam Nubala 3/3282 oleh adz-Dzahabi.
[2] Naqdu ad Darimi ala Marriisi" hal: 6
[3] Al A'raadh (sifat suatu benda) dan Al Ajsaam (tempat
berdirinya sifat) dua istilah ahlulkalam yang mereka gunakan dalam
berdalil untuk menetapkan bahwa alam semesta ini adalah makhluk, maka
setiap yang makhluk tentu ada yang menciptkan, itulah Allah. Ini adalah
metoda yang bid'ah yang bertentangan dengan Al Qur'an dan Sunnah dan
manhaj salaf dan telah di hujat dan diingkari oleh para ulama
Ahlussunnah.
[4] Diriwayatkan oleh Imam Qowamussunnah dalam kitab "Al Hujjah fi bayanil mahajjah" (1/107).
No comments:
Post a Comment