أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
ASHIF ibni BARKHIYA
Kesabaran Sang Penasihat
Ashif ibni Barkhiya adalah wazir (perdana mentri) Kerajaan Bani Israil pada masa kepemimpinan Nabi Sulaiman ibni Daud, a.s. Ayahnya yang bernama Barkhiya adalah putra seorang panglima dan raja bani Israil bernama Thalut (QS 02:246-251), keturunan Bunyamin, putra Nabi Ya’qub, a.s. Adapun saudara perempuan Barkhiya (bibi Ashif) menjadi istri Nabi Daud (ayah Nabi Sulaiman, a.s).
Sebagaimana kakeknya, Ashif juga seorang yang saleh dan banyak mendekatkan diri pada Allah. Banyak perbendaharaan ilmu dari sisiNya yang diberikan Allah pada beliau yang juga turut membantu kekhalifahan Nabi Sulaiman, a.s. Pada masa itu, Allah menundukkan para jin dan setan dibawah kepemimpinan Nabi Sulaiman, a.s. Dan Ashif adalah aulia Allah yang berada disamping Sang Nabi, yang banyak berperanan dalam mematahkan hegemoni kekuatan khas golongan jin (dan setan) agar tidak takabur dan sebaliknya senantiasa diingatkan bahwa datangnya segala daya semata-mata berasal dari Allah, seperti yang sering beliau munajatkan, “Ya Ilahana, Ilaha kulli sya’i, ilahan wahidan La ilaha illa anta” (Wahai Tuhan kami, Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang satu, tiada tuhan kecuali Engkau).
Sebagian diantara golongan jin dan apalagi setan bagaimana pun senantiasa berupaya mendatangkan kemungkaran pada diri Nabi Sulaiman dan ummatnya. Ashif ibni Barkhiya suatu saat pernah mengingatkan Sang Nabi ketika salah seorang istrinya yang baru dinikahinya ternyata (tanpa sepengetahuannya) melakukan pemujaan patung mendiang ayahnya (yang terbunuh oleh pasukan Sang Nabi) hingga 40 hari, yang kemudian Allah balaskan dengan ujian bagi Nabi Sulaiman yang harus kehilangan tahta kerajaannya selama 40 hari melalui sebab ulah jin bernama Shakhr al-Madrid. Tepat pula pada akhir masa ujian 40 hari tersebut, Ashif ibni Barkhiya berhasil mengenali Shakhr al-Madrid yang menyamar sebagai Nabi Sulaiman sehingga melarikan diri sedangkan cincin kenabian yang dicurinya (untuk menunjang penyamarannya) pun akhirnya kembali kepada yang mendapat amanah semula, yaitu Nabi Sulaiman, a.s dan selanjutnya dapat menduduki lagi kursi kekhalifahannya.
Ashif ibni Barkhiya juga pernah membantu Nabi Sulaiman yang suatu saat mendapat petunjuk untuk menyingkap tabir keanehan di suatu dasar lautan. Tak ada satu pun dari golongan jin dan setan yang sanggup menemukan sampai kemudian Sang Nabi meminta Ashif untuk melakukannya sendiri. Beliau pun berhasil menghadapkan sebentuk bangunan berbentuk kubah aneh dari dasar lautan tersebut yang ternyata adalah tempat seorang saleh yang mencapai derajad tinggi karena kecintaannya pada Allah dan kepatuhannya yang luarbiasa pada orangtuanya yang lemah sepanjang hidup hingga keduanya meninggal.
Pada peristiwa dengan Negri Saba’, Ashif membantu Nabi Sulaiman dengan mendatangkan singgasana Ratu Balqis, penguasa Negri Saba’ dalam waktu yang melebihi kecepatan yang ditawarkan oleh yang tercerdik (‘ifrit) dari golongan jin.
QS 27:39 (An-Naml)
“Qaala ‘ifriitum minal jinni ana aatiika bihii qabla an taquuma mim maqaamika wa innii ‘alaihi la qawiyyun amiin”.
Berkata yang tercerdik dari golongan jin, “Aku akan mendatangkan sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu. Dan sesungguhnya (ini pernyataan kesombongan makhluk, yang hendak dipatahkan Ashif) aku kuat lagi terpercaya”.
QS 27:40 (An-Naml)
“Qaalal ladzii ‘indahuu ‘ilmum minal kitaabi ana aatiika bihii qabla ay yartadda ilaika tharfuka fa lammaa ra-aahu mustaqirran ‘indahuu qaala hadzaa min fadhli rabbii li yabluwanii a asykuru am akfuru wa man syakara fa innamaa yasykuru li nafsihii wa man kafara fa inna rabbii ghaniyyun kariim”.
Berkata seorang yang baginya ada ilmu tentang kitab, “Aku akan mendatangkan kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihatnya berada di hadapannya, dia berkata, “Ini adalah karunia dari Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau ingkar. Dan barangsiapa yang bersyukur maka kesyukuran itu hanyalah bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
ASHIF ibni BARKHIYA
Kesabaran Sang Penasihat
Ashif ibni Barkhiya adalah wazir (perdana mentri) Kerajaan Bani Israil pada masa kepemimpinan Nabi Sulaiman ibni Daud, a.s. Ayahnya yang bernama Barkhiya adalah putra seorang panglima dan raja bani Israil bernama Thalut (QS 02:246-251), keturunan Bunyamin, putra Nabi Ya’qub, a.s. Adapun saudara perempuan Barkhiya (bibi Ashif) menjadi istri Nabi Daud (ayah Nabi Sulaiman, a.s).
Sebagaimana kakeknya, Ashif juga seorang yang saleh dan banyak mendekatkan diri pada Allah. Banyak perbendaharaan ilmu dari sisiNya yang diberikan Allah pada beliau yang juga turut membantu kekhalifahan Nabi Sulaiman, a.s. Pada masa itu, Allah menundukkan para jin dan setan dibawah kepemimpinan Nabi Sulaiman, a.s. Dan Ashif adalah aulia Allah yang berada disamping Sang Nabi, yang banyak berperanan dalam mematahkan hegemoni kekuatan khas golongan jin (dan setan) agar tidak takabur dan sebaliknya senantiasa diingatkan bahwa datangnya segala daya semata-mata berasal dari Allah, seperti yang sering beliau munajatkan, “Ya Ilahana, Ilaha kulli sya’i, ilahan wahidan La ilaha illa anta” (Wahai Tuhan kami, Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang satu, tiada tuhan kecuali Engkau).
Sebagian diantara golongan jin dan apalagi setan bagaimana pun senantiasa berupaya mendatangkan kemungkaran pada diri Nabi Sulaiman dan ummatnya. Ashif ibni Barkhiya suatu saat pernah mengingatkan Sang Nabi ketika salah seorang istrinya yang baru dinikahinya ternyata (tanpa sepengetahuannya) melakukan pemujaan patung mendiang ayahnya (yang terbunuh oleh pasukan Sang Nabi) hingga 40 hari, yang kemudian Allah balaskan dengan ujian bagi Nabi Sulaiman yang harus kehilangan tahta kerajaannya selama 40 hari melalui sebab ulah jin bernama Shakhr al-Madrid. Tepat pula pada akhir masa ujian 40 hari tersebut, Ashif ibni Barkhiya berhasil mengenali Shakhr al-Madrid yang menyamar sebagai Nabi Sulaiman sehingga melarikan diri sedangkan cincin kenabian yang dicurinya (untuk menunjang penyamarannya) pun akhirnya kembali kepada yang mendapat amanah semula, yaitu Nabi Sulaiman, a.s dan selanjutnya dapat menduduki lagi kursi kekhalifahannya.
Ashif ibni Barkhiya juga pernah membantu Nabi Sulaiman yang suatu saat mendapat petunjuk untuk menyingkap tabir keanehan di suatu dasar lautan. Tak ada satu pun dari golongan jin dan setan yang sanggup menemukan sampai kemudian Sang Nabi meminta Ashif untuk melakukannya sendiri. Beliau pun berhasil menghadapkan sebentuk bangunan berbentuk kubah aneh dari dasar lautan tersebut yang ternyata adalah tempat seorang saleh yang mencapai derajad tinggi karena kecintaannya pada Allah dan kepatuhannya yang luarbiasa pada orangtuanya yang lemah sepanjang hidup hingga keduanya meninggal.
Pada peristiwa dengan Negri Saba’, Ashif membantu Nabi Sulaiman dengan mendatangkan singgasana Ratu Balqis, penguasa Negri Saba’ dalam waktu yang melebihi kecepatan yang ditawarkan oleh yang tercerdik (‘ifrit) dari golongan jin.
QS 27:39 (An-Naml)
“Qaala ‘ifriitum minal jinni ana aatiika bihii qabla an taquuma mim maqaamika wa innii ‘alaihi la qawiyyun amiin”.
Berkata yang tercerdik dari golongan jin, “Aku akan mendatangkan sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu. Dan sesungguhnya (ini pernyataan kesombongan makhluk, yang hendak dipatahkan Ashif) aku kuat lagi terpercaya”.
QS 27:40 (An-Naml)
“Qaalal ladzii ‘indahuu ‘ilmum minal kitaabi ana aatiika bihii qabla ay yartadda ilaika tharfuka fa lammaa ra-aahu mustaqirran ‘indahuu qaala hadzaa min fadhli rabbii li yabluwanii a asykuru am akfuru wa man syakara fa innamaa yasykuru li nafsihii wa man kafara fa inna rabbii ghaniyyun kariim”.
Berkata seorang yang baginya ada ilmu tentang kitab, “Aku akan mendatangkan kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihatnya berada di hadapannya, dia berkata, “Ini adalah karunia dari Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau ingkar. Dan barangsiapa yang bersyukur maka kesyukuran itu hanyalah bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
No comments:
Post a Comment