Sunday, September 30, 2012

RAHASIA KEPENTINGAN-KEPENTINGAN SHOLAT

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

KITAB KEPENTINGAN-KEPENTINGAN SHOLAT




ASSALAMU’ALAIYKUM WARAHMATULAHI WABARAKATU




KITAB RAHASIA-RAHASIA  DAN KEPENTIGAN-KEPENTINGAN SHOLAT

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).

Segala pujian bagi Allah yang mengurniakan akan hambaNya dengan segala nikmat yang halus-halus dan mengumiakan akan hati mereka dengan segala nur Agama dan tugasnya, yang diturunkan dari 'Arasy kebesaran ke langit dunia, dari derajat-derajat kerah-matan, salah satu dari tanda-tanda kasih-sayangNya, yang berbeda dengan raja-raja, serta ke-esa-an dengan kebesaran dan keagungan, dengan menggerabirakan makhlukNya untuk bermohon dan ber-do;a. Maka berfirman Ia : "Adakah yang berdo 'a, maka A ku terima do'anya itu. Adakah yang meminta ampun, maka aku ampunkan dosanyaBerbeda dengan sultan-sultan, dengan membuka pintu dan membuang hijab, makadimudahkanNya bagi segala hambaNya untuk bermunajah dengan shalat-shalat, betapapun bertukarnya keadaan di dalam jama'ah orang ramai dan ditempat-tempat yang sunyi. Tidak dengan memberikan kelapangan saja, tetapi ia dengan lemah-lembut mengajak dan memanggil, sedang selain Dia -dari raja-raja yang lemah itu- tidak memperkenankan berbicara secara sembunyi melainkan setelah menyerahkan hadiah dan suap Maka maha-sucilah Ia, maha-besarlah kedudukanNya, maha-kuatlah kekuasaanNya, maha-sempumalah kasih-sayangNya dan maha-leng-kaplah kebaikanNya.

Rahmat kepada Muhammad NabiNya dan waliNya yang pilihan dan kepada keluarganya dan shahabatnya kunci petunjuk dan lampu kegelapan serta selamat yang sempuma.
Adapun kemudian, maka sesungguhnya shalat itu tiang Agama dan tonggak keyakinan,- pokok segala jalan mendekatkan diri kepada Tuhan dan sinar cemerlang untuk kebaktian kepadaNya.
Sesungguhnya, telah kami selidiki dalam ilmu fiqih secara meluas, sedang dan ringkas dari madzhab akan segala pokok dan cabangnya, kami kesampingkan kesungguhan dari ranting-rantingnya yang ja-rang terjadi dan kejadian-kejadiannya yang hampir tak pernah kejadian, supaya adalah semuanya ini menjadi simpanan bagi mufti (orang yang mengeluarkan fatwa-fatwa). Daripadanya ia mengambil paham dan berpegang dan kepadanya ia mengadu dan kembali.

Kami sekarang di dalam Kitab ini, meringkaskan kepada yang tak boleh tidak saja, bagi seorang pelajar fiqih, mengenai segala amal perbuatan dhahiriyah dan segala rahasianya yang bathiniyah. Kami menyingkapkan segala artinya yang halus-halus tersembunyi, mengenai pengertian khusyu', ikhlas dan niat, hal mana yang tiada berlaku kebiasaan menyebutkannya di dalam ilmu fiqih, Kami su-sun Kitab ini kepada tujuh bab :

Bab Pertama mengenai fadlilah (keutamaan) shalat.
Bab Kedua mengenai pengutamaan amalan dhahir dari shalat.
Bab Ketiga mengenai pengutamaan amalan bathin dari shalat.
Bab Keempat mengenai imam shalat dan cara mengikuti imam,
Bab Kelima mengenai shalat Jum'at dan adabnya.
Bab Keenam mengenai masalah yang bermacam-macam yang menjadi bahaya yang merata, yang memerlukan murid kepada mengetahuinya.
Bab Ketujuh mengenai amalan sunat dan lainnya.

Bab pertama :


Mengenai fadiilah shalat, sujud, berjama'ah, adzan dan lainnya.

FADLILAH ADZAN :

Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Tiga orang pada hari qiamat di atas bukit kecil dan kesturi hitam, tiada menyusahkan mereka oleh hisab amalan dan tiada menimpa ke atas diri mereka oleh kegelisahan, sehingga selesailah ia dari segala sesuatu diantara manusia . Orang yang tiga itu ialah : orang yang membaca Al-Quran karena mengharap akan Wajah Allah 'Azza wa Jalla dan menjadi imam pada sesuatu kaum, di mana kaum itu senang kepadanya; orang yang beradzan (melakukan bang) pada masjid dan berdo a kepada Allah 'Azza wa Jalla karena mengharap akan WajahNya dan orang yang berpenghidupan sempit di dunia maka yang demikian itu tiada mengganggukannya daripada berbuat amalan akhirat". (326).
Bersabda Nabi saw,. : "Tiadalah yang mendengar seruan adzan dari orang yang beradzan itu, baik yang mendengar itu jin atau manusia ataupun sesuatu yang lain, melainkan naik saksi ia untuk orang yang beradzan itu pada hari qiamat". (327).
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Tangan Tuhan Yang Maha Pengasih itu di atas kepala muadzin (orang yang beradzan)r sehingga selesailah ia daripada adzannya". (328)
Ada yang mengatakan mengenai penafsiran firman Allah 'Azza wa Jalla :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا
(Wa man ahsanu qaulan mim man da'aa ilallaahi wa 'amila shaali-haa).
Artinya : "Siapa yang lebih baik perkataannya dari orang yang memanggil kepada Tuhan dan mengerjakan perbuatan baik". (S. Ha Mim As-Sajadah, ayat 33), bahwa ayat ini turun mengenai orang-orang muadzin.

326.Dirawikan At-Tirmidzi daru Ibnu Umar dan dipandangnya hadits hasan (baik).
327.Dirawikan Al-Bukhari dari Abdullah bin Yusuf.
328.Dirawikan Ath-Thabrani dan Al-Hasan bin Sa'id dari Anas, dengan isnad dla'if.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
إذا سمعتم النداء فقولوا مثل ما يقول المؤذن
(Idzaa sami -tumun nidaa-a faquuluu mitsla maa yaquulul mu-adzdzin).
Artinya : "Apabila kamu mendengar seruan adzan, maka ucapkan-lah apa yang diucapkan oleh muadzin itu ".
Mengucapkan yang demikian itu adalah sunat, kecuali mengenai "Hayya 'alash-shalaah " dan "Hayya 'alal-falaak " maka diucapkan pada yang dua mi ialah :
لا حول ولا قوة إلا بالله "Laa haula wa laa quwwata illaa billaah ". Dan pada ucapan muadzin : "Qadqaamatish shalaah", maka pendengar mengucapkan :أقامها الله وأدامها ما دامت السموات والأرض Aqaamahallaahu wa adaamahaa maa daama-tis samaawaatu wal ardl". (Ditegakkan Allah kiranya shalat itu dan dikekalkanNya selama kekal langit dan bumi),

Dan pada tatswib, yaitu : ucapan muadzin pada shalat shubuh : "Ashshalaatu khairum minan nauum". (Shalat itu lebih baik dari pada tidur), maka pendengarnya mengucapkan : "Shadaqta wa bararta wa nashahta" (Benar engkau, telah berbuat kebajikan engkau dan telah memberi nasehat engkau).
Ketika selesai dari adzan, maka dibacakan do'a, yaitu :
اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة والدرجة الرفيعة وابعثه المقام المحمود الذي وعدته إنك لا تخلف الميعاد
Allaahumma rabba haadzihid da'-watit taammati wash- shalaatil qaa-imati, aati Muhammadanil wasiilata wal fadliilata wad darajatar rafn-'ata wab-'atshul maqaamal mahmuudal ladzii wa 'adtahu, innaka laa tukhliful mii-'aad
a.
Artinya : "Ya Allah, ya Rabb, yang memiliki do'a ini yang sempurna, dan shalat yang berdiri tegak! Berikanlah kepada Muhammad jalan kelebihan dan derajat tinggi! Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji".
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab : "Barangsiapa mengerjakan shalat pada tanah Sahara yang luas, niscaya bershalat di kanannya seorang malaikat dan dikirinya seorang malaikat. Maka jika ia beradzan dan berqamat (iqamah), niscaya bershalat di belakangnya malaikat-ma-laikat berbaris seperti bukit".


FADLILAH SHALAT FARDLU.

Berfirman Allah Ta'ala :
إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Innash shalaata kaanat 'alal mu'miniina kitaaban mauquutaa
.
Artinya : "Sesungguhnya shalat itu suatu kewajiban yang ditentukan waktunya untuk orang-orang yang beriman". (S. An-Nisaa', ayat 103).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Lima shalat diwajibkan oleh Allah kepada segala hamba. Maka barangsiapa mengerjakan semuanya dan tidak menyia-nyiakan suatupun daripadanya, sebagai meringan-ringankan haknya, niscaya adalah untuknya pada Allah suatu janji bahwa ia akan masuk sorga. Dan barangsiapa tidak mengerjakan semuanya, maka tiadalah baginya pada Allah suatu janji. Jika dikehendaki oleh Allah niscaya di'azabkannya dan jika dikehendakiNya niscaya dimasukkannya ke dalam sorga". (1)
Bersabda Nabi saw. : "Perumpamaan shalat yang lima itu adalah seumpama sebuah sungai yang tawar airnya yang meluap-luap, di pintu seseorang daripada kamu. la mandi padanya tiap-tiap hari lima kali. Apakah pendapatmu tentang orang itu, apakah masih ada dakinya?".
Menjawab para shahabat : "Tak ada sedikitpun!".
Maka menyambung Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya shalat yang lima itu, menghilangkan dosa seperti air menghilangkan daki". (2)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya shalat-shalat itu menghapus-kan dosa yang terjadi diantaranya, selama bukan dosa besar". (3)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Diantara kita dan orang-orang munafiq itu terdapat saksi-saksi gelap dan terang, yang tiada sanggup mereka mempengaruhi kedua saksi itu ". (4)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa menjumpai Allah, sedang dia menyia-nyiakan shalat, maka tidak diperdulikan oleh Allah sesuatu daripada kebajikan-kebajikannya ". (5)

(1) Dirawikan Malik, Ahmad dan lain-lain dari Ubbadah bin Ash-Shamit,
(2) Dirawikan Muslim dari Jabir.
(3) Dirawikan Muslim daru Abi Hurairah.
(4) Dirawikan Malik dari Sa'id bin Al-Musayyab, hadits mursal.
(5) Dirawikan Ath-Thabrani dart Anas.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : Shalat itu tiang Agama. Barangsiapa meninggalkan shalat maka ia telah meruntuhkan Agama'(1)
Ditanyakan Rasulullah saw. : "Amalan apakah yang lebih utama (afdlal)?".
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم : "Shalat pada awal waktunya".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa memelihara shalat yang lima itu dengan menyempurnakan bersuci dan waktunya, niscaya jadilah shalat itu nur baginya dan pembuktian pada hari qiamat. Dan barangsiapa menyia-nyiakannya, niscaya dibangkitkan ia beserta Fir'aun dan Haman".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Kunci sorga itu shalat".
Dan bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Tiada diwajibkan oleh Allah kepada makhlukNya sesudah tauhid yang lebih menyukakan kepadaNya selain daripada shalat. Jikalau adalah sesuatu yang lain, yang lebih menyukakan kepadaNya dari shalat, niscaya telah beribadah dengan dia para malaikatNya. Para malaikat itu, sebahagiannya ruku' sebahagian sujud, sebahagian berdiri dan duduk".
Bersabda Nabi saw. : "Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, maka kufurlah dia", artinya : hampir tercabut daripada Iman dengan terbuka talinya dan jatuh tiangnya. Sebagaimana dikatakan bagi orang yang telah mendekati suatu kampung, bahwa ia telah sampai ke kampung itu dan telah memasukinya.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka terlepaslah ia dari tanggungan Muhammad saw". (2)
Berkata Abu Hurairah ra. : "Barangsiapa berwudlu, maka membaguskan wudlunya, kemudian ia keluar dengan sengaja untuk shalat, maka sesungguhnya dia di dalam shalat yang sengaja ia kepada shalat itu. Dan dituliskan baginya dengan salah satu dari dua langkah-nya kebajikan dan dihapuskan daripadanya dengan langkah yang satu lagi, kejahatan. Apabila mendengar seorang kamu akan qamat, maka tidak wajar lah baginya mengemudiankan. Karena yang terbesar pahala bagi kamu ialah yang terjauh rumah daripada kamu".
Bertanya mereka : "Mengapa begitu wahai Abu Hurairah?".
Menjawab Abu Hurairah : "Dari karena banyaknya langkah.

(1) Dirawikan Al-Baihaqi dari Umar. dengan sanad dla'if.
(2) Dirawikan Ahmad dan Al-Baihaqi dari Ummu Aiman.

Diriwayatkan : "Bahwa yang mula pertama diperhatikan dari amalan hamba pada hari qiamat ialah shalat. Kalau terdapat shalat itu sempuma, niscaya diterima shalat itu daripadanya dan amalannya yang lain. Dan kalau terdapat kurang, niscaya ditolak shalat itu daripadanya dan amalannya yang Iain".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Hai Abu Hurairah! Suruhlah keluargamu dengan shalat! Sesungguhnya Allah mendatangkan rezeqi bagimu dari tempat yang tidak kamu sangka ".
Berkata setengah ulama "Orang yang mengerjakan shalat itu adalah seumpama saudagar yang tidak memperoleh keuntungan sebelum kembali pokoknya. Demikian juga orang yang mengerjakan shalat,tidak diterima yang sunat sebelum ditunaikannya yang fardiu'!
Abu Bakar ra. berkata : "Apabila telah datang waktu shalat, maka pergilah ke apimu yang telah kamu nyalakan, lalu padamkanlah api itu!".


FADLILAH MENYEMPURNAKAN RUKUN.


Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Shalat fardiu itu adalah seumpama neraca. Siapa yang mencukupkan, niscaya memperoleh cukup". (1)
Berkata Yazid Ar-Riqasyi: "Adalah shalat Rasulullah saw. itu sama seolah-olah sudah ditimbang",
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya dua orang dari ummatku, keduanya berdiri kepada shalat, di mana ruku' dan sujud keduanya itu satu. Dan diantara shalat keduanya itu adalah diantara langit dan bumi", diisyaratkan Nabi saw. dengan sabdanya itu untuk "khusyu'".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Allah tiada memandang pada hari qiamat kepada hamba yang tiada menegakkan tulang sulbinya diantara ruku' dan sujudnya ". (2)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Tidakkah takut orang yang memutarkan mukanya di dalam shalat, akan diputarkan oleh Allah mukanya menjadi muka keledai?". (3)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa mengerjakan shalat pada waktunya dan melengkapkan wudlunya, menyempurnakan ruku 'nya, sujudnya dan khusu nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang putih bersih, seraya mengatakan : "Kiranya Allah menjaga engkau sebagaimana engkau telah menjaga aku!". Barangsiapa mengerjakan shalat pada bukan waktunya dan tidak melengkapkan wudlunya, tidak menyempurnakan ruku'nya, sujudnya dan khusu 'nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang hitam gelap, seraya mengatakan: "Disia-siakan oleh Allah kiranya engkau, sebagaimana engkau telah menyia-nyiakan aku". Sehingga -kalau dikehendaki oleh Allah-apabila shalat itu, dilipatkan sebagaimana dilipatkan kain buruk, maka dipukulkanlah dengan shalat itu mukanya".

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sejahat-jahat manusia mencuri ialah orang yang mencuri dari shalatnya".
(1.Dirawikan Ahmad dan AlHakim.,Sahih Isnadnya)
Berkata Ibnu Mas'ud dan Salman ra. : "Shalat itu alat penyukat. Maka barangsiapa menyempurnakan, niscaya ia menerima sempurna dan barangsiapa menipu di dalam sukatan, maka tahulah ia apa yang difirmankan Allah, mengenai orang-orang yang menipu pada
Takaran".

FADLILAH
/KEUTAMAAN SHALAT JAMA'AH.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
صلاة الجماعة تفضل صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة

(Shalaatul jamaa-'ati tafdlulu shalaatal fadzdzi bisab-'in wa 'isyriina darajatan).
Artinya : "Shalat jama'ah itu melebihi dari shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat". (2)
Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi saw. tidak melihat orang pada sebahagian shalat, lalu bersabda : "Sesungguhnya aku bercita-cita menyuruh seseorang menjadi imam yang mengimami shalat orang banyak. Kemudian aku sendiri mencari orang-orang yang meninggalkan shalat ber jama'ah itu lalu aku bakar rumah-rumah-nya". (3)

Pada riwayat yang lain : "Kemudian aku mencari orang-orang yang meninggalkan shalat jama'ah itu, maka aku suruh mereka. Lalu kalau meninggalkan juga, maka rumah mereka dibakar dengan unggunan kayu api. Jikalau tahulah seseorang dari mereka bahwa akan memperoleh tulang yang berminyak atau dua kuku hewan, niscaya dihadlirinya", yakni : "shalat 'Isya'"

2.Dirawikan Bukhari Dan Muslim Dari Ibnu Umar.
3.Dirawikan Bukhari dan muslim Dari Abu Hurairah.

Berkata Usman ra., di mana perkataannya itu adalah suatu hadits marfu' : "Barangsiapa menghadliri shalat jama'ah 'Isya', maka seakan-akan ia bangun setengah malam dengan ibadah. Dan barangsiapa menghadliri shalat jama'ah Shubuh, maka seakan-akan ia bangun semalam-malaman dengan ibadah".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa mengerjakan suatu shalat dengan berjama'ah, maka ia telah memenuhkan dadanya dengan ibadah
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab : "Tiadalah seorang muadzin mela-kukan adzan semenjak dua puluh tahun yang lampau, melainkan saya ada di dalam masjid.".
Berkata Muhammad bin Wasi' : "Tiada aku rindukan dari dunia, selain dari tiga : teman, jikalau aku bengkok, maka diluruskannya; makanan dari rezeki yang aku peroleh dengan mudah tanpa menu-ruti kata orang dan shalat ber jama 'ah yang tak aku melupakannya dan dituliskan bagiku keutamaannya".

Diriwayatkan bahwa Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah pada suatu kali menjadi imam shalat dari suatu kaum.Tatkala mau pergi, maka ia berkata : "Terus-nienerus setan tadi padaku, sampai setan itu me-nampakkan kepadaku bahwa aku mempunyai kelebihan dari orang lain. Dari itu, aku tidak mau menjadi imam shalat selama-lamanya".
Berkata Al-Hasan : "Janganlah engkau bershalat di belakang orang yang tiada bergaul dengan ulama".
Berkata An-Nakha'i ; "Orang yang menjadi imam shalat dari orang banyak tanpa ilmu, adalah seumpama orang yang menyukat air di dalam laut, tidak mengetahui tambahannya daripada kekurangannya".

Berkata Hatim Al-Asham : "Tertinggal aku suatu shalat dari berjama'ah, maka diratapi aku oleh Abu Ishak Al-Bukhari sendirian. Dan jikalau meninggallah anakku, maka diratapi aku oleh lebih dari sepuluh ribu orang, karena bahaya yang menimpakan Agama dipandang manusia lebih mudah daripada bahaya yang menimpakan dunia".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Siapa yang mendengar suatu penyeru (suara muadzin) dan tidak menjawabnya, maka adalah dia tidak menghendaki kebajikan dan kebajikanpun tiada berkehendak kepadanya".

Berkata Abu Hurairah ra. : "Adalah lebih baik bagi anak Adam, telinganya penuh dengan timah hancur, daripada mendengar adzan yang tidak dijawabnya".
Diriwayatkan bahwa Maimun bin Mahran datang *ke masjid, lalu orang mengatakan kepadanya bahwa orang ramai sudah pulang (karena shalat jama'ah sudah selesai), maka Maimun menjawab: "Innaa lillaahi wa innaa illaihi raaji'uun! Sesungguhnya keutamaan shalat ini (shalat jama'ah), adalah lebih baik bagiku daripada menjadi wali negeri Irak".
Bersabda Nabi saw. :
من صلى أربعين يوما الصلوات في جماعة لا تفوته فيها تكبيرة الإحرام كتب الله له براءتين براءة من النفاق وبراءة من النار

Man shallaa arba'iina yaumanish-shalawaati fii jamaa'atin laa ta-fuutuhu fiihaa takbiiratul-ihraami kataballaahu baraa-ataini baraa-atan min an nifaaqi wa baraa-atan minan naar.
Artinya : "Barangsiapa mengerjakan shalat empat puluh hari dalam jama'ah, yang tidak tertinggal padanya suatu takbiratul-ihram, maka di tulis kan oleh Allah baginya dua kelepasan : kelepasan dari nifaq dan kelepasan daripada neraka ". (1)
Ada yang mengatakan bahwa pada hari qiamat dibangkitkan dari kubur suatu kaum, wajahnya berseri-seri seperti bintang yang berkilau-kilauan. Maka bertanya malaikat kepada mereka : "Apakah amal perbuatan kamu dahulu?".
Menjawab mereka : "Adalah kami apabila mendengar adzan, lalu bangun bersuci dan tidak diganggu kami oleh yang lain".
Kemudian dibangkitkan dari kubur suatu golongan, wajahnya seperti bulan, maka menjawab golongan ini sesudah ditanya : "Adalah kami berwudlu sebelum masuk waktu".
Kemudian dibangkitkan suatu golongan, wajahnya seperti matahari, maka golongan ini menjawab : "Adalah kami mendengar adzan di masjid".

(1) Dirawikan At-Turmudzi diri Anas, dengan isnad orang-orang perawinya kepercayaan.

Diriwayatkan bahwa ulama-ulama terdahulu (salaf) adalah mera-tapi dirinya tiga hari, apabila tertinggal takbir pertama pada shalat jama'ah, Dan meratapi dirinya tujuh hari, apabila tertinggal shalat jama'ah.

FADLILAH
/KEUTAMAAN SUJUD.
Bersabda Rasulullah saw. : "Tiadalah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dengan sesuatu, yang lebih utama daripada sujud yang tersembunyi (tidak di muka umum) "(1)
Bersabda Rasulullah saw. : "Tiadalah seorang muslim bersujud kepada Allah dengan satu sujud, melainkan ia diangkatkan oleh Allah satu tingkat dan dihapuskan daripadanya satu kejahatan dengan sebab sujud itu". (2)
Diriwayatkan : "Bahwa seorang laki-laki meminta kepada Rasulullah saw. : "Berdo'alah pada Allah kiranya dijadikanNya aku diantara orang yang memperoleh syafa'atmu dan diberikanNya aku rezeki mengawani engkau dalam sorga".
Maka menjawab Nabi saw. : "Tolonglah aku dengan berbanyak Sujud". (3)
Ada yang mengatakan : "Yang paling dekat seorang hamba kepada Allah, ialah bahwa ada ia seorang yang sujud", itulah maksud firman Allah Ta'ala : "Wasjud waqtarib". (Dan sujudlnh dan. dekat-kanlah din kepada Allah). (S. Al-Alaq, ayat 19).

Dan berfirman Allah Ta'ala : "Di muka mereka ada tanda-tanda bekas sujud". (S. Al-Fath, ayat 29). Ada yang mengatakan, yaitu apa yang tersentuh dengan mukanya dari bumi ketika sujud. Ada yang mengatakan, yaitu nur khusyu*, yang menembus cemerlang dari bathinnya kepada dhahir. Inilah yang lebih benar. Dan ada yang mengatakan, yaitu cahaya gemilang yang ada pada mukanya di hari qiamat dari bekas wudlu.
Bersabda Nabi saw. : "Apabila anak Adam membaca ayat sajadah (ayat yang disunatkan sujud sesudah membacanya), lalu ia sujud, maka pergilah setan sambil menangis dan berkata : "Alangkah celakanya aku! Orang ini disuruh sujud, lalu ia sujud maka baginya sorga. Aku disuruh sujud, lalu aku durhaka, maka bagiku neraka".

(1) Dirawikan ibnul-Mubarak dari Shamrah bin Habib, hadits mursal.
(2)Dirawikan Muslim dari Tsauban dan Abid-Darda'.
(3)Dirawikan Muslim dari Rabi'ah bin Ka'ab Al-Aslami.

Diriwayatkan dari Ali bin Abdullah bin Abbas, bahwa ia bersujud tiap-tiap hari seribu sujud. Dan orang banyak menggelarkan Ali ini dengan gelar "As-Sajjad", artinya : orang banyak sujud.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul-'Aziz ra. tiada melakukan sujud selain atas tanah. Dan Yusuf bin Asbath berkata : "Hai para pemuda! Bersegeralah mempergunakan ketika sehat sebelum sakit! Maka tiadalah tinggal seseorang yang aku gemari, selain orang yang menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya dan telah terdindinglah diantara aku dan ruku' sujud itu (karena telah lanjut umurnya)"

Berkata Sa'id bin Jubair : "Tiada aku meminta tolong pada sesuatu di dunia ini, selain kepada sujud".
Berkata Uqbab bin Muslim : "Tiada suatu perkarapun pada hamba yang lebih disukai oleh Allah selain daripada orang yang menyukai berjumpa dengan Dia. Dan tiadalah dari sa'at kehidupan hamba yang lebih dekat kepadaNya, selain dari sa'at di mana ia tersungkur bersujud kepadaNya".

Berkata Abu Hurairah ra. : "Yang lebih mendekati seorang hamba kepada Allah 'Azza wa Jalla, ialah apabila ia sujud, lalu membanyakkan do'a ketika itu".


FADLILAH KHUSYU'


Berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي

(Wa-aqi mish shalaata lidzikrii).
Artinya : "Kerjakanlah shalat untuk mengingati Aku!". (S. Tha Ha, ayat 14).
Berfirman Allah Ta'ala
وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ:
(Wa laa takun minal ghaafiliin).
Artinya : "janganlah engkau termasuk orang-orang yang alpa". (S. Al-A'raaf, ayat 205).
لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
(Wa laa taqrabush shalaata wa antum sukaaraa hattaa ta'lamuu maa taquuluun).
Artinya : "Janganlah kamu hampiri shalat ketika kamu sedang mabuk, sampai kamu mengetahui apa yang kamu katakan".(S. An-Nisaa', ayat 43).

Ada yang mengatakan : mabuk dari banyak angan-angan. Dan ada yang mengatakan : mabuk dari cinta kepada dunia. Berkata Wahb : "Yang dimaksudkan dengan mabuk itu secara dhahirnya saja. Yaitu memperingati kepada mabuk dunia, karena diterangkan oleh Allah sebabnya, dengan firmanNya : "Sampai kamu mengetahui apa yang kamu katakan
Berapa banyak orang yang bershalat yang tidak minum khamar, padahal dia tiada mengetahui apa yang dibacanya dalam shalat.
Bersabda Nabi saw. : "Barangsiapa mengerjakan shalat dua raka'at, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam dua raka'at itu mengenai sesuatu urusan duniawi, niscaya diampunkan baginya apa yang telah lalu daripada dosanya". (1)
Bersabda Nabi saw. : "Sesungguhnya shalat itu menetapkan hati, menundukkan diri, merendahkan hati, merapati bathin, menyesah diri. Dan engkau meletakkan dua tangan engkau seraya membaca : "Ya Allah ya TuhankuI Ya Allah, ya Tuhanku!". Barangsiapa tiada berbuat demikian, maka shalat itu penuh kekurangan-kekurangan".(2)
Diriwayatkan bahwa Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-kitab yang dahulu ; "Tidaklah tiap-tiap orang yang mengerjakan shalat itu, Aku terima shalatnya. Hanya Aku terima shalat orang yang merendahkan diri karena kebesaranKu, tiada menyombong dengan hamba-hambaKu dan memberi makanan kepada orang miskin yang lapar karena Aku
Bersabda Nabi saw. : "Sesungguhnya diwajibkan shalat, disuruh mengerjakan hajji dan thawaf dan disuruh syi'arkan segala ibadah hajji itu, adalah karena menegakkan dzikir (mengingati) A llah Ta'ala". (3)
Apabila tidak ada dalam hatimu untuk yang tersebut tadi, yang mana itulah yang dimaksud dan yang dicari, karena kebesaran dan tidak kehebatan, maka apakah harganya dzikirmu itu?".

(1)Dirawikan Ibnu Abi Syatbah dari Shillah bin Usyaim hadits mursal.
(2)Dirawikan At-Tirmidzi dan lain-lain dari Ai-Fadl bin Abbas, dengan isnad yang tidak diyakini.
(3)Dirawikan At-Tirmidzi dari A'isyah, hadits hasan (baik) dan shahih.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم kepada orang yang diberinya wasiat: "Apabila engkau mengerjakan shalat, maka bershalatlah sebagai shalat orang yang mengucapkan selamat tinggal". Artinya : mengucapkan selamat tinggal kepada dirinya, kepada hawa-nafsunya dan kepada umurnya, berjalan kepada Tuhannya, sebagaimana berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلاقِيهِ
(Yaa-ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa rabbika kad-han famu-laaqiih).
Artinya : "Hai manusia! Sesungguhnya engkau mesti bekerja keras dengan sesungguhnya (menuju) kepada Tuhan, kemudian itu kamu akan menemuiNya". (S. Al-Insyiqaq, ayat 6).
Berfirman Allah Ta'ala : "Bertaqwalah kepada Allah! Allah mengajar kamu (S.Al-Baqarah282).
Berfirman Allah Ta'ala : "Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan menemui Dia".
(S. Al-Baqarah, ayat 223).
من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر لم يزدد من الله إلا بعدا حديث من لم تنهه
Man lam tanhahu shalaatuhu "anil faljsyaa-i wal munkari lam yaz-dad minallaahi illaa bu'-daa.
Artinya : "Barangsiapa tidak dicegah oleh shalatnya daripada perbuatan keji dan munkar, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh". (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
Shalat itu adalah munajah dengan Allah. Maka bagaimanakah ada munajah itu serta kelalaian?Berkata Bakr bin Abdullah : "Hai anak Adam! Apabila engkau bermaksud masuk kepada Tuhanmu tanpa izin dan berbicara dengan Dia tanpa juru bahasa, maka masuklah!".
Lalu orang bertanya : "Bagaimanakah yang demikian itu?".
Maka menjawab Bakr bin Abdullah : "Engkau lengkapkan wudlumu dan engkau masuk ke mihrabmu. Apabila engkau telah masuk kepada Tuhanmu dengan tanpa izin itu, maka berbicaralah dengan Dia tanpa ada juru bahasa!".

(1) Dirawikan Ali bin Ma'bad dari Al-Hasan, hadits mursal, dengan isnad shahih.

Dari 'Aisyah ra. yang mengatakan : "Adalah Rasulullah saw. berca-kap-cakap dengan kami dan kamipun bercakap-eakap dengan beliau. Maka apabila datang waktu shalat, lalu seolah-olah beliau tidak mengenai kami dan kamipun tidak mengenai beliau", karena seluruh jiwa raga tertuju kepada kebesaran Allah. (1)
Bersabda Nabi saw. : "Allah tidak memandang kepada shalat, di mana orang itu di dalam shalatnya tidak menghadhrkan hatinya serta badannya'
Adalah Nabi Ibrahim as. apabila berdiri kepada shalat, lalu terdengar detak jantungnya pada jarak dua mil, Dan adalah Sa'id At-Tunukhi apabila mengerjakan shalat, maka tiada putus-putusnya air mata dari dua pipinya ke atas janggutnya.
Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki bermain-main dengan janggutnya dalam shalat, maka beliau bersabda : "Jikalau khusyu lah hati orang ini, niscaya khusyu'lah anggota-anggota badannya ". (2)
Diriwayatkan bahwa Al-Hasan memandang kepada seorang laki-laki yang bermain-main dengan batu dan berdo'a : "Ya Allah, ya Tuhanku! Kawinkanlah aku dengan bidadari!".
Maka berkata Al-Hasan : "Buruk benarlah pelamar yang semacam ini! Engkau melamarkan bidadari, sedang engkau bermain-main dengan batu".
Ditanyakan kepada Khalf bin Ayyub : "Tidakkah diganggu engkau oleh lalat dalam shalat engkau, sehingga perlu engkau usir lalat itu?"
Menjawab Khalf bin Ayyub : "Tidak aku biasakan bagi diriku sesuatu yang merusakkan shalatku".
Maka ditanyakan lagi : "Bagaimanakah engkau bisa tahan yang demikian itu?".
Menjawab Khalf bin Ayyub : "Orang menceriterakan kepadaku bahwa penjahat-penjahat tahan dari pukulan cemeti-cemeti sultan, supaya dikatakan : "Bahwa si Anu itu tahan menderita". Lalu mereka itu merasa bangga dengan demikian. Adapun aku berdiri dihadapan Tuhanku, maka patutkah aku bergerak karena seekor lalat?".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar, bahwa apabila ia bermaksud mengerjakan shalat, maka ia berkata kepada keluarganya : "Ber-cakap-cakaplah kamu sesama kamu, sedang aku tidak mendengar percakapanmu itu!".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar tadi, bahwa pada suatu hari ia mengerjakan shalat di masjid jami' Basrah. Maka robohlah suatu sudut dari masjid itu. Lalu berkumpullah manusia ke sana. Sedang Muslim tadi tiada mengetahuinya sama sekali, sehingga selesailah ia daripada shalatnya itu.

1.Diriwayatkan Dari Al Azdi dari Suwaid Bin Ghaflah Hadis Mursal
2.Dirawikan Dari AtTirmidzi dari Abu Hurairah. Dengan sanad dlai'if

Adalah Ali bin Abi Thalib ra. apabila datang waktu shalat, maka gementarlah badannya dan berobahlah warna mukanya. Lalu ia ditanyakan orang : "Apakah yang menimpakan kepada engkau wahai Amirul mu'minin?".
Ali menjawab : "Telah datang -waktu amanah- yang didatangkan oleh Allah kepada langit, bumi dan bukit, maka semuanya ini enggan menerimanya dan merasa berat daripadanya. Dan aku menerimanya".
Diriwayatkan dari Ali bin Al-Husain, bahwa apabila ia mengambil wudlu maka pucatlah warna mukanya. Lalu bertanyalah keluarga-nya : Apakah yang menimpakan kamu ketika berwudlu?".
Maka menjawab Ali bin Al-Husain : "Tahukah kamu dihadapan Siapa aku mau berdiri?".
Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas ra. bahwa ia berkata : "Berdo'a-lah Nabi Dawud as. dalam munajahnya : "Wahai Tuhanku! Siapakah yang mendiami rumah Engkau dan dari siapakah yang Engkau terima shalatnya?".

Maka diturunkan Allah wahyu kepada Dawud as. : "WahaiDawud.' Sesungguhnya yang mendiami rumah Ku dan yang Aku terima shalat daripadanya, ialah orang yang merendahkan diri karena keagunganKu, menghabiskan siangnya dengan mengingati Aku, mencegah dirinya dari hawa nafsu karena Aku, diberinya makanan kepada orang yang lapar, diberinya tempat kepada orang yang merantau dan dikasihaninya orang yang mendapat mushibah. Itulah orang yang ber cahaya nurnya pada segala langit Iaksana matahari. Kalau ia berclo'a kepadaKu niscaya Aku terima dan kalau ia meminta kepadaKu niscaya Aku berikan. Aku jadikan baginya di dalam kebodohannya, akan kasih sayang, di dalam kelalaiannya akan peringatan dan di dalam kegelapannya akan nur yang terang ben-derang. Dia dalam kalangan manusia, adalah Iaksana sorga firdaus pada lapisan sorga yang paling tinggi, tiada kering sungainya dan tiada berobah buah-buahannya'

Diriwayatkan dari Hatim Al-Ashamm ra. bahwa ditanyakan orang mengenai shalatnya, maka ia menjawab : "Apabila datang waktu shalat, maka aku lengkapkan wudlu dan aku datangi tempat, di mana di situ aku bermaksud mengerjakan shalat. Maka aku duduk pada tempat itu, sehingga berkumpullah segala anggota badan ku. Kemudian aku berdiri kepada shalatku, aku jadikan Ka'bah dianta -ra dua keningku, titian Ash-Shiraathal Mustaqim di bawah tapak-ku, sorga di kananku, neraka di kiriku, malikul-maut di belakangku, aku menyangka shalat ini penghabisan shalatku, kemudian aku berdiri diantara harap dan cemas. Aku bertakbir dengan penuh keyakinan, aku membaca bacaan dengan bacaan yang baik, aku ruku' dengan merendahkan diri, aku sujud dengan khusu' hati, aku duduk atas punggung kiri dan aku bentangkan belakang tapak kiri, aku tegakkan tapak-kanan atas ibu jari kaki dan aku ikutkan keikhlasan hati. Kemudian aku tiada mengetahui, apakah shalatku itu diterima atau tidak".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Dua raka'at shalat dengan sempurna tafakkur, adalah lebih baik daripada mengerjakan shalat semalam suntuk, sedang hati itu lupa",


Dari ‘Ihya Ulumiddin Imam Al-Ghazali Halaman 481-501

Wasalamulaiykum Warahmatulahi Wabarakatu

No comments: