أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Tidak ada benda diam
di alam semesta ini. Semua sedang bergerak. Dan uniknya, semua bergerak
mengikuti sebuah pusaran dengan pola tertentu. Dari kecil semakin
membesar. Dan akirnya menuju sebuah pusaran raksasa sebesar alam
semesta.
Memang
tidak semua bergerak searah. Tetapi dalam sekala yang lebih besar selalu
berbentuk keseimbangan dari gerakan yang berbeda arah itu. Sebagian
kawan ada yang menduga bahwa gerakan semua benda di alam semesta
mengikuti gerakan bertawaf, yaitu berlawanan dengan arah jarum jam.
Tetapi itu tidak memperoleh pijakan dalam realtas. Karena mulai dari
partikel terkecil, di dalam inti atom maupun electron-elektron diluarnya
ada yg berputar searah jarum jam atau sebaliknya. Demikian pula dialam
macro, benda-benda langit ada yang berputar searah jarum jam atau
berlawanan dengannya, yang disebut sebagai putaran retrograde.
Termasuk
mahluk hidup, tidak semuanya bergerak searah. Bahkan banyak yang
berlawanan arah. Jadi, kita tidak boleh mengambil penyederhanaan bahwa
seluruh pergerakan semesta adalah searah dengan gerakan towaf. Akan
tetapi yang menarik, memang dalam sekala yang lebih besar semua benda
bergerak membentuk sebuah system keseimbangan dalam pusaran yang lebih
besar. Dan semakin besar, semakin besar, sampai entah sebesar apa …………….
Dalam
bagian ini saya hanya ingin memberikan gambaran bahwa seluruh alam
semesta sedang bergerak dalam sebuah tatanan tunggal yang berpusat di
satu “Titik” di pusat alam semesta. Tidak ada benda yang diam. Semuanya
bergerak berpusar-pusar tunduk kepada “Hukum” yang “Satu” (Sunnatullah).
Pusaran
itu tidak hanya berhenti pada langit pertama saja. Kita tahu, bahwa alam
semesta ini sebenarnya terdiri dari 7 ruangan langit yang tersusun
secara dimensional. Ruang berdimensi 3 sampai ruang berdimensi 9.
Selama
ini kita mempersepsikan pergerakan itu hanya berlaku pada benda-benda
pengisi langit. Seperti planet, matahari, gugusan bintang alias galaksi,
superkluster dan seterusnya. Namun agaknya kita harus memandangnya
dalam skala yang lebih besar lagi. Bahwa alam semesta ini tersusun dari Ruang, Waktu, Materi, Energi dan Informasi. Ke 5 parameter itulah penyusun alam semesta.
Jika
materi bergerak, pasti energinya juga bergerak, kalau gerakannya
berpusar, energinya juga berpusar. Dalam waktu yang bersamaan, materi
dan energi itu berada dalam ruang dan waktu. Padahal dimensi waktu “mengikat” materi dan energi, sehingga materi dan energi mengalami perubahan menjadi bertambah tua, seiring dengan berjalannya waktu.
Maka
secara sederhana, kita pun bisa mengambil kesimpulan bahwa “waktu” yang
mengikat materi dan energi itu ikut bergerak berpusar-pusar. Namun
karena waktu adalah dimensi yang mengikat materi dan energi maka pusaran
waktu bergerak dalam pusaran yang lebih besar dari pusaran materi dan
energi. “waktu” melingkar dan linier sekaligus, seiring dengan
perkembangan alam semesta yang sedang mekar. Dalam sudut pandang lebih
kecil – langit pertama -, waktu seperti bergerak mengikuti garis lurus kearah depan. Tapi dari sudut pandang yang lebih besar – langit kedua – waktu bergerak melingkar dan berpusar.
Seluruh
benda dan energi pengisi langit pertama bergerak berpusar dengan
berpusat di tengah-tengah langit pertama, yang sampai sekarang belum
ketahuan tempatnya. Akan tetapi, dalam waktu yang bersamaan, langit
pertama ini berpusat mengitari pusat langit kedua. Termasuk ruang dan
waktu, bergerak mengitari pusat langit kedua. Ini dimungkinkan, karena
langit – langit itu berjenjang secara dimensional.
Untuk
mudahnya, cobalah bayangkan sebuah bola yang berputar. Bola adalah
sebuah benda yang berdimensi 3. punya 3 ukuran, yaitu garis bujur, garis
lintang dan diameteral kedalam bola. Atau kalau pada benda kotak, ada
panjang, lebar dan tebal. Karena ia benda 3 dimensi, maka ia memuat
benda-benda 2 dimensi dalam bentuk luas sisi kotak atau luas permukaan
bola. Dan benda 1 dimensi berupa garis – garis yang membujur dan
melintang, ataupun yang mengarah masuk pusat bola secara diameteral.
Nah
bayangkan, seluruh garis-garis yang berdimensi 1 itu sedang
berputar-putar di permukaan bola. Masing-masing membentuk lingkaran
kecil-kecil. Lingkaran kecil-kecil itu kemudian mengitari lingkaran yang
lebih besar. Jadi lingkaran besar dibentuk oleh sejumlah lingkaran yang
lebih kecil. Seperti : bulan mengelilingi bumu, bumi dan bulan
mengelilingi matahari. Bulan, bumi dan matahari mengelilingi pusat
galaksi. Galaksi-galaksi mengelilingi superkluster. Dan seterusnya.
Begitulah. Bayangkan, yang semakin besar seperti system alam semesta
tersebut. Maka kalau bola itu kita putar, lingkaran-lingkaran yang ada
dipermukaan itu pun akan ikut berputar mengitari pusat bola, seiring
dengan berputarnya bola.
Jadi
dalam waktu bersamaan, lingkaran-lingkaran kecil itu melakukan gerak
berputar dengan berpusat pada dua titik yang berbeda. Yang pertama :
Mengelilingi titik pusat lingkarannya. Yang kedua : mengelilingi titik
pusat bola. Begitulah porgerakan alam semesta. Dalam waktu bersamaan
mengelilingi pusat-pusat lingkaran di langit pertama, tapi dalam waktu
bersamaan seluruh isi langit pertama : ruang, waktu, materi, energi dan
informasi, mengelilingi pusat langit kedua.
Matedan energi ber pusar mengelilingi puat langit pertama. Ruang, waktu, dan informasi, mengembang seiring dengan “Mekarnya”
alam semesta. Tetapi secara keseluruhan, semuanya sedang bergerak
melingkar mengitari pusat langit kedua. Dan yang menarik, sebagaimana
kita ketahui langit-langit it uterus bersusun-susun secara dimensional.
Langit pertama dan kedua itu pun sedang bergerak berpusar mengitari
pusat alam yang lebih tinggi, yaitu dilangit ke 3. langit ke 1,2,3.
bergerak mengitari langit ke 4 dan seterusnya sampai langit ke 7.
Lalu kemanakah semua langit yang bersaf 7 itu berputar? Ternyata semuanya sedang mengitari “ARSY”.
Inilah pusat pergerakan seluruh alam semesta. Sehingga berulang-ulang
Allah menginformasikan kepada kita tentang Arsy. (QS. Ar Ra’d (13):02
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaiman) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayang di atas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (mahkluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
Ayat
diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa Allah sedang terus
meninggikan langit ke segala arah. Bukankah langit adalah seluruh ruang
di “atas” bumi. Karena bumi berbentuk bulat, maka diatasnya bumi itu
berbentuk meruang, ke segala penjuru. Artinya Allah sedang
menginformasikan kepada kita bahwa alam semesta sedang mengembang ke
segala penjuru – expanding universe.
Berkembang kemana?
Bukankah langit adalah seluruh ruang itu sendiri? Selama di situ ada
ruang, maka itu disebut langit. Jadi kemana langit kita ini mengembang?
Jawabnya : ke langit ke 2 yang berdimensi lebih tinggi. Dan sekarang ini
juga sedang mengembang. Seperti sebuah “garis” yang memanjang kea rah
melengkung permukaan bola. Garis berdimensi 1, dan permukaan bola
berdimensi 2. permukaan bola itu sendiri sedang mengembang kea rah ruang
sekitarnya yang berdimensi 3. itulah yang sedang terjadi dengan langit
kita, yang bersaf 7.
Selain
menginformasikan bahwa langit langit ini sedang mengembang, Allah juga
menginfor-masikan bahwa seluruhnya sedang beredar alias berputar seiring
dengan pergerakan waktu.
Kemana arah putaran
itu berpusar? Ke arah Arsy. Dari pusat itulah Allah mengendalikan
seluruh putaran. Menundukkan pergerakan matahari dan bulan. Jika kita
tahu, bahwa jumlah matahari di alam semesta ini bertrilyun-trilyun, maka
kita akan bisa merasakan bahwa ayat itu sebenarnya bukan hanya
menggambarkan tata surya kita, melainkan sedang menggambarkan langit
pertama secara keseluruhan.
Bahkan
diayat berikut ini, Allah menggambarkan bahwa Arsy itu bukan hanya
menjadi pusat benda-benda langit, tetapi sekaligus menjadi pusat dari
seluruh langit yang bersaf 7. (QS. AL Mukminun (23) : 86), “Katakanlah :
‘Siapakah yang empunya langit yang tujuh dan yang empunya Arsy yang besar’?”.
(QS. Al A’raaf (7) : 54), “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalau Dia bersemayam
di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan
cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang, tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Allah
menegaskan bahwa seluruhnya itu tunduk kepada perintahNya. Pemerintahan
dan kerajaan-Nya berpusat di Arsy. Dan kemudian Dia tegaskan, bahwa Dia
adalah Tuhan Semesta Alam. Yang mengendalikan seluruh dimensi langit
yang 7. (QS. Ali Imran (3): 189), “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit
dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Baqarah
(2):107), “Tidakkah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong”.
Beberapa
kawan menafsirkan Arsy itu sebagai singgahsana. Sehingga kita sering
kali membayangkan sebuah kursi singgahsana milik raja. Kita membayangkan
Allah duduk diatas kursi itu. Kemudian kita terjebak kepada merendahkan
sifat-sifatNya. Bagaimana tidak? Kalau kita membayangkan Allah duduk
diatas singgahsana, berarti kan singgahsana itu lebih besar daripada
Allah. DzatNya bisa ‘diwadahi’
oleh Arsy? Sungguh salah besar. Atau, jangan-jangan kita membayangkan
bahwa Arsy itu adalah bagian dari unsur ketuhanan. (QS. Al Anbiyaa
(21):22). “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,
tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang
mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan”.
Sama
sekali bukan seperti bayangan kita itu. Allah adalah pemilik Arsy.
Bahkan penciptanya. Sehingga di dalam ayat yang lain Allah mengatakan,
Allah adalah tuhannya Arsy. Berarti Arsy itu tunduk kepadaNya. Mengikuti
perintahNya. Maha Suci Allah dari yang kita sifatkan. (QS. Al Mukminuun
(23):116). “Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan Arsy yang mulia”.
Maka saya
mempersepsikan Arsy secara lebih proporsional. Ia bukan singgahsana
seperti yang kita bayangkan, melainkan pusat kendali seluruh alam
semesta. Langit yang tujuh. Pusat kendali itu berada ‘diatas’
dimensi tertinggi yang dimiliki oleh langit ke tujuh. Malaikat pun
tidak bisa masuk ke dalamnya. Hanya bisa keliling disekitarnya.
Itulah
yang bakal disaksikan pada saat hari kiamat nanti. Manusia akan bisa
mempersepsi langit ke tujuh yang dimensinya Sembilan. Para malaikat
bekeliling di seputar Arsy.
Tidak bisa masuk ke wilayah inti pusaran tersebut. Segala mahluk tidak
akan mampu masuk kedalam karena bakal hancur tak berbentuk. Inilah
Pusaran energi tertinggi di alam semesta, yang tidak bisa diukur lagi. Ia
menjadi pusat dari seluruh pusaran maha raksasa yang melibatkan
bertrilyun-trilyun materi, energi, ruang, waktu, dan informasi.
(QS. Az Zumar (39):75). “Dan kamu akan melihat malaikat-malaikat berlingkar disekeliling Arsy
bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan diantara
hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan : ‘Segala puji bagin Allah,
Tuhan semesta alam’”.
Dalam konteks ilmu kosmologi, wilayah seperti ini dikenal sebagai black hole alias
lubang hitam. Tidak ada seorang ilmuwan pun yang tahu, ada apa di dalam
lubang hitam itu. Apa lagi dibalik keberadaan lubang hitam itu.
Gravitasinya luar biasa dahsyat. Segala yang ada disekitarnya ditarik
menuju pusat gravitasinya. Termasuk cahaya pun tidak bisa keluar dari
lubang hitam itu. Cahaya hanya bisa bergerak dan berpusar di jarak
tertentu, di bagian luar medan gravitasinya. Para ilmuwan mengarah
kepada kepahaman ini, karena pusat alam semesta memang harus memiliki
gravitasi luar biasa besarnya agar bisa mengendalikan gerak alam semesta
yang berpusar dalam jarak bermilyar-milyar tahuncahaya. Dan jumlahnya
materi, energi yang demikian raksasa.
Tidak ada benda apa pun di alam semesta yang gravitasinya bisa menandingi black hole. Karena itu bisa dipahami, kalau pendapat para ahli kosmologi mengarah kepada black hole sebagai pusat alam semesta.
Yang menarik, di pusat black hole
itulah diperkirakan seluruh hukum alam semesta ini runtuh. Hitungan
matematis dan pendekatan fisika tidak bisa digunakan lagi untuk
memprediksi segala kondisinya. Karena semua kondisi menjadi kosong
mutlak.
Jadi seluruh realitas di alam semesta ini ternyata sedang bergerak melingkari sebuah pusat yang kosong. “yang kosong” mengendalikan “yang berisi”. Keber-ADA-an berputar – putar di sekitar ke-TIDAK ADA-an. Inilah pasangan abadi dan serasi yang diciptakan oleh Allah dalam keseimbangan sempurna.
Alam semesta diciptakan dari “Ketiadaan” menjadi “Ada”, dan berkembang sampai kini. Suatu ketika nanti, segala yang “Ada” itu akan berhenti bergerak dan kemudian membalik kearah pusatnya kekosongan. Akhirnya, lenyap dalam “Ketiadaan” sempurna.
Dibalik kekosongan itulah pusat “kerajaan” alam semesta. Semua “realitas” yang ada di alam semesta hanyalah proyeksi dari sebuah REALITAS TUNGGAL dari “SESUATU” yang berada dibaliknya.
Realitas init ak lebih dari sebuah permainan cahaya yang berasal dari balik “kekosongan mutlak” itu. Seperti saat kita menonton film di sebuah bioskop. Gambar “hidup” yang bergerak di layer hanyalah proyeksi dari film yang disorot lampu dari sebuah proyektor, dibelakang penonton.
Di zaman sekarang
kita dapat menonton permainan cahaya yang lebih canggih yang disebut
hologram. Jika bioskup adalah proyeksi di layer dua dimensi, maka
hologram bisa diproyeksikan ke “layar” tiga dimensi di dalam ruangan.
Maka sejumlah sinar
laser bisa digunakan untuk membentuk bayangan manusia. Binatang,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Baying itu bisa bergerak di dalam
ruangan persis seperti benda asli yang diproyeksikan dari suatu ruangan
proyektor yang ada dibelakang penonton. Begitulah Allah menggambarkan
dalam
(QS. An Nuur (24):35). “Allah mencahayai langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang
yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam
kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara. Yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh
tidak disebelah timur dan tidak pula di disebelah barat, yang minyaknya
hamper-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas
cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu”.
Ayat
diatas menggambarkan suatu perumpamaan yang mirip dengan rang proyektor.
Ada sebuah ruang gelap tak tembus, dimana di dalamnya ada sumber cahaya
yang sangat terang. Cahaya itu bersinar dari sebuah “PELITA” yang menyala dengan sendirinya.
Cahayanya memancar
lewat sebuah lubang menuju ruang yang terhampar di seluruh langit dan
bumi. Cahaya yang dipancarkan itu berlapis-lapis dengan segala macam
warna dan tingkatan frekwensinya. Dan kemudian membentuk seluruh
realitas yang ada. Cahaya hanyalah pancaran dari SANG PELITA. Dan seluruh realitas yang dihamparkan di “Layar”
langit dan bumi ini hanyalah sekedar proyeksi dari permainan
cahaya-cahaya tersebut. Sangat mirip dengan sebuah permainan hologram.
Bedanya hologram diproyeksikan kedalam ruang 3 dimensi. Sedangkan
seluruh realitas ini diproyeksikan ke ruang 9 dimensi; 7 petala langit.
Maka, black hole yang menjadi pusat pergerakan langit pertama dengan segala isinya itu ikut berputar mengelilingi langit ke 2. disana ada black hole
yang menjadi pusat proyeksi langit ke 2. dimana, langit 1 ini menjadi
bagian kecil dari realitas langit ke 2. seluruh realitas kehidupan
dilangit ke 2 itu adalah proyeksi hologram juga. Begitulah seterusnya,
sampai langit ke 7 yang dimensinya 9 itu adalah proyeksi dari REALITAS TUNGGA yang berada dibalik Arsy.
(QS. Al Mukmin
(40):07). “(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang
berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka berima
kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan) : “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu,
maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
bernyala-nyala.
(QS. Al Haqqah
(69):17). “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan
pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arsy Tuhanmu di atas
mereka”.
Allah menggambarkan bahwa cahaya-cahaya kemalaikatan itu mencapai seluruh penjuru langit. Tapi,
disekitar Arsy itu sendiri berkeliling para malaikat yang terus
bertasbih. Diantaranya ada delapan malaikat yang menjadi petugas utama
dari proyeksi “hologram” alam semesta.
Malaikat adalah
mahluk-mahluk cahaya yang diutus oleh Allah menjembatani proyeksi
tersebut. Bahkan, sebenarnya maikatpun menjadi bagian dari proyeksi
hologram itu. Ada “8 berkas cahaya”
yang menopang Arsy. Ke 8 berkas yang keluar dari Arsy itu berpusat di
sekeliling Arsy dan memancar ke segala penjuru alam semesta. Mereka
melesat dengan kecepatan berbeda beda sesuai dengan derajat dan
tugasnya.
(QS. Ash Shaaffaat
(37): 164-165). “Tiada seorangpun diantara kami (malaikat) melainkan
mempunyai kedudukan yang tertentu”. “dan sesungguhnya Kami benar-benar
bershaf-shaf (bertingkat-tingkat).
(QS. Faathir
(35):01). “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang
menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai “sayap”,
masing-masing dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya
apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu”.
Semoga
bisa menjadikan bingkai persepsi dan iman teman-teman menjadi lebih
baik tentang Kebesaran Allah, universalitas Alqur’an (bahwa Alqur’an
adalah realitas) bukan angan-angan / cerita belaka, sehingga pandanglah
Alqur’an adalah benar-benar realitas kehidupan semesta ini.
No comments:
Post a Comment