أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Mencetak generasi pemburu isi perut dan peduli kekafiran
Generasi yang dihasilkan dari pendidikan itu kalau memang hanya memburu gengsi dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka tak lain adalah apa yang telah diperingatkan oleh Alloh swt:
Merknya Pendidikan, Isinya Penjahiliyahan
Pendidikan
di sekolah bahkan sampai perguruan tinggi sekarang ini merupakan
sentral pembinaan generasi. Karena seakan para orang tua sudah
mempercayakan lembaga pendidikan untuk membina anak-anaknya. Apalagi
sang bapak dan ibu di zaman sekarang belum tentu sepenuhnya mengasuh dan
mendidik anak-anaknya, karena dari segi untuk punya anak saja mereka
sudah mengikuti bujukan buruk bahkan haram –tetapi anehnya diprogramkan
secara massal–, yaitu membatasi kelahiran anak; maka ujung-ujungnya
adalah ada rasa kurang mau tanggung jawab terhadap pendidikan agama
anak.
Dari
semula sudah lebih tunduk kepada bujukan yang bertentangan dengan
agama, ya tentu saja lebih pilih menjauhi agama. Dalam hal mendidikkan
anak pun lebih pilih kepada yang tidak begitu mempedulikan agama.
Padahal Nabi saw sudah wanti-wanti, mengingatkan dengan serius:
عن
أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : (كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ
عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يَنْصُرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ) صحيح ابن حبان – (ج 1 / ص 336)
قال شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح
Setiap
bayi itu dilahirkan atas fithrah (Islam), maka dua orangtuanya lah
yang meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya. (Shahih
Ibnu Hibban, juz 1 halaman 336, kata Syu’aib al-Arnaut: isnadnya
shahih).
Sebaliknya,
sangat bergairah dalam mendidikkan anaknya dalam ilmu-ilmu yang
dianggap berguna untuk cari makan, lantaran takut mati kelaparan atau
takut miskin hingga khawatir hidupnya tak bergengsi. Dari awalnya sudah
mengikuti bujukan haram, maka saat mau menyekolahkan anak atau
menguliahkan pun ikut janji syetan yang menakut-nakuti kefakiran.
الشَّيْطَانُ
يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ
يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(268)
Syaitan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Alloh menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Alloh Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 268).
Dengan
mengikuti syetan yang menakut-nakuti kefakiran itu makanya terjadi
pemandangan seragam di masyarakat pengikut syetan yaitu:
sekolahan-sekolahan dan perguruan tinggi yang dianggap sebagai tempat
pendidikan yang menjanjikan, yang nanti alumninya akan mendapatkan
makanan yang banyak, maka manusia-manusia yang hanya memikirkan perut
ini berebut memasukkan anak-anaknya ke sana. Agar nanti anak-anaknya
jadi orang yang perutnya terjamin. Sampai bayar mahal pun mereka mau.
Sebaliknya, madrasah-madrasah yang dianggap hanya akan menelurkan
alumni-alumni yang tidak lihai cari makan, lantaran ijazahnya tidak
diterima atau kurang diminati oleh si empunya pekerjaan, maka
madrasah-madrasah satu persatu berguguran dan tutup karena tidak ada
santri atau muridnya.
Ketika
si empunya madrasah itupun tahu bahwa selera masyarakat ini hanyalah
demi isi perut, maka sebagian penyelenggara madrasah itupun tak mau
kalah. Diubahlah madrasah-madrasah itu menjadi tempat pendidikan
calon-calon pencari makan pula. Bukan merupakan madrasah lagi. Sementara
itu ketika penyelenggara madrasah atau pesantren itu tahu pula bahwa
di samping itu masih ada celah-celah bahwa masyarakat akan bergairah
bila gengsinya itu dianggap naik ketika memasukkan pesantren yang
bayarannya mahal dan wujud gedungnya megah, maka berlomba pula para
penyelenggara pesentren untuk membangun gedung pesantren mewah dan
bayaran masuk para santri dimahalkan. Makin mahal makin bergengsi, dan
makin tahun makin mahal; itulah yang diminati masyarakat yang memburu
gengsi.
Pemandangannya jadi njomplang (tak berimbang).
n Madrasah-madrasah
yang tadinya mengajarkan ilmu Islam secara menyeluruh, satu-persatu
berguguran. Diubah jadi sekolah-sekolah kejuruan, yang dianggap laku,
karena dianggap praktis dan menjanjikan untuk cari makan.
n Pesantren-pesasntren yang tadinya mengajarkan Islam secara penuh, makin surut peminatnya, karena tidak bergengsi.
n Muncul
pesantren-pesantren megah yang hanya bisa dijangkau oleh orang-orang
yang cukup berduit. Bukan pendidikan Islamnya yang mereka utamakan,
tetapi gengsinya.
n Hasil
dari pendidikan pesantren yang dipentingkan gengsinya itu kemudian
ditampung di perguruan tinggi Islam (IAIN, STAIN, UIN, STAIS dan
sebagainya), yang ternyata pendidikannya bukan mencetak calon-calon
ulama yang bertaqwa yang yakhsyalloh, takut kepada Alloh swt, namun justru dialihkan dari keyakinan Tauhid, ke kemusyrikan, yang labelnya baru yaitu pluralisme agama, menyamakan semua agama.
Mencetak generasi pemburu isi perut dan peduli kekafiran
Dari kenyataan itu, secara mudahnya, ada dua generasi yang sekarang telah dan sedang dicetak:
- Generasi sekolah umum ataupun kejuruan yang dari semula telah digadang-gadang (diharap-harap) oleh orang tua mereka agar jadi orang-orang yang perutnya tak kelaparan, bisa mencari makan. Jadilah generasi pemburu isi perut.
- Generasi yang disalurkan lewat pendidikan agama, namun yang dipentingkan gengsinya, dan ternyata digarap oleh para penyesat di perguruan tinggi Islam lewat system yang sudah jadi, yaitu kurikulum yang arahnya menyamakan semua agama. Jadilah manusia-manusia –kecuali yang mendapat taufiq dan hidayah Alloh swt— yang tidak peduli kepada Islam, tetapi kadang lebih peduli kepada selain Islam wabil khusus kalau ada fulus di sana.
Generasi yang dihasilkan dari pendidikan itu kalau memang hanya memburu gengsi dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka tak lain adalah apa yang telah diperingatkan oleh Alloh swt:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى(37)وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(38)فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى(39)
Adapun
orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). (QS An-Nazi’at/ 79:
37, 38, 39).
Menanamkan kemusyrikan lewat pendidikan
Kenapa hasilnya seburuk itu?
Ya bagaimana mau menghasilkan alumni yang baik, lha wong
kurikulumnya saja hanya mementingkan 4 pelajaran (bukan pendidikan dan
bukan hal yang penting-penting amat di dunia apalagi di akherat);
yaitu bahasa (Indonesia di sekolah dasar, ditambah Bahasa Inggeris di
sekolah lanjutan), matematika, dan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau
sain. Sedang pelajaran agama Islam (sekadar pelajaran, tidak sampai
pendidikan agama Islam) seolah hanya embel-embel, sejajar dengan
pendidikan lingkungan (seperti masalah menguras comberan). Dari sini
sudah tergambar, bahwa pendidikan di Indonesia mengabaikan agama.
Ketika
kenyataannya sudah mengabaikan agama, sedang tujuan disekolahkannya
anak-anak itu hanya agar nantinya dapat cari makan, maka hasilnya adalah
apa yang sudah diancam oleh Alloh subhanahu wa ta’ala yaitu: manusia-manusia yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). (QS An-Nazi’at/ 79: 37, 38, 39)
Yang
diujikan dan menjadi fokusnya ya yang 4 pelajaran itu. Padahal tentang
bahasa Indonesia misalnya, seminggu 10 jam pelajaran artinya sebulan
40 jam pelajaran itu berbicara sekitar dongeng-dongeng atau
legende-legende seperti Malim Kundang, Situ Bagendit, dongeng khayal yang menyebarkan kemusyikan seperti tentang Dewi Sri
yang dianggap sebagai dewa padi; dan sebagainya yang sama sekali tidak
memajukan secara kehidupan di dunia ini, bahkan lebih mungkin merusak aqidah ummat Islam.
Contoh nyata, Dongeng Datangnya Dewi Sri.
Ada kalimat: “Semua merasa bahwa padi adalah pemberian Dewi Sri untuk
bahan pangan untuk seluruh manusia. Di Pulau Jawa orang menyebutnya
Dewi Sri. Di Sumatra ada yang menamakannya Putri Dewi Sri, Putri Mayang
Padi Mengurai, atau Putri Sirumpun Emas Lestari.” (buku Bahasa
Indonesia untuk SD/ MI (Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah) Kelas 4,
karangan Widyati S, terbitan PT Bintang Ilmu cetakan 2, Juni 2006,
halaman 35).
Itu jelas pendidikan kemusyrikan! Dongeng khayal, namun merusak aqidah anak-anak kelas 4 SD atau Madrasah Ibtidaiyah.
Masih pula ditekankan dalam buku itu: Siapakah tokoh-tokoh dalam
cerita tersebut? Ayo tentukanlah pokok-pokok pikiran dalam dongeng
tersebut di buku tugasmu!. Ayo, ceritakan dongeng tersebut di depan
kelas! (ibid).
Pokok-pokok pikiran itu tak lain adalah penyesatan tertinggi yaitu menyebarkan kemusyrikan!
Untuk
lebih lihai dalam praktek ritual kemusyrikan, sudah dituntun pula
dengan buku Bahasa Indonesia itu, yaitu digemarkan menari. Jadi kalau
diadakan upacara kemusyrikan sudah mampu menjadi penari. Maka ditulislah
kalimat: “Lina gemar menari. Dia ingin belajar tari dari Bali. Oleh
sebab itu, Lina ingin belajar menari di Sanggar Anggrek.” (ibid, halaman
26). Itulah
“pendidikan” alias penyesatan yang diprogramkan secara sistematis di
negeri ini, agar generasi mendatang jadi orang-orang musyrik secara
nyata, dengan dibekali ubo rampenya (aneka perangkatnya).
Sementara
itu materi Bahasa Inggeris, ya berputar-putar sekitar di mana bank, di
mana kantor pos, di mana pasar, tentang menari, menyanyi dan
sebagainya yang sama sekali tidak mendidik untuk maju dalam kehidupan
dunia apalagi menunjuki jalan ke surga. Padahal Bahasa Indonesia atau
Bahasa Inggeris itu kalau diisi dengan muatan yang mengingatkan bahwa
kejujuran itu sangat penting, korupsi itu sangat merusak, menipu itu
berbahaya bagi kehidupan, makan riba itu terlaknat, berzina itu di
samping menimbulkan penyakit kelamin atau penyakit kotor, masih pula
dosa besar dan memporak porandakan kehidupan rumah tangga serta merusak
keturunan. Hidup di dunia ini hanya sementara, yang kekal itu di
akherat kelak, dan sebagainya, tentu sangat bagus. Tetapi
apa ada sekolahan-sekolahan se-Indonesia ini yang pelajaran Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggeris-nya seperti itu? Ayo ngacung!
Karena pelajaran yang paling dipentingkan di Indonesia ya
Bahasa Indonesia yang jam pelajarannya paling banyak (333 persen
dibanding pelajaran agama) isinya terbukti merusak aqidah Islam, maka
hasilnya ya rusaknya aqidah, tidak tahu sopan santun,
tidak menggubris bagaimana agar nanti ketika masuk kubur dalam keadaan
selamat, mampu menjawab pertanyaan malaikat dalam kubur, dan di akherat
kelak masuk surga. Tidak tergambar itu semua dalam pendidikan ini.
Pendidikan Tinggi Islam juga dirusak
Sementara
itu yang berkecimpung di perguruan tinggi Islam justru yang tampak
dominant adalah mereka yang belajar Islamnya dari orang-orang kafir
Barat yaitu di perguruan tinggi sekuler anti Islam di Barat. Di samping
itu kurikulum Perguruan Tinggi Islam se-Indonesia juga dibuat oleh
mendiang Harun Nasution keluaran dari Mc Gill University, Canada,
godogan orientalis Barat. Harun mengaku, dirinyalah yang mengubah
kurikulum dari faham Ahlus Sunnah, mengikuti Sunnah Nabi saw, menjadi
faham sekte sesat Khawarij. Kini telah kental dengan nuansa kemusyrikan
yaitu pluralisme agama, menyamakan semua agama.
Setelah kurikulum itu menancap kuat di seluruh perguruan tinggi Islam
sejak tahun 1990-an, (bahkan sejak 1980-an) kini ketika ada suara-suara
yang menginginkan agar dikembalikan kepada yang benar, maka dengan
mudah pihak pusat (katakanlah Departemen Agama) akan dengan mudah
berkilah: Sekarang masing-masing IAIN sudah bersifat otonom, jadi dari
pusat tidak dapat mengubahnya. Lha dalah (waduh- waduh) kok begini jadinya!
Gambaran
ini mungkin dianggap sinis. Tetapi coba kita lihat saja kenyataan
hasil pendidikan kita. Aneka kemaksiatan, siapa pendukungnya. Aneka
aliran sesat yang sangat sesat seperti Ahmadiyah yang memiliki nabi
palsu sebagai panutannya, yaitu Ghulam Ahmad sang pendusta; ternyata
pembela-pembelanya adalah para professor doctor dari perguruan tinggi
Islam.
Di
samping itu, yang korupsi siapa? Mereka bukanlah orang-orang yang
tidak terdidik. Mereka adalah orang-orang yang sukses dalam pendidikan,
sebagian telah dididik di sekolah-sekolah yang tujuannya cari makan,
dan sebagian dididik di madrasah atau pesantren dan perguruan tinggi
yang tujuannya gengsi dan mengalihkan dari Tauhid ke kemusyrikan, yang
kini namanya pluralisme agama.
Kiprah alumni pendidikan, memusyrikkan masyarakat
Di
antara bukti hasil dari pendidikan seperti itu, (baik umum maupun
agama) lihat saja; ketika mereka itu telah lulus dari pendidikan, lalu
jadi pejabat daerah, misalnya, maka mereka mengadakan upacara
kemusyrikan umum, misalnya larung laut, larung sesaji untuk syetan laut
dan sebagainya. Inilah bentuk pemusyrikan umum, pengobaran dosa
tertinggi yang tak diampuni Alloh swt dan pelakunya kekal di neraka
(bila semasa hidupnya tidak bertaubat dan melepas sama sekali
kemusyrikan itu).
Itulah
bukti bahwa pendidikan di Indonesia ini (plus yang disekolahkan ke
orang kafir di Barat) telah menghasilkan tokoh musyrik, yang dalam
hadits tersebut disebut memajusikannya. Orang Majusi adalah penyembah api alias musyrik.
Ketika orang Kristen natalan, mereka walaupun beragama Islam tetapi duduk methengkreng di barisan depan, bahkan mungkin pidato, meniup lilin dan sebagainya. Itulah yang dalam hadits itu disebut menasranikannya.
Pada
tahun 2007, ada tokoh-tokoh Islam dari perguruan tinggi Islam, dan
ormas-orams Islam yang ke Israel, kabarnya mereka ikut menari-nari di
upacara ritual Yahudi. Itulah dalam hadits tersebut yang disebut meyahudikannya. Beritanya sebagai berikut:
Cendekiawan Muslim Indonesia Menari dengan Zionis Israel
|
Senin, 10 Desember 2007
|
Lima
wakil ormas Islam menemui Presiden Israel, Shimon Peres. Di antara
mereka ada Ketua PW Muhammadiyah Jatim. Mereka juga menari bersama
aktivis Yahudi
Hidayatullah.com–Saat
kaum Muslimin dan Kristen Palestina menderita karena dijajah dan
dibantai Zionis Israel, lima delegasi cendekiawan Muslim asal
Indonesia, sebagaimana diberitakan Ynet News (7/12), sebuah situs berita Israel, baru-baru ini dikabarkan telah menemui Presiden Israel, Shimon Peres.
Jerussalem Post tanggal
8 Desember 2007, juga memberitakan, lima rombongan Indonesia itu
akan menghabiskan waktu selama seminggu di Israel, disponsori Simon Wiesenthal Center dan LibForAll Foundation.
Lima anggota rombongan asal Indonesia itu, kata Jerussalem Post , mewakili dua organisasi Islam terbesar di dunia dari segi jumlah klaim anggota; Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.
Syafiq
Mugni, Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur ikut
hadir. Ia menghadiahkan kepada Peres sebuah tutup kepala yang dikenal
bernama ”kippa” bertuliskan kata “shalom”
(dalam bahasa Ibrani artinya ”kedamaian”) dan kata ”Kedamaian.” Para
tamu Indonesia itu tampak gembira sekali ketika Peres langsung
memasang kippa tersebut di kepalanya.
Selanjutnya,
mereka melanjutkan pembicaraan seputar berbagai topik termasuk
ekonomi, politik, agama dan perayaan hari jadi Israel ke 60 bulan Mei
2008 mendatang.
Shimon
Peres menyatakan, Israel berbahagia bisa masuk dan berhubungan dengan
Indonesia serta mengundang para pemimpinnya. Ia akan mengundang
kembali para tokoh Indonesia untuk doa untuk perdamaian di saat Negeri
Zionis ini akan memperingati hari jadinya ke 60 nanti bulan Mei 2008.
Dalam kesempatan itu, Peres juga mengatakan, musuh Israel bukanlah Islam, tapi “teror”.
Syafiq
Mugni dalam kesempatan itu menjelaskan tentang Indonesia menyangkut
perkembangan ekonominya, demokrasi dan sistem kependidikannya.
Menurut Syafiq, dirinya berharap Muslim Indonesia semakin toleran meski sebagaian juga masih ada yang menentang demokrasi.
Senada dengan Syafiq, Abdul A’la (Wakil NU), mengakui masih ada kelompok kecil “ekstrimis” Muslim di Indonesia.
Ditemani Kepala Wiesenthal Center Associate, Rabbi Abraham CooPeres dan CEO, LibForAll Foundation, C.C. Holland Taylor, delegasi aktivis ormas NU dan Muhammadiyah ikut serta dalam suatu upacara cahaya lilin Hanukka yang diikuti dengan tarian di Hesder Yeshiva di Kiryat Shmona.
LibForAll Foundation disebut-sebut media sebagai lembaga Zionis yang berkedok “Liberalisme dan Pluralisme” di Indonesia. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]
|
Karena mereka itu telah jadi pemimpin setelah dididik, maka mereka pun beraksi meyahudikan, menasranikan, dan memusyrikkan masyarakat. Sedang sekolahan-sekolahan di bawah wilayah mereka pun menjalankan misi mereka itu. Jadi
masyarakat Indonesia disesatkan oleh para pemimpinnya, sedang
murid-murid dan mahasiswa disesatkan oleh sekolahan-sekolahan, perguruan
tinggi dan tempat pendidikan mereka.
Di
samping itu media massa seperti televisi dan lainnya pun tidak kalah
canggih dan intensipnya dalam “mendidik” alias menyesatkan masyarakat
untuk meyahudikan, menasranikan, dan memusyrikkan itu.
Kompaklah sudah, tiga unsure penting itu (para tokoh/ pemimpin, tempat
pendidikan, dan media massa) dalam “mendidik” alias menyesatkan
masyarakat. Maka jadilah manusia-manusia yang disifati oleh Alloh swt:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى(37)وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(38)فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى(39)
Adapun
orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). (QS An-Nazi’at/ 79:
37, 38, 39).
Mengikuti langkah orang kafir
Pendidikan
yang hanya untuk mengejar dunia dan gengsi, masih pula membelokkan
dari jalan Alloh swt ke jalan syetan atau kesesatan itu adalah satu
praktek yang telah mengikuti kerja orang kafir. Mereka itu telah
dikecam oleh Alloh swt dan diucapi celaka:
اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ(2)الَّذِينَ
يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَيَصُدُّونَ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ
بَعِيدٍ(3)
Alloh-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih,
(yaitu)
orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan
akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Alloh dan
menginginkan agar jalan Alloh itu bengkok. mereka itu berada dalam
kesesatan yang jauh. (QS Ibrahim/ 14: 2, 3( .
Apakah semuanya sudah rusak?
Pertanyaan
itu terbalik. Tentang kerusakan, jangan ditanyakan, apakah semuanya
sudah rusak. Tetapi tanyakanlah, apakah ada pintu-pintu yang menuju
kerusakan?
Lha, tetapi kan masalahnya sudah berada di dalam kerusakan! Bukan lagi hanya di pintu kerusakan?
Ya
memang. Yang normal sesuai kaidah, adalah pintu-pintu atau jalan-jalan
yang menuju bahaya itu wajib ditutup. Sebelum adanya bahaya, pintu yang
menuju bahaya sudah harus ditutup, istilahnya saddu dzaroi’ (menutup jalan-jalan yang menuju bahaya). Bahkan kalau ada manfaat namun mengandung mafsadat (kerusakan/ bahaya) maka harus didahulukan menolak bahaya itu. Istilahnya, dar’ul mafaasid muqoddamun ‘alaa jalbil masholih. Menolak kerusakan itu didahulukan ketimbang mengambil manfaat.
Kaidah-kaidah
itu telah dilanggar. Justru kerusakan pun kalau ada duitnya maka
diambil. Manfaat pun kalau tak ada duitnya maka tak diambil. Bahaya pun
kalau ada duitnya (biasanya orang kafir dari dalam maupun luar
mensponsori) ya diteruskan. Maka yang tersisa justru pertanyaan terbalik
yang bunyinya; Apakah semuanya sudah rusak?
Jawabannya adalah dalam bentuk pertanyaan: Apakah memang tujuannya itu agar semuanya jadi rusak?
Kira-kira
saja, karena rahmat Alloh, maka dalam kenyataan, tidak semuanya rusak.
Di antara yang rusak itu masih ada yang baik. Sebagai buktinya, kalau
berbicara masalah informasi misalnya, kini akan ada gerakan mencekal
situs-situs porno. (Tampaknya belum maksimal, sebab gambar-gambar porno
yang tak diakses pun masih bermunculan di internet kala membuka email
dan semacamnya). Indonesia jumlah pengakses situs porno terhitung di
jajaran paling banyak. Sangat memalukan, karena penduduk ini ternyata
sangat unggul dalam hal memasang lafal sex untuk mencari adanya di mana
saja lafal itu di dunia maya sejagad ini. (Ya pantas saja, karena
pendidikannya kan untuk syahwat perut dan syahwat seks).
Itulah
di antara hasilnya yang sangat memalukan. Karena dari awalnya sudah
diarahkan oleh para bapaknya, pemimpinnya, dan penyelenggara
pendidikannya, serta media massa, agar yang dikejar itu hanya sekadar
apa yang memenuhi syahwat perut dan seks. Itu saja masih disesatkan
pula, agar keyakinannya yang Tauhid, mengesakan Alloh swt, itu diganti
jadi kemusyrikan, pluralisme agama, lewat jalur sistematis yaitu
perguruan tinggi Islam se-Indonesia. Sudah diingatkan dengan buku Ada Pemurtadan di IAIN dan lain-lain, masih tetap diam saja.
Di
balik itu semua, sebagian masyarakat kini mulai sadar. Hidup bukan
hanya untuk mengejar makanan, memenuhi syahwat, dan meningkatkan gengsi.
Kehidupan akherat itu lebih baik dan kekal. Alloh swt telah
memperingatkan dengan tegas:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(16)
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى(17)
Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS Al-A’la: 4).
Peringatan
dari Alloh swt ini disunnahkan untuk dibaca oleh imam shalat Jum’at,
maka setiap Jum’at senantiasa kita dengar imam membaca surat Al-a’la
ini. Karena memang ada haditsnya:
عَنْ نُعْمَان بنِ بَشِيرٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَرَأَ فِى الْعِيدَيْنِ ب (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ ) وَإِنْ وَافَقَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قَرَأَهُمَا جَمِيعاً.
Dari Nu’man bin Basyir bahwa Nabi saw dalam shalat dua ‘Ied (hari raya) membaca (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ ) sabbihisma rabbikal a’la dan hal ataaka hadiitsul ghoosyiyah. Dan jika bertepatan dengan hari Jum’at maka beliau membaca kedua-duanya semua. (Hadits Riwayat Ahmad).
Ukuran Sukses
Dalam
praktek sekarang, biasanya imam shalat Jum’at juga membaca dua surat
itu (Al-A’la dan Al-Ghasyiyah). Ayat-ayat itu menegaskan tentang
pedihnya adzab di akherat akibat kufur dan mementingkan kehidupan dunia,
sebaliknya betapa ni’matnya surga di akherat bagi yang beriman dengan
beramal shalih, sholat, zakat, mensucikan jiwanya, mengingat Alloh dan
sebagainya. Namun karena dari awal tujuan disekolahkannya anak-anak kita
itu untuk nantinya biar mampu cari makan dan punya gengsi, maka
pandangan hidup rata-rata masyarakat ini hanya tertuju pada materi,
kesenangan sesaat di dunia ini. Hingga apa-apa hanya diukur dengan
materi. Ukuran yang dipakai di masyarakat bukan ukuran dari Al-Qur’an
tetapi ukuran materi. Semuanya diukur dengan banyak atau sedikitnya
harta. Hingga yang disebut sukses oleh masyarakat jauh berbeda dengan
sukses menurut Al-Qur’an.
Sukses menurut masyarakat,
tidak jauh dari seputar: banyak harta, punya jabatan, anak-anaknya
bertitel, menantunya juga kaya, bertitel, punya jabatan dan sebagainya.
Semuanya serba bendawi.
Itu mirip dengan sukses menurut Qorun dan orang-orang yang sependapat dengannya:
فَخَرَجَ
عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو
حَظٍّ عَظِيمٍ(79)
Maka
keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia
benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (Al-Qashash: 79).t
Pandangan Qorun dan sebangsanya itu sangat tercela:
وَقَالَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ
ءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ(80)فَخَسَفْنَا
بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ
مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ(81)وَأَصْبَحَ
الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ
اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ
لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا
يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ(82)
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ
عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ(83)مَنْ
جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ
فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ(84)إِنَّ
الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْءَانَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُلْ
رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ(85)
80. Berkatalah
orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu,
pahala Alloh adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang
sabar”.
81. Maka
kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada
baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Alloh. dan
tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
82. Dan
jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu,
berkata: “Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rezki bagi siapa yang dia
kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar dia Telah membenamkan kita
(pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari
(nikmat Alloh)”.
83. Negeri
akhirat[1140] itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan
(yang baik)[1141] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
84. Barangsiapa
yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih
baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan
(membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang
yang Telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa
yang dahulu mereka kerjakan.
85. Sesungguhnya
yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar
akan mengembalikan kamu ke tempat kembali[1142]. Katakanlah: “Tuhanku
mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan
yang nyata”. (QS Al-Qashash: 80, 81, 82, 83, 84, 85).
[1140] yang dimaksud kampung akhirat di sini ialah kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat.
[1141] Maksudnya: syurga.
[1142] yang
dimaksud dengan tempat kembali di sini ialah kota Mekah. Ini adalah
suatu janji dari Tuhan bahwa nabi Muhammad s.a.w. akan kembali ke Mekah
sebagai orang yang menang, dan Ini sudah terjadi pada tahun kedelapan
hijrah di waktu nabi menaklukkan Mekah. Ini merupakan suatu mukjizat
bagi nabi.
Sukses menurut Fir’aun
adalah sukses dalam menghalalkan segala cara demi melanggengkan
kekuasaannya; salah satu wujudnya adalah mengerahkan dukun sihir, maka
siapa yang menang dalam main sihir itulah yang dianggap sukses. Itu
dibantah oleh Alloh swt. Alloh Ta’ala mengisahkan dalam Al-Qur’an,
ungkapan Fir’aun:
فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى(64)
Maka
himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah
dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada
hari ini. (QS Thaha: 64).
65. (Setelah
mereka berkumpul) mereka berkata: “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu
yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula
melemparkan?”
66. Berkata
Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan”. Maka tiba-tiba tali-tali
dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap
cepat, lantaran sihir mereka.
67. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68. Kami berkata: “Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).
69. Dan
lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa
yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah
tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu,
dari mana saja ia datang”.
70. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: “Kami Telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa”.
71. Berkata
Fir’aun: “Apakah kamu Telah beriman kepadanya (Musa) sebelum Aku
memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang
mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka Sesungguhnya Aku akan memotong
tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal
balik[931], dan Sesungguhnya Aku akan menyalib kamu sekalian pada
pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di
antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”.
[931] Maksudnya: tangan kanan dan kaki kiri dan sebaliknya.
72. Mereka
berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada
bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang Telah datang kepada kami dan
daripada Tuhan yang Telah menciptakan Kami; Maka putuskanlah apa yang
hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada
kehidupan di dunia ini saja.
73. Sesungguhnya
kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami
melakukannya. dan Alloh lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(azab-Nya)”.
74. Sesungguhnya
barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, Maka
Sesungguhnya baginya neraka jahannam. ia tidak mati di dalamnya dan
tidak (pula) hidup[932].
[932] maksud tidak mati ialah dia selalu merasakan azab dan maksud tidak hidup ialah hidup yang dapat dipergunakannya untuk bertaubat.
75. Dan
barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi
sungguh-sungguh Telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang
memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),
76. (yaitu)
syurga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di
dalamnya. dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran
dan kemaksiatan). (terjemah QS Thaahaa: 65-76).
77. Dan
Sesungguhnya Telah kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan
hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah untuk mereka
jalan yang kering dilaut itu[933], kamu tak usah khawatir akan tersusul
dan tidak usah takut (akan tenggelam)”.
78. Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.
79. Dan Fir’aun Telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (QS Thaahaa: 77-79).
[933] Membuat jalan yang kering di dalam laut itu ialah dengan memukul laut itu dengan tongkat. lihat ayat 63 surat Asy Syu’araa.
Sukses menurut Alloh swt:
لْمُؤْمِنُونَ(1)الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ(2)وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ(3)وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ(4)وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ(5)إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ(6)فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ(7)وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ(8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ(9)أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ(10)الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(11)
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,
3.Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6.Kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka
Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.
[994] Maksudnya:
budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir,
bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. dalam peperangan
dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan Biasanya
dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan
kebiasan Ini bukanlah suatu yang diwajibkan. imam boleh melarang
kebiasaan ini. Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak
ikut tertawan bersama-samanya.
[995] Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya.
Kembalikanlah ke pendidikan yang benar
Untuk
menjadikan generasi penerus kita agar menjadi orang-orang mukmin yang
beruntung atau sukses di dunia maupun akherat, mesti mengikuti petunjuk
dari Alloh swt dan RasulNya. Hal itu hanya dapat ditempuh dengan pendidikan
yang sesuai dengan yang dijarkan oleh Rasulullah saw, yaitu pendidikan
mengenal dan meyakini Alloh sebagai Rabnya, Islam sebagai agamanya,
Muhammad saw sebagai nabi dan rasulnya. Pendidikan yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah saw itulah yang akan menghasilkan
orang-orang yang takut kepada (siksa) Alloh dan menahan hawa nafsunya.
Orang-orang inilah yang tempatnya kelak di surga. Karena Alloh swt telah
menjanjikannya:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى(40)فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى(41)
Dan
adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan
diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal (nya). (QS An-Nazi’at: 40, 41).
Oleh
karena itu, kembalikanlah pendidikan yang telah berubah jauh ini kepada
aslinya, yang mengikuti pendidikan Rasulullah saw, agar manusia ini
tidak terjerumus ke jalan syaithon yang benar-benar merugikan di dunia
maupun di akherat.
Semoga Alloh swt menyelamatkan muslimin muslimat, mu’minin mu’minat di dunia dan akherat. Amien. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamien.
No comments:
Post a Comment