أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Tingkat kemajuan ilmu dan teknologi masa kini
membuat manusia merasa bahwa mereka dapat menguasai alam. Meski
demikian, mereka yang mempercayai pikiran semacam ini mungkin akan
segera merasa kecewa. Teknologi adalah alat yang disediakan Allah untuk
melayani manusia dan sepenuhnya berada dalam kekuasaan-Nya. Berbagai
kejadian menunjukkan bahwa teknologi tercanggih sekalipun tak mampu
mengendalikannya
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dunia ini bukanlah tempat yang tenang dan
tenteram. Kita semua rentan terhadap berbagai ancaman alam, baik dari
luar maupun dari dalam. Adapun bumi yang tampaknya kokoh, bagian
dalamnya memiliki inti dari berbagai elemen cair. Tentu tidak berlebihan
bila bagian yang tak terlihat mata ini dinamai "inti yang menyala".
Memang ada pula atmosfer di sekeliling bumi, yang merupakan "perisai"
terhadap ancaman-ancaman eksternal. Namun, tak ada satu pun bagian dari
bumi yang kebal terhadap dampak kekuatan atmosfer seperti hujan badai
atau angin topan.
Berbagai bencana alam dapat menyerang kapan
saja, menyebabkan kehilangan harta dan nyawa. Gempa bumi, halilintar,
banjir, kebakaran hutan, hujan asam, dan gelombang pasang, yang umum
disebut bencana "alam", memiliki intensitas dan akibat yang
berbeda-beda. Kesamaan dari semua bencana tersebut adalah mereka mampu
dalam seketika membuat sebuah kota , berikut seluruh penghuninya,
tinggal reruntuhan belaka. Yang paling penting, tak ada manusia yang
memiliki kekuatan untuk melawan ataupun mencegah bencana alam ini.
Kehancuran besar merupakan peninggalan dari
malapetaka di semua penjuru planet ini. Sekalipun begitu, suatu bencana
selalu berpengaruh hanya pada wilayah tertentu, berkat keseimbangan alam
yang rumit yang diciptakan Allah. Ada perlindungan penting di bumi
untuk semua makhluk hidup, termasuk manusia. Walau begitu, kemungkinan
terjadinya bencana alam yang menghancurkan selalu mengintai. Allah
menciptakan bencana-bencana alam itu untuk memperlihatkan pada kita
betapa terkadang tempat hidup kita sangat tidak aman. Gejolak alam ini
merupakan peringatan kepada seluruh umat manusia bahwa kita tak mampu
mengendalikan apa pun di muka bumi ini. Demikian juga, setiap bencana
alam dimaksudkan untuk mengingatkan kita pada kelemahan yang sudah
melekat pada diri kita. Semua ini tentunya peringatan bagi siapa yang
dapat merenungkan arti peristiwa-peristiwa itu dan mengambil pelajaran
darinya.
Apa lagi yang harus dipelajari manusia dari bencana alam?
"Latar" dari "ujian" ini sungguh luas, dan
setiap kejadian merupakan bagian dari latar yang rumit itu. Lebih jauh
lagi, tak ada fenomena alam yang terjadi tanpa sebab; semua memiliki
penjelasan ilmiah. Misalnya, kekuatan gravitasi bumi membuat kita tak
melayang ke angkasa; hujan jatuh saat uap air mencapai tingkat jenuh
tertentu.
Hubungan sebab akibat ini juga berlaku bagi
kematian, kecelakaan atau penyakit. Banyak hal yang menyebabkan mengapa
seorang manusia mati, sakit, atau mengalami kecelakaan. Namun, yang
terpenting bukanlah banyaknya penyebab, melainkan "ketahanan terhadap
ujian" sistem di mana sebab-akibat ini berlangsung. Satu aspek khusus
yang penting dalam sistem ini: setiap peristiwa terjadi dengan cara yang
dapat dimengerti manusia. Allah memperingatkan manusia melalui bencana
alam. Gempa bumi, misalnya, menyebabkan ribuan wanita dan anak-anak
mati, dan lebih banyak lagi yang terluka. Mereka yang tidak memedulikan
peringatan Allah cenderung menyebut kejadian seperti ini sebagai
fenomena "alam" dan tak mampu memahami bahwa Allah menciptakannya untuk
tujuan tertentu.
Mari kita berpikir sejenak: apa yang akan
terjadi bila yang mati akibat suatu gempa bumi hanyalah mereka yang
berdosa pada Allah? Bila demikian, dasar yang tepat untuk "ujian" bagi
umat manusia tidak akan tegak. Itulah sebabnya Allah menciptakan
masing-masing fenomena dengan latar "alam". Hanya mereka yang sadar akan
keberadaan Allah dan memiliki pemahaman mendalam akan ciptaan-Nyalah
yang mengerti alasan ilahiah di balik tampilan "alam" ini.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati;
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan"
(QS. Al Anbiyaa' : 35).
Semua peristiwa yang terjadi pada seseorang
dalam hidupnya adalah bagian dari ujian tersebut. Mereka yang
benar-benar beriman akan memahami inti dari teka-teki itu. Kapan pun
musibah menimpa mereka, mereka berpaling kepada Allah dan bertobat.
Mereka adalah hamba Allah dan meyakini janji-Nya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa,
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah :
155-157)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut,
orang yang beriman dan orang yang tidak beriman diuji dengan berbagai
cara: terkadang dengan bencana alam, atau sesuatu yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari kita, terserang penyakit atau kecelakaan. Musibah
seperti itu terjadi pada individu atau sekelompok masyarakat, dan
menyebabkan kerugian materi serta penderitaan batin. Bisa saja seorang
yang kaya menjadi bangkrut, seorang gadis cantik mengalami luka berat di
wajahnya, atau sebuah kota luluh lantak akibat gempa bumi. Hal ini
memperlihatkan bagaimana setiap kejadian dapat mengubah hidup kita.
Manusia harus mampu mengambil pelajaran dari
kejadian-kejadian ini. Sesungguhnya, Allah tidak menciptakan apa pun
tanpa tujuan; setiap bencana merupakan peringatan bagi umat manusia,
dengan maksud untuk menyelamatkan manusia dari pembangkangan mereka.
Dalam Al Quran, Allah berfirman bahwa tak ada yang terjadi di muka bumi
ini tanpa izin-Nya:
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghaabun : 11)
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati
melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali 'Imran : 145)
Pelajaran lain yang harus diambil dari
bencana alam adalah bahwa manusia yang menganggap dirinya memiliki
kekuatan di atas muka bumi, menyadari bahwa ia sesungguhnya lemah dan
benar-benar tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi bencana yang terjadi
dengan seketika atas kehendak Allah. Manusia tak dapat menolong dirinya
sendiri ataupun orang lain. Tentu saja Allah-lah yang Mahakuasa. Ini
dinyatakan dalam ayat berikut:
Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan
kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri.
Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Menguasai
atas segala sesuatu. (QS.Al-An'aam : 17)
Semua fenomena kejadian alam untuk
mengingatkan manusia bahwa dunia ini bukanlah tempat untuk dicintai
dengan membuta. Bencana-bencana alam ini menunjukkan betapa kita sangat
membutuhkan petunjuk dan pertolongan Allah. Ketergantungan ini merupakan
bukti nyata bahwa manusia tak berdaya di hadapan Allah, sebagaimana
diungkapkan dalam ayat:
"dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah." (QS. Al 'Ankabuut : 22)
Gempa bumi adalah kekuatan alam di bumi yang
paling menghancurkan. Jumlah kematian terbesar terjadi saat gempa bumi.
Penelitian mengungkapkan bahwa setiap dua menit suatu tempat di
permukaan bumi mengalami keretakan. Berdasarkan statistik, bumi
bergoncang jutaan kali dalam setahun. Rata-rata, dari jumlah jutaan itu,
intensitas 300 ribu gempa tergolong gempa minor; getarannya tak terasa
dan tak menyebabkan kerusakan sama sekali. Sedangkan, dua puluh gempa
lainnya merupakan gempa yang sangat kuat yang menggoncangkan bumi.
Namun, karena kerap kali tidak terjadi di wilayah padat penduduk, gempa
bumi jenis ini tidak memakan banyak korban jiwa dan hanya menyebabkan
sedikit kerugian ekonomis. Dari gempa-gempa ini, hanya lima yang
menghancurkan gedung-gedung menjadi tumpukan puing-puing.
Informasi ini memperlihatkan bahwa manusia
tidak sering menghadapi gempa bumi. Jelas, ini merupakan perlindungan
khusus dari Allah bagi manusia terhadap bencana alam.
Di zaman kita, hanya sebuah kota atau suatu
daerah yang menjadi korban gempa bumi hebat. Namun, dengan kehendak
Allah, sebuah gempa bumi yang merusak seluruh bumi ini bisa terjadi
kapan saja. Goncangan dahsyat seperti ini mampu mengakhiri kehidupan di
muka bumi. Struktur bumi sangat rentan terhadap gempa; gerakan atau
retakan yang tiba-tiba terjadi di kerak bumi ataupun lapisan di atasnya
akan mengakibatkan malapetaka yang tak terhindarkan lagi.
Gempa bumi tidak memiliki hubungan dengan
jenis tanah yang menguatkan efek gelombang seismik yang melintasinya.
Gempa bumi tetap mungkin terjadi bahkan saat tak ada kondisi alam
penyebab gempa. Atas kehendak Allah, sebuah gempa bumi dapat terjadi
kapan saja. Namun, Allah menciptakan dengan khusus ketidak-kokohan dan
ketidak-stabilan di beberapa bagian muka bumi. Ini untuk mengingatkan
manusia bahwa, kapan pun juga, peristiwa yang tak diharapkan dapat
membuat hidup mereka dalam bahaya. Dalam Al Quran, Allah memperingatkan
manusia pada bencana yang mungkin terjadi:
Maka apakah orang-orang yang berbuat makar
yang jahat itu merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh
Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang
tidak mereka sadari? (QS. An-Nahl: 45)
Gempa bumi yang menggoncangkan bumi hanya
dalam beberapa detik ini dapat terjadi berulang kali selama berjam-jam,
bahkan berhari-hari. Ini tentu saja mudah bagi Allah. Bagaimanapun,
dengan rahmat-Nya, Allah melindungi manusia dan dengan bencana ini
mengingatkan ia selamanya bahwa ia tak memiliki kekuasaan apa pun dalam
hidupnya.
No comments:
Post a Comment