أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
FALSAFAH ORANG JAWA.
Sebagian
orang Jawa berusaha menselaraskan beberapa konsep pandangan
leluhur, dengan adab islami, mengenai alam kodrati ( dunia ini ) dan
alam adikodrati ( alam gaib atau supranatural )
Orang
Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala
kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang
pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta
isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya
bergerak menurut rencana dan atas ijin serta kehendakNYA. Pusat yang
dimaksud dalam pengertian ini adalah sumber yang dapat memberikan
penghidupan, keseimbangan dan kestabilan, yang dapat juga memberi
kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas. Pandangan orang
Jawa yang demikian biasa disebut Manunggaling Kawula Lan Gusti, yaitu
pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai
harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir, yaitu
manusia menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gusti Allah.
Upaya
manusia untuk memahami keberadaannya diantara semua makhluk yang
tergelar di jagad raya, yang notabene adalah makhluk, telah membawa
manusia dalam perjalanan pengembaraan yang tak pernah berhenti.
Pertanyaan tentang dari mana dan mau kemana (sangkan paraning dumadi)
perjalanan semua makhluk terus menggelinding dari jaman ke jaman sejak
adanya " ada ". Pertanyaan yang amat sederhana tetapi substansiil
tersebut, ternyata mendapatkan jawaban yang justru merupakan
pertanyaan-pertanyaan baru dan sangat beragam, bergantung dari kualitas
sang penanya.
Perkembangan
kecerdasan dan kesadaran manusia telah membentuk budaya pencarian yang
tiada henti. Apalagi setelah muncul kesadaran religius yang
mempertanyakan " apa atau siapa yang membuat ada " semakin menggiring
manusia ke dalam petualangan meraba-raba di kegelapan rimba raya
pengetahuan. Di dalam kegelapan itulah benturan demi benturan akibat
perbedaan pemahaman terjadi. Benturan paling purba berawal dari kisah
Adam dan Hawa yang melemparkan mereka dari surga. Benturan terkadang
teramat dahsyat sehingga " perlu " genangan darah dan air mata, yang
dipelopori oleh Habil dan Qabil. Kesemuanya bermuara pada kata sakti
yang bernama " kebenaran " yang sungguh sangat abstrak dan absurd.
Tetapi bukankah hidup dan kehidupan ini abstrak dan absurd ? sehingga
tak terjabarkan oleh akal-pikir yang paling canggih sekalipun.
Ketika
akal-pikir tak lagi mampu menjawab pertanyaan diatas, manusia mulai
menggali jawaban dari " rasa " sampai akhirnya manusia merasa
seolah-olah telah menemukan apa yang dicari. Tetapi ketika pengembaraan
rasa tersebut sampai pada titik simpang, dimana di satu sisi muncul
kebutuhan untuk melembagakan hasil " temuan rasa " tersebut dan di sisi
lain menolak pelembagaan, kembali terjadi benturan-benturan yang
sesungguhnya sangat tidak perlu terjadi. Sesuatu yang tidak akan pernah
diketahui, baik dengan akal-pikir dan rasa, bahkan intuisi sekalipun. Sebab " dia " adalah Sang Maha Gaib. Rumusan
apapun tentang " dia " seperti apa yang telah dilakukan oleh manusia
pasti akan menemui kegagalan. Karena " dia " tidak pernah merumuskan "
dirinya " secara kongkrit, kecuali dalam bentuk simbol-simbol dan
lambang-lambang yang metaforik.
Perjalanan
panning manusia yang menempuh jarak jutaan tahun untuk mendapatkan
jawaban pasti tentang " dia " menjadi amat bervariasi. Tetapi
kepastian itu sendiri tidak pernah dijumpai. Sehingga sebagian manusia
menjadi putus asa, karena perjalanan pencariannya tak ubahnya seperti
tragedi Syshipus, sebuah perjalanan kehilangan.
Sementara
untuk sebagian manusia lainnya, semangat pencariannya justru semakin
menggebu. Mereka tidak pernah patah, karena mereka tidak terpukau oleh
hasil akhir. Telah muncul kesadaran baru pada mereka, bahwa yang
terpenting adalah proses pencarian itu sendiri. Bertemu atau tidak bukan
lagi menjadi pangkal kerisauan, karena mereka menyadari, bahwa
keputusan tidak berada di tangan manusia.
Nah
mereka inilah para pejalan spiritual, sang pencari sejati yang selalu
haus pada pengalaman empiris di belantara pengetahuan tentang hal-hal
yang abstrak, absurd dan gaib. Dan mereka adalah kita.
Syarat
utama bagi para pejalan spiritual adalah kebersediaannya dan
kemampuannya menghilangkan atau menyimpan untuk sementara pemahaman
dogmatis yang telah dimilikinya, dan mempersiapkan diri dengan
keterbukaan hati dan pikiran untuk merambah jagad ilmu pengetahuan (
kawruh ) non-ragawi. Ilmu yang gawat dan wingit, karena sifatnya sangat
mempribadi dan tidak bisa diseragamkan dengan idiom-idiom yang ada,
dimana idiom-idiom itu hanya bisa dipergunakan sebagai rambu penunjuk
yang kebenarannya juga sangat relative.
Pengalaman
spiritual adalah pengalaman yang sangat unik dan sangat individual
sifatnya, sehingga kaidah-kaidah yang paling dogmatispun tak akan mampu
memberikan hasil yang sama bagi individu yang berbeda. Perjalanan
spiritual adalah proses panning upaya manusia untuk pencapaian
tataran-kahanan ( strata, maqom ) pembebasan, yaitu kemerdekaan untuk
menjadi merdeka ( freedom to be free ) dari segala bentuk keterikatan
dan kemelekatan serta kepemilikan yang membelenggu, baik yang bersifat
jasmani maupun rohani, seprti dijalani oleh para penuntun spiritual
dimasa lampau.
Jika
persyaratan diatas sudah disepakati, barulah terasa ada perlunya
perjalanan wisata spiritual yang baru saja kita lakukan. Jika terjadi
pengalaman mistis bagi satu atau beberapa orang, harus disikapi sebagai
pengalaman yang bersifat " sangat individual " yang tidak bisa
diseragamkan. Karena sesungguhnya, penyeragaman disadari ataupun tidak
akan merupakan pembentukan dogma baru, kotak baru, penjara baru.
Seribu bunga yang tumbuh di tanam akan lebih indah dan lebih semarak, dan bukankah Tuhan itu indah ?
KAUTAMANING LAKU
1. Wong eling ing ngelmu sarak dalil sinung kamurahaning Pangeran.
2. Wong amrih rahayuning sesaminira, sinung ayating Pangeran.
3. Angrawuhana ngelmu gaib, nanging aja tingal ngelmu sarak, iku paraboting urip kang utama.
4. Aja kurang pamariksanira lan den agung pangapunira.
5. Agawe kabecikan marang sesaminira tumitah, agawea sukaning manahe sesamaning jalma.
6. Aja duwe rumangsa bener sarta becik, rumangsa ala sarta luput, den
agung, panalangsanira ing Pangeran Kang Maha Mulya, lamun sira ngrasa
bener lawan becik, ginantungan bebenduning Pangeran.
7. Angenakena sarira, angayem-ayema nalarira, aja anggrangsang samubarang kang sinedya, den prayitna barang karya.
8. Elinga marang Kang Murbeng Jagad, aja pegat rina lan wengi.
9. Atapaa geniara, tegese den teguh yen krungu ujar ala.
10. Atapaa banyuara, tegese ngeli, basa ngeli iku nurut saujaring liyan, datan nyulayani.
11. Tapa ngluwat, tegese mendhem atine aja ngatonake kabecikane dhewe.
12. Aprang Sabilillah, tegese prang sabil iku, sajroning jajanira priyangga ana prang Bratayudha, prang ati ala lan ati becik
KEJAWEN
Mari kita mengutip satu tembang Jawa
Tak uwisi gunem iki saya akhiri pembicaraan ini
Niyatku mung aweh wikan saya hanya ingin memberi tahu
Kabatinan akeh lire kabatinan banyak macamnya
Lan gawat ka liwat-liwat dan artinya sangat gawat
Mulo dipun prayitno maka itu berhati-hatilah
Ojo keliru pamilihmu Jangan kamu salah pilih
Lamun mardi kebatinan kalau belajar kebatinan
Tembang
ini menggambarkan nasihat seorang tua – (pinisepuh) kepada mereka yang
ingin mempelajari kabatinan atau kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa
tujuan hakiki dari kejawen adalah mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai
hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula
dan Gusti ( jumbuhing kawula Gusti )/pendekatan kepada Yang Maha Kuasa
secara total.
Keadaan
spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan,
yang mempunyai moral yang baik dan jujur, beberapa laku harus
dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap.Pencari dan
penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna
bagi semua orang melalui rasa hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa
dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning
bawono. Ati suci jumbuhing Kawulo Gusti – hati suci itu adalah hubungan
yang serasi antara Kawulo dan Gusti, tidak perlu diragukan bahwasanya
kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang mengandung
nilai-nilai universal. Pandangan kejawen bisa memberikan sumbangan kepada perdamaian dan kemakmuran dunia.
Lakukan dengan santai
Beberapa
pembaca mendapatkan bahwa keterangan yang singkat padat mengenai
kejawen, seperti yang sudah diutarakan diatas, yang terdiri dari :
kawruh ilmu umum dan pengalaman-pengalaman beberapa piyayi sepuh sebagai
hal yang sangat menarik. Beberapa orang menghargai tujuan dari ajaran
spiritual ini, tetapi katanya sulit atau berat untuk dilaksanakan,
seorang piyayi sepuh memberikan nasehat yang sederhana : lakukan dengan
santai.
Kejawen
itu kawruh ilmu yang fleksibel, pertama-tama kamu diminta untuk
memahami, jangan paksakan diri, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan,
kiranya tidak sulit bagimu untuk menjadi orang jujur. Sebagai tuntunan
moral dan kehidupan, kamu diwajibkan untuk selalu bersyukur kepada
Gusti, Tuhan yang maha kuasa yang telah memberimu kesempatan hidup
didunia ini.
Sebagai orang yang bertanggung jawab, kamu mempunyai kewajiban :
1. Bekerja dengan patut untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri dan keluarga
2. Peliharalah
baik-baik kesehatan ragamu, sehingga kamu juga akan mempunyai pikiran
dan jiwa yang sehat. Merawat raga dengan baik itu sangat penting untuk
semua aktivitas lahir dan batin.
3. Mempunyai budi luhur.
Dengan
melakukan kewajiban-kwajiban diatas, akan lebih mudah bagimu untuk
menyumbang kepada masyarakat, orang lain, negara dan dunia.
Hubungan dengan Tuhan.
Biasa
orang berkata, bahwa bahwa hubungan dengan Tuhan itu persoalan pribadi.
Itu benar, karena hanya dirimu sendirilah yang tahu, bagaimana hubungan
dengan Tuhan, apakah itu biasa-biasa saja, mendalam atau tulus.Mungkin
saja kamu sendiri tidak tahu atau mungkin kamu berusaha untuk memahami
Tuhan, atau sama sekali tidak perduli, yang penting kamu percaya kepada
adanya Tuhan.
Apakah
sudah cukup dengan mengatakan bahwa kamu percaya kepada Tuhan ? orang
bijak akan menjawab “ Tidak, itu tidak cukup “. Dalam hatimu, kamu
mangagungkan asmaNYA, dan hal yang paling baik kamu memuja Tuhan. Kamu
boleh menyebut Tuhan dalam bahasamu sendiri atau seperti yang diajarkan
oleh agama atau kepercayaanmu, supaya merasa lebih dekat kepada Tuhan.
Orang itu mempunyai yang berbeda-beda, ada orang yang selalu mumuji
Tuhan sejak masa-masa kanak-kanak, ada yang ingat Tuhan hanya pada waktu
mengalami kesulitan, sakit atau menghadapi masalah pelik. Sebagai
pegangan umum, kamu boleh berdoa kepada Tuhan setiap saat, dimanapun,
dan dalam keadaan apapun. Tetapi untuk menjadi lebih dekat kepada Tuhan,
kamu diwajibkan untuk mempunyai waktu khusus untuk menyembahNYA.
Siapkan
dirimu, bersih jiwa raga, ditempat yang bersih dan tenang, bisa dikamar
bisa diluar rumah, ataupun ditempat-tempat suci, katakanlah doamu dan
kehendak baikmu kepada Gusti kang paring nugroho – Tuhan Yang Maha
Pengasih yang memberimu kenyamanan, dengan semua kehendak dan
perbuatanmu yang baik, Tuhan akan memberikan kepadamu kehidupan yang
nyaman bagimu dan keluargamu. Para penghayat kejawen melakukan doa,
biasanya pada malamhari sebelum tidur. Pada siang hari mereka bekerja
menunaikan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Persiapkanlah
dirimu, berada sendirian dikamar, badan dalam keadaan rilek, dengan
hati yang tenteram, kamu boleh duduk bersila dilantai atau duduk santai
dikursi, katakanlah doamu yang khusuk, katakanlah permohonanmu dengan
jelas dan dengan sepenuh hati. Jangan malu-malu untuk memohon ampun atas
segala kesalahanmu kepada Tuhan dan berjanjilah untuk tidak membuat
kesalahan lagi.
Apabila
kamu tidak letih, kamu bisa melakukan latihan spiritual dengan
memusatkan seluruh perhatian kepada Tuhan, dengarkanlah suara nafasmu
dengan penuh perhatian, tarik nafas, keluarkan nafas secara
perlahan-lahan selama lebih kurang 10 menit. Lalu dengan perasaan yang
tenteram pergilah tidur, besuk kamu bangun pagi-pagi dengan badan yang
fit dan pikiran yang jernih, siap untuk bekerja.
Lakukanlah
ini secara teratur, sampai kamu merasa bahwa itu sama sekali tidak
merupakan beban bagimu. Itu kewajiban yang kamu kerjakan dengan senang
hati, kamu bisa menambahkan waktu dari latihan pernafasan menjadi 15
atau 20 menit atau lebih, tetapi ingat, jangan memaksakan kemampuan
ragamu. Apabila kamu masih mempunyai waktu dan tidak capai pergilah
keluar rumah, berdirilah dibawah langit kira-kira selama 5 menit untuk
menghirup udara bersih, tetapi bila keadaannya tidak memungkinkan,
misalnya karena hujan, cuaca buruk dan lain-lain, bukalah jendela untuk
beberapa saat atau berdiri di balkom rumah itu sangat bagus menentramkan
pikiran dan hatimu.
Sebisa
mungkin itu lakukan dengan teratur pada waktu kamu sehat, oleh karena
itu menjaga kesehatan itu penting, komsumsilah makanan yang berkualitas
baik dengan lebih sedikit daging, lakukan olah raga atau senam secara
teratur, bekerjalah dengan baik, beristirahatlah yang cukup lalu
sediakan waktu untuk beberapa menit untuk berdoa dan melakukan latihan
spiritual, dengan begitu kamu akan mempunyai keseimbangan hidup, kamu
mempunyai hidup normal dan pada waktu yang bersamaan kamu lebih dekat
kepada Tuhan.
Orang baik dan sehat.
Dengan
cara melakukan cara hidup seperti diatas, kamu menjdi sehat secara
fisik dan mental, dalam keadaan lebih baik. Dalam pekerjaan kamu menjadi
lebih produktif, dalam keluarga kamu menjadi lebih baik, kamu hidup
dengan bahagia, kamu menjadi lebih bijak, orang yang suka menolong orang
yang membutuhkan pertolongan. Biasanya secara normal latihan pernafasan
itu baik untuk kesehatanmu, itu membuat jantungmu lebih kuat dan
badanmu dalam kondisi yang lebih baik.
Latihan
pernafasan atau yang lebih serius disebut meditasi atau dalam Jawa
disebut Semedi, baik juga untuk pikiran dan perasaanmu, itu akan membuat
kamu lebih sabar dan kamu akan mampu mengontrol dengan lebih mudah
segela kehendak. Kamu berada dalam jalan yang benar, kalau kamu merasa
seperti itu, artinya kamu adalah orang baik dan sehat, kamu adalah aset
berharga untuk keluargamu dan masyarakat, artinya itu sempurna
lanjutkanlah lakumu dengan penuh percaya diri.
Kamu
hidup dijalan yang baik dan benar, diberkahi oleh Tuhan, kamu sehat
mempunyai pikiran yang logis, dan jiwa yang bersih, kamu selalu berdoa
dan melakukan meditasi. Kamu menghendaki untuk memperdalam ilmu
spiritualmu supaya lebih dekat kepada Tuhan, untuk mengetahui rahasia
hidup.
Sekarang,
kamu siap untuk menumbuhkan rasamu, itu tidak sulit, lakukanlah terus
meditasi denganposisi ( patrap ) yang sama yang enak buat kamu, kamu
akan memperbaiki kualitas dari latihan pernafasan, kalau tidak “ tarik
nafas “ dan “ keluarkan nafas “ sekarang menjadi :
1. Tarik nafas, pelan, tenang
2. Tahan nafas, umtuk beberapa saat
3. Keluarkan nafas, pelan, tenang
Fokuskan
pandangan ke pucuk hidungmu, dengarkanlah baik-baik suara nafasmu, ini
supaya kamu tidak memikirkan hal lain. Cobalah untuk mengkonsentrasikan
pikiran rasa kepada Tuhan Yang Maha Agung. Lakukan itu dengan santai
untuk 10, 15 atau 30 menit kalau tidak capai dan ada waktu., kerjakan
itu setingkat demi setingkat dan jangan pernah memaksakan diri.
Latihan
ini menumbuhkan roso sedikit demi sedikit, bersamaan dengan tumbuhnya
roso, cipta juga akan tumbuh, ketika cipta lebih kuat, keinginan baik
akan terealisir. Sementara itu sedikit demi sedikit roso akan menjadi
roso sejati, roso sejati ini adalah pemberian dzat yang suci, kamu
mempunyai itu namun kamu harus menumbuhkannya. Secara
spiritual, roso sejati bisa menerima sasmita ( pesan ) dan dawuh atau (
perintah ) yang selalu benar dari hidupmu yang sejati. Jadi latihan itu
bisa merupakan latihan untuk cipta dan pada saat lain untuk roso,
sekali lagi lakukan dengan sikap santai, jangan memaksa diri, lalu
pergilah keluar rumah untuk mengirup udara segar seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, inilah cara yang efektif untuk membantu
menumbuhkan roso.
Saudara-saudara halus
Harap
dibaca kembali artikel Cipta Tunggal bab.16 untuk mengingat kembali
siapakan mereka itu, mereka itu selalu bersama kamu, menjaga kamu
dimanapun kamu berada. Mungkin kamu tidak menyadari bahwa mereka itu
menolongmu dalam setiap saat kegiantanmu, mereka akan senang, bila kamu
memperhatikan mereka, mengetahui akan keberadaan meraka. Adalah
bijaksana untuk meminta mereka supaya berpatisipasi dalam setiap
kegiatan yang kamu lakukan, seperti : minum, makan, belajar, bekerja,
meyopir, mandi dam lain-lain.
Dalam batin kamu mengundang mereka, misalnya :
1. Semua
saudara halusku, saya mau makan, bantulah saya ( ewang-ewangono )
artinya mereka itu akan membantumu, sehingga kamu selamat pada saat
makan dam makanan itu juga baiak untukmu.
2. Semua
saudara halusku, bantulah saya untuk menyopir mobil dengan selamat
sampai kantor. Ini artinya kamu kan menyopir dengan selamat sampai ke
kantor, tidak ada kecelakaan yang terjadi pada kamu, pada mobil dan yang
lain-lain.
3. Semua saudara halusku, saya akan bekerja, bantulah saya supaya bisa meyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan lain-lain.
Tetapi
kamu jangan meminta partisipasi mereka pada waktu kamu mau tidur, untuk
hal itu kamu harus berkata : saya mau tidur lindungilah saya ( reksanen
) pada waktu saya tidur, kalau ada yang mengganggu atau membahayakan,
bangunkanlah saya, sambil membaringkan badan ditempat tidur sebelum
menutup mata, dengan meletakkan tangan kanan didada, menyentuh jantung,
katakanlah : “ saya juga hidup “
Dengan
mengenali mereka artinya kamu memperhatikan mereka dan sebaliknya
mereka pun mengurusi kamu. Kalau kamu tidak memperhatikan mereka, mereka
tidak akan berbuat apapun untuk menolongmu, mereka mengharap supaya
secepatnya kamu kembali ke asalmu, supaya mereka itu secepatnya terbebas
dari kewajibannya untuk mendampingimu. Ketika kamu kembali kealam
kelanggengan, mereka juga akan pergi dan berharap diberi kesempatan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dilahirkan sebagai manusia dengan jiwa dan
raga dalam hidup baru mereka di dunia.
Weton
adalah peringatan hari lahir seseorang yang terjadi setiap 35 hari
sekali. Untuk orang Jawa tradisional mengetahui wetonnya itu penting dan
harus diingat kapan wetonnya itu, dengan mengetahui tanggal, bulan,
tahun kelahiran seseorang bisa ditentukan hari wetonnya.
1. Pada
saat weton biasanya akan dibuat semacam sesaji sederhana yang berupa
secawan bubur merah putih dan satu gelas air hangat. Pemberian ini
adalah untuk saudara-saudara halus, dengan mengatakan: ini untuk semua
saudara halusku, aku selalu ingat kamu, mengenali kamu, maka itu
bantulah dan jagalah aku. Sesaji sederhana ini juga untuk mengingatkan
dan bersyukur kepada ibu dan ayah, karena melalui merekalah kamu
dilahirkan dan hidup di dunia ini. Selanjutnya untuk mengingat dan
menghormati para leluhur dab yang paling penting untuk mengingat dan
memuji Sang Pencipta Hidup, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Cara
yang lengkapuntuk meyebut saudara-saudara halus tersebut adalah : Mar
marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih puser sedulur papat, kalimo
pancer .
Bantulah saya ...........(katakan apa keperluanmu)
Jagalah saya pada waktu saya tidur
Sebaliknya
kamu menyebut nama mereka dengan lengkap sehingga kamu menjadi biasa
dengan mereka (jumbuh) misalnya untuk beberapa bulan. Sesudah itu kamu boleh memanggil mereka semua : saudara halusku.
Tetapi
pada saat kamu berdoa atau meditasi, kamu menyebut dengan nama lengkap,
juga pada saat kamu memberikan sesaji untuk mereka, katakanlah nama
mereka satu demi satu. Kamu hendaknya tahu bahwa kakang kawah dan adi
ari-ari adalah yang paling banyak membantu kamu. Kakang kawah selalu
berusa dengan sebaik-baiknya supaya semua keinginan dan usahamu
terealisir sedangkan adi ari-ari selalu berusaha menyenangkan kamu.
Oleh
karena itu pada saat kamu akan melakukan hal yang penting atau sebelum
berdoa, sesudah menyebutkan nama lengkap mereka satu persatu, ulangi
lagi dengan menyebut kakang kawah dan adi ari-ari untuk membantumu.
2.
Selain memberikan sesaji kepada saudara-saudara halus kamu bisa
menyucikan diri, antara lain dengan cara berpuasa selama 24 jam, hanya
makan buah dan sayuran ; makan nasi putih dan minum air putih ; tidur
sesudah tengah malam atau tidak tidur sama sekali dan lain-lain.
Ada
juga yang melakukan selama tiga hari berturut-turut, yaitu satu hari
sebelum weton, pada saat weton dan sehari sesudah weton yang disebut
Ngapit.dengan selalu meminta partisipasi dari saudara-saudara halusmu,
ini berarti kamu aktif secara lahir maupun batin
Yang melakukan sesuatu itu bukan hanya aku, tetapi Ingsun yaitu aku-lahir, luar (jobo) bersama dengan aku dari batin (jero). Maka itu orang Jawa yang mau melakukan hal penting berkata : Niat Ingsun.
Dengan
melakukan laku spiritual seperti tersebur diatas, biasanya orang
berharap supaya hidupnya selamat dan sejahtera, atau untuk penghayatan
ilmu sejati merasa lebih dekat kepada hidup sejati atau kasunyatan.
Sejarah BUDAYA KEBATINAN
Pada
tanggal 19 dan 20 Agustus 1955 di Semarang telah diadakan kongres dari
berpuluh-puluh budaya kebatinan yang ada di berbagai daerah di jawa
dengan tujuan untuk mempersatukan semua organisasi yang ada pada waktu
itu. Kongres berikutnya yang diadakan pada tanggal 7 Agustus tahun
berikutnya di surakarta sebagai lanjutannya, dihadiri oleh lebih dari
2.000 peserta yang mewakili 100 organisasi. Pertemuan-pertemuan itu
berhasil mendirikan suatu organisasi bernama Badan Kongres Kebatinan
Indonesia (BKKI) (Badan 1956), yang kemudian juga menyelenggarakan dua
kongres serta seminar mengenai masalah kebatinan dalam tahun 1959, 1961
dan 1962 (Pakan 1978:98)
Kebanyakan
budaya kebatinan di Jawa awalnya merupakan budaya lokal saja dengan
anggota yang terbatas jumlahnya, yakni tidak lebih dari 200 orang.
budaya seperti itu secara resmi merupakan “aliran kecil”, seperti
Penunggalan, perukunan kawula manembah gusti, jiwa ayu dan pancasila
handayaningratan dari Surakarta; ilmu kebatinan kasunyatan dari
yogyakarta; ilmu sejati dari madiun; dan trimurti naluri majapahit dari
mojokerto dll
Sebagian
kecil dari budaya kebatinan ini biasanya mempunyai anggota tak lebih
dari 200 orang namun ada yang beranggotakan lebih dari 1000 orang yang
tersebar di berbagai kota di jawa dan terorganisasi dalam cabang-cabang.
dan lima yang besar adalah hardapusara dari purworejo, susila budi darma (SUBUD) yang asalnya berkembang di semarang, paguyuban ngesti tunggal (pangestu) dari surakarta, paguyuban sumarah dan sapta dari yogyakarta.
Hardapusara
adalah yang tertua diantara kelima gerakan yang terbesar itu, yang
dalam tahun 1895 didirikan oleh Kyai Kusumawicitra, seorang petani desa
kemanukan dekat purworejo. Ia konon menapatkan ilmu dari menerima
wangsit dan ajaran-ajarannya semula disebut kawruh kasunyatan gaib. Para
pengikutnya mula-mula adalah seorang priyayi dari Purworejo dan
beberapa kota lain di daerah bagelan. organisasi ini dahulu pernah
berkembang dan mempunyai cabang-cabangnya di berbagai kota di Jawa
Tengah, Jawa timur, dan juga Jakarta. Jumlah anggotanya konon sudah
mencapai beberpa ribu orang. Ajaran-ajarannya termaktub dalam dua buah
buku ynag oleh para pngikutnya sudah hampir dianggap keramat, yaitu Buku
Kawula Gusti dan Wigati.
Susila budi (SUBUD)
didirikan pada tahun 1925 di semarang, pusatnya sekarang berada di
jakarta. budaya ini tidak mau disebut budaya kebatinan, melainkan
menamakan dirinya “pusat latihan kejiwaan”. Anggota-anggotanya yang
berjumlah beberapa ribu itu tersebar di berbagai kota diseluruh
indonesia dan mempunyai sebanyak 87 cabang di luar negeri. Banyak dari
para pengikutnya adalah orang asia, eropa, australia dan amerika.
Doktrin ajaran organisasi itu dimuat dalam buku berjudul susila budhi
dharma; kecuali itu gerakanan itu juga menerbitkan majalah berkala
berjudul pewarta kejiwaan subud.
Pagguyuban ngesti tunggal,
atau lebih terkenal dengan nama pangestu adalah sebuah budaya kebatinan
lain yang luas jangkauannya. Gerakan ini didirikan oleh Soenarto, yang
di antara tahun 1932 dan 1933 menerima wangsit yang oleh kedua orang
pengikutnya dicatat dan kemudian diterbitkan menjadi buku sasangka
djati.
Pangestu
didirikan di surakarta pada bulan mei 1949, dan anggota-anggotanya yang
kini sudah berjumlah 50.000 orang tersebar di banyak kota di Jawa,
terutama berasal dari kalangan priyayi. Namun anggota yang berasal dari
daerah pedesaan juga banyak yaitu yang tinggal di pemukiman transmigrasi
di sumatera dan kalimantan. Majalah yang dikeluarkan organisasi itu
dwijawara merupakan tali pengikat bagi para anggotanya yang tersebar
itu.
Paguyuban sumarah
juga merupakan organisasi besar yang dimulai sabagai suatu gerakan
kecil, dengan pemimpinnya bernama R. Ng. Sukirno Hartono dari
Yogyakarta. Ia mengaku menerima wahyu pada tahun 1935. Pada kahir tahun
1940an gerakan itu mulai mundur, namun berkembang kembali tahun 1950 di
yogyakarta. Jumlah anggotanya kini sudah mencapai 115.000 orang baik
yang berasal dari golongan priyayi maupun dari kelas-kelas masyarakat
lain.
Sapta darma
adalah yang termuda dari kelima gerakan kebatinan yang terbesar di
jawa yang didirikan tahun 1955 oleh guru agama bernama Hardjosaputro
yang kemudian mengganti namanya menjadi Panuntun Sri Gutomo. Beliau
berasal dari desa keplakan dekat pare. Berbeda dengan keempat organisasi
yang lain, sapta darma beranggotakan orang-orang dari daerah pedesaan
dan orang-orang pekerja kasar yang tinggal di kota-kota. Walaupun
demikian para pemimpinnya hampir semua priyayi. Buku yang berisi
ajarannya adalah kitab pewarah sapta darma.
Walaupun
budaya kebatinan ada di seluruh daerah di jawa, namun surakarta sebagai
pusat kebudayaan jawa agaknya masih merupakan tempat dimana terdapat
paling banyak organisasi kebatinan yang terpenting. Dalam tahun 1970 ada
13 organisasi kebatinan di sana; lima diantaranya dengan anggota
sebanyak antara 30-70 orabg, tetapi ada satu yang anggotanya sekitar 500
orang dalam tahun 1970. Sepuluh lainnya adalah organisasi-organisasi
yang besar, yang berpusat dikota-kota lain seperti jakarta, yogyakarta,
madiun, kediri dan sebagainya (jong 1973: 10-12)
S.
de jong yang mempelajari budaya kebatinan jawa di jawa tengah,
melaporkan bahwa dalam propinsi jawa tengah saja tercatat sebanyak 286
organisasi kebetinan dalam tahun 1870, dengan kemungkinan bahwa masih
ada organisasi-organisasi kecil lainnya yang tidak terdaftar di sana.
Pengikut-pengikut
terkemuka dari budaya kebatinan, yang diantaranya ada yang berlatar
belakang pendidikan psikologi, biasanya menjelaskan bahwa timbulnya
berbagai budaya itu disebabkan karena sebagian besar orang jawa butuh
mencari hakekat alam semesta, intisari kehidupan dan hakekat Tuhan. Ahli
sosiolagi Selosoemardjan berpendirian bahwa orang jawa pada umumnya
cenderung untuk mencari keselarasan dengan lingkungan dan hati
nuraninya, yang sering dilakukannya dengan sara-sara metafisik.
Mistik Kebatinan
Menurut
pandangan ilmu mistik kebatinan orang jawa, kehidupan manusia merupakan
bagian dari alam semesta secara keseluruhan, dan hanya merupakan bagian
yang sangat kecil dari kehidupan alam semesta yang abadi, dimana
manusia itu seakan-akan hanya berhenti sebentar untuk minum.
Sikap.
Gaya hidup, dan banyak aktivitas sebagai latihan upacara yang harus
diterima dan dilakukan oleh seorang, yang ingin menganut mistik dibawah
pimpinan guru dan panuntun agama itu, pada dasarnya sama pada berbagai
gerakan kebatinan jawa yang ada. Hal yang mutlak perlu adalah kemampuan
untuk melepaskan diri dari dunia kebendaan, yaitu memiliki sifat rila
(rela) untuk melepaskan segala hak milik, pikiran atau perasaan untuk
memiliki, serta keinginan untuk memiliki.. melalui sikap rohaniah ini
orang dapat membebaskan diri dari berbagai kekuatan serta pengaruh dunia
kebendaan di sekitarnya. Sikap menyerah serta mutlak ini tidak boleh
dianggap sebagai tanda sifat lemahnya seseorang; sebaliknya ia
menandakan bahwa orang seperti itu memiliki kekuatan batin dan keteguhan
iman. Kemampuan untuk membebaskan diri dari dunia kebendaan dan
kehidupan duniawi juga melibatkan sikap narima yaitu sikap menerima
nasib, dan sikap bersabar, yang berarti sikap menerima nasip dengan
rela. Kemampuan untuk memiliki sikap-sikap semacam itu dapat diperoleh
dengan hidup sederhana dalam arti yang sesungguhnya, hidup bersih,
tetapi juga dengan jalan melakukan berbagai kegiatan upacara kegiatan
upacara yang meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dengan jalan
mengendalikan diri, dan melakukan berbagai latihan samadi. Melalui
latihan bersemedi di harapkan agar orang dapat membebaskan dirinya dari
keadaan sekitarnya, yaitu menghentikan segala fungsi tubuh dan keinginan
serta nafsu jasmaninya. Hal ini dapat memberikan keheningan pikiran dan
membuatnya mengerti dan menghayati hakekat hidup serta keselarasan
antara kehidupan rohaniah dan jasmaniah. Apabila orang sudah bebas dari
beban kehidupan duniawi (pamudharan), maka orang itu setelah melalui
beberapa tahap berikutnya, pada suatu saat akan dapat bersatu dengan
Tuhan (jumbuhing kawula Gusti, atau manunggaling
kawula-Gusti)/Pendekatan kepada Illahi.
Namun
dengan tercapainya pamudharan, yang memungkinkan orang untuk melepaskan
diri dari kehidupan dunia kebendaan, orang itu juga tidak terbebas dari
kewajiban-kewajibannya dalam kehidupan yang konkret; bahkan, orang yang
sudah mencapai pamudharan, wajib amemayu ayuning bawana, atau berupaya
memperindah dunia, yaitu berusaha memelihara dan memperindah dengan
jalan melakukan hal-hal yang baik, dan hidup dengan penuh tanggung
jawab.
Gerakan Untuk Purifikasi Jiwa
Semua
organisasi kebatinan yang besar, kecuali SUBUD, memang bersifat mistik;
banyak gerakan kebatinan, terutama yang jumlah anggotanya sedikit,
hanya berusaha untuk mencapai purifikasi jiwa, tanpa mempunyai tujuan
untuk bersatu dengan Tuhan. Hal yang mereka inginkan hanyalah memperoleh
suatu kehidupan kerohanian yang mantap, tanpa rasa takut dan rasa
ketidak-pastian. Inilah yang oleh orang jawa disebut orang yang sudah
“bebas” (kamanungsan, kasunyatan). Cara
untuk kamanungsan pada umumnya sama dengan cara untuk mencapai
pamudharan tersebut diatas. Kecuali beberapa variasi kecil, maka cara
untuk mencapai purifikasi jiwa pada dasarnya adalah dengan menjalankan
kehidupan yang penuh tanggung jawab, baik secara moral, sederhana, mampu
membebaskan diri dari keduniawian, mempunyai sikap yang baik terhadap
kehidupan, nasib dan kematian dan melakukan samadi secara ketat. Oleh
karena gerakan-gerakan kebatinan ini berusaha mencari kebebasan rohaniah
individu, maka orang mudah mengerti bahwa sifatnya agak individualis;
gerakan-gerakan seperti itu paling tidak menarik bagi orang-orang yang
membutuhkan kehidupan keagamaan, tanpa harus menaati peraturan-peraturan
keagamaan yang resmi secara ketat, namun menyesuaikan dengan adat
istiadat (Said 1972-a: 153-154)
Kebatinan Yang Berdasarkan Ilmu Gaib
Diseluruh
daerah tempat tinggal orang jawa banyak terdapat gerakan-gerakan
kebatinan yang hanya beranggotakan beberapa puluh orang saja. Kebanyakan
dari gerakan seperti itu berpusat di kota-kota dan pada umumnya
bersifat rahasia, yaitu dengan tujuan-tujuan yang bersifat mistik,
moralis, atau etis dan dipimpin oleh seorang guru. Untuk mencapai
tujuannya, para anggota gerakan seperti itu banyak melakukan
praktek-praktek ilmu gaib, disamping studi dan bersamadi.
Banyak
dari budaya semacam itu pada awalnya adalah suatu organisasi yang
mengajar seni bela diri pencak. Kecuali memberi latihan fisik, gurunya
juga melatih murid-muridnya untuk melakukan meditasi. Untuk menciptakan
suasana keramat, ada juga yang ditabah berbagai ritus ilmu gaib secara
rahasia yang dimaksudkan agar para muridnya, memperoleh kekebalan dan
kesaktian tertentu.
PAPAT LIMA PANCER
Ing
Kekayon wayang purwa kang kaprahe kasebut Gunungan, ana kono gambar
Macan, Bantheng, Kethek lan Manuk Merak. Kocape kuwi mujudake Sedulur
Papat mungguhing manungsa. Kewan cacah papat mau nggambarake nafsu
patang warna yaiku : Macan nggambarake nafsu Amarah, Bantheng
nggambarake nafsu Supiyah, Kethek nggambarake nafsu Aluamah, lan Manuk
Merak nggambarake nafsu Mutmainah
SEDULUR
PAPAT LIMA PANCER Njupuk sumber saka Kitab Kidungan Purwajati seratane
, diwiwiti saka tembang Dhandanggula kang cakepane mangkene:
Ana
kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken
saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya
Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki
Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang
kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami
Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus
dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang Ing tembang dhuwur iku
disebutake yen " Sedulur Papat " iku Marmati, Kawah, Ari-Ari, lan Getih
kang kaprahe diarani Rahsa. Kabeh kuwi mancer neng Puser (Udel) yaiku
mancer ing Bayi.
Cethane
mancer marang uwonge kuwi. Geneya kok disebut Marmati, kakang Kawah,
Adhi Ari-Ari lan Rahsa kuwi?. Marmati iku tegese Samar Mati ! lire yen
wong wadon pas nggarbini ( hamil ) iku sadina-dina pikirane uwas Samar
Mati. Rasa uwas kawatir pralaya anane dhisik dhewe sadurunge metune
Kawah, Ari-Ari lan Rahsa kuwi mau, mulane Rasa Samar Mati iku banjur
dianggep minangka Sadulur Tuwa. Wong nggarbini yen pas babaran kae, kang
dhisik dhewe iku metune Banyu Kawah sak durunge laire bayi, mula Kawah
banjur dianggep Sadulur Tuwa kang lumrahe diarani Kakang Kawah. Yen
Kawah wis mancal medhal, banjur disusul laire bayi, sakwise kuwi banjur
disusul wetune Ari-Ari. Sarehne Ari-Ari iku metune sakwise bayi lair,
mulane Ari-Ari iku diarani Sedulur Enom lan kasebut Adhi Ari-Ari Lamun
ana wong abaran tartamtu ngetokake Rah ( Getih ) sapirang-pirang. Wetune
Rah (Rahsa) iki uga ing wektu akhir, mula Rahsa iku uga dianggep
Sedulur Enom. Puser (Tali Plasenta) iku umume PUPAK yen bayi wis umur
pitung dina. Puser kang copot saka udel kuwi uga dianggep Sedulure bayi.
Iki dianggep Pancer pusate Sedulur Papat. Mula banjur tuwuh unen-unen "
SEDULUR PAPAT LIMA PANCER " Ing Kekayon wayang purwa kang kaprahe
kasebut Gunungan, ana kono gambar Macan, Bantheng, Kethek lan Manuk
Merak. Kocape kuwi mujudake Sedulur Papat mungguhing manungsa.
Kewan
cacah papat mau nggambarake nafsu patang warna yaiku : Macan
nggambarake nafsu Amarah, Bantheng nggambarake nafsu Supiyah, Kethek
nggambarake nafsu Aluamah, lan Manuk Merak nggambarake nafsu Mutmainah
kang kabeh mau bisa dibabarake kaya ukara ing ngisor iki: Amarah : Yen
manungsa ngetutake amarah iku tartamtu tansaya bengkerengan lan padudon
wae, bisa-bisa manungsa koncatan kasabaran,kamangka sabar iku mujudake
alat kanggo nyaketake dhiri marang Allah SWT. Supiyah / Kaendahan :
Manungsa kuwi umume seneng marang kang sarwa endah yaiku wanita
(asmara). Mula manungsa kang kabulet nafsu asmara digambarake bisa
ngobong jagad. Aluamah / Srakah : Manungsa kuwi umume padha nduweni rasa
srakah lan aluamah, mula kuwi yen ora dikendaleni, manungsa kepengine
bisa urip nganti pitung turunan. Mutmainah / Kautaman : Senajan kuwi
kautaman utawa kabecikan, nanging yen ngluwihi wates ya tetep ora
becik.
Contone;
menehi duwit marang wong kang kekurangan kuwi becik, nanging yen kabeh
duwene duwit diwenehake satemah uripe dewe rusak, iku cetha yen ora
apik. Mula kuwi, sedulur papat iku kudu direksa lan diatur supaya aja
nganti ngelantur. Manungsa diuji aja nganti kalah karo sedulur papat
kasebut, kapara kudu menang, lire kudu bisa ngatasi krodhane sedulur
papat. Yen manungsa dikalahake dening sedulur papat iki, ateges jagade
bubrah. Ing kene dununge pancer kudu bisa dadi paugeran lan dadi
pathokan. Bener orane, nyumanggakake
Tirakat
Manusia
jawa(tiyang Jawi) pada umumnya rela /mau dengan sengaja, menempuh
kesukaran dan ketidaknyamanan untuk maksud-maksud ritual dalam budaya
ritual keagamaan, yang berakar dari pikiran bahwa usaha-usaha seperti
itu dapat membuat orang teguh imannya dan mampu mengatasi
kesukaran-kesukaran, kesedihan dan kekecewaan dalam hidupnya. Mereka
juga bahwa orang bisa menjadi lebih tekun, dan terutama bahwa orang yang
telah melakukan usaha semacam itu kelak akan mendapatkan pahala.Tirakat
kadang-kadang dijalankan dengan berpantang makan selain nasi putih saja
(Mutih) pada hari senin dan kamis, dengan jalan berpuasa pada bulan
puasa (Siyam) ada terkadang juga berpuasa selama beberapa hari
(Nglowong) menjelang hari-hari besar Islam, seperti pada Bakda Besar (Bulan pertama menurut perhitungan orang Jawa), yaitu bulan Sura.
Orang Jawa juga mempunyai adat untuk hanya makan sedikit sekali (tidak
lebih daripada yang dapat dikepal dengan satu tangan) ngepel, untuk
jatah makannya selama satu atau dua hari, atau adat untuk berpuasa dan
menyendiri dalam suatu ruangan (ngebleng), bahkan ada juga yang
melakukannya di dalam suatu ruangan yang gelap pekat, yang tidak dapat
ditembus oleh sinar cahaya (patigeni)
Tirakat
dapat juga dijalankan pada saat-saat khusus, misalnya pada waktu orang
menghadapi suatu tugas berat, waktu mengalami krisis dalam keluarga,
jabatan, atau dalam hubungan dengan orang lain, tetapi dapat juga pada
waktu suatu masyarakat atau negara berada dalam suatu masa bahaya, pada
waktu terkena bencana alam, epidemi dan sebagianya. Dalam keadaan
seperti itu melakukan tirakat dapat dianggap sebagai tanda rasa prihatin
yang dianggap perlu oleh orang Jawa bila seseorang berada dalam keadaan
bahaya.
Bertapa ( Tapabrata )
Tapabrata
dianggap oleh para penganut Agami Jawi sebagai suatu hal yang sangat
penting, Dalam kesusateraan kuno orang kuno, konsep tapa dan tapabrata
diambil langsung dari konsep Hindu tapas, yang berasal dari buku-buku
Veda. Selama berabad-abad para pertapa dianggap sebagai orang keramat,
dan anggapan bahwa dengan menjalankan kehidupan yang ketat dengan
disiplin tinggi, serta mampu menahan hawa nafsu, orang dapat mencapi
tujuan-tujuan yang sangat penting. Dalam cerita-cerita wayang kita
sering dapat menjumpai adanya tokoh pahlawan yang menjalankan tapa.
Orang
jawa mengenal berbagai cara bertapa, dan cara-cara itu telah disebutkan
oleh J. Knebel (1897 : 119-120 ) dalam karangannya mengenai kisah
Darmakusuma, murid dari seorang wali di abad ke 16, berbagai cara
menjalankan tapa adalah :
1.Tapa ngalong, dengan bergantung terbalik, dengan kedua kaki diikat pada dahan sebuah pohon.
2.Tapa nguwat, yaitu bersamadi disamping makam ( nenek-moyang anggota keluarga, atau orang keramat, untuk suatu jangka waktu tertentu.
3.Tapa bisu, dengan menahan diri untuk tidak berbicara, cara bertapa semacam ini biasanya didahului oleh suatu janji.
4.Tapa bolot, yaitu tidak dan tidak membersihkan diri selama jangka waktu tertentu.
5.Tapa ngidang, dengan jalan menyingkir sendiri ke dalam hutan.
6.Tapa ngramban, dengan menyendiri di dalam hutan dan hanya makan tumbuh-tumbuhan
7.Tapa ngambang, dengan jalan meremdam diri di tengah sungai selama beberapa waktu yang sudah ditentukan.
8.Tapa ngeli, adalah cara bersamadi dengan membiarkan diri dihanyutkan arus air di atas sebuah rakit.
9.Tapa tilem, dengan cara tidur untuk suatu jangka waktu tertentu tanpa makan apa-apa.
10.Tapa mutih, yaitu hanya makan nasi saja, tanpa lauk pauk.
11.Tapa mangan, dilakukan dengan jalan tidak tidur, tetapi boleh makan.
Ketiga
jenis tapa yang tersebut terakhir, sebenarnya juga dilakukan oleh
orang-orang yang hanya menjalankan tirakat aja, oleh karena itu batas
antara tirakat dan tapabrata itu tidak begitu jelas. Walaupun demikian
bahwa kita harus memperhatikan bahwa ke 11 jenis tapabrata itu jarang
dilakukan secara terpisah, semua biasanya dijalankan dengan tata urut
tersendiri, atau dilakukan dengan cara menggabung-gabungkan.
Oleh
karena itu tapa semacam itu mirip dengan tapas pada orang hindu dahulu,
sehingga dengan demikian ada suatu perbedaan fungsional antara tirakat
dan tapabrata. Namun sering terjadi bahwa orang melakukan tapabrata
bersamaan dengan samadi, dengan maksud untuk memperoleh wahyu. Tentu
saja tujuan dari tapa semacam ini adalah untuk mendapatkan kenikmatan
duniawian, akhirnya perlu disebutkan bahwa pada orang Jawa tapa
merupakan salah satu cara penting dan utama untuk bersatu dengan Tuhan.
Meditasi atau Semedi.
Bahwa
meditasi dan tapa adalah sama, serta perbedaan antara keduanya hanya
terletak pada intensitas menjalankannya saja. Teknik-teknik serta
latihan-latihan untuk melakukan meditasi ada bermacam-macam, yaitu dari
yang sangat sederhana, seperti memusatkan perhatian pada titik-titik
hujan yang jatuh ditanah, hingan yang sukar dan berat dijalankan,
seperti menatap cahaya yang terang benderang dari dalam sebuah gua yang
gelap ditepi pantai, dengan gemuruh ombak sebagai latar belakangnya,
sambil berdiri dengan posisi yang sukar selama 12 jam berturut-turut.
Meditasi
atau semedi memang biasanya dilakukan bersama-sama dengan tapabrata,
orang yang melakukan tapa ngeli misalnya, tidak hanya duduk diatas
rakitnya saja sambil mbengong, tidak berbuat apa-apa, ia biasanya juga
bermeditasi. Sebaliknya meditasi seringkali juga dijalankan bersama
dengan suatu tindakan keagamaan lain, misalnya dengan berpuasa atau
tirakat.
Maksud
yang ingin dicapai dengan bermeditasi itu ada bermacam-macam, misalnya
untuk memperoleh kekuatan iman dalam menghadapi krisis sosial ekonomi
atau sosial politik, untuk memperoleh kemahiran berkreasi atau
memperoleh kemahiran dalam kesenian, untuk mendapatkan wahyu, yang
memungkinkannya melakukan suatu pekerjaan yang penuh tanggung jawab atau
untuk menghadapi suatu tugas berat yang dihadapinya. Namun banyak orang
melakukan meditasi untuk memperoleh kesaktian ( kasekten ) disamping
untuk menyatukan diri dengan sang Pencipta
Nulada laku utomo,
Tumrape wong tanah jawi
Wong Agung hing ngeksi ganda Panembahan Senopati
Kapati hamarsudi,sudane howo lan nepsu
Pinesu topobroto,tanapihing siang ratri
Amemangun karianak tyasing sasomo
Samangsane pasamuan,
Memangun martomartani,
Sinambi hing saben masa,kalakalaning asepi
Lelana teki teki,ngayuh geyoganing kayun,
Kayungnyun heninging tyas ,sanetyasa pinrihatin
Punguh pangah cegah dahar lawan nindra
Saben nindri saking wisma
Lelono laladan sepi
Ngisep sepuhing supana,mrih prana pranaweng kapti
Titising tyas marsudi , mardawaning budi tulus
Mesu reh masudarman ,neng tepining jolo nidhi
Sruning brata kataman wahyu jatmiko
Dlepih (petilasaan tarekat sang Panembahan)
Pandangan Hidup Jawa
Istilah
“ Pandangan Hidup Jawa “ di sini mempergunakan pengertian yang longgar,
jadi istilah ini dapat saja diganti dengan istilah-istilah lain yang
mempunyai arti yang kurang lebih sama, seperti “ Filsafat Jawa “ (
Abdulah Ciptoprawiro ) “ Filsafah Kejawen “ atau istilah lain lagi.
Tetapi pandangan hidup Jawa, ini tidaklah identik dengan “ Aliran
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “ atau “ Islam Abangan “ atau “
Mistik Jawa “ dan lebih-lebih dengan “ ilmu-ilmu klenik “. Sementara
itu beberapa istilah lain seperti “ Agama Jawa “atau “ Agama Jawi “ (
Koentjaraningrat ) “ the religion of jawa “ ( Clifford Geertz ) dan
lain-lain, itu tidak identik dengan “ Pandangan Hidup Jawa “ sekalipun
terlihat adanya beberapa segi persamaan.
Pandangan
hidup Jawa bukanlah suatu agama, tetapi suatu pandangan hidup dalam
arti yang luas, yang meliputi pandangan terhadap Tuhan dan alam semesta
ciptaanNYA beserta posisi dan peranan manusia di dalamnya. Ini meliputi
pula pandangan terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk pula
pandangan terhadap kebudayaan manusia beserta agama-agama yang ada.
Dengan
meminjam istilah Bung Karno dalam pidato lahirnya Pancasila, pandangan
hidup di sini adalah sama dengan Weltanschauung, yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( 1989 : 1010 ) diberi arti sebagai “Sikap terhadap
kebudayaan, dunia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya, serta
semangat dan pandangan hidup terdapat pada zaman tertentu”. Jadi selain
jelas bahwa pandangan hidup Jawa itu bukan suatu agama, jelas pula bahwa
ia pun tidak identik dengan “regiositas Jawa”, karena cakupan
pengertiannya lebih luas dari pada itu.
Berbeda
dengan pendapat sementara pakar yang menyimpulkan bahwa ciri
karakteristik regiositas Jawa dan pandangan hidup Jawa bukanlah
sinkretisme tetapi suatu semangat yang saya beri nama tantularisme. Saya
namakan demikian karena semangat ini bertumpu pada atau memancar dari
ajaran Empu Tantular lewat kalimat kakawin Sutasoma :
Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa, bermacam-macam sebutannya, tetapi
Tuhan itu satu-tidak ada kebenaran yang mendua. Kalimat Empu Tantular
ini jelas tidak hanya menekankan prinsip dan keyakinan tentang Keesaan
Tuhan tetapi juga keesaan kebenaran! Disitulah
letak semangat tantularisme yang merupakan inti pandangan hidup Jawa.
Semangat semacam ini menjiwai dan menyemangati tidak hanya religiositas
Jawa saja tetapi juga semua unsur dan aspek kebudayaan Jawa. Sifat
karakteristik budaya Jawa yang religius, non doktriner, toleran,
akomodatif dan optimistik itu terbentuk secara kokoh diatas fondasi
tantularisme ini.
Budaya
Jawa dan pandangan hidup Jawa memang telah dan akan selalu mengalami
perubahan dan pergeseran sesuai dengan perkembangan jaman. Tetapi
sejarah telah membuktikan bahwa perubahan-perubahan itu selama tidak
sampai mencabut pandangan hidup Jawa dari akar dan sumber kekuatannya,
yaitu tantularisme, yang adalah juga merupakan kristalisai dari proses
sejarah yang amat panjang. Disinilah letak kekuatan budaya Jawa yang
harus tetap dipertahankan dengan sadar. Semangat tantularisme yang
merupakan sumber kekuatan Jawa itu sebenarnya bukan hanya cocok untuk
orang Jawa. Ia
bersifat universal. Oleh karena itu tantularisme juga merupakan
sumbangan yang sebenarnya amat diperlukan oleh umat manusia sekarang ini
Permusuhan
dan perang antar etnik; persaingan, kebencian dan kecemburuan antar
pemeluk agama yang telah mengorbankan beribu-ribu nyawa manusia yang
senantiasa terjadi sampai sekarang ini, semuanya akan dapat diredam oleh
semangat tantularisme yang damai, sejuk dan bernafaskan asih ing
sasami. Tantularisme memancarkan cinta kasih kepada sesama, yang juga
diajarkan oleh semua agama yang dipeluk oleh orang-orang yang membenci
itu! Islam, Kristen, Hindu, Budha, Sikh, dan lain-lain, semuanya
mengajarkan cinta kasih kepada sesama; sementara itu banyak pemeluknya
saling membenci dan bermusuhan! Atas nama agama ?????????
SINKRETISME JAWA
Seperti
telah dinggung di muka, kebanyakan pakar dan pengamat budaya Jawa
berpendapat bahwa ciri karakteristik pandangan Jawa adalah sinkretisme.
Namun cukup banyak pula pengamat yang tajam penglihatannya, meragukan
kesimpulan semacam itu.
Pengamatan
yang tajam akan dapat melihat bahwa kecenderungan yang paling menonjol
dalam budaya Jawa bukanlah kecenderungan sinkretik yang berupa
kecenderungan atau semangat untuk membangun suatu sistem kepercayaan (
termasuk agama ) baru dengan menggabungkan unsur-unsur yang berasal dari
sistem-sistem kepercayaan yang telah ada.
Para
pengamat yang menyangkal sinkretisme sebagai ciri karektistik pandangan
Jawa itu, mencoba mencari istilah-istilah lain yang dianggap lebih
tepat, seperti istilah mosaik ( Abdulah Ciptoprawiro ), coalition (
Gonda ) atau sekedar “ Percampuran “ atau Vermenging ( Kern )
istilah-istilah lain lagi yang juga dipakai oleh sementara pakar sebagai
pengganti istilah “ sinkretisme “ adalah amalgamtion, blending, fusi
atau fusion ( peleburan ) dan lain-lain.
Memang
dalam pengamatan sinkretisme bukanlah ciri karaktistik pandangan Jawa,
gejala sinkretisme dapat kita temui dimana-mana. Juga dalam berbagai
agama yang kita kenal sekarang ini, bahkan dalam A Distionary Of
Comparative Religion dinyatakan bahwa hanya sedikit saja agama yang
benar-benar bebas dari sinkretisme. Di kalangan masyarakata Jawa,
kecenderungan sinkretisme memang ada kecenderungan itu cukup besar,
tetapi adalah tidak benar kalau disimpulkan bahwa sinkretisme adalah
merupakan ciri karaktistik pandangan hidup Jawa, yang betul-betul
merupakan ciri karaktistik menurut penghayatan saya adalah semangat
tantularisme itu.
Istilah
“ tantulisme “ ini masih baru dan tentunya masih asing bagi para pakar
budaya Jawa. Sekalipun istilahnya baru, tetapi sebenarnya tuntalisme
adalah semangat yang sudah sejak jaman dahulu tumbuh subur dikalangan
masyarakat Jawa. Berbagai istilah alternatif terhadap sinkretisme
tersebut bisa dipersepsikan semangat yang terdapat di dalam dan
merupakan ciri karetistik pandangan Jawa.Istilah-istilah tersebut
terkesan hanya menunjuk pada bentuk dan proses yang terjadi, bukan pada
semangat. Istililah-istilah tersebut juga tidak mampu menunjuk secara
tegas perbedaan yang mendasar dengan sinkretisme.
Prof.
J.H.C Kern telah menuangkan pendapatnya melalui karangannya “ Over de
Vermenging Van Civaisme en Buddhisme op Java, Naar aanleiding van het
Oudjavaasch gedicht Sutasoma “ hanya terpukau pada proses percampuran
atau vermenging antar dua agama yang menjadi obyek penelitiannya, yaitu
Civaisme ( Hindu ) dan Buddhisme.
Religi Jawa
Orang
Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala
kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang
pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta
isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya
bergerak menurut rencana dan atas ijin serta kehendakNYA. Pusat yang
dimaksud dalam pengertian ini adalah sumber yang dapat memberikan
penghidupan, keseimbangan dan kestabilan, yang dapat juga memberi
kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas. Pandangan orang
Jawa yang demikian biasa disebut Manunggaling Kawula Lan Gustiyaitu
pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai
harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir, yaitu
manusia menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gustinya. Puncak
gunung dalam kebudayaan Jawa dianggap suatu tempat yang tinggi dan
paling dekat dengan dunia diatas, karena pada awalnya dipercayai bahwa
roh nenek moyang tinggal di gunung-gunung.
Sebagian
besar orang Jawa termasuk dalam golongan yang telah berusaha
mencampurkan beberapa konsep dan cara berpikir islam, dengan pandangan
asli mengenai alam kodrati ( dunia ini ) dan alam adikodrati ( alam gaib
atau supranatural )
Niels
Mulder mengatakan bahwa pandangan hidup merupakan suatu abstraksi dari
pengalaman hidup. Pandangan hidup adalah sebuah pengaturan mental dari
pengalaman hidup yang kemudian dapat mengembangkan suatu sikap terhadap
hidup.
Ciri
pandangan hidup orang Jawa adalah realitas yang mengarah kepada
pembentukan kesatuan Numinus antara alam nyata, masyarakat dan alam
adikodrati yang dianggap keramat. Alam adalah ungkapan kekuasaan yang
menentukan kehidupan. Orang Jawa percaya bahwa kehidupan mereka telah
ada garisnya, mereka hanya menjalankan saja.
Dasar
kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu
yang ada didunia ini pada hakekatnya adalah satu, atau merupakan
kesatuan hidup. Javanisme
memandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dalam kosmos alam raya.
Dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh
dengan pengalaman-pengalaman yang religius.
Alam pikiran orang Jawa merumuskan kehidupan manusia berada dalam dua kosmos ( alam ) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos.
Makrokosmos
dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam
semesta, yang mengandung kekuatan-kekuatan supranatural ( adikodrati ).
Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan
atau keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos.
Dalam
makrokosmos pusat alam semesta adalah Tuhan. Alam semesta memiliki
kirarki yang ditujukan dengan adanya jenjang alam kehidupan orang Jawa
dan adanya tingkatan dunia yang semakin sempurna ( dunia atas – dunia
manusia - dunia bawah ). Alam semesta terdiri dari empat arah utama
ditambah satu pusat yaitu Tuhan yang mempersatukan dan memberi
keseimbangan.
Sikap
dan pandangan terhadap dunia nyata ( mikrokosmos ) adalah tercermin
pada kehidupan manusia dengan lingkungannya, susunan manusia dalam
masyarakat, tata kehidupan manusai sehari-hari dan segala sesuatu yang
nampak oleh mata. Dalam menghadapi kehidupan manusia yang baik dan benar
didunia inii tergantung pada kekuatan batin dan jiwanya.
Bagi
orang Jawa dahulu, pusat dunia ini ada pada pimpinan atau raja dan
keraton, Tuhan adalah pusat makrokosmos sedangkan raja adalah perwujudan
wakil Tuhan di dunia ,sehingga dalam dirinya terdapat keseimbangan
berbagai kekuatan dari dua alam. Jadi raja dipandang sebagai pusat
komunitas di dunia seperti halnya raja menjadi mikrokosmos dari Tuhan
dengan keraton sebagi tempat kediaman raja. Keraton merupakan pusat
keramat kerajaan dan bersemayamnya raja karena rajapun dianggap
merupakan sumber kekuatan-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah dan
membawa ketentraman, keadilan dan kesuburan.
Pernyataan-pernyataan
diatas merupakan gambaran umum tentang alam pikiran serta sikap dan
pandangan hidup yang dimiliki oleh orang Jawa pada jaman kerajaan. Alam
pikiran ini telah berakar kuat dan menjadi landasan falsafah dari segala
perwujudan yang ada dalam tata kehidupan orang Jawa.
Kegiatan Religius Orang Jawa Kejawen.
Menurut
kamus bahasa Inggris istilah kejawen atau kejawaan adalah Javanism,
Javaneseness ; yang merupakan suatu cap deskriptif bagi unsur-unsur
kebudayaan Jawa yang dianggap sebagai hakikat Jawa dan yang
mendefisikannya sebagai suatu kategori khas. Javanisme yaitu agama
beserta pandangan hidup orang Jawa, yang menekankan ketentraman batin,
keselarasan dan keseimbangan, sikap nrima terhadap segala peristiwa yang
terjadi sambil menempatkan individu dibawah masyarakat dan masyarakat
dibawah semesta alam.
Neils
Mulder memperkirakan unsur-unsur ini berasal dari masa Hindu – Budha
dalam sejarah Jawa yang berbaur dalam suatu filsafat, yaitu sistem
khusus dari dasar bagi perilaku kehidupan. Sistem pemikiran Javanisme
adalah lengkap pada dirinya, yang berisikan kosmologi, mitologi,
seperangkat konsepsi yang pada hakikatnya bersifat mistik dan sebagainya
yang menimbulkan anthropologi Jawa tersendiri, yaitu suatu sistem
gagasan mengenai sifat dasar manusia dan masyarakat, yang pada
gilirannya menerangkan etika, tradisi dan gaya Jawa. Singkatnya
Javanisme memberikan suatu alam pemikiran secara umum sebagai suatu
badan pengetahuan yang menyeluruh, yang dipergunakan untuk menafsirkan
kehidupan sebagaimana adanya dan rupanya. Jadi kejawen bukanlah suatu
katagori keagamaan, tetapi menunjukkan kepada suatu etika dan gaya hidp
yang diilhami oleh cara berpikir Javanisme.
Dasar
pandangan manusia jawa berpendapat bahwa tatanan alam dan masyarakat
sudah ditentukan dalam segala seginya. Mereka menganggap bahwa pokok
kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan, nasibnya sudah ditentukan
sebelumnya, jadi mereka harus menanggung kesulitan hidupnya dengan
sabar. Anggapan – anggapan mereka itu berhubungan erat dengan
kepercayaan mereka pada bimbingan adikodrati dan bantuan dari roh nenek
moyang yang seperti Tuhan sehingga menimbulkan perasaan keagamaan dan
rasa aman.
Kejawaan
atau kejawen dapat diungkapkan dengan baik oleh mereka yang mengerti
tentang rahasia-rahasia kebudayaan Jawa, dan bahwa kejawen ini sering
sekali diwakili yang paling baik oleh golongan elite priyayi lama dan
keturunan – keturunannya yang menegaskan adalah bahwa kesadaran akan
budaya sendiri merupakan gejala yang tersebar luas di kalangan orang
Jawa. Kesadaran
akan budaya ini sering kali menjadi kebanggaan dan identitas kultural.
Orang-orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa secara mendalam
yang dapat dianggap sebagai Kejawen.
Budaya
Jawa Kejawenmemahami kepercayaan mereka pada pelbagai macam roh-roh
yang tidak kelihatan yang dapat menimbulkan bahaya seperti kecelakaan
atau penyakit apabila mereka dibuat marah atau penganutnya tidak
hati-hati. Untuk melindungi semua itunya itu, orang Jawa kejawen memberi
sesajen atau caos dahar yang dipercaya dapat mengelakkan
kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan mempertahankan batin dalam
keadaan tenang. Sesajen yang digunakan biasanya terdiri dari nasi dan
aneka makanan lain, daun-daun bunga serta kemenyan.
Contoh
kegiatan religius dalam masyarakat Jawa, khususnya orang Jawa Kejawen
adalah puasa atau siam. Orang Jawa Kejawen mempunyai kebiasaan berpuasa
pada hari-hari tertentu misalnya : Senin – Kamis atau pada hari lahir,
semuanya itu merupakan asal mula dari tirakat. Dengan tirakat, orang
dapat menjadi lebih tekun dan kelak akan mendapat pahala. Orang Jawa
kajawen menganggap bertapa adalah suatu hal yang penting. Dalam
kesusastraan kuno orang Jawa, orang yang berabad-abad bertapa dianggap
sebagai orang keramat karena dengan bertapa orang dapat menjalankan
kehidupan yang ketat ini dengan tinggi serta mampu menahan hawa nafsu
sehingga tujuan-tujuan yang penting dapat tercapai. Kegiatan orang Jawa
Kejawen yang lainnya adalah meditasi atau semedi, menurut
Koentjaraningrat meditasi atau semedi biasanya dilakukan bersama-sama
dengan tapabrata ( bertapa ) dan dilakukan pada tempat-tempat yang
dianggap keramat misalnya di Gunung, Kuburan, ruang yang dikeramatkan
dan sebagainya. Pada umumnya orang melakukan meditasi adalah untuk
mendekatkan atau menyatukan diri dengan Tuhan.
CIPTO TUNGGAL
Cipto/cipta bermakna: pengareping rasa, tunggal artinya satu atau difokuskan ke satu obyek. Jadi Cipta Tunggal bisa diartikan sebagai konsentrasi cipta.
1. Cipta,
karsa ( kehendak ) dan pakarti ( tindakan ) selalu aktif selama orang
itu masih hidup. Pakarti bisa berupa tindakan fisik maupun non fisik,
pakarti non fisik misalnya seseorang bisa membantu memecahkan atau
menyelesaikan masalah orang lain dengan memberinya nasehat, nasehat itu
berasal dari cipta atau rasa yang muncul dari dalam. Sangatlah
diharapkan seseorang itu hanya menghasilkan cipta yang baik sehingga dia
juga mempunyai karsa dan pakarti/tumindak yang baik, dan yang berguna
untuk diri sendiri atau syukur -syukur pada orang lain.
2. Untuk
bisa mempraktekkan tersebut diatas, orang itu harus selalu sabar,
konsestrasikan cipta untuk sabar, orang itu bisa makarti dengan baik
apabila kehendak dari jiwa dan panca indera serasi lahir dan batin.
Ingatlah bahwa jiwa dan raga selalu dipengaruhi oleh kekuatan api,
angin, tanah dan air.
3. Untuk memelihara kesehatan raga, antara lain bisa dilakukan :
Minumlah segelas air dingin dipagi hari, siang dan malam sebelum tidur,
air segar ini bagus untuk syarat dan bagian-bagian tubuh yang lain yang
telah melaksanakan makarti.
Jagalah tubuh selalu bersih dan sehat, mandilah secara teratur di negeri tropis sehari dua kali.
Jangan merokok terlalu banyak.
Konsumsilah lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan dan sedikit
daging, perlu diketahui daging yang berasal dari binatang yang
disembilah dan memasuki raga itu bisa berpengaruh kurang baik, maka itu
menjadi vegetarian ( tidak makan daging ) adalah langkah yang positif.
Kendalikanlah kehendak atau nafsu, bersikaplah sabar, narima dan eling.
Janganlah terlalu banyak bersenggama, seminggu sekali atau dua kali
sudah cukup.
4. Berlatihlah
supaya cipta menjadi lebih kuat, pusatkan cipta kontrol panca indera.
Tenangkan badan ( heneng ) dengan cipta yang jernih dan tentram ( hening
) Bila cipta bisa dipusatkan dan difokuskan kearah satu sasaran itu
bagus, artinya cipta mulai mempunyai kekuatan sehingga bisa dipakai
untuk mengatur satu kehendak.
5. Buatlah
satu titik atau biru ditembok atau dinding ( . ) duduklah bersila
dilantai menghadap ke tembok, pandanglah titik itu tanpa berkedip untuk
beberapa saat, konsentrasikan cipta, kontrol panca indera, cipta dan
pikiran jernih ditujukan kepada titik tersebut. Jangan memikirkan yang
lain, jarak mata dari titik tersebut kira-kira tujuh puluh lima
sentimeter, letak titik tersebut sejajar dengan mata, lakukan itu dengan
santai.
6. Lakukan
latihan pernafasan dua kali sehari, pada pagi hari sebelum mandi
demikian juga pada sore hari sebelum mandi tarik nafas dengan tenang
dalam posisi yang enak.
7. Lakuakan
olah raga ringan ( senam ) secara teratur supaya badan tetap sehat,
sehingga mampu mendukung latihan olah nafas dan konsentrasi.
8. Hisaplah kedalam badan Sari Trimurti pada hari sebelum matahari terbit dimana udara masih bersih, lakukan sebagai berikut :
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik
minggu I : 3 kali
15 detik 10 detik 15 detik 40 detik
minggu II : 3 kali
20 detik 10 detik 20 detik 50 detik
minggu III : 3 kali
26 detik 08 detik 26 detik 60 detik
minggu IV : 3 kali
9.
Untuk memperkuat otak tariklah nafas dengan lobang hidung sebelah kiri
dengan cara menutup hidung sebelah kiri dengan cara menutup lobang
hidung sebelah kanan dengan jari, lalu tahan nafas selanjutnya keluarkan
nafas melalui lobang hidung sebelah kanan, dengan menutup lobang hidung
sebelah kiri dengan jari.
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
4 detik 8 detik 4 detik 16 detik
minggu I : 7 kali
10 detik 7 detik 10 detik 27 detik
minggu II : 7 kali
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik
minggu III & IV : 7 kali
20 detik 20 detik 20 detik 60 detik
minggu V : 7 kali
10. Karsa
akan terpenuhi apabila nasehat-nasehat diatas dituruti dengan benar,
praktekkan samadi pada waktu malam hari, paling bagus tengah malam
ditempat atau kamar yang bersih. Kontrol panca indera, tutuplah sembilan
lobang dari raga, duduk bersila dengan rilek, fokuskan pandangan kepada
pucuk hidung. Tarik nafas, tahan nafas, dan keluarkan nafas dengan
tenang dan santai, konsentrasikan cipta lalu dengarkan suara nafas. Pertama-tama
akan dirasakan sesuatu yang damai dan apabila telah sampai saatnya
orang akan bisa berada berada dalam posisi hubungan harmonis antara
kawula dan Gusti ALLAH
11. Cobalah lakukan sebagai berikut :
Lupakan segalanya selama dua belas detik
Dengan sadar memusatkan cipta kepada dzat yang agung selama seratus empat puluh detik.
Jernihkan pikiran dan rasa selama satu, dua atau tiga jam ( semampunya )
12. Tujuh macam tapa raga, yang perlu dilakukan
Tapa mata, mengurangi tidur artinya jangan mengejar pamrih.
Tapa telinga, mengurangi nafsu artinya jangan menuruti kehendak jelek.
Tapa hidung, mengurangi minum artinya jangan menyalahkan orang lain
Tapa bibir, mengurangi makan artinya jangan membicarakan kejelekan orang lain
Tapa tangan, jangan mencuri artinya jangan mudah memukul orang
Tapa alat seksual, mengurangi bercinta dan jangan berzinah
Tapa kaki, mengurangi jalan artinya jangan membuat kesalahan
13. Tujuh macam tapa jiwa yang perlu dilakukan
Tapa raga, rendah hati melaksanakan hanya hal yang baik
Tapa hati, bersyukur tidak mencurigai orang lain melakukan hal yang jahat
Tapa nafsu, tidak iri kepada sukses orang lain, tidak mengeluh dan sabar pada saat menderita
Tapa jiwa, setia tidak bohong, tidak mencampuri urusan orang
Tapa rasa, tenang dan kuat dalam panalongso
Tapa cahaya, bersifat luhur berpikiran jernih
Tapa hidup, waspada dan eling
14. Berketetapan hati
tidak ragu-ragu
selalu
yakin orang yang kehilangan keyakinan atas kepercayaan diri adalah
seperti pusaka yang kehilangan yoninya atau kekuatannya
15.
Menghormati orang lain tanpa memandang jenis kelamin, kedudukan, suku,
bangsa, kepercayaan dan agama, semua manusia itu sama : saya adalah kamu
( tat twan asi ). Artinya kalau kamu berbuat baik kepada orang lain,
itu juga baik buat kamu, kalau kamu melukai orang lain itu juga melukai
dirimu sendiri.
16. Sedulur papat kalimo pancer
Orang
Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat ( saudara empat )
yang selalu menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama
orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam
untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan
jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang
serasi dengan mereka yaitu :
Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya putih.
Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya kuning.
Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah
Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain
sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima
itulah badan jasmani kamu. Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo
pancer, mereka ada karena kamu ada. Sementara orang menyebut mereka
keblat papat lima tengah, ( empat jurusan yang kelima ada ditengah ).
Mereka berlima itu dilahirkan melalui ibu, mereka itu adalah Mar dan
Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang dihasilkan karena
perjuangan ibu saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah udara yang
merupakan rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara
mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan kuning, kamu bisa meminta
bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa brata ( laku
spiritul yang sungguh-sungguh )
17. Tingkatkan
sembah, menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti juga
menghormati dan memujaNYA, istilah lainnya ialah Pujabrata. Ada guru
laku yang mengatakan bahwa seseorang itu tidak diperkenankan melakukan
pujabrata, sebelum melewati tapabrata.
a. Sembah rogo
Ini
adalah tapa dari badan jasmani, seperti diketahui badan hanyalah
mengikuti perintah batin dan kehendak. Badan itu maunya
menyenag-nyenangkan diri, merasa gembira tanpa batas. Mulai hari ini,
usahakan supaya badan menuruti kehendak cipta yaitu dengan jalan: bangun
pagi hari, mandi, jangan malas lalau sebagai manusia normal bekerjalah.
Makanlah makanan yang tidak berlebihan dan tidur secukupnya saja: makan
pada waktu lapar, minum pada waktu haus, tidur pada waktu sudah
mengantuk, pelajarilah ilmu luhur yang berguna untuk diri sendiri dan
orang lain.
b. Sembah cipta
1. kamu harus melatih pikiranmu kepada kenyataan sejati kawula engenal Gusti.
2. Kamu
harus selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan benar, kontrollah
nafsumu dan taklukan keserakahan. Dengan begitu rasa kamu akan menjadi
tajam dan kamu akan mulai melihat kenyataan.
Berlatih cipta sebagai berikut :
1. Lakukan dengan teratur ditengah, ditempat yang sesuai.
2. Konsentrasikan rasa kamu
3. Jangan memaksa ragamu, laksanakan dengan santai saja
4. Kehendahmu jernih, fokuskan kepada itu
5. Biasakanlah
melakukan hal ini, sampai kamu merasa bahwa apa yang kamu kerjakan itu
adalah sesuatu yang memang harus kamu kerjakan, dan sama sekali tidak
menjadi beban
Kini kamu berada dijalan yang menuju ke kenyataan sejati, kamu merasa
seolah-olah sepi tidak ingat apapun, seolah-olah badan astral dan mental
tidak berfungsi, kamu lupa tetapi jiwa tetap eling ( sadar ) itulah
situasi heneng dan hening dan sekaligus eling kesadaran dari rasa
sejati. Ini hanya bisa dilaksanakan dengan keteguhan hati sehingga
hasilnya akan terlihat.
c. Sembah jiwo
Sembah
jiwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rasa yang mendalam
menggunakan jiwa suksma yang telah kamu temui pada waktu pada heneng,
hening dan eling, ini adalah sembah batin yang tidak melibatkan lahir.
Apabila kamu melihat cahaya yang sangat tenang tetapi tidak menyilaukan
itu pertanda kamu sudah mulai membuka dunia kenyataan. Cahaya itu adalah
pramana kamu sendiri, kamu akan merasa yakin pada waktu bersamadi, kamu
dan cahaya itu saling melindungi.
d. Sembah roso artinya sejati ( roso sejati )
1. Kita bisa mengerti dengan sempurna untuk apa kita diciptkan dan selanjutnya apakah tujuan hidupmu.
2. Kita akan mengerti dengan sempurna atas kenyataan hidup dan keberadaan semua mahluk melalui olah samadi atau memahami Sangkan Paraning Dumadi, hubungan harmonis antara kawula dan Gusti layaknya seperti manisnya madu dan madunya, tidak terpisahkan.
MEDITASI
Dalam
olah batin, meditasi menjadi salah satu topik pembicaraan yang tiada
habis-habisnya. Tentu hal tersebut ada sebabnya, sebabnya tiada lain
karena meditasi adalah salah satu usaha proses untuk meningkatkan pengembangan pribadi seseorang secara total. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi dan pengalaman temen-temen penulis yang melakukan laku olah batin serta berbagai literatur mengenai meditasi.
Tulisan
ini merupakan usaha melengkapi tulisan J. Sujianto yang berjudul “
Pengembangan Kwalitas Pribadi di Bidang Kebatinan, suatu Proses
Meningkatkan Kreatifitas dan Pengetahuan Dunia Gaib “
Apakah Meditasi ?
Mengusahakan rumus yang pasti mengenai arti meditasi tidaklah mudah, yang dapat dilakukan adalah memberi gambaran berbagi pengalaman dari mereka yang melakukan meditasi, berdasarkan pengalaman meditasi dapat berarti :
1. Melihat ke dalam diri sendiri
2. Mengamati, refleksi kesadaran diri sendiri
3. Melepaskan
diri dari pikiran atau perasaan yang berobah-obah, membebaskan
keinginan duniawi sehingga menemui jati dirinya yang murni atau asli.
Tiga
hal tersebut diatas baru awal masuk ke alam meditasi, karena kelanjutan
meditasi mengarah kepada sama sekali tidak lagi mempergunakan panca
indera ( termasuk pikiran dan perasaan ) terutama ke arah murni mengalami kenyataan yang asli.
Perlu
segera dicatat, bahwa pengalaman meditasi akan berbeda dari orang ke
orang yang lain, karena pengalaman dalam bermeditasi banyak dipengaruhi
oleh latar belakang temperamen, watak dan tingkat perkembangan
spiritualnya serta tujuan meditasinya dengan kulit atau baju kebudayaan orang yang sedang melaksanakan meditasi.
Secara
gebyah uyah ( pada umumnya ) orang yang melakukan meditasi yakin adanya
alam lain selain yang dapat dijangkau oleh panca indera biasa. Oleh
karena itu mungkin sekali lebih tepat jika cara-cara meditasi kita
masukkan ke golongan seni dari pada ilmu. Cara dan hasil meditasi
dari banyak pelaku olah batin dari berbagai agama besar maupun
perorangan dari berbagai bangsa, banyak menghasilkan kemiripan-kemiripan
yang hampir-hampir sama, tetapi lebih banyak mengandung perbedaan dari
pribadi ke pribadi orang lain. Oleh karena itu kita dapat menghakimi
hasil temuan orang yang bermeditasi, justru keabsahan meditasinya
tergantung kepada hasilnya, umpamanya orang yang bersangkutan menjadi
lebih bijaksana, lebih merasa dekat dengan Tuhan, merasa kesabarannya
bertambah, mengetahui kesatuan alam dengan dirinya dan lain-lainnya.
Keadaan
hasil yang demikian, sering tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri,
tetapi juga oleh orang-orang ( masyarakat ) di sekitar diri orang
tersebut karena tingkah-lakunya maupun ucapan-ucapannya serta
pengabdiannya kepada manusia lain yang membutuhkan bantuannya,
mencerminkan hasil meditasinya. Cara-cara dan akibat bermeditasi.
Cara bermeditasi banyak sekali.
Adapun yang memulai dengan tubuh, arti meditasi dengan tubuh adalah mempergunakan menyerahkan tubuh ke dalam situasi hening. Lakuknya adalah dengan mempergunakan pernafasan, untuk mencapai keheningan, kita menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan teratur.
Posisi tubuh carilah yang paling anda rasakan cocok / rileks, bisa
duduk tegak, bisa berbaring dengan lurus dan rata. Bantuan untuk lebih
khusuk jika anada perlukan, pergunakan wangi-wangian dan atau mantra,
musik yang cocok dengan selera anda, harus ada keyakinan dalam diri
anda, bahwa alam semesta ini terdiri dari energi dan cahaya yang tiada
habis-habisnya. Keyakinan itu anda pergunakan ketika menarik dan
mengeluarkan nafas secara teratur. Ketika menarik nafas sesungguhnya
menarik energi dan cahaya alam semesta yang akan mengharmoni dalam diri
anda, tarik nafas tersebut harus dengan konsentrasi yang kuat. Ketika
mengelurkan nafas dengan teratur juga, tubuh anda sesungguhnya didiamkan
untuk beberapa saat. Jika dilakukan dengan sabar dan tekun serta
teratur, manfaatnya tidak hanya untuk kesehatan tubuh saja tetapi juga
ikut menumbuhkan rasa tenang.
Bermeditasi dengan usaha melihat cahaya alam semesta, yang
dilakukan terus menerus secara teratur, akan dapat menumbuhkan
ketenangan jiwa, karena perasaan-perasaan negatif seperti rasa kuatir
atau takut, keinginan yang keras duniawi, benci dan sejenisnya akan
sangat berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali, yang hasil akhirnya
tumbuh ketenangan. Meditasi ini harus juga dilakukan dengan pernafasan
yang teratur.
Kesulitan
yang paling berat dalam bermeditasi adalah “ mengendalikan pikiran
dengan pikiran “ artinya anda berusaha “ mengelola “ pikiran-pikiran
anda, sampai mencapai keadaan “ Pikiran tidak ada “ dan anda tidak
berpikir lagi, salah satu cara adalah “ mengososngkan pikiran “ dengan
cara menfokuskan pikiran anda kepada suatu cita-cita, umpamanya
cita-cita ingin menolong manusia manusia lain, cita-cita ingin manunggal
dengan Tuhan. Cita-cita ingin berbakti kepada bangsa dan negara,
cita-cita berdasarkan kasih sayang dan sejenis itu menjadi sumber fokus
ketika hendak memasuki meditasi. Secara fisik ada yang berusaha “
mengosongkan pikiran “ dengan memfokuskan kepada “ bunyi nafas diri
sendiri “ ketika awal meditasi, atau ada juga yang menfokuskan kepada
nyala lilin atau ujung hidung sendiri.
Jika
proses meditasi yang saya lukiskan tersebit diatas dapat anda lakukan
dengan tepat, maka anda dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam
pengertian spiritual, yang akibatnya pasti baik untuk diri anda
sendiri, mungkin juga bermanfaat untuk manusia lain
Sesuatu itu jangan dijadikan tujuan meditasi, karena hasil sesuatu itu adalah hasil proses meditasi, bukan tujuan meditasi.
Jika
dalm proses tersebut pikiran anda belum dapat anda “ kuasai atau
hilangkan “ janganlah putus asa atau berhenti, tetapi juga memaksakan
diri secara keterlaluan. Pengembangan selanjutnya dari proses meditasi
tersebut, anda sendiri yang akan menemukan dan meneruskannya, karena
berciri sangat pribadi.
Untuk
dapt berhasil anda sangat perlu memiliki motivasi yang cukup pekat dan
dalam, sehingga dengan tiada terasa anda akan bisa khusuk dalam
keheningan bermeditasi. Jika menemui sesuatu, apakah itu cahaya atau
suara atau gambaran-gambaran, jangan berhenti, teruskan meditasi anda.
Pengalaman sesudah keadaan demikian, hanya andalah yang dapat mengetahui
dan merasakannya, karena tiada kata kalimat dalam semua bahas bumi yang
dapat menerangkan secara gamblang. Dalam keadaan demikian anda tidak
lagi merasa lapar, mengantuk bahkan tidak mengatahui apa-apa lagi,
kecuali anda tersadar kembali. Biasanya intuisi anda akan lebih tajam
sesudah mengalami proses meditasi yang demikian itu, dan mungkin pula
memperoleh “ pengetahuan “ tentang alam semesta atau lainnya.
SAMADI
Samadi
berasal dari kata : Sam artinya besar dan Adi artinya bagus atau indah.
Seseorang yang melakukan samadi adalah seseorang yang mengambil
posisi-patrap untuk meraih budi yang besar, indah dan suci.
Budi
suci adalah budi yang diam tanpa nafsu, tanpa keinginan dan pamrih
apapun. Inilah kondisi suwung ( kosong ) tetapi sebenarnya ada
aktifitasdari getaran hidup murni murni sebagai sifat-sifat hidup dari
Tuhan.
Budi
suci terlihat seperti cahaya atau sinar yang disebut Nur, Nur itu
adalah hati dari budi. Kesatuan dari budi dan nur secara mistis disebut
curigo manjing warongko atau bersatunya kawula dan Gusti atau juga biasa
digambarkan Bima manunggal dengan Dewa Ruci.
Istilah
lainnya ialah Pangrucatan atau Kamukswan, pangrucatan itu arinya
dilepas, apa yang dilepas ? pengaruh dari nafsu . mukswa artinya
dihapus, apa yang dihapus ? pengaruh dari nafsu, oleh karena itu samadi
adalah satu proses dari penyucian budi, budi menjadi nur. Di dalam nur
ini, kawula bisa berkomunikasi dengan Gusti untuk menerima tuntunan
sesuai dengan kedudukannya sebagai kawula.
Praktek Samadi
Waktu
bersamadi orang bisa mengambil posisi duduk atau tidur telentang diatas
tempat tidur. Pilihlah tempat yang bersih, tenang dan aman, bernafaslah
dengan santai, pada posisi tidur kaki diluruskan, kedua tangan
diletakkan didada. Dengarkanlah dengan penuh perhatian suara nafas
dengan tenang, menghirup dan mengeluarkan udara melalui hidung. Ini akan
membuat pikiran menjadi tidak aktif. Nikmatilah suara nafas dengan
jalan menutup mata, ini sama seperti kalau memusatkan pandangan kepada
pucuk hidung. Dengan
melakukan ini, pikiran dinetralisir demikian juga angan-angan dan
pengaruh panca indera. Sesudah itu nafsu dinetralisir didalam indera ke
enam. Bila berhasil orang akan berada dalam suwung dan nur mendapatkan
tuntunan mistis yang simbolis.
Manusia.
Manusia dicaptakan oleh Tuhan, manusia adalah makluk yangmempunyai :
1. Badan jasmani – badan kasar.
2. Badan jiwa – badan alus.
3. Badan cahaya – nur atau suksma
Dengan
susunan seperti tersebut diatas, diharapkan akan mampu mengetahui “
Sangkan Paraning Dumadi “ ( makna perjalanan kehidupan )
Memahami Jagad Raya.
Sebelum
adanya jagad raya, tidak ada apa-apa kecuali kekosongan dan suwung.
Didalam suwung terdapat sifat-sifat hidup dari Tuhan, jagad raya adalah
suatu Causa prima. Sifat-sifat hidup Tuhan terasa seperti getaran dan
getaran ini terus menerus. Ada tiga elemen yang terdiri dari :
1. Elemen merah dengan sinar merah, ini panas
2. Elemen biru dengan sinar biru, ini dingin
3. Elemen kuning dengan sinar kuning, ini menakjubkan.
Elemen-elemen
ini selalu bergetar. Sebagai hasil dari perpaduan ketiga elemen
tersebut, elemen ke empat lahir dengan warna putih atau putih
keperak-perakan dan inilah yang disebut nur. Nur itu adalah sari dari
jagad raya, ada yang menjadi calon planet, ada yang menjadi badan budi
atau jiwa yaitu badan jiwa dari manusia, ketika nur menjadi sari dari
badan jasmani manusia. Itu artinya didalam jagad raya dan galaksi akan
selalu dilahirkan planet-planet dan bintang-bintang baru. Kondisi dari
plenet-planet yang baru dilahirkan bisa berbeda antara yang satu dengan
yang lain, karena tergantung kepada pengaruh dari tiga elemen tersebut,
ada planet yang bisa dihuni dan yang tidak bisa dihuni.
Wong
kang ambudi daya kalawan anglakoni tapa utawa semedi kudu kanthi
kapracayan kang nyukupi apa dene serenging lan kamempengan anggone
nindhakake. Atine kudu santosa temenan supaya wong kang nindhakake
sedyane mau ora nganti kadadeyan entek pengarep-arepe yen kagawa saka
kuciwa dening kahanane badane, wong mau kudu nindakake pambudi dayane
luwih saka wewangening wektu saka katamtuwaning laku kang dikantekake
marang sawiji-wijining mantram lan ajaran ilmu gaib awit gede gedening
kagelan iku ora kaya wong kang gagal enggone nindakake lakune rasa
kuciwa kang mangkono iku nuwuhake prihatin lan getun, nganti andadekake
ciliking ati lan enteking pangarep-arep. Sawise wong mau entek pangarep
arepe lumrahe banjur trima bali bae marang panguripan adat sakene mung
dadi wong lumrah maneh.
Kawruhana wong kang lagi miwiti ngyakinake ilmu gaib sok sok dheweke iku
mesthi nemoni kagagalan kagagalan kang nuwuhake rasa kuciwa. Sawijining
wewarah kang luwih becik tumrap wong kang lagi nglakoni kasutapan iya
iku ati kang teguh santosa aja kesusu-susu lan aja bosenan ngemungake
wong kang anduweni katetepan ati lan santosaning sedya sumedya
ambanjurake ancase iya iku wong kang bakal kasembadan sedyane. Wong
ngyakinake prabawa gaib iku anduweni kekarepan supaya dadi wong lanang
temenan kang diendahake dening wong akeh, iya anaa ing ngendi wae
enggone nyugulake dirine, Amarehe diwedeni ing wong akeh panguwuhe gawe
kekesing wong yen anyentak dadi panggugupake lan gawe gemeter dirine,
ditrisnani ing wong akeh pitembungane digatekake lan pakartine
diluhurake ing wong akeh, iya pancen nyata wong liyane mesthi tunduk
marang sawijining wong kang ahli ilmu.
Wong ahli kasutapan tansah yakin enggone ngumpulake kekuwatan gaib ing
dalem dhirine. Ana paedahe kang migunani banget manawa wong nindakake
pambudi daya kalawan misah dheweke ana ing papan kang sepi karana
tinimune kekuwatan gaib iku sok-sok tinemu dhewekan ana ing sepen. Wong
ahli kasutapan kudu budidaya bisane nglawan marang nepsune kekarepan
umum (kekarepan wong akeh kang campur bawur ngumandang ana ing swasana),
kalawan tumindak mangkono wong ahli kasutapan mau dadi nduweni
pikiran-pikiran kang mardhika, iya pikiran-pikiran kang mangkono iku
kang bisa nekakake kasekten gaib.
Sangsaya
akeh kehing kang kena tinides, uga sangsaya gedhe tumandhoning
kekuwatan gaib kang kinumpulake. Kekuwatan gaib iku tansah makarti tanpa
kendhat enggone mujudake sedya lan nganakake kekarepan. Wong ahli
kasutapan kudu anduweni ati kang tetep lan kekarepan kan dereng, kalawan
ora maelu marang anane pakewuh pakewuhe lan kagagalan-kagagalaning.
Kasekten iku kaperang ana rong warna, iya iku kasekten putih (Witte
magie/white magic) utawa kasekten ireng (Zwarte magie/Black Magic). Awit
saka anane perangan mau banjur dadi kanyatan yen perangan kang sawiji
iku becik, dene perangan liyane ala.
Kasekten putih iku satemene ilmu Allah Kang Maha Luhur wis mesthi bae
kapigunakake mligi kanggo kaslametane wong akeh. Dene kasekten ireng iku
ilmu kaprajuritan kang kapigunakake luwih-luwih kanggo nelukake kalayan
paripaksa, sarta bakal anjalari kacilakaning wong liya. Ananing sakaro
karone saka sumber ilmu Allah sarta sakaro karane iku padha dipigunakake
kalawan atas asma Allah. Tinemune ilmu-ilmu kasekten iki saranane
kalawan kekuwataning pikiran pikiran iku manawa kagolongake meleng
sawiji bisa nuwuhake kekuwatan kaya panggendeng kang rosa banget tumrap
marang apa bae kang dipikir lan disedya.
Wong kang nglakonitapa kalawan nindakake laku-laku kang tinemtokake wis
mesthi bae gumolonging pikirane bebarengan padha kumpul dadi siji sarta
katujokake marang apa kang disedya kalawan mangkono iku kekuwatan daya
anarik migunakake sarosaning kekuwatane banjur anarik apa kang
dikarepake. Swasana kang katone kaya dene kothong bae iku satemene ana
drate rupa-rupa kayata : geni murub emas kayu lemah waja, electrieiteit
zunrstof koolzunr sarpaning Zunr lan isih akeh liya-liyane maneh.
Samengko umpamane ban ana sawijining wong kang lagi tapa kalawan duwe
sedya supaya andarbeni daya prabawa kang luwih gedhe sarta anindakake
sakehing kekuwatan pikiran kalawan ditujokake marang sedyane mau nganti
nuwuhake daya prabawa. Kekuwataning daya anarik saka pikiran iku banjur
anarik dzat ing swasana kang pinuju salaras karo daya prabawa mau
kalawan saka sathithik sarta sareh dzat daya prabawa kang ing swasana
iku katarik mlebu ing dalem badane wong kang lagi tapa mau. Kalawan
mangkono dzat "prabawa" iku dadi kumpul ing dalem badane wong narik dzat
iku nganti tumeka wusanane badane wong ahli tapa, iku bisa metokake
daya prabawa kang gedhe daya karosane.
Wong kang andarbeni ilmu kang mangoko iku dadi sawijining wong kang
sakti mandraguna. Tumrap wong-wong kang nglakoni tapa ditetepake
pralambang telu : Diyan, Jubah lan Teken. Diyan minangka pralambanging
pepadhang, tumrap kahanan kang umpetan utawa gaib. Jubah minangka dadi
pralambange katentremaning ati kang sampurna, dene teken minangka dadi
pralambanging kekuwatan gaib.
Ing dalem sasuwene wong nglakoni tapa iku prelu banget kudu migateake
marang sirikane, kayata : wedi, nepsu, sengit, semang-semang lan
drengki. Rasa wedi iku sawijining pangrasa kang luwih saka angel
penyegahe. Menawa isih kadunungan rasa wedi ing dalem atine wong ora
bakal bisa kasambadan apa kang disedyaak. Kalawan "rasa wedi" iku
atining wong dadi ora bisa anduweni budi daya apa-apa.
Sajrone nglakoni tapa utawa salagine ngumpulake kekuwatan gaib, atining
wong iku mesthi kudu tetep tentrem lan ayem sanadyan ana kadadeyan apa
wae. Manawa atine wong iku nganti gugur, kasutapan iya uga dadi gugur
lan kudu lekas wiwit maneh. Gegeman kalawan wadi sakehing ilmu gaib
lkang lagi pinarsudi, luwih becik murih nyataning kasekten tinimbang
karo susumbar kalawan kuwentos kayakenthos.
"Nepsu" iku andadekake tanpa dayane kekuwataning batin. "Semang-semang"
iku andadekake ati kang peteng ora padhang terang. "Sengit utawa
drengki" iku uga dadi mungsuhing kekuwatan gaib. Wong kang lagi
nindakake katamtuwan ing dalem kasutapan kudu kalawan ati kang sabar
anteng lan tetep. Patrapebadan kang kaku lan kagugupan kudu didohake .
Aja sok singsot
Aja duwe lageyan sok nethek nethek kalawan driji tangan marang meja kursi utawa papan liyane.
Aja ngentrok-entrokake sikil munggah mudhun.
Aja sok anggigit kukuning dariji tangan.
Aja mencap-mencepake lambe.
Aja molahake lidhah lan andhilati lambe.
Aja narithilake kedheping mata.
Ngedohake
sakehing saradan utawa bendana kang ora becik, kayata glegak-glegek
molah-molahake sirah, kukur-kukur sirah, ngangkat pundhak lan
liya-liyane sabangsane saradan kabeh.
Satemene
perlu banget nyirnakake kekarepan "drengki" luk wit ngrasaning karep
drengki iku banget nindhih marang diri pribadi. Ana maneh "drengki" iku
kaya anggawa sawijining pikulan abot kang tansah nindhes marang dhiri
lan sarupa ana barang atos medhokol kang angganjel pulung ati. "Drengki
lan meri" iku mung anggawa karugiyan bae tumrap kita, ora ana gunane
sathithik -thithika. Salawase wong isih anduweni pangrasan karep
"drengki lan meri" iku ora bakal bisa tumeka kamajuwane tumrap dunya
prabawaning gaib.
Ora mung tumindak bae tumrap sawijining wong bae bisa maluyakake wong
liya kalawan kekuwatan gaib nanging uga tumindak tumrap sawijining wong
maluyakake dhiri pribadi kalawan kekuwatan iku. Bisane maluyakake larane
wong liya, mesthine kudu ngirima kekuwatan waluya marang sajroning
badane wong kang lara. Manawa wong gelem naliti yen wong iku bisa
ngumpulake kekuwatan gaib ing dalem badane dhewe lan ngetokake sabageyan
kekuwatan gaib kawenehake marang wong liyane mestheni uwong bisa ngreti
yen arep migunakake kekuwatan iku nganggo paedahe dhiri dhewe uga luwih
gampang.
Supaya bisa nindhakake pamaluya marang dhirine dhewe kalawan sampurna
wong ngesthi kudu mahamake cara-carane maluyakake panyakit. Iya iku
cara-cara kang katindakake kanggo maluyakake wong liya lan wusanane
ambudidaya supaya bisa migunakake obah-obahan iku marang awake dhewe.
Kawitane wong kudu nindakake patrape mangreh napas, kanggo negahake
asabat. Dene carane ngatur napas iku kaprathelakake kalayan ringkes kaya
ing ngisor iki :
Madika panggonan kang sepi.
Lungguha ing sawijining palinggihan kang endhek lan kepenak, sikil karo pisan tumapak ing lemah.
Badan kajejegake lan janggute diajokake.
Benik-beniking
klambi kang kemancing padha kauculan, sabuk uga diuculi supaya
sandangan dadi longgar lan kepenak kanggo tumindhak ing napas.
Pikiran katarik mlebu, supaya luwar saka sakehing geteran pikiran kaya saka ing jaba.
Sakehing urat-urat kakendokake.
Banjur
narika napas kalawan alon lan nganti jero banget tahanen napas iku
sawatara sekon/detik (kira-kira 6 detik) lan wusanane wetokna napas iku
kalawan sareh.
Anujokna
gumolonging pikiran kalawan ngetut marang napas kang mlebu metu iku
kalawan giliran. Cara nindakake napas kaya ing ngisor iki :
Narik napas kalawan alon lan nganti jero ing sabisane, nganti dhadha mekar lan weteng dadi nglempet.
Nahan
napas iku kira-kira nem saat utawa luwih suwe ing dalem paru-paru
dhadhane cikben lestari mekare, lan wetenge cikben lestaringlempetake
kalawan mangkono iku gurung dalaning napas tansah tetep menga.
Ambuangna napas kalawan alon nganti entek babar pisan nganti dhadha dadi kempes, lan weteng dadi mekar.
Banjurna
marambah-rambah matrapake mangkono iku suwene kira-kira saka lima
tumeka limolas menit utawa luwih suwe nganti bisa nemoni pangrasa anteng
lan tentrem ing sajroning badan.
Carane matrapake kasebut ing dhuwur iku sawijining cara kanggo napakake
napas, iki kena lan kudu ditindakake saben dina telung rambahan, dening
sapa bae kang nglakoni tapa supaya oleh ilmu gaib. Daya kang luwih bagus
iya iku miwiti makarti miturut pituduhan. Aja weya nindakake patrap
kanggo napakake napas iku.
Cara matrapake tumindaking napas iku kena uga ditindakake kalayan
leyeh-leyeh mlumah : ngendokake sakabehing urat-urat nyelehake tangan
karo pisan sadhuwuring weteng lan nindakake lakuning napas miturut
aturan. Daya ngisekake Prana Ngadeg kalawan jejeg sikil karo pisan
kapepetake dadi siji lan driji -drijining tangan karo pisan dirangkep
dadi siji kalawan longgar.
Banjur matrapa lakuning napas sawatara rambahan miturut aturan. Gawe
segering utek lungguha kalawan jejeg lan nyelehna tangan karo pisan ing
sandhuwuring pupu kiwa tengen: mripat mandheng marang arah ing ngarep
kalawan tetep: sikil karo pisan tumadak ing lemah. Kalawan jempol tangan
tengen anutup lenging grana sisih tengen lan anarika napas liwat
lenging grana sisih kiwa, wusana nglepasake jempol iku banjur ambuwang
napas lan nutupa lenging grana kiwa kalawan driji narika napas liwat
lenging grana tengen, lepasna driji panutup iku lan ambuwanga napas.
Mangkono sabanjure kalawan genti-genten kiwa lan tengen.
SASTROJENDRA
SASTRA JENDRA SEBAGAI AJARAN SINENGKER (RAHASIA)
1) Ajaran ini bersumber dari istilah Sastra Harjendra Yuning Rat
yang bersumber dari kisah Arjoena-Sasra Baoe karya pujangga
R.Ng.Sindoesastra (Van Den Broek, 1870:31,33). Ungkapan serupa : Sastra
Herjendra Hayuning Bumi (ibid:30) Sastra Hajendra Hayuningrat
Pangruwating Barang Sakilar (ibid:31), atau Sastradi (ibid:31), sastra
Hajendra (ibid:31), sastra Hajendra Yuningrat Pangruwating Diyu
(ibid:31), sastra Hajendra Wadiningrat (ibid:31), Sastrayu (ibid: 32,
34), atau sastra Ugering Agesang Kasampurnaning Titah Titining Pati
Patitising Kamuksan (ibid:32), Jatining Sastra (ibid:32).
2) Arti masing-masing istilah (Pradipta 1995) adalah sbb:
a. Sastra Hajendra Yuning Rat (ilmu ajaran tertinggi yang jelas tentang keselamatan alam semesta)
b. Sastra Harjendra Wadiningrat (ilmu ajaran keselamatan alam semesta untuk Meruwat raksasa).
c. Sastra Hajendra Wadiningrat (ilmu ajaran tertinggi tentang keselamatan alam semesta rahasia dunia)
d. Sastrayu (ilmu ajaran keselamatan)
3) Penafsiran
a. Seperti
diketahui dalam kitab Arjoena-Sasra-Boe tak ada uraian yang memadai
tentang bentuk, isi, dan nilai ajaran Sastra Jendra yang sinengker itu.
Namun demikian janganlah lalu ditafsirkan bahwa di kalangan masyarakat
Jawa tak ada seorangpun terutama pada waktu itu yang tidak tahu tentang
bentuk, isi, dan nilai ajaran tersebut. Bahkan sebaliknya justru karena
singkatnya uraian Sindusastra, dapat ditafsirkan bahwa masyarakat sudah
tahu dan memahami betul tentang ajaran yang bersifat rahasia itu.
Perihal Sinengker dapat ditafsirkan bahwa situasi, kondisi, lingkungan ,
iklim, suasana sosial dan budaya setempat /waktu Sastra Jendra
dilahirkan ,mungkin belum dapat diterima secara iklas dan trasparan,akan
kehadiran ajaran Sastra Jendra tersebut
b. Didalam kitab Arjoena-Sasra-Baoe, Sastra Jendra hanya diuraikan secara singkat sbb:
Sastrarjendra
hayuningrat,pangruwat barang sakalir, kapungkur sagung rarasan, ing
kawruh tan wonten malih, wus kawengku sastradi, pungkas-pungkasaning
kawruh, ditya diyu raksasa, myang sato sining wanadri, lamun weruh
artine kang sastrarjendra. Rinuwat dening bathara, sampurna patinireki,
atmane wor lan manusa, manusa kang wus linuwih, yen manusa udani, wor
lan dewa panitipun, jawata kang minulya mangkana prabu Sumali, duk
miyarsa tyasira andhandhang sastra.
Terjemahannya :
Ilmu/ajaran
tertinggi tentang keselamatan alam semesta, untuk meruwat segala hal,
dahulu semua orang membicarakan pada ilmu ini tiada lagi, telah
terbingkai oleh sastradi. Kesimpulan dari pengetahuan ini bahwa segala
jenis raksasa, dan semua hewan di hutan besar, jika mengetahui arti
sastra Jendra. Akan diruwat oleh dewa,menjadi sempurna kematiannya
(menjadi) dewa yang dimuliakan, demikianlah Prabu Sumali, ketika
mendengar hatinya berhasrat sekali mengetahui Sastra Jendra.
c.
Secara esensial ilmu/ajaran Sastra Jendra yang berarti ilmu/ajaran
tertinggi tentang keselamatan, mengandung isi dan nilai Ketuhanan
YME,mungkin karena pertimbangan tertentu, maka yang dipaparkan baik
dalam Serat Arjunasastra maupun didalam lakon-lakon wayang hanyalah
sebatas kulit saja, belum mengungkap secara mendasar tentang pokok
bahasan dan materi yang sebenarnya secara memadai. Namun demikian bagi
orang yang memiliki ilmu semiotik Jawa (ilmu tanda atau ilmu tanggap
samita), mungkin dapat menangkap maksud dan tujuan ilmu ini , serta
dapat memaknai ilmu Ketuhanan YME dalam proyeksi mikro dan makro.
d. Struktur ilmu/ ajaran sastra Jendra dapat disusun sebagai berikut.:
Sastra Jendra/Sastradi/Jatining Sastra/Satrayu
Sastra Jendra Hayuningrat
(Sastra Jendra untuk setiap tatasurya)
Sastra Jendra Hayuning Bumi
(Sastra Jendra untuk Bumi dimana manusia hidup)
Sastra Jendra Pangruwating Barang Sakelir
(Untuk Meruwat segala Macam mahluk hidup)
SJP SJP SJP SJP
Kewan Dayu Manungsa Lsp
(Hewan) (Raksasa) (Manusia) (Lainnya)
Sastra Jendra Hayuning Bumi
(Sastra Jendra untuk bumi dimana manusia hidup)
Agama Kepercayaan thd Tuhan YME ainnya
Agama :
Sastra Jendra Hayuning Bumi
Sastra Jendra utk Bumi dimana manusia hidup
Islam Katolik Kristen Hindu Budha
Kepercayaan terhadap Tuhan YME :
Sastra Jendra Hayuning Bumi
(Serat Jendta utk Bumi dimana manusia hidup)
Kanuragan Sangkan Paran Kasampurnan Kasucen
(SUAKTTPPK)
*SUAKTTPPK = Sastra Urgening Agesang Kasampurnaning Titah Titining Pati Patising Kamuksan.
(Ilmu/ajaran) pedoman hidup kesempurnaan manusia kesempurnaan mati kesempurnaan moksa).
Lainnya :
Sastra Jendra Hayuning Bumi
(Sastra Jendra untuk Bumi dimana manusia hidup)
Agama Kepercayaan thd Tuhan YME lainnya di dunia
a. Sastra Jendra sebagai paguyuban Kepercayaan terhadap Tuhan YME
Di
Indonesia terdapat organisasi budaya spiritual bernama paguyuban Sastra
Jendra Hayuningrat Pangaruwating Diyu, anggotanya tersebar luas ke 14
propinsi. Paguyuban ini berpusat di Jakarta, disesepuhi oleh KRMH.
Darudriyo Soemodiningrat. Paguyuban ini meyakini adanya Tuhan YME dan
keberadaannya tak dapat diibaratkan dengan apapun. Menurut naskah
pemaparan Budaya Spiritual. Ada pola dasar ajaran :
1. Ajaran tentang Tuhan YME
2. Ajaran tentang Alam semesta
3. Ajaran tentang Manusia
4. Ajaran tentang Kesempurnaan
(Uraian terperinci tidak disajikan di sini)
Menurut
nama sumber Widyo Isworo SH (alm). Salah seorang warga senior dari
paguyuban tersebut, Sastra Jendra yang amat luas berasal dari keraton,
dipergunakan oleh para raja. Jadi sudah sejak dahulu ada. Sedangkan ilmu
yang dikelola oleh paguyuban ini hanyalah terbatas pada Sastra Jendra
yang berurusan dengan peningkatan watak dan perilaku raksasa saja.
Itulah sebabnya diambil nama Sastra Jemdra Hayuningrat Pranguanting
Diyu. Seseorang sebelum menyerap ilmu ini harys mengerti terlebih dahulu
tentang mikro dan makro kosmos. Sesudah itu baru secara bertahap ia
memahami, menghayati dan mengamalkan :
1). Kasatriyan (Kesatriaan)
2). Khadewasan (Kedewasaan)
3). Kesepuhan
4). Kawredhan
Ilmu
ini sungguh bersifat rahasia dalam arti tidak mungkin disebar luaskan
secara terbuka, karena penuh dengan laku bathin yang tidak sepenuhnya
bisa diterima umum secara rasional.
Ngilmu Kasampurnan
Serat Kekiyasanning Pangracutan salah satu buah karya sastra Sultan Agung raja atara ( 1613 - 1645 )
rupa-rupanya Serat Kekiyasaning Pangrautan juga menjadi narasumber dala
penulisan Serat Wirid Hidayat Jati oleh R.Ng Ronggowarsito karena ada
beberapa bab yang terdapat pada Serat kekiyasanning Pangrautan terdapat
pula pada Serat Wirid Hidayat Jati. Pada
manuskrip huruf Jawa Serat kekiyasanning Pangracutan tersebut telah
ditulis kembali pada tahun shaka 1857 / 1935 masehi. Disyahkan oleh
pujangga di Surakarta RONG no-GO ma-WAR ni SI ra TO = Ronggowarsito atau R.. Ng. Rongowarsito.
SARASEHAN ILMU KESAMPURNAAN
terjemahan
Ini
adalah keterangan Serat Suatu pelajaran tentang Pangracutan yang telah
disusun oleh Baginda Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma di Mataram atas
berkenan beliau untuk membicarakan dan temu nalar dalam hal ilmu yang
sangat rahasia, untuk mendapatkan kepastian dan kejelasan dengan harapan
dapat dirembuk dengan para ahli ilmu kasampurnaan.
Adapun mereka yang diundang dalam temu nalar itu adalah :
1. Panembahan Purbaya
2. Panembahan Juminah
3. Panembahan Ratu Pekik di Surabaya
4. Panembahan Juru Kithing
5. Pangeran di Kadilangu
6. Pangeran di Kudus
7. Pangeran di Tembayat
8. Pangeran Kajuran
9. Pangeran Wangga
10. Kyai Pengulu Ahmad Kategan
1. Berbagai Kejadian Pada Jenazah
Adapun
yang menjadi pembicaraan, beliau menanyakan apa yang telah terjadi
setelah manusia itu meninggal dunia, ternyata mengalami bermacam-macam
kejadian pada jenazahnya dari berbagai cerita umum, juga menjadi suatu
kenyataan bagi mereka yang sering menyaksikan keadaan jenazah yang salah
kejadian atau berbagai macam kejadian pada keadaan jenazah adalah
berbagai diketengahkan dibawah ini :
1) Ada yang langsung membusuk
2) Ada pula yang jenazahnya utuh
3) Ada yang tidak berbentuk lagi, hilang bentuk jenazah
4) Ada pula yang meleleh menjadi cair
5) Ada yang menjadi mustika (permata)
6) Istimewanya ada yang menjadi hantu
7) Bahkan ada yang menjelma menjadi hewan.
Masih
banyak pula kejadiaanya, lalu bagaimana hal itu dapat terjadi apa yang
menjadi penyebabnya. Adapun menurut para pakar setelah mereka bersepakat
disimpulkan suatui pendapat sebagai berikut :
Sepakat
dengan pendapat Sultan Agung bahwa manusia itu setelah meninggal
keadaan jenazahnya berbeda-beda itu suatu tanda bahwa disebabkan karena
ada kelainan atau salah kejadian (tidak wajar), makanya demikian karena
pada waktu masih hidup berbuat dosa setelah menjadi mayat pun akan
mengalami sesuatu masuk kedalam alam penasaran. Karena pada waktu pada
saat sedang memasuki proses sakaratul maut hatinya menjadi ragu, takut,
kurang kuat tekadnya, tidak dapat memusatkan pikiran hanya untuk satu
ialah menghadapi maut. Maka ada berbagai bab dalam mempelajari ilmu
ma’rifat, seperti yang akan kami utarakan berikut ini :
1.
Pada waktu masih hidupnya, siapapun yang senang tenggelam dalam
kekayaan dan kemewahan, tidak mengenal tapa brata, setelah mencapai
akhir hayatnya, maka jenazahnya akan menjadi busuk dan kemudian menjadi
tanah liat sukmanya melayang gentayangan dapat diumpamakan bagaikan
rama-rama tanpa mata sebaliknya, bila pada saat hidupnya gemar
menyucikan diri lahir maupun batin. Hal tersebut sudah termasuk lampah
maka kejadiannya tidak akan demikian.
2.
Pada waktu masih hidup bagi mereka yang kuat pusaka tetapi tidak
mengenal batas waktunya bila tiba saat kematiannya maka mayatnya akn
terongok menjadi batu dan membuat tanah perkuburannya itu menjadi
sanggar adapun rohnya akan menjadi danyang semoro bumi walaupun begitu
bila masa hidupnya mempunyai sifat nrima atau sabar artinya makan tidur
tidak bermewah-mewah cukup seadanya dengan perasaan tulus lahir batin
kemungkinan tidaklah seperti diatas kejadiannya pada akhir hidupnya.
3.
Pada masa hidupnya seseorang yang menjalani lampah tidak tidur tetapi
tidak ada batas waktu tertentu pada umumnya disaat kematiannya kelak
maka jenaahnya akan keluar dari liang lahatnya karena terkena pengaruh
dari berbagai hantu yang menakutkan. Adapun sukmanya menitis pada hewan.
Walaupun begitu bila pada masa hidupnya disertai sifat rela bila
meninggal tidak akan keliru jalannya.
4.
Siapapun yang melantur dalam mencegah syahwat atau hubungan seks tanpa
mengenal waktu pada saat kematiannya kelak jenazahnya akan lenyap
melayang masuk kedalam alamnya jin, setan, dan roh halus lainnya
sukmanya sering menjelma menjadi semacam benalu atau menempel pada orang
seperti menjadi gondaruwo dan sebagainya yang masih senang mengganggu
wanita kalau berada pada pohon yang besar kalau pohon itu di potong maka
benalu tadi akan ikut mati walaupun begitu bila mada masa hidupnya
disertakan sifat jujur tidak berbuat mesum, tidak berzinah, bermain seks
dengan wanita yang bukan haknya, semuanya itu jika tidak dilanggar
tidak akan begitu kejadiannya kelak.
5.
Pada waktu masih hidup selalu sabar dan tawakal dapat menahan hawa
nafsu berani dalam lampah dan menjalani mati didalamnya hidup, misalnya
mengharapkan janganlah sampai berbudi rendah, rona muka manis, dengan
tutur kata sopan, sabar dan sederhana semuanya itu janganlah sampai
belebihan dan haruslah tahu tempatnya situasi dan kondisi dan demikian
itu pada umumnya bila tiba akhir hayatnya maka keadaan jenazahnya akan
mendapatkan kemuliaan sempurna dalam keadaannya yang hakiki. Kembali
menyatu dengan zat yang Maha Agung, yang dapat mneghukum dapat
menciptakan apa saja ada bila menghendaki datang menurut kemauannya
apalagi bila disertakan sifat welas asih, akan abadilah menyatunya
Kawulo Gusti.
Oleh karenanya bagi orang yang ingin mempelajari ilmu ma’arifat haruslah dapat menjalani : Iman, Tauhid dan Ma’rifat.
2. Berbagai Jenis Kematian
Pada
ketika itu Baginda Sultan Agung Prabu Hanyangkra Kusuma merasa senang
atas segala pembicaraan dan pendapat yang telah disampaikan tadi.
Kemudian beliau melanjutkan pembicaraan lagi tentang berbagai jenis
kematian misalnya
Mati Kisas
Mati kias
Mati sahid
Mati salih
Mati tewas
Mati apes
Semuanya itu beliau berharap agar dijelaskan apa maksudnya maka yang hadir memberikan jawaban sebagai berikut :
Mati Kisas, adalah
suatu jenis kematian karena hukuman mati. Akibat dari perbuatan orang
itu karena membunuh, kemudian dijatuhi hukuman karena keputusan
pengadilan atas wewenang raja.
Mati Kias, adalah suatu jenis kematian akibatkan oleh suatu perbuatan misalnya: nafas atau mati melahirkan.
Mati Syahid, adalah suatu jenis kematian karena gugur dalam perang, dibajak, dirampok, disamun.
Mati Salih, adalah suatu jenis kematian karena kelaparan, bunuh diri karena mendapat aib atau sangat bersedih.
Mati Tiwas, adalah suatu jenis kematian karena tenggelam, disambar petir, tertimpa pohon , jatuh memanjat pohon, dan sebagainya.
Mati Apes, suatu
jenis kematian karena ambah-ambahan, epidemi karena santet atau tenung
dari orang lain yang demikian itu benar-benar tidak dapat sampai pada
kematian yang sempurna atau kesedanjati bahkan dekat sekali pada alam
penasaran.
Berkatalah
beliau : “Sebab-sebab kematian tadi yang mengakibatkan kejadiannya lalu
apakah tidak ada perbedaannya antara yang berilmu dengan yang bodoh ?
Andaikan yang menerima akibat dari kematian seornag pakarnya ilmu
mistik, mengapa tidak dapat mencabut seketika itu juga ?”
Dijawab
oleh yang menghadap : “Yang begitu itu mungkin disebabkan karena
terkejut menghadapi hal-hal yang tiba-tiba. Maka tidak teringat lagi
dengan ilmu yang diyakininya dalam batin yang dirasakan hanyalah
penderitaan dan rasa sakit saja. Andaikan dia mengingat keyakinan
ilmunya mungkin akan kacau didalam melaksanakannya tetapi kalau selalu
ingat petunjuk-petunjuk dari gurunya maka kemungkinan besar dapat
mencabut seketika itu juga.
Setelah
mendengar jawaban itu beliau merasa masih kurang puas menurut pendaat
beliau bahwa sebelum seseorang terkena bencana apakah tidak ada suatu
firasat dalam batin dan pikiran, kok tidak terasa kalau hanya begitu
saja beliau kurang sependapat oleh karenanya beliau mengharapkan untuk
dimusyawarahkan sampai tuntas dan mendapatkan suatu pendapat yang lebih
masuk akal.
Kyai
Ahmad Katengan menghaturkan sembah: “Sabda paduka adalah benar, karena
sebenarnya semua itu masih belum tentu , hanyalah Kangjeng Susuhunan
Kalijogo sendiri yang dapat melaksanakan ngracut jasad seketika , tidak
terduga siapa yang dapat menyamainya
3. Wedaran Angracut Jasad
Adapun
Pangracutan Jasad yang dipergunakan oleh Kangjeng Susuhunan Kalijogo,
penjelasannya yang telah diwasiatkan kepada anak cucu seperti ini
caranya:
“Badan
jasmaniku telah suci, kubawa dalam keadaan nyata, tidak diakibatkan
kematian, dapat mulai sempurna hidup abadi selamanya, didunia aku hidup,
sampai di alam nyata (akherat) aku juga hidup, dari kodrat iradatku,
jadi apa yang kuciptakan, yang kuinginkan ada, dan datang yang
kukehendaki”.
4. Wedaran Menghancurkan Jasad
Adapun
pesan beliau Kangjeng Susuhunan di Kalijogo sebagai berikut : “Siapapun
yang menginginkan dapat menghancurkan tubuh seketika atau terjadinya
mukjijat seperti para Nabi, mendatangkan keramat seperti para Wali,
mendatangkan ma’unah seperti para Mukmin Khas, dengan cara menjalani
tapa brata seperti pesan dari Kangjeng Susuhunan di Ampel Denta :
Menahan Hawa Nafsu, selama seribu hari siang dan malamnya sekalian.
Menahan syahwat (seks), selama seratus hari siang dan malam
Tidak berbicara, artinya membisu, dalam empat puluh hari siang dan malam
Puasa padam api, tujuh hari tujuh malam
Jaga, lamanya tiga hari tiga malam
Mati raga, tidak bergerak lamanya sehari semalam.
Adapun pembagian waktunya dalam lampah seribu hari seribu malam itu beginilah caranya :
1. Manahan hawa nafsu, bila telah mendapat 900 hari lalu teruskan dengan
2. Menahan syahwat, bila telah mencapai 60 hari, lalu dirangkap juga dengan
3. Membisu tanpa berpuasa selama 40 hari, lalu lanjutkan dengan
4. Puasa pati selama 7 hari tujuh malam, lalu dilanjutkan dengan
5. Jaga, selama tiga hari tiga malam, lanjutkan dengan
6. Pati raga selama sehari semalam.
Adapun
caranya Pati Raga adalah : tangan bersidakep kaki membujur dan menutup
sembilan lobang ditubuh, tidak bergerak-gerak, menahan tidak berdehem,
batuk, tidak meludah, tidak berak, tidak kencing selama sehari semalam
tersebut. Yang bergerak tinggallah kedipnya mata, tarikan nafas, anapas,
tanapas nupus, artinya tinggal keluar masuknya nafas, yang tenang
jangan sampai bersengal-sengal campur baur.
Perlunya Pati Raga
Baginda Sultan Agung bertanya : “Apakah manfaatnya Pati Raga itu ?”
Kyai
Penghulu Ahmad Kategan menjawab : “Adapun perlunya pati raga itu,
sebagai sarana melatih kenyataan, supaya dapat mengetahui pisah dan
kumpulnya Kawula Gusti, bagi para pakar ilmu kebatinan pada jaman kuno
dulu dinamakan dapat Meraga Sukma, artinya berbadan sukma, oleh
karenanya dapat mendakatkan yang jauh, apa yang dicipta jadi, mengadakan
apapun yang dikehendaki, mendatangkan sekehendaknya, semuanya itu dapat
dijadikan suatu sarana pada awal akhir. Bila dipergunakan ketika masih
hidup di Dunia ada manfaatnya, begitu juga dipergunakan kelak bila telah
sampai pada sakaratul maut
Wewedharanipun Tri Bawana
[Jabaran tiga dunia]
BAHASA JAWA
1. Ayat ingkang sapisan, dipun wastani pambukaning tata mahligai ing dalem Baitalmakmur, kados makaten wewedharanipun :
Sajatine
ingsun nata malige ing dalem Baitalmakmur iya iku enggon
parameyaningsun jumeneng ana sirahing Adam, kang ana sajroning sirah iku
dimak, iya iku utek kang ana antaraning Dimak iku manik, sajroning
pranawa iku sukna, sajroning sukma iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun
ora ana pangeran, anging ingsun dzat kang anglimputi ing kahanan jati.
2. Ayat ingkang kaping kalih dipun wastani pambukaning tata mahlige ing dalem Baitalmukharam, kados makten wewedharanipun :
Sajatine
ingsun anata malige ing dalem baitalmukharam, iya iku enggon
laranganingsun jumeneng ana jajaning Adam, kang ana sajroning dhada iku
ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi,
sajroning budi iku jinem, sajroning jinem iku sukma, sajroning sukma iku
rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, ora ana Pangeran anging ingsun dzat
kang anglimputi kahanan jati.
3. Ayat ingkang kaping tiga dipun wastani pambukaning tata mahlige ing dalem Baitalmukadas, mekaten wewejanganipun :
Sajatine
ingsun anata Malige ing dalem Baitalmukadas, iya iku enggon pasucen
ingsun jumeneng ana ing kontholing Adam, kang ana ing sajroning konthol
iku pringsilan, kang ada antaraning iku mutfah, iya iku mani sajroning
mutfah iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem,
sajroning manikem iku rahso sajroning rahso iku ingsun, ora ana Pangeran
anging ingsun dzat kang anglimputi ing kahanan jati.
Menggah ingkang sami kapareng amedharaken wedharan triloka wau para wali 8:
Susuhunan ing Giri Kadhaton
Susuhunan ing Kudus
Susuhunan ing Panggung
Susuhunan ing Majagung
Susuhunan ing Pancuran
Susuhunan ing Cirebon
Syeh Maulana Ibrahim Jatiswara
Susuhunan ing Kajenar
Dene
anggenipun sami karsa amedharaken Triloka punika saking anggenipun sami
ambabar kaelokaning Ilmi kasampurnan, ingkang kaangge witting Ilmi
bangsa Sorogan, kadosta :
Kawasa saget andhatengaken salwiring sedya.
Anggenipun kawasa saget adamel lumpuhing para cidra, inggih punika bangsaning pangetisan.
Sami kawasa saget adamel sarana wewelikaning pandulu inggih punika kalebet Aji Sesulapan.
Sami
anggelaraken bangsaning gendam, urawi puter giling sapanunggalanipun,
nanging sadya kal wau nalika pakumpulan kaliyan Kanjeng Susuhunan ing
Kalijogo inggih sami ajrih anggelaraken.
Purunipun
adamel kaelokan sareng Kanjeng Susuhunan Ing Kalijaga sampun kayun
widaraini, tegesipun gesang toya kalih wonten ing donya gesang, ing
kahanan akhir inggih gesang, sanyata langgeng boten ewah gingsir mila
waget jumeneng Gosul Alam, tegesipun dados musthikaning Sapta Bawana,
inggih punika winenang mengku Bumi langit sap pitu, tetep gesang
piyambak boten wonten ingkang anggesangi.
TERJEMAHAN
1. Ayat yang pertama dinamakan terbukanya tata mahligai Baitalmakmur wedarnya/jabarannya sebagai berikut :
Sebenarnya
aku mengatur singgasana di dalam Baitalmakmur, di situlah tempat
kesenangan-KU, berada di kepada Adam ,yang berada didalam kepala disebut
dimak yaitu otak, yang berada diantara dimak itu manik, didalam manik
itu pramana adalah pranawa, didalam pranawa itu adalah sukma itu adalah
rahsa, didalam rahsa itu adalah aku, tidak ada Pangeran hanya dzat yang
meliputi disemua keadaan.
2. Ayat yang kedua dinamakan terbukanya susunan singgasana dalam Baitalmukharam sebagai berikut :
Sebenarnya
aku menata singgasana dalam Baitalmukharam itulah tempat
larangan-larangan-KU, yang berada didada Adam, yang berada di dalam dada
itu hati, yang berada diantara hati itu jantung, di dalam jantung itu
budi, di dalam budi itu jinem, di dalam jinem itu sukma, didalam sukma
itu rahsa dan di dalam rahsa itu aku, tidak ada Tuhan kecuali aku, Dzat
yang emliputi semua keadaan .
3. Ayat ketiga dinamakan terbukanya susunan singgasana dalam Baitalmukadas sebagai berikut :
Sebenarnya
aku menata singgasana dalam Baitalmukadas, rumah tempat yang aku
sucikan berada didalam kelaminnya Adam, yang berada di dalam kelamin itu
pelir, yang berada di dalam pelir itu mutfah yakni mani, di dalam mutfah
adalah madi, di dalam madi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di
dalam rahsa itu adalah aku tidak ada Tuhan kecuali aku, dzat yang
meliputi semua keadaan.
Adapun yang ditunjuk mewedarkan wedaran Triloka ialah delapan wali, sebagai berikut :
Sesuhunan di Giri Kedaton
Sesuhunan di Kudus
Sesuhunan di Panggung
Sesuhunan di Pajagung
Sesuhunan di Pancuran
Sesuhunan di Cirebon
Syeh Maulana Ibrahim Jatiswara
Sesuhunan di Kajenar
Adapun
mereka mau mewedarkan Triloka itu, karena mereka telah menyaksikan
kehebatan ilmu kasampurnan, yang dianggap menjadi kuncinya ilmu sorogan,
misalnya :
Mampu mendatangkan semua yang dikehendaki
Mampu melumpuhkan orang yang berniat jahat, yaitu tergolong pangatisan.
Mampu membuat penglihatan menjadi berubah ialah sebangsa sulapan.
Mampu
menggelarkan jenisnya dendam, atau puter giling dan sebagainya, tetapi
semua itu ketika masih berkumpul dengan Sunan Kalijogo, mereka tkut
mempergunakan ilmu-ilmu tersebut.
Mereka
membuat keanehan setelah Sunan Kalijogo sudah kayun widaraini artinya
hidup di akherat pun hidup. Ternyata abadi tidak berubah oleh karenanya
dapat menyandang sebagi Gosul Alam, artinya menjadi mustikanya tujuh
lapis Bawana mempunyai wewenang menguasai Bumi dan langit lapis tujuh.
No comments:
Post a Comment