Saturday, August 11, 2012

DZIKIR TAUHID TOTALITAS DZIKIR

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Dzikir Tauhid itu? Sebenarnya intinya sama saja dengan dzikir lain yang sering kita lakukan. Hakikatnya adalah ingat kepada Allah. Memuji-muji Kebesaran dan Keagungan Ilahi Rabbi. Dan mencoba melakukan komunikasi untuk membangun kedekatan dengan Sang Penguasa alam semesta.

Lantas apa yang membedakamya? Cuma satu, yaitu: totalitas. Dzikir yang kita lakukan pada umumnya, kita sebut sebagai Dzikir Dasar, dilakukan seusai shalat atau waktu-waktu khusus. Dan di luar waktu itu, kita tidak lagi berdzikir. Sedangkan Dzikir Tauhid adalah upaya berdzikir di sepanjang waktu yang kita miliki. Tidak hanya seusai shalat, tetapi sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Bahkan alam bawah sadar, yang 'menguasai' kita sepanjang tidur pun kita ajak untuk berdzikir. Tiada henti...


Inilah yang dimaksudkan oleh Allah dalam berbagai firmamya, bahwa tetaplah berdzikir setelah shalat usai. Dan teruslah berdzikir dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.


QS. An Nisaa' (4) : 103

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, berdzikirlah kepada Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

QS. Al Jumu'ah (62) : 10

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan berdzikirlah kepada Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Bahkan di ayat lainnya, Allah memperjelas apa dan bagaimana yang dimaksud dengan Ingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring itu.


QS. Ali Imran (3) : 191

(yaitu) orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (sampai berkesimpulan) "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. (Subhanaka) Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Coba saja hitung waktu dalam sehari yang kita alokasikan untuk kegiatan dunia. Bandingkan dengan waktu untuk mengejar akhirat. Untuk tidur, katakanlah rata-rata 6 jam. Untuk bekerja 8 jam. Untuk makan sekitar 2 jam. Untuk bersantai, OR, nonton TV, baca koran, mendengarkan radio, kurang lebih 3 jam. Untuk berkendara anggap saja 2 jam. Sudah berjumlah: 21 jam!

Sisanya yang 3 jam kita bagi untuk shalat dan berdzikir, masing-masing 20 menit dikalikan 5 waktu, sekitar 100 menit. Baca Qur'an setiap hari 20 menit. Mendengarkan pengajian di TV, Radio, kaset, baca Diskusi, dan beramal kebajikan lainnya, rata-rata 1 jam per hari. Sudah habislah waktu 3 jam yang tersisa...!


Coba lihat kenyataamya: kita habiskan waktu untuk urusan Dunia 21 jam. Sedangkan untuk urusan akhirat cuma 3 jam! Begitukah cara kita mengejar Akhirat ?!


QS. Al An'aam (6) : 70

Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al Qur’an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan pun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

Allah mengingatkan kepada kita secara tersirat tapi tegas dalam ayat di atas. Jangan sampai kita tertipu oleh dunia. Sehingga kelak menyesal, setelah terlambat. Dunia ini cuma ujian dan cobaan bagi manusia. Kebahagiaan sesungguhnya berada di akhirat. Dan saya kira kita semua sudah paham. Tidak pelu lagi kita bahas lagi di sini.


Saya cuma ingin membangunkan kesadaran kita semua, bahwa selama ini kita telah tertipu oleh angan-angan kosong kita sendiri. Dan tanpa sadar menjadi tidak konsisten. Bahkan tidak masuk akal. Apa yang menjadi `tujuan utama' kita lalaikan, sedangkan yang menjadi 'tujuan antara' kita kejar habis-habisan. Allah mengkritik keras orang-orang yang bodoh dan lalai.


QS. Ar Ruum (30) : 7

Mereka hanya mengetahui yang lahiriah (saja) dari kehidupan dunia; sedang tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai.

QS. Adz Dzaariyaat (51) : 11

(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan lagi lalai,

Maka, apakah yang harus kita lakukan? Jawabnya sederhana saja: "bertindaklah yang proporsional." Kalau kita sudah paham bahwa akhirat adalah tujuan utama, maka utamakanlah dia. Sedangkan dunia hanyalah 'tujuan antara', maka jadikanlah dia sebagai perantara untuk mencapai tujuan akhirat. "Tapi bagaimana caranya?" tanya jamaah. Masa iya, kita tinggalkan semua kegiatan dunia, seperti bekerja, olahraga, berkeluarga, berkumpul teman-teman, dan sebagainya. Dan kemudian hanya melakukan shalat, dzikir, baca Qur'an, puasa, berhaji, dan sebagainya?


Ah, kita harus lebih cerdas dalam merumuskan masalah. Allah menyukai orang yang mengunakan akalnya di dalam beribadah. Dan tidak suka kepada mereka yang sekadar ikutan-ikutan dan terbenam dalam kebodohan dan lalai, kata ayat di atas.


Allah telah memberikan petunjuk kepada kita untuk mencapai dua kebahagiaan sekaligus, kebahagian dunia dan kebahagiaan akhirat.


QS. Al Qashash (28) : 77

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Lantas, bagaimana formulasinya? Bukankah waktu kita terbatas hanya 24 jam sehari. Bagaimana membagi waktu untuk kegiatan akhirat dan duniawi. Nah, inilah yang kita sebut: DZIKIR TAUHID.


Kita tidak perlu memisah-misahkan antara kegiatan dunia dan akhirat. Karena keduanya adalah karunia Allah. Yang satu diberikan sekarang, dan yang lainnya diberikan nanti. Kedua-duanya harus kita Ambil dan kita nikmati. Kebahagiaan dunia kita nikmati. Kebahagiaan akhirat pun kita raih.

Karena sekarang ini adalah kehidupan dunia, maka jadikanlah kehidupan dunia sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Jangan ditinggalkan. Jangan dijauhi atau dilalaikan.

Jangan tidak bekerja, dengan alasan mengganggu shalat dan dzikir anda. Jangan tidak berolahraga karena alasan nanti nggak sempat baca Al Qur’an. Jangan pula tidak berumah tangga, karena takut menganggu kedekatan kita kepada Allah. Karena, semuanya itu bisa dilakukan secara simultan. Betapa banyaknya, orang yang bekerja tetapi tetap bisa melakukan shalat dan dzikir kepada Allah.


Betapa banyaknya pula orang yang berolahrga sambil menghafalkan ayat Qur'an. Bahkan menemukan makna ayat Qur'an dari segala yang terhampar di sekitarnya. Dan betapa banyaknya orang-orang yang berumah tangga sambil memenuhi perintah Allah untuk menyiapkan generasi berkualitas di masa depan yang akan mengembalikan kejayaan umat Islam sebagai umat teladan...


Dunia ini bukan untuk diabaikan. Tapi untuk dikelola supaya memberikan kebahagiaan kepada manusia. Tapi ingat, ini bukan tujuan final. Karena kita sedang menuju kehidupan yang lebih abadi, yaitu akhirat. Karena itu raihlah dunia sebanyak-banyaknya untuk digunakan beramat kebajikan bagi kehidupan akhirat kelak, sebesar-besarnya.


Seorang muslim harus berusaha menjadi kaya, agar bisa naik haji. Agar bisa menolong orang miskin. Agar bisa membantu anak-anak yatim. Agar bisa menyekolahkan anak-anaknya menjadi generasi yang kuat. Agar bisa menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan nyaman. Dan berbagai kenikmatan lainnya.


Seorang muslim juga harus pandai dan berilmu pengetahuan tinggi, agar kita tidak terus menerus dibodohi seperti sekarang. Agar bisa membangun pusat-pusat penelitian yang mengantarkan kita bisa memahami ayat-ayat Allah di alam semesta dan lingkungan hidup kita. Yang akan menambah kedekatan kita kepada Allah.


Seorang muslim juga harus berusaha menjadi penguasa, agar potensi umat islam ini bisa dikelola secara baik. Hidup damai sejahtera dalam negeriyang dirahmati dan diridloi oleh Allah. Kalau negeri ini dikendalikan oleh orang-orang yang tidak peduli pada Islam, maka kehidupan umat Islam akan sangat memprihatinkan. Sebagaimana terlihat di berbagai belahan dunia, dimana umat Islam minoritas.


Pokoknya umat Islam harus maju dalam segala bidang. Dunia harus berada dalam genggaman kita. Bukannya malah tersingkir dari kenikmatan dunia. Padahal dunia dan segala isinya ini diciptakan oleh Allah untuk kita. Tapi malah kita cuekin, sungguh kita berdosa kepada Allah. Kita melecehkan Allah yang telah membuat semua ini untuk kebahagiaan manusia...


QS. Al Baqarah (2) : 29
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

QS. Al Mukmin (40) : 79

Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiamya untuk kamu makan.

QS. Ibrahim (4) : 32

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.

QS. An Nahl (16) : 14

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang bercerita tentang betapa Allah telah menciptakan segala yang ada ini untuk kebahagian manusia. Tidak ada ayat yang melarang kita menikmatinya. Yang dilarang itu adalah hidup bermewah-mewahan dan bermegah-megahan, sehingga lupa dari mengingat Allah.


QS. Al Waaqi'ah (56) : 45-46

Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.

QS. At Takatsur (102) : 1-2

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.

Jadi, prinsip dasarnya adalah kembali kepada 'mengingat' Allah. Berdzikir kepada Allah. Mengorientasikan segala aktifitas hanya kepada Allah. Jangan lalai. Nanti, tahu-tahu mati. Masuk liang kubur. Tanpa persiapan apa pun untuk kehidupan akhirat.


Maka, lakukanlah Dzikir Tauhid. Berdzikir hanya untuk meng-ESA-kan Allah. Men-TAUHID-kan Sang Maha Perkasa. Dalam segala aktifitas kita. Di seluruh waktu yang kita lalui. Di segala tempat yang kita singgahi. Dalam kondisi apa pun yang kita alami, suka dan duka...

Tak ada lagi waktu yang memisahkan antara kita dan DIA. Waktu boleh mengikat jasmani kita untuk menjadi semakin tua. Tetapi hati dan jiwa kita tidak pernah lepas dari sang Penguasa Waktu. Bertasbihlah mengagungkan Kebesarannya di waktu pagi dan petang hari.

Dikutip dari sebuah tulisan dari Harun yahya 

No comments: