Saturday, August 4, 2012

Menyingkap Makrifat di Balik Syariat

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Sebagai orang islam, kita mesti menyakini bahwa kita harus melalui tahap iman, islam dan ihsan. Setelah kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kita juga harus mengetahui serta mengerjakan syari’at, seperti shalat, puasa, zakat, haji, juga mengikuti apa yang diperintahkan Allah SWT serta menghindari apa yang dilarang-Nya.
Kalau semua kewajiban tersebut sudah dikerjakan, apakah urusannya sudah selesai? Belum. Karena kemudian akan muncul pertanyaan: Untuk apa beribadah, seperti shalat?

Nah, jawabannya ada dalam thariqah. Sebab thariqah itu menyingkap ma’rifat di balik ibadah syari’at. Contohnya, pengetahuan di balik ibadah shalat, atau lebih luas lagi pengetahuan di balik syari’at islam.

Abdullah Shaghir
Cileungsi, Bogor,
Jawa Barat

Al Habib M. Luthfi Bin Yahya Menjawab :
Seharusnya, orang yang ingin berthariqah sudah mafhum dalam hal syari’at. Karena itulah, majelis pengajian kitab Ihya’ Ulumuddin, karya Imam Al-Ghazali, di Majelis kanzus Shalawat Pekalongan, misalnya, tidak membuka acara tanya jawab tentang syari’at. Misalnya, mengapa shalat Maghrib tiga rakaat, isya’ empat rakaat, dan Shubuh dua rakaat? Mengapa puasa dimulai dari waktu shalat Subuh hingga masuk waktu maghrib? Itu adalah syari’at, yang perlu dimengerti lebih dulu dasar dan ketentuannya.
Kalau jama’ah sudah mengetahui syari’at dengan baik, jalan selanjutnya baru thariqah.
Dalam perjalanan waktu mempelajari syari’at, bisa saja muncul pertanyaan : Mengapa kita harus shalat, puasa, dan lainnya? Mereka ingin mengetahui apa yang ada di balik ibadah yang mereka lakukan.
Saat seseorang sudah perlu kepada kepada kepada ma’rifat, yaitu pengetahuan di balik syari’at islam, saat itulah ia masuk thariqah. Dan kalau ia menganggap wajib memperoleh pengetahuan itu, ia wajib memasuki thariqah.
Jadi, thariqah sebenarnya bukan sekadar orang membaca wirid. Yang lebih penting adalah mendapatkan pengetahuan terhadap ibadah-ibadah yang kita lakukan. Wirid dan lainnya sekedar latihan dan ketekunan, supaya kita lebihdekat kepada Allah, Dzat Yang Memberikan pengetahuan ma’rifat kepada manusia.
Manusia harus menyadari atau mengetahui secara mendasar bahwa ia adalah makhluk (yang diciptakan) Khaliq (Pencipta, Allah). Hubungannya dengan pertanyaan “Mengapa kita melakukan shalat?”, karena, selain itu sebagai perintah Allah, dalam shalat kita juga mengetahui (ma’rifat) bahwa diri kita makhluk. Sudah menjadi kewajiban makhluk untuk menyembah, mengabdi, dan tunduk kepada penciptaan-nya.
Inti shalat adalah do’a. Jadi, orang yang berdo’a kepada Allah menyadari bahwa dirinya makhluk, yang lemah dan butuh pertolongan serta lindungan dari Allah, sebagai Dzat Yang Maha Memberi pertolongan dan perlindungan.
Hanya saja, manusia memiliki sifat lalai (ghafiah). Maka shalat dan ibadah lainnya, seperti wirid dan dzikir, serta latihan lainnya, bertujuan untuk terus mengingatkan manusia akan hakikat dirinya, sebagai makhluk, yang diciptakan oleh Khaliq. Dengan begitu, semua ibadah yang dilakukan akan dilaksanakan dengan ikhlas. Lillahi ta’ala, hanya karena Allah Ta’ala. Bukan karena alasan untuk harta benda, kekuasaan, atau kepentingan duniawi lainnya.

@(Tanya jawab dengan Habib Lutfi bin Yahya)

No comments: