أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Kisah
Nabiyullah Yunus mengandung keajaiban dan keunikan. Dia dibuang ke laut
dan dimakan ikan. Di sanalah dia berdoa kepada Allah untuk memohon
pertolongan-Nya. Maka Dia menyelamatkan dan menjaganya dari kebinasaan.
Dia memerintahkan ikan agar memuntahkannya di tepi pantai.
Hadis
ini mengandung tambahan keterangan dari apa yang disebutkan oleh
Al-Qur'an tentang kisahnya. Ia menjelaskan sebab-sebab mengapa Yunus
marah, lalu naik perahu menjauh dari keluarga dan negerinya.
Teks Hadis
Dari
Abdullah bin Mas'ud berkata, "Sesungguhnya Yunus menjanjikan adzab
kepada kaumnya. Dia memberitakan bahwa ia akan datang kepada mereka
dalam tiga hari. Mereka ketakutan, hingga ibu berpisah dengan anaknya.
Kemudian mereka keluar dan kembali kepada Allah untuk memohon ampun
darinya. Maka Allah menahan adzab dari mereka. Sementara itu Yunus
menantikan turunnya adzab dan dia tidak melihat apapun. Barang siapa
berdusta dan tidak memiliki bukti maka dia dibunuh. Maka Yunus pergi
dalam keadaan marah, hingga dia bertemu suatu kaum di atas perahu. Yunus
ikut bersama mereka dan mereka mengenalnya. Ketika Yunus naik perahu,
perahu itu tiba-tiba terhenti padahal perahu-perahu lainnya berjalan hilir-mudik ke kanan dan ke kiri. Yunus
berkata, 'Ada apa dengan perahu kalian?' Mereka menjawab, 'Entahlah.'
Yunus berkata, 'Akan tetapi, aku tahu. Di atas perahu ini terdapat
seorang hamba yang kabur dari Tuhannya. Perahu ini, demi Allah, tidak
akan berjalan hingga kalian membuang orang itu.' Mereka menjawab, 'Kalau
kamu wahai Nabiyullah, maka kami tidak akan melemparkanmu.' Yunus
berkata, 'Buatlah undian. Siapa yang keluar namanya, maka dia harus
terjun ke laut.' Lalu mereka
membuat undian. Yunus mengundi mereka tiga kali dan yang keluar selalu
namanya. Yunus pun terjun ke laut dan langsung seekor ikan besar telah
menantinya. Begitu Yunus terjun, ikan itu langsung menelannya. Ikan itu
turun ke dasar laut. Yunus mendengar tasbih batu-batu kecil. "Maka
ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, 'bahwa tidak ada Tuhan
selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim." (Al-Anbiya: 87). Ibnu Mas'ud berkata, "Kegelapan di dalam perut ikan besar, kegelapan laut, dan kegelapan malam."
Dia berkata, "Kalau
sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, niscaya dia
benar-benar dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela." (Al-Qalam: 49).
Dia
berkata, 'Yunus seperti anak burung yang telanjang dan tidak berbulu,
dan Allah menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu. Yunus makan
dari pohon itu dan berteduh di bawahnya. Pohon itu mengering dan Yunus menangisinya, maka Allah mewahyukan kepadanya, "Apakah
kamu menangisi sebuah pohon yang mengering dan tidak menangisi seratus
ribu orang atau lebih di mana kamu hendak mencelakakan mereka?"
Maka Yunus keluar. Dia bertemu dengan seorang pengembala kambing. Yunus bertanya
kepadanya, 'Anak muda, dari mana kamu?' Dia menjawab, 'Dari kaum
Yunus.' Yunus berkata, 'Jika engkau pulang, maka sampaikan salam kepada
mereka. Katakan kepada mereka kalau kamu telah bertemu Yunus.'
Anak
muda itu berkata, "Jika kamu memang benar Yunus, maka tentu kamu tahu
bahwa barangsiapa yang berbohong dan dia tidak mempunyai bukti, dia akan
dibunuh. Lalu siapa yang bersaksi untukku?" Yunus menjawab, "Saksimu
adalah pohon ini dan lembah ini." Anak muda itu berkata, "Perintahkan
keduanya." Maka Yunus berkata kepada pohon dan lembah itu, "Jika anak
muda ini datang kepada kalian berdua, maka bersaksilah untuknya."
Keduanya menjawab, "Ya."
Anak
muda itu pulang kepada kaumnya. Dia memiliki saudara-saudara yang
melindunginya. Dia menghadap raja dan berkata kepadanya, "Sesungguhnya
aku telah bertemu Yunus, dia menyampaikan salam kepada kalian." Maka
raja memerintahkan agar anak muda ini dibunuh. Dikatakan kepada raja,
"Dia punya bukti." Raja pun mengutus seorang pergi bersama anak muda
itu. Mereka tiba di pohon dan lembah. Anak muda itu berkata kepada
keduanya, "Aku bertanya kepada kalian berdua dengan nama Allah, apakah
Yunus menjadikan kalian berdua sebagai saksi?" Keduanya menjawab, "Ya."
Maka kaumnya pulang dalam keadaan ketakutan. Mereka berkata, "Pohon dan
bumi bersaksi untukmu." Mereka mendatangi raja dan menceritakan apa yang
mereka lihat. Raja menuntun tangan anak muda itu dan mendudukkannya di
singgasanaya seraya berkata, "Kamu lebih berhak terhadap kursi ini
daripada aku." Maka anak muda itu memimpin mereka selama empat puluh
tahun."
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, 11/541, no. 1195, Kitab Fadhail Yunus. Sururi dalam Ad-Durrul Mantsur menisbatkanya kepada Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf , Ahmad dalam Az-Zuhd, Abd
bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Mas'ud.
Dan Hafidz Ibnu Hajar menukil sepenggal darinya dan dia menyatakan
bahwa riwayat Ibnu Abi Hatim adalah shahih.Fathul Bari (6/452). Hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Ibrahim Al-Ali dalam Al-Ahadis Ash-Shahihah min Akhbaril Anbiya, hlm. 122. no. 177)
Penjelasan Hadis
Yunus
bin Matta adalah seorang nabi dan rasul. Allah mewahyukan kepadanya
seperti Allah mewahyukan kepada rasul-rasul yang lain, "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul." (Ash-Shaffat: 139). "Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan
wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak
cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur
kepada Daud." (An-Nisaa: 163). Dia termasuk orang-orang shalih yang terpilih. Allah melebihkan mereka dari manusia-manusia yang lain. "Dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. Masing-masing kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)." (Al-An'am: 86).
Allah telah memberitakan bahwa Yunus meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, "Dan ingatlah Dzun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah." (Al-Anbiya: 87). Dan bahwa dia kabur dengan perahu yang sarat muatan (penuh beban), "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan." (Ash-Shaffat: 139-140).
Rasulullah memberitakan
alasan kaburnya Yunus dan bagaimana dia bisa marah. Hal itu karena dia
menjanjikan adzab kepada kaumnya setelah sekian lama mereka mendustkan
rasul mereka. Yunus menyatakan bahwa adzab akan turun menimpa mereka
setelah tiga hari. Ketika mereka telah yakin bahwa adzab pasti turun,
mereka bertaubat dan kembali kepada Allah. Mereka menyesali sikap mereka yang mendustakan rasul mereka.
Dan
keadaan mereka, sebagaimana yang diberitakan oleh rasululah di dalam
hadis ini, mereka memisahkan anak hewan dari induknya dan anak manusia
dari ibunya. Kemudian mereka keluar dan berdoa kepada Allah. Suara
mereka berampur baur. Mereka berdoa dan bertawassul dengan-Nya. Ibu-ibu
dan induk-induk hewan berteriak sebagaimana anak-anak berteriak mencari
ibu-ibu mereka. Maka Allah menahan adzab-Nya dari mereka. Ibnu Katsir
berkata, "Ibnu Mas'ud, Mujahid, Said bin Jubair dan banyak ulama dari
kalangan salaf dan khalaf berkata, 'Manakala Yunus keluar dari kota
mereka, dan mereka yakin adzab akan turun kepada mereka, Allah memberi
mereka taufik untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya, dan mereka
menyesal atas sikap mereka selama ini kepada Nabi mereka. Maka mereka
memakai pakaian ibadah dan memisahkan semua ternak dengan anaknya,
kemudian mereka berdoa kepada Allah.
Mereka
mengangkat suara, merendahkan dan menundukkan diri mereka kepada-Nya.
Kaum laki-laki, para wanita, anak-anak, laki-laki dan perempuan, serta
para ibu, semuanya menangis. Binatang ternak, binatan melata, semuanya
bersuara, unta dan anaknya berteriak, sapi dan anaknya melenguh, kambing
dan anaknya mengembik. Saat-saat yang mencekam. Lalu Allah dengan daya
dan kekuatan-Nya menahan adzab yang hampir menimpa mereka dengan sebab,
dan ia telah berputar di atas kepala mereka seperti sepotong malam yang
kelam. (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/232). Oleh karena itu Allah berfirman, "Dan
mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu),
beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada
waktu yang tertentu." (Yunus: 98)
Allah
telah memberitakan kepada kita bahwa iman kaum Yunus berguna bagi
mereka setelah adzab hampir turun menimpa mereka, dan Allah pun
menariknya padahal ia telah menaungi mereka.
Tiga
hari yang dijanjikan oleh Yunus kepada kaumnya telah berlalu. Yunus
datang untuk melihat terwujudnya janji Allah atas mereka. Mungkin saat
itu Yunus menyendiri, tidak bersama kaumnya, maka dia tidak mengetahui
taubat dan insafnya mereka. Ketika Yunus menengok mereka, dia mendapati
mereka dalam keadaan selamat. Hal ini membuatnya marah. Dan bagi mereka, balasan untuk orang berdusta adalah dibunuh. Maka Yunus kabur karena takut dibunuh.
Yunus
terus berjalan hingga mencapai pantai. Dari pengamatan terhadap teks
hadis menunjukkan bahwa perginya Yunus ini tanpa izin dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Oleh karena itu, Allah Tabaraka Wa Taala menyatakan
bahwa Yunus adalah orang yang abiq (pergi tanpa permisi; pent). Abiq adalah hamba sahaya yang melarikan diri dari majikannya. "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang Rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan." (Ash-Shaffat:
139 -140). Semestinya Yunus harus rela dengan keputusan Allah dan
berserah diri kepada perintah-Nya. Bukan hak seorang hamba untuk marah
kepada perbuatan Tuhannya. Yunus semestinya juga tidak pergi tanpa
izin-Nya. Oleh karena itu, Allah melarang Rasul-Nya agar tidak seperti
orang yang ditelan ikan besar, yaitu Yunus Alaihis Salam,"Maka
bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu dan
janganlah kamu seperti orang yang berada di dalam perut ikan besar." (Al-Qalam: 48).
Ketika Yunus tiba di pantai, dia mendapati suatu kaum berada di sebuah perahu. Mereka mengenalnya dan membawanya bersama mereka atas
dasar permintaannya. Ketika perahu sampai di tengah lautan, ia
tiba-tiba terhenti dan tidak bergerak. Ini benar-benar aneh.
Perahu-perahu lain di kanan dan kirinya berjalan hilir-mudik, sementara
ia sendiri berhenti di atas air dan tidak bergerak. (Yang termaktub di
dalam mayoritas hadis yang menjelaskan kisah Nabiyullah Yunus adalah
bahwa penyebab Yunus dibuang adalah laut yang bergolak dan mereka takut
tenggelam, bukan karena perahunya berhenti dan tidak bergerak. Mana yang
benar? Wallahu A'lam). Yunus mengetahui bahwa berhentinya perahu adalah
disebabkan oleh dirinya.
Dia
menyampaikan kepada penghuni perahu tentang sebab berhentinya, karena
adanya seorang hamba yang lari dari Tuhannya di perahu mereka, yakni
dirinya sendiri, "Ketika dia berlari kepada perahu yang penuh muatan." Ash-Shaffat: 140). Perahu itu tidak berjalan sementara hamba itu berada di atasnya. Dia harus dibuang ke laut agar perahu bisa
berjalan seperti perahu-perahu lainnya. Mereka menolak karena mereka
mengetahui bahwa Yunus adalah Nabi Allah yang mempunyai kemuliaan di
sisi-Nya.
Yunus
berkata kepada mereka, "Lakukanlah undian. Siapa yang mendapatkan
undian, maka dialah yang dilempar ke laut." Mereka mengundi. Yunus
memperoleh undian, hingga diulang kedua dan ketiga kalinya. Selaku
Yunus, dan undian inilah yang dimaksud oleh firman Allah, "Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian." (Ash-Shaffat: 141).
Manakala
Yunus mengetahui hal itu, dia menceburkan dirinya ke laut. Begitu dia
sampai di laut, dia langsung disambut oleh ikan besar. Bisa jadi para
penumpang perahu itu melihat ikan besar tersebut melahap Yunus, maka
mereka yakin kalau Yunus telah mati. Tidak ada seorangpun yang ditelan ikan besar bisa selamat sebelum Yunus, "Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah. Maka dia ditelan ikan besar dalam keadaan tercela." (Ash-Shaffat: 141-142).
Firman-Nya, "Dalam keadaan tercela," yakni
melakukan sesuatu yang mengundang celaan. Dia meninggalkan kaumnya
dalam keadaan marah, hanya karena adzabnya tidak turun tanpa izin dari
Allah.
Allah
memerintahkan ikan agar tidak mencelakai hamba shalih Yunus. Maka ikan
besar itu membawanya ke dasar lautan. Yunus dikelilingi oleh beberapa
kegelapan: kegelapan dasar laut, kegelapan perut ikan besar, dan
kegelapan malam. "Lalu dia menyeru dalam kegelapan-kegelapan."
(Al-Anbiya: 87).
Di dalam perut ikan itu Yunus mendengar tasbih kerikil dan
hewan-hewan laut di dasar laut. Dia pun memanggil Tuhannya dengan
bertasbih kepadanya, mengakui kesalahannya, dan menyesali apa yang
dilakukannya. "Maka
dia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, bahkan tiada Tuhan yang
berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang zhalim."(Al-Anbiya: 87).
Allah
mendengar panggilannya. "Dzat yang mengetahui rahasia dan bisikan, yang
mengangkat kesulitan dan kesusahan, Maha Mendengar suara walaupun ia
lemah, mengetahui yang rahasia walaupun ia tersembunyi, yang menjawab doa-doa walau ia dosa besar." (Al-bidayah wan Nihayah, (1/233) "Maka Kami menjawab doanya dan menyelematkannya dari kesulitan." (Al-Anbiya:88).
Kalau
bukan karena tasbihya dan taubatnya kepada Allah, niscaya dia akan
binasa di perut ikan dan diam di dalamnya sampai hari kebangkitan. "Maka
kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak bertasbih,
niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari kebangkitan." (Ash-Shaffat: 143-144).
Setelah
Yunus berdoa, Allah meminta agar ikan memuntahkannya di pantai. Maka
ikan itu melakukan apa yang diminta oleh Allah kepadanya. Yunus
dimuntahkan dalam keadaan sakit, kulitnya mengelupas dan tanpa kekuatan.
"Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan dia dalam keadaan sakit." (Ash-Shaffat: 145).
Rasulullah
Shallallahu Alahi wa Sallam menjelaskan keadaan Yunus. Kulitnya
mengelupas karena berenang di dalam cairan perut ikan, dan ketika ikan
itu melemparkannya ke pantai, dia seperti anak burung yang dicabuti
bulunya dan tidak tersisa sedikitpun.
Di tempat Yunus terdampar, Allah menumbuhkan pohon sejenis labu. "Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu." (Ash-Shaffat: 146).
Pohon
sejenis labu(yaqthin). Orang-orang yang mengetahui pengobatan
menyebutkan bahwa yaqthin ini adalah makanan yang baik bagi tubuh, cocok
dengan kondisi perut, dan sesuai dengan pencernaan. Airnya bisa
menghilangkan dahaga dan menghilangkan nyeri. Ilmu kedokteran modern
menyatakan bahwa pohon ini mudah dicerna, menenangkan, melunakkan,
melembabkan, menghaluskan, melancarkan air kencing dan membersihkan
hati, juga bisa digunakakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. (Lihat kamus Al-Ghidza' wat Tadawi bin Nabat, hlm. 754).
Rasulullah
telah memberitakan kepada kita bahwa Yunus bernaung di bawah pohon itu
dan makan darinya. Pohon itu mengering setelah beberapa waktu. Maka
Nabiyullah Yunus menangisinya, lalu Allah mewahyukan kepadanya untuk
memperingatkannya, "Apakah kamu menangisi sebuah pohon yang mengering sementara kamu tidak menangisi seratus ribu orang atau lebih di mana kamu
hampir mencelakai mereka?"
Ketika
Yunus sehat, dia mulai bisa berjalan dan bergerak. Dia berjalan
meninggalkan daerah itu. Dia bertemu dengan seorang anak muda
penggembala kambing. Yunus bertanya tentang anak muda itu. Pemuda itu
menjawab, "Dari kaum Yunus." Maka Yunus memintanya agar menyampaikan
salam kepada kaumnya dan memberitahu mereka bahwa dia telah bertemu
Yunus.
Anak
muda ini cerdik. Dia mengerti kebiasaan yang berlaku di dalam kaum
Yunus terhadap pendusta. Dia berkata kepada Yunus, "Jika kamu benar
Yunus, maka kamu mengetahui bahwa
barangsiapa berdusta dan tidak mempunyai bukti, maka dia dibunuh. Lalu
siapa yang bersaksi untukku?" Yunus menjawab, "Pohon ini dan dataran ini
bersaksi untukmu."
Anak muda itu berkata, "Perintahkan kepada keduanya." (Yakni agar bersaksi untuknya). Yunus
berkata kepada keduanya, "Jika anak muda ini mendatangi kalian berdua,
maka bersaksilah untuknya." Keduanya menjawab, "Ya." Semua itu dengan
kodrat Allah.
Anak muda itu pun pulang kepada kaumnya. Dia mempunyai saudara-saudara yang memiliki kedudukan dan kehormatan di
kaumnya, sehingga dia bisa berlindung kepada mereka dari orang-orang
yang hendak menyakitinya. Anak muda itu datang kepada raja untuk
menyampaikan kalau dirinya telah bertemu dengan Yunus, dan Yunus
menitipkan salam kepadanya dan kepada kaumnya. Sepertinya raja dan
kaumnya telah yakin kalau Yunus telah binasa. Lebih-lebih para penumpang
perahu yang pasti telah bercerita tentang Yunus yang mencebur ke laut
dan ditelan ikan besar. Maka ucapan anak muda itu tentang Yunus dianggap
dusta. Oleh karenanya raja memerintahkan agar anak muda itu dibunuh.
Anak muda itu menyatakan dirinya mempunyai bukti kebenaran. Maka raja mengirimkan beberapa orang untuk
mengiringinya. Ketika mereka tiba di pohon dan di daratan yang
diperintahkan oleh Yunus agar bersaksi untuk anak muda itu, ia berkata
kepada keduanya, "Aku bertanya kepada kalian berdua dengan nama Allah,
apakah Yunus memerintahkan kalian berdua untuk menjadi saksi bagiku?"
Keduanya menjawab, "Ya."
Mereka
pulang dalam ketakutan. Mereka menyampaikan apa yang mereka dengar
kepada raja. Raja langsung turun dari singgasananya, menuntun anak muda
itu dan mendudukkannya di singgasananya seraya berkata, "Kamu lebih
berhak dengan tempat ini daripada aku."
Rasulullah
Shallallahu Alahi wa Sallam telah menyampaikan bahwa anak muda ini
memimpin selama empat puluh tahun. Dia menegakkan urusan mereka dan
memperbaiki perkara mereka.
Dan
nampaknya perintah Yunus kepada anak muda itu, agar menyampaikan
salamnya kepada kaumnya dan memberitakan bahwa dirinya masih hidup
dengan kesaksian daratan dan pohon itu adalah untuk menunjukkan kepada
kaumnya bahwa
dia tidak berdusta kepada mereka. Semua itu terjadi dengan perintah
Allah. Kesaksian daratan dan pohon itu bagi anak muda tersebut merupakan
kesaksian bagi Yunus bahwa dia adalah Nabi. Dan Nabi adalah orang yang jujur, bukan pendusta.
Dan
dalil-dalil yang ada di tangan kita menunjukkan bahwa Yunus pulang
kepada kaumnya setelah mereka beriman. Ini berdasarkan firman Allah, "Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih."(Ash-Shaffat:
147). Mereka adalah kaum Yunus , sebagaimana disebutkan dalam hadis ini
tentang celaan Allah kepada Yunus yang tidak bersedih karena lebih dari
seratus ribu kaumnya yang binasa.
Versi Taurat
Kisah ini terdapat di dalam Taurat dalam satu Safar lengkap yang khusus menjelaskannya. Safar ini diberi nama Safar Yunan bin Amatan.
Taurat menyatakan bahwa dia adalah salah seorang Nabi Bani Israil. Yang
pasti adalah bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. Nama-namanya
terdapat kemiripan dalam lafadznya. Kisahnya mengandung sebagian
kejadian dan peristiwa yang dibicarakan oleh Al-Qur'an dan hadis,
walaupun terdapat kekurangan dan perubahan disebabkan oleh penyelewengan
yang menimpa Taurat.
Dan sebagian hadis shahih menyatakan bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. (Shahih Bukhari, 6/450,Shahih Muslim, 1/152, no. 166).
Nama
asli Yunan menurut orang-orang Yahudi adalah Yunatsan, yang berarti
pemberian Allah, atau sebagaimana dikatakan oleh para penjelas Taurat,
"Yehova memberi" (yakni, Allah memberi). Yehova menurut mereka adalah
Allah. (Qamusul Kitabil Muqaddas, hlm. 1123)
Taurat menyatakan bahwa dia berasal dari kota Palestina yang bernama Jat Hafir (Safar Muluk kedua,Ishah 14 poin 25). Kota ini terletak dekat dengan kota Nashira, sejauh tiga mil darinya.
Salah
satu suku Bani Israil bernama Zablun (Safar Yasyu', Ishah 19 poin
10-16). Oleh karena itu, para penjelas Taurat menguatkan bahwa Yunan
berasal dari suku ini. Hanya Allah yang mengetahui kebenaran
berita-berita seperti ini.
Taurat
mengklaim bahwa Allah mengutus Yunus dari kotanya di Palestina kepada
penduduk Ninaway ketika keburukan dan kejahatan merajalela di kalangan
mereka, agar dia memperingatkan mereka terhadap adzab dan siksa Allah.
Ninaway adalah kota besar dekat kota Moshul di Irak. Lalu Yunus menolak
pergi ke kota itu, karena ia takut terhadap keburukan penduduknya.
Yunus lari dari Allah Tabaraka wa Taala. Dia naik perahu dari kota Yafa
ke kota yang jauh bernama Tarsyisy. Para penafsir Taurat menyatakan
bahwa kota ini berada di Maroko atau Spanyol. Aku tidak mengerti
bagaimana Yunus menjadi nabi lalu dia mengira mungkin bisa lari dari
Allah.
Ketika perahu sampai di tengah lautan, lautan bergolak dan bergejolak sampai perahu hampir pecah. Maka para penumpang membuang
barang bawaan mereka agar perahu tidak karam. Pada saat itu Yunus
sedang tidur di bagian bawah perahu. Nakhoda mendatanginya dan
membangunkannya. Dia meminta kepada Yunus berdoa kepada Allah agar
menyelamatkan mereka dari kesulitan tersebut.
Sebagian penumpang mengusulkan agar dilaksanakan undian, bukan untuk meringankan beban perahu, melainkan untuk
mengetahui seorang penumpang penyebab kesulitan yang menimpa mereka.
Yunus memperoleh undian. Mereka pun bertanya-tanya tentang kejadian apa
yang menimpa Yunus. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengenalnya
ketika Yunus naik pertama kali bersama mereka. Ketika mereka mengetahui
bahwa Yunus lari dari hadapan Allah, mereka ketakutan. Yunus meminta
mereka agar melemparkannya ke laut, sehingga mereka bisa selamat dari
murka Allah, karena dia mengetahui bahwa dialah penyebab dari
bergelaknya laut. Lalu mereka melemparkannya ke laut. Yunus ditelan ikan
besar. Dia tertahan di perut ikan selama tiga hari tiga malam. Taurat
menyebutkan doa yang dibaca oleh Yunus kepada Tuhannya. Doanya bukan doa
di dalam Al-Qur'an. Allah memerintahkan ikan agar memuntahkannya ke
daratan, lalu memerintahkannya agar pergi ke kota Ninaway untuk memberi
peringatan kepada penduduknya dan memberitahukan kepada penduduknya
bahwa kota mereka akan diadzab setelah empat puluh hari.
Ketika
penduduk Ninaway mengetahui peringatan Yunus, merekapun bertaubat,
beriman dan kembali kepada Allah. Mereka berdo'a kepada-Nya, maka Allah
mengampuni dan menyayangi mereka. Hal ini membuat Yunus kesal dan marah
karena Allah menyayangi mereka. Yunus menyalahkan
Tuhannya atas ampunan-Nya kepada mereka. Yunus meninggalkan kota. Dia
duduk di arah timur dari kota itu dibawah payung yang dibuatnya, untuk
melihat apa yang terjadi di kota. Lalu Allah menumbuhkan pohon labu
besar yang menaunginya agar dia melupakan kekesalannya. Yunus berbahagia
dengan pohon itu. Esok harinya, pada saat terbit fajar, pohon labu itu
mongering karena Allah mengirim ulat yang memakannya. Yunus bersedih
karenanya, maka Tuhannya mencelanya atas kesedihannya terhadap kematian
pohon labu, sementara dia tidak bersedih atas binasanya sejumlah besar
penduduk Ninaway.
Dalam Ishah pertama dalam Safar Yunan termaktub,
"Tuhan berfirman kepada Yunan bin Amatan, 'Bangkitlah, pergilah ke
Ninaway, kota yang besar, serukan padanya karena keburukan mereka telah
sampai dihadapan-Ku."
Maka
Yunan pun bangkit untuk pergi ke Tarsyisy dari wajah Tuhan. Dia singgah
di Yafa dan menemukan perahu yang berangkat ke Tarsyisy. Dia membayar
ongkos dan naik ke tasnya untuk pergi bersama mereka ke Tarsyisy dari
wajah Tuhan.
Tuhan
mengirim angin kencang ke laut. Maka terjadilah badai besar di laut
yang hampir memecahkan perahu. Para penumpang ketakutan. Semuanya berdoa
kepada Tuhan, barang-barang mereka dibuang ke laut untuk meringankan
beban perahu.
Yunan
sendiri masuk ke lambung perahu, dia tidur nyenyak. Nakhoda
mendatanginya dan berkata, "Mengapa kamu hanya tidur? Bangun dan
berdoalah kepada Tuhanmu, semoga Tuhan menarik badai ini sehingga kita
semua tidak celaka."
Sebagian
penumpang berkata kepada sebagian yang lain, "Kita membuat undian
supaya kita mengetahui siapa penyebab kesulitan ini." Mereka membuat
undian. Maka Yunanlah yang meraih undian.
Mereka
berkata kepadanya, "Katakanlah apa penyebab semua ini? Apa yang kamu
lakukan? Darimana kamu datang? Apa kotamu? Dari bangsa mana kamu ini?"
Yunan menjawab, "Aku orang Ibrani. Aku takut kepada Tuhan langit yang
menciptakan langit
dan bumi." Maka para penumpang ketakutan. Mereka berkata kepada Yunan,
"Mengapa kamu melakukan ini?" Orang-orang mengetahui bahwa dia berlari
dari wajah Tuhan karena dia memberitahukan kepada mereka. Mereka
berkata, "Apa yang mesti kami lakukan kepadamu agar laut ini bisa tenang?" Pada waktu itu laut semakin bergejolak.
Yunan
berkata, "Lemparkan aku ke laut, niscaya laut menjadi tenang, karena
aku tahu dirikulah penyebab datangnya badai besar ini kepada kalian."
Para penumpang berusaha membelokkan perahu ke daratan, akan tetapi
mereka tidak berhasil karena laut semakin bergejolak. Mereka berdoa
kepada Tuhan, "Ya Rabbi, kami tidak mau celaka Al-Qur'an disebabkan oleh
jiwa laki-laki ini. Janganlah Engkau menjadikan atas kami darah yang
bebas, karena Engkau, ya Rabbi, melakukan apa yang Engkau kehendaki."
Kemudian mereka membuang Yunan ke laut, maka laut berhenti bergejolak.
Orang-orang sangat takut kepada Tuhan. Mereka menyembelih untuk Tuhan
dan bernadzar untuk-Nya. Tuhan menyiapkan ikan besar yang menelan Yunan.
Maka Yunan berada di dalam perut ikan besar selama tiga hari tiga
malam.
Dalam Ishah kedua
tertulis, "Yunan berdoa kepada Tuhan-nya di dalam perut ikan. Dia
berkata, 'Aku berdoa dari kesulitanku, ya Tuhan, maka perkenankanlah.
Aku berteriak dari perut ikan besar maka Engkau mendengar suaraku.
Karena Engkau telah melemparkanku ke kedalaman di dasar lautan, aku
diliputi oleh sungai, di atasku bergejolak
seluruh arus dan gelombang-Mu, maka aku berkata, 'Aku telah diusir dari
hadapan mata-Mu, akan tetapi aku kembali melihat kepada bentuk
kesucian-Mu. Air telah meliputiku mencekik nafas, arus deras meliputiku,
rumput laut mengelilingi kepalaku. Aku turun gunung yang paling bawah,
bumi tertutup atasku untuk selama-lamanya. Kemudian, ya Rabbi, Tuhanku,
hidupku naik dari tempat rendah ketika nafasku semakin sulit bagiku. Aku
mengingat Tuhan, maka doaku mendatangimu, kepada bentuk kesucianmu
orang-orang menjaga kebatilan-kebatilan dusta meninggalkan nikmat
mereka. Dengan suara pujian aku menyembelih untukmu dan menunaikan apa
yang aku nadzarkan. Ikhlas karena Tuhan." Maka Tuhan memerintahkan ikan
untuk ia memuntahkan Yunan ke daratan.
Dalam Ishah ketiga
tertulis, "Kemudian Tuhan berfirman kepada Yunan untuk kedua kalinya,
'Bangkitlah, pergilah ke Ninaway kota yang besar, serukan kepadanya
dengan seruan yang aku sampaikan kepadamu.'
Yunan
bangkit. Dia pergi ke Ninaway seperti dalam firman Tuhan. Ninaway
adalah kota yang besar bagi Allah, berjarak perjalanan selama tiga hari.
Yunan mulai masuk kota dengan perjalanan satu hari. Dia berseru,
"Ninaway akan dibalik setelah empat puluh hari."
Penduduk
Ninaway beriman kepada Allah dan mereka menyerukan berpuasa. Mereka
memakai pakaian ibadah, baik orang dewasa maupun anak-anak. Hal ini
didengar oleh raja Ninaway. Dia pun bangkit dari kursinya, melepas
jubahnya, menutup diri dengan pakaian ibadah dan duduk di atas abu. Di
Ninaway diserukan bahwa perintah raja dan pembesarnya, "Hendaknya
manusia, hewan ternak, sapi dan kambing tidak mencicipi apa pun. Tidak
digembalakan dan tidak minum air. Hendaknya manusia menutup diri,
demikian pula binatang
ternak, dengan pakaian ibadah. Mereka berteriak dengan keras kepada
Allah. Setiap orang meninggalkan jalan hidupnya yang buruk dan membuang
kedzaliman yang ada di tangan mereka. Semoga Allah kembali dan menyesal
dan menghapus adzab-Nya, maka kita tidak binasa."
Ketika
Allah melihat amal mereka, bahwa mereka meninggalkan kehidupan mereka
yang buruk, maka Allah menyesal atas keburukan yang telah diucapkannya
untuk dilaksanakan kepada mereka. Dia pun tidak melaksanakannya."
Dalam Ishah keempat
termaktub, "Maka hal itu membuat Yunan sangat kesal. Dia marah dan
berdoa kepada Tuhan. Dia berkata, "Ya Tuhan, bukankah ini adalah
ucapanku manakala aku masih di kotaku? Oleh karena itu aku segera
berlari ke Tarsyisy, karena aku mengetahui bahwa Engkau mengasihi dan
menyayanginya, tidak cepat marah, banyak rahmat dan menyesal atas
keburukan. Maka sekaranglah, wahai Tuhan, cabutlah nyawaku dari diriku
karena kematianku lebih baik daripada kehidupanku." Tuhan bertanya,
"Apakah kamu marah kepada kebenaran?"
Yunan
keluar dari kota itu. Dia duduk di sebelah timur kota. Di sana dia
membuat payung dan duduk di bawahnya sehingga dia bisa melihat apa yang
terjadi di kota. Maka Tuhan menumbuhkan sebuah pohon labu yang tingginya
melebihi Yunan sehingga bisa
memayungi kepalanya, agar dia melupakan kesedihannya. Karena pohon labu
ini Yunan menjadi sangat bahagia. Kemudian esok harinya di waktu fajar,
Allah mengirimkan ulat yang menyerang pohon labu hingga mengering. Dan
pada waktu terbit matahari Allah mengirim angin timur yang panas.
Matahari memanaskan kepala Yunan dan pohon itu mongering. Lalu Yunus
memilih mati untuk dirinya. Dia berkata, "Matiku lebih baik dari
hidupku."
Allah berfirman kepada Yunan, "Apakah kamu marah terhadap kebenaran demi sebatang pohon labu?" Yunan menjawab, "Aku marah
kepada kebenaran sampai mati." Tuhan berkata, "Kamu mengasihi sebatang
pohon labu padahal ia bukan hasil keringatmu, bukan pula kamu yang
merawatnya. Ia tumbuh di malam apa pun dan kamu meninggalkannya pada
malam ketika ia mengering. Apakah aku tidak mengasihi orang-orang
Ninaway, kota yang besar di mana terledapat lebih dari dua belas kabilah
manusia yang tidak mengenal mana yang kanan dari yang kiri dan ternak
mereka yang banyak?"
Komentar terhadap Versi Taurat
Barang
siapa membaca kisah ini dalam Taurat setelah dia mengetahui kisah yang
benar di dalam Al-Qur'an dan hadis yang shahih, maka dia mengetahui
bahwa kisahnya telah diselewengkan dan dirubah. Yang tersisa dari
kebenaran hanyalah sedikit, ibarat puing-puing yang tersisa dari kota
mati. Orang yang mengenalnya dengan baik hampir tidak mengenalinya
kecuali dengan usaha keras dan penuh kesulitan.
Tanpa
ragu, kisah Yunus adalah benar, bukan khayalan yang direkayasa
sebagaimana diklaim oleh sebagian penjelas Taurat. Dan kami tidak
mengetahui sejauh mana kebenarannya bahwa Yunus berasal dari bumi
Palestina dan diutus oleh Allah ke Ninaway di bumi Irak. Yang nampak
bagiku adalah bahwa hal ini tidak benar. Rasulullah telah menyampaikan
kepada kita bahwa Allah tidak mengutus seorang rasul setelah Luth,
kecuali jika dia di puncak nasab kaumnya. Bagaimana bisa Yunus bukan
dari penduduk kota di mana dia diutus kepadanya? Al-Qur'an secara nyata
meyatakan bahwa penduduk kota di mana Yunus diutus kepada mereka adalah
kaumnya, "Dan
mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu),
beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada
waktu yang tertentu." (Yunus:98). Bagaimana bisa mereka adalah kaum Yunus sementara dia dianggap orang asing bagi mereka ? ini adalah pemahaman yang jauh.
Klaim
Taurat bahwa Yunus menolak perintah Allah kepadanya agar pergi ke
Ninaway adalah klaim yang salah. Tidak mungkin bagi seorang Yunus yang
diangkat menjadi nabi dan rasul untuk menolak perintah Allah kepadanya.
Dan klaim Taurat bahwa Yunus naik perahu sebelum sampai di Ninaway
adalah klaim yang salah pula. Hadis secara jelas menyatakan bahwa kejadian itu setelah dia pergi meninggalkan kaumnya karena adzab yang tidak turun kepada mereka.
Hadis
menyatakan bahwa para penumpang perahu mengenal Yunus tidak sebagaimana
yang dinyatakan oleh Taurat bahwa mereka tidak mengenalnya. Hadis juga
menyatakan bahwa Yunuslah yang meminta agar dilakukan undian, tidak
sebagaimana yang dinyatakan oleh Taurat bahwa merekalah yang meminta
itu. Hadis menyatakan bahwa undian dilakukan tiga kali, bukan satu kali
seperti yang dikatakan oleh Taurat. Hadis menyatakan bahwa Yunus
melemparkan dirinya ke laut, tidak sebagaimana Taurat yang menyatakan
bahwa merekalah yang melemparkannya.
Taurat
menyatakan bahwa pada saat laut bergejolak Yunus sedang tidur nyenyak,
ini tidak benar. Ini menjelek-jelekkan Nabi Yunus. Tidur nyenyak dalam
situasi seperti ini bukanlah tabiat orang-orang besar.
Al-Qur'an
membenarkan Taurat dalam beberapa hal, seperti ketika Yunus ditelan
ikan besar. Akan tetapi Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus mendengar
tasbih batu-batu di lautan seperti disebutkan oleh hadis. Dan doa yang
dibaca oleh Yunus dalam Taurat bukanlah doa yang disebutkan oleh
Al-Qur'an yang sesuai dengan kondisinya. Doa dalam Taurat yang tidak
mengandung pengakuan terhadap kesalahannya.
Yang
ada di dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis shahih adalah bahwa Yunus
mengajak kaumnya, orang-orang Ninaway, tapi mereka menolak untuk
beriman. Yunus mengancam mereka dengan adzab dan kebinasaan. Begitulah
umat-umat para rasul mereka tidak diadzab kecuali jika hujjah telah
tegak atas mereka. Adapun yang dinyatakan oleh Taurat bahwa Yunus datang
memberitakan adzab kepada mereka yang akan turun setelah empat puluh
hari tanpa peringatan terlebih dahulu dan tanpa pergolakan panjang,
menyelisihi apa yang sudah terbiasa dalam urusan dakwah para rasuk
kepada kaum mereka.
Taubat
penduduk Ninaway dan kembalinya mereka kepada Allah yang disebutkan
oleh Taurat dibenarkan oleh Al-Qur'an. Binatang ternak yang dipisahkan
dari anak-anaknya yang disebutkan oleh Taurat juga dinyatakan benar oleh
hadis. Dan di dalam hal ini, Taurat memuat perincian yang mungkin saja
benar, namun pengungkapan penyesalan Allah atas keburukan yang hendak
dilakukannya kepada penduduk kota adalah pengungkapan yang buruk lagi
salah. Yang benar adalah bahwa Allah menerima taubat mereka dan
mengasihi mereka.
Taurat
menyatakan bahwa Yunus marah terhadap rahmat Allah kepada penduduk kota
lalu dia menyalahkan-Nya. Ini tidak benar. Yang benar adalah bahwa
Yunus takut dibunuh karena adzab Allah tidak turun menimpa mereka. Hukum
pendusta di lingkungan mereka adalah dibunuh.
Yunus
memperingatkan mereka dengan adzab setelah empat puluh hari. Ini salah.
Yang benar adalah setelah tiga hari sebagaimana termaktub dalam hadis.
Taurat
menyatakan bahwa Allah menumbuhkan sebuah pohon labu bagi Yunus dan
bahwa pohon itu mengering hingga dia bersedih. Lalu Allah membuat
perumpamaan dengannya; dia bersedih atas matinya sebuah pohon, tetapi
tidak bersedih atas sebuah
umat yang jumlahnya melebihi seratus ribu orang. Ini benar. Akan tetapi
tidaklah benar bahwa Allah menumbuhkan pohon labu untuknya setelah dia
memperingatkan kaumnya. Dan apa yang secara jelas dinyatakan oleh hadis
dan oleh Al-Qur'an secara tersurat bahwa semua itu terjadi setelah Yunus
dimuntahkan dari dalam perut ikan.
Di
dalam Taurat tidak terdapat banyak perincian seperti termaktub di dalam
Al-Qur'an dan hadis. Taurat tidak menyinggung sebab-sebab yang membuat
Yunus pergi dari kotanya, yaitu karena takut dibunuh dikarenakan adzab
yang dijanjikannya tidak kunjung turun. Taurat tidak menyinggung bahwa
Yunus dimuntahkan oleh ikan besar dalam keadaan sakit seperti anak burung tanpa bulu. Taurat juga tidak berbicara tentang seorang anak muda dengan perincian-perinciannya.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
- Hendaknya seorang mukmin teguh di atas perintah Allah dan sabar atas hukum-Nya. Dia tidak sepantasnya terburu-buru dalam urusan di mana Allah mempunyai urusan di dalamnya.
- Dampak taubat dan iman dalam mengangkat kemarahan Allah, murka dan adzab-Nya sebagaimana yang terjadi pada kaum Yunus, bahwa Allah mengangkat adzab mereka ketika mereka beriman.
- Kadangkala Allah menguji hamba-hamba-Nya yang shalih jika mereka melakukan penyimpangan terhadap perintah Allah, sebagaimana Dia menguji Yunus. Tetapi Dia menyelamatkan mereka dengan iman, kebaikan, dan doa mereka, sebagaimana Yunus selamat dari perut ikan.
- Dampak doa dan pengakuan terhadap kesalahan dalam menyelematkan diri dari kesulitan. Allah menyelamatkan Yunus karena doa dan tasbihnya. "Maka kalau sekiranya Dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (Ash-shaffat: 143-144).
- Hadis ini menunjukkan kodrat besar Allah. Dia menghentikan perahu hingga tidak berjalan, padahal perahu-perahu yang ada di kanan kirinya hilir mudik. Dia menahan ikan hingga tidak mematikan Yunus berada di dalam perutnya. Dia memerintahkannya untuk memuntahkannya di pantai. Dia membuat Yunus mendengar tasbih batu-batu di dasar laut. Dia membuat pohon dan batu bisa berbicara untuk memberikan kesaksian kepada anak muda.
- Allah mengangkat anak muda penggembala kambing sebagai raja. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Anak muda itu memperbaiki kaumnya selama empat puluh tahun, masa yang panjang.
- Cepatnya perubahan yang terjadi pada kaum Yunus. Keadaan mereka menjadi baik dan urusan mereka menjadi lurus. Ini dibuktikan dengan turunnya raja mereka dari tahtanya dan menyerahkannya kepada anak muda penggembala yang bertemu Yunus. Dia menyampaikan salam Yunus kepada kaumnya, serta pohon dan daratan berarti untuknya.
- Beratnya dosa dusta. Pada masa umat terdahulu dusta termasuk dosa besar dan pelakunya berhak dibunuh.
- Pada masa selain kaum Yunus terdapat orang-orang yang baik. Para penumpang perahu menolak melemparkan Yunus walaupun Yunus selalu menang undian tiga kali, sehingga Yunuslah yang menceburkan diri.
- Kesalahan yang dilakukan oleh Yunus tidak menodai kedudukannya dan tidak menurunkan kemuliaannya. Dia termasuk nabi dan rasul Allah di mana Dia memilih, mengangkat, dan mengunggulkan mereka. Rasul kita telah memperingatkan agar jangan ada orang yang mengklaim atau berkata, "Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta," hanya karena Yunus melakukan kesalahannya. Di dalam Shahih Bukhari Nabi bersabda, "Janganlah kamu berkata, 'Sesungguhnya aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.'" Dalam riwayat lain, "Tidak sepantasnya seorang hamba berkata, 'Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.'" (Lihatlah hadis-hadis yang melarang hal ini dalam Shahih Bukhari, 6/450 no. 342, 3416).
- Keutamaan doa Dzin Nun. Doanya menjadi doa yang dilontarkan oleh orang-orang yang tertimpa kesulitan, orang-orang yang mendapat kesedihan, dan orang-orang yang dikepung oleh kesusahan dan kesengsaraan. "Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim." (Al-Anbiya: 87).
- Boleh naik perahu, sebagaimana Yunus melakukannya.
- Sejauh mana kesulitan para rasul dalam berdakwah kepada Allah dan menghadapi kaum mereka, serta sejauh mana ujian Allah dan cobaan-Nya kepada mereka.
- Ketaatan para makhluk kepada Allah. Ikan besar menelan Yunus sebagaimana yang Dia perintahkan dan ia tidak membunuhnya. Begitu Allah memintanya agar memuntahkan, maka ia melakukannya. Ikan-ikan besar dan ikan-ikan lainnya serta batu lautan, semuanya bertasbih kepada Allah dan Yunus mendengar tasbihnya.
- Koreksi Al-Qur'an dan hadis terhadap berita-berita yang diselewengkan oleh Bani Israil.
- Rasulullah menyebutkan sifat Nabi Yunus pada waktu beliau menunaikan ibadah haji. Sebuah hadis riwayat Muslim dalam Shahihnya, bahwa Rasulullah mendatangi sebuah jalan di gunung Harsya (gunung dekat Juhfah) dan beliau bersabda, "Seolah-olah diriku melihat Yunus bin Matta di atas unta merah yang gemuk dengan berjubah wol, tali kekang untanya dari sabut, dan dia sedang bertalbiyah." (Shahih Muslim, 1/251, no. 166; Musnad Ahmad, 3/352, no. 1854,, cetakan Ar-Risalah).
No comments:
Post a Comment