Saturday, June 23, 2012

WILAYAT PENEMPUH SANG SUFI WAHDATUL WUJUD

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

WILAYAT PENEMPUH SANG SUFI WAHDATUL WUJUD


Yang dimaksud dengan Maqam adalah tingkatan atau wilayat yang akan (harus) dilalui oleh seorang sufi Wahdatul Wujud. Yang saya sebutkan dan jelaskan disini hanyalah Maqam yang inti-inti saja.

Takhalli

Takhalli merupakan tingkatan dimana insan,  karena beriradah kepadailahi, melakukan proses penyucian diri, dengan cara bertaubat, berpuasa,menyucikan diri jasmani, menekankan keinginan jasmani, menjauhkan fikiran dari kesenangan duniawi, dan membersihkan hati dari sifat-sifat mazmumah  (tercela).  Di dalam diri insan terdapat empat belas “gudang” yang mula-mula berisi kejahatan dan kegelapan; tujuh pada jasad dan tujuh pada ruh. Keempatbelasnya harus dibersihkan dan kelak diisi dengan perbuatan suci yang mahmudah (terpuji). Tujuh pada jasad adalah:  mata, telinga, hidung, mulut, tangan,  kaki, dan kemaluan.  Ketujuh ini harus disucikan dengan cara bertaubat atas segala perbuatan yang keji dan mungkar.
Untuk menyucikan ini, setelah bertaubat haruslah menggunakannya di jalan yang ditentukan oleh syariat Islam. Tujuh pada ruhani adalah titik-titik halus (lathifah atau lathaif) yakni:  lathifatul qalbi, lathifatul khafi, lathifatul akhfa, lathifatur ruh, lathifatus sirri,lathifatun nafsi, lathifatu kullu jasad. Semua lathifah ini harus dicuci danmencucinya harus dengan berzuhud. Dzikir merupakan pencuci lathifah,khususnya hati, sebagai mana Rasulullah bersabda “
Segala sesuatu ada pencucinya, dan pencuci hati adalah dzikir.
” Dzikir yang diutamakan adalah istighfar dan tahlil.

Tahalli

Setelah insan bertakhalli, saatnya dia harus bertahalli, yaitu menghiasi diri dengan amalan-amalan mahmudah (terpuji). Secara jasmani dia harus bersadaqah, baik kepada orang lain, kepada alam semesta, maupun kepada dirinya sendiri. Semua itu harus terprogram dalam kehidupan insan secarateratur, terencana, dan bertujuan yang jelas.  Dalam bertahalli ini, seorang insan bukan hanya mencintai amalan fardhu, tetapi juga amalan sunnah. Allah mencintai insan bukan dengan amalan fardhu, tetapi amalan sunnah. Insanharus menekan hasrat duniawinya dengan cara berpuasa dan zuhud lillahita’ala . Di waktu siang dan malam hanya mengingat Allah,  bersunyi diri,hanya mencari keridhaan Allah, menyeru dalam hati  Ilahi Anta Maqsuudi, Waridhaka Mathluubi . Hanya Allah yang dimaksudkan dan keridhaanNya yang dicari. Lisannya selalu basah dengan La ilaha illallah, dan hatinya selalu berdetak Allah-Allah, serta nafasnya naik turun mengikuti irama dzikir Hu....dan Allah..., setiap langkah kakinya disertai dengan Syahadata ini ,  pandanganatanya dijaga dari yang haram, telinganya, lisannya dan segalanya. Kemudian insan juga melakukan perjalanan spiritual tarikat dengan cara berdzikir dan berdzikir di waktu dan jangka waktu yang ditetapkan oleh tarikat masing-masing.  Namun maqam dzikirnya secara umum disebut sebagai berikut:

Mahabbah

awalnya insan harus menghadirkan cinta dan kerinduan kepada Allah. Bagaimana mungkin seseorang melakukan perjalanan secara berhasil jika dia melakukannya tanpa kerinduan terhadap apa yang dia cari. Cinta kepada Allah akan melahirkan cinta Allah kepada insan. Biasanya orang yang menjalani hal ini hanya sekedar mencari tahu saja, sudah pasti kegagalan yang akan dicapai, bahkan tidak sedikit yang mengalami gangguan kejiwaan. Cinta adalah persiapan awal untuk melakukan perjalanan dan kerinduan akan senantiasa menjadi motif pencarian dari tahap ke tahap.  Cinta dan kerinduan kepada Allah bukan hanya pembuka perjalanan bertahalli, tetapi juga akan senantiasa hadir dipertengahan dan di akhir perjalanan insan bertahalli. Pada maqam ini, insan berdzikir istighfar dan ya Rahman ya Rahim...

Mujahadah

Ini adalah tahapan dimana insan berupaya keras, berjuang melawan segala sesuatu selain Allah yang menghampiri hati dan fikiran. Biasanya iniadalah pengaruh dari semakin banyaknya kesibukan dunia yang menjebak kita. Dalam situasi ini,  kita benar-benar boleh mengukur sedalam apakah kita terjebak dengan dunia, semakin keras pejuangan kita, adalah pertanda bahwa ikatan dunia yang menjebak kita semakin keras, tebal, dan dalam.  Fikiran insan akanseperti seekor burung yang bertengger dari satu dahan kesibukan dunia kedahan ingatan dunia yang lain.
Hanya rahmat Allah saja yang bisa membuat insan berhasil melalui maqam ini. Insan harus senantiasa berusaha untuk menepis segala sesuatu selain Allah, sementara itu Allah pun belum dikenal,maka dengan demikian insan hanya bisa menepis segala-galanya karena Allah laisa kamistlihi syai’un , tidak serupa dengan apapun jua. Sang insan menahanlapar, haus, lelah, mengantuk; perjuangan jasad, hati, dan akal. Insan tetapberjuang sambil berdzikir  La ilaha illallah... ketika bayang-bayang apapunmuncul dalam hati dan pikirannya, insan berlindung dengan menyebutkan a’udzu billahi minka (aku berlindung kepada Allah dari engkau). Jika seoranginsan telah terlepas dari maqam ini, pertandanya adalah ketika tidak ada sesuatuapapun yang hadir, dan ini hal ini sangat sulit saya gambarkan dengan kata-kata. Namun sewaktu-waktu insan bisa saja terjatuh lagi dan harus bermujahadah lagi. Ini merupakan pintu masuk ke wilayat fana yang paling sulit, sangat sulit. Hal yang paling sulit untuk dilakukan dalam ber-WahdatulWujud, adalah menepis segala sesuatu dan tinggallah diri sendiri saja, mencariAllah.

Muraqabah

Di maqam ini, insan sudah tidak lagi menyadari hal lain selain dirinyadan Allah saja, dia berupaya untuk mendekat kepada Allah dengan hakikat-hakikatnya, dengan ilmu dan ma’rifat yang dia miliki, disertai dengan dzikir Ya Allah Ya Allah... pada saat ini, insan hanya menyadari bahwa Allahlah yang diatuju, hakikat Allah. Setelah melalui perjalanan yang keras. Cinta dan kerinduan tidaklah boleh surut, haruslah lebih bersemangat lagi. Hati merasa dituntun olehAllah dan inilah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Inilah jalan yangdicari dan dipilih oleh insan, untuk memenuhi panggilan Allah dalam surat al-Maidah ayat 35. Dan sebagai hasil dari upaya kerasnya, insan akan  berjumpadengan Allah (al-Insyiqaaq:6). Akan tetapi, masih terdapat hijab antara Allah dan insan; hijab inilah merupakan hakikat yang membedakan antara Allah daninsan.

Mukasyafah

Pada tahap ini, hijab tersingkap, Allah membuka hijab itu dengan rahmatNya, sehingga insan dapat (seolah-olah) melihat Allah dengan melalui NurNya. Inilah ihsan yang Rasulullah maksudkan, seolah-olah engkaumelihatNya, dan jika tidak maka Dia melihat engkau . Cahaya itu semakin lama semakin dekat, besar, dan terang. Insan melihat Nur. Lisan telah mati, hati danakal berdzikir tanpa nama, hanya menunjuk pada Dia (  Hu... , atau ada sufi lainmengatakan
 Hua...).

Musyahadah

Di maqam ini, insan melakukan persaksian (syahadah) yang sesungguhnya, seperti insan mengakuiNya ketika berada di Alam Arham,dimana Allah bertanya “ Alastu birabbikum, dan insan menjawab BalaaSyahidna... ” yang saya  temukan adalah “ Syahidna ala anfusana watsabataindanaa, Anta Khaliiquna, wa Anta Rabbuna, wa La ilaha illa Anta. ” Ini adalah persaksian sesungguhnya kepada Allah, dimana hanya ada Allah dan insan,hamba yang terpilih.

Mukafanah

Pada tahapan ini, saya tidak bisa menjelaskan apa-apa lagi, melainkan menyebutkan bahwa inilah saatnya lumpuh segala ilmu dan ma’rifat, lumpuhnya kesadaran insaniyah, dan lebur ke dalam hakikat ilahiyah dan.... (.) sekali lagi, tidak ada lagi yang dapat dibicarakan oleh kata-kata disini. Dan inilah puncak tertinggi perjalanan spiritual, Wahdatul Wujud. Saya memohon ampun kepada Allah karena telah membuka rahasiaNya, demi mengembalikan iman pada tempatnya.

No comments: