أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Futuhal Ghaib (1)
Syeikh Abdul Qadir Jilani
Bismillahirohmanirrohiim
Ada
tiga perkara yang wajib diperhatikan oleh setiap Mu'min di dalam
seluruh keadaan, yaitu: (1) melaksanakan segala perintah Allah; (2)
menjauhkan diri dan segala yang haram; (3) ridha dengan hukum-hukum atau
ketentuan Allah.
Ketiga perkara ini jangan sampai tidak ada pada
seorang Mu'min. Oleh karena itu, seorang Mu'min harus memikirkan
perkara ini. Bertanya kepada dirinya tentang perkara ini dan anggota
tubuhnya melakukan perkara ini.
Ikutilah dengan ikhlas jalan yang
telah ditempuh oleh Nabi besar Muhammad saw. dan janganlah merubah
jalan itu. Patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jangan sekali-kali
berbuat durhaka. Ber-Tauhid-lah kepada Allah dan jangan
menyekutukan-Nya. Allah itu Maha Suci dan tidak mempunyai sifat-sifat
tercela atau kekurangan. Janganlah ragu-ragu terhadap kebenaran Allah.
Bersabarlah dan berpegang-teguhlah kepada-Nya. Bermohonlah kepada-Nya
dan tunggulah dengan sabar. Bersatu-padulah di dalam menta'ati Allah dan
janganlah berpecah-belah. Saling mencintailah di antara sesama dan
janganlah saling mendengki. Hindarkanlah dari dari segala
noda dan dosa. Hiasilah dirimu dengan keta'atan kepada Allah.
Janganlah
menjauhkan diri dari Allah dan janganlah lupa kepada-Nya. Janganlah
lalai untuk bertobat kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Janganlah jemu
untuk memohon ampun kepada Allah pada siang dan malam hari.
Mudah-mudahan diberi rahmat dan dilindungi oleh-Nya dari marabahaya dan
azab neraka, diberi kehidupan yang berbahagia di dalam surga, bersatu
dengan Tuhan dan diberi nikmat-nikmat oleh-Nya. Anda akan menikmati
kebahagiaan dan
kesentosaan yang abadi di surga beserta para Nabi,
orang-orang shiddiq, para syuhada' dan orang-orang shaleh. Anda akan
hidup kekal di dalam surga itu untuk selama-lamanya.
------------------------------------
Apabila
kamu 'mati' dari makhiuk, maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga
Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu." Kemudian Allah akan mematikan
kamu dari nafsu-nafsu badaniyyah. Apabila kamu telah 'mati' dari nafsu
badaniyyah, maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kamu". Kemudian Allah akan mematikan kamu dan
kehendak-kehendak dan nafsu. Dan apabila kamu telah 'mati' dari kehendak
dan nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kamu." Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam
suatu 'kehidupan' yang baru.
Setelah itu, kamu akan diberi
'hidup' yang tidak ada 'mati' lagi. Kamu akan dikayakan dan tidak akan
pernah papa lagi. Kamu akan diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan
diberi ilmu, sehingga kamu tidak akan pernah bodoh lagi. Kamu akan
diberi kesentosaan dan kamu tidak akan merasa ketakutan lagi. Kamu akan
maju dan tidak akan peroah mundur lagi. Nasib kamu akan baik, tidak akan
pemah buruk. Kamu akan dimuliakan dan tidak akan dihinakan. Kamu akan
didekati oleh Allah dan tidak akan dijauhi oleh-Nya.
Martabat kamu
akan menjadi tinggi dan tidak akan pernah rendah lagi. Kamu akan
dibersihkan, sehingga tidak lagi kamu merasa kotor. Ringkasnya, jadilah
kamu seorang yang tinggi dan memiliki kepribadian yang mandiri. Dengan
demikian, maka kamu boleh dikatakan sebagai orang yang luar biasa.
Jadilah
kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan orang-orang yang shiddiq.
Dengan demikian, kamu akan menjadi titik akhir bagi segala kewalian, dan
wali-wali yang masih hidup akan datang menemuimu. Melalui kamu, segala
kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui shalatmu, tanaman-tanaman
dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan dan malapetaka yang hendak
menimpa umat manusia dan seluruh tingkatan dan lapisan dapat
dihindarkan. Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan
rakyat.
Orang-orang
akan berdatangan menemuimu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh
dengan membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat mereka
kepadamu. Semua ini hanyalah karena idzin Allah Yang Maha Perkasa dan
Maha Kuasa jua. Lisan manusia tak henti-hentinya menghormati dan memuji
kamu. Tidak ada dua orang yang beriman yang bertingkah kepadamu. Wahai
mereka yang baik-baik, yang tinggal di tempat-tempat ramai dan mereka
yang mengembara, inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan
yang tiada terbatas.
--------------------------------------
Apabila
kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan
kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya yang
membunuh yang di luarnya tampak lembut tetapi di dalamnya sangat
niembahayakan, cepat merusak dan membunuh siapa saja yang memegangnya,
yang menipu mereka dan yang menyebabkan mereka lengah terhadap dosa dan
maksiat; apabila kamu lihat semua itu, maka hendaklah kamu bersikap
sebagai seorang yang melihat orang lain yang membuang air besar yang
membuka auratnya dan mengeluarkan bau busuk. Dalam keadaan seperti itu,
hendaklah kamu memalingkan pandanganmu dari ketelanjangannya dan menutup
hidungmu supaya tidak mencium baunya yang busuk. Demikian pulalah
hendaknya kamu bersikap terhadap dunia. Apabila kamu melihatnya, maka
hendaklah kamu memalingkan pandanganmu dari pakaiannya dan tutuplah
hidungmu supaya tidak mencium bau busuk kegemerlapannya yang tidak
kekal. Semoga dengan demikian kamu dapat selamat dari bahaya dan
cobaannya. Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, pasti akan kamu
rasakan. Allah telah berfirman kepada Nabi Muhammad saw.:
'Dan
janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia
untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih
baik dan lebih kekal.' (QS,20:131)
Futuhal Ghaib (2)
Syeikh Abdul Qadir Jilani
Ia bertutur:
Akan kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami berkata, "Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang biasa sebagai gubernur kota tertentu, memberinya busana kehormatan, bendera, panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman mulai yakin bahwa hal itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya dan pelanggarannya atas perintah dan larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang sempit dan gelap serta memperlama pemenjaraannya, dan orang itu terus menderita, terhinakan dan sengsara, akibat ketakaburan dan kesia-siaannya, dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan semua ini terjadi di depan mata sang raja dan diketahuinya. Setelah itu ia menjadi kasihan terhadap orang itu, dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara, disertai kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali busana kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia cuma-cuma. Kemudian ia menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati. Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia
bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang, kemurahan dan
pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tak pernah melihat,
yang telinga tak pernah mendengar, yang hati manusia tak tahu akan
hal-hal gaib dari kerajaan langit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya,
akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan
diterimanya doa dan kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta
kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan sendiri melalui lidahnya,
dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini karunia-karunia-Nya
pada tubuhnya, yang berupa makanan, minuman, busana, istri yang halal,
hal-hal lain yang halal dan pemerhati terhadap hukum dan tindak
pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya
yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan
kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya
dan percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya
pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, milikan, istri, anak, dan
mencabut darinya segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya
sebelum ini, sehingga ia terkulai, hancur dan
terputus dari masyarakatnya.
Bila
ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal yang
buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat hal-hal
yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk menjauhkan
kesulitannya, maka permohonannya itu tak diterima. Jika ia memohon janji
baik, ia tak segera mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tak tahu
tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi, ia tak bisa menafsirkannya dan
tak tahu tentang kebenarannya. Bila ia bermaksud kembali kepada manusia,
ia tak mendapatkan sarana untuk itu. Bila ada
sesuatu pilihan
baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu, maka ia segera
tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuh nya, dan lidah-lidah mereka
menyerang kehormatannya.
Bila
ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada
keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniai
pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang
dialaminya, permohonannya itu pun tak diterima.
Maka,
dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta
kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi
tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba
berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia
mendengar panggilan jiwa kepadanya: "Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan
samudra kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya,
menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang
hakikat dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu
nikmat dalam segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya,
menyempurnakan baginya
nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan
ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-rahmat
lain-Nya, menyempurnakan ruhaninya dengan kelembutan dan karunia-Nya,
dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia
menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tak pernah
melihat, yang telinga tak pernah mendengar dan yang tak pernah tersirat
dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada jiwa yang tahu yang disembunyikan bagi mereka, yang akan mengenakkan mata
mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia mendengar panggilan jiwa kepadanya: "Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan
samudra kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya,
menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang
hakikat dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu
nikmat dalam segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya,
menyempurnakan baginya
nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan
ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-rahmat
lain-Nya, menyempurnakan ruhaninya dengan kelembutan dan karunia-Nya,
dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia
menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tak pernah
melihat, yang telinga tak pernah mendengar dan yang tak pernah tersirat
dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
No comments:
Post a Comment