أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
MENGUNGKAP SIAPA SEBENARNYA IBU RATU KIDUL : MANUSIA ATAU SILUMAN?
Kalau
kita mendengar ratu kidul langsung terbayang hal-hal mistis, merinding
badan kita, musrik dan tidak masuk akal. Sebelum saya cerita siapa
sebenarnya beliau perlu diketahui dulu bahwa Manusia adalah makhluk yang
diciptakan Allah SWT paling mulia dan tinggi derajatnya dibanding
makhluk-makhluk ciptaan ALLAH lain sekalipun malaikat.
Siapa Ibu Ratu Kidul? Kita kembali ke pada jaman dulu (jaman Hindu/Nabi Sis AS) tepatnya jaman Aji Saka, Aji Sakti dan Aji Putih. Ketiganya adalah kembar dan putra dari Raja Sungging Perbangkala dengan Ibu Ratu Dewi Arumba kerajaan
dari India dekat Sungai Yamuna. Setelah meningkat dewasa ketiganya
mempunyai kesaktian dan kepandaian yang setara sehingga membuat Raja
melakukan sayembara kepada ketiganya untuk memperebutkan pusaka Kembang Cangkok Wijaya Kusuma yang selalu diikuti oleh pusaka Cakra Bijaksana dan Tiwi Krama. Siapa
yang mendapatkan pusaka itu akan ditunjuk menjadi Raja. Oleh Patih
Kerajaan, Patih Abiyasa yang sakti pusaka kembang cangkok wijaya kusuma
dilempar jauh-jauh. Akhirnya ketiga putra raja mengejar pusaka itu
dengan kesaktian mereka masing-masing.
Sampailah pada satu masa dan tempat dimana pusaka uitu ternyata jatuhnya
di sekitar Nusantara tepatnya di pulau Jawa. Setelah berbulan-bulan
mengejar akhirnya mereka tiba di pulau Jawa.
Singkat cerita seiring dengan waktu, ternyata yang menemukan pusaka itu
adalah Aji Putih (bungsu). Dengan sikap yang elegan dan tenang
disampaikanlah penenemuannya kepada Aji Sakti (tengah) dan dikatakan
oleh Aji Sakti bahwa ini adalah kehendak Sang Hyang Wenang (Tuhan bahasa
sekarangnya). Tiba-tiba datanglah Aji Saka (sulung) dengan nafsunya dan
cenderung iri merebut pusaka itu dari Aji Putih tetapi ditahan oleh Aji
Sakti sehingga tetap dipegang oleh Aji Putih. Pada saat itu Aji Putih
mengatakan kalau memang kakak sulungnya memang menginginkan pusaka akan
diberikan. Aji Saka mengatakan itu memang hak dia sebagai kakak tertua
tetapi ditolak ole Aji Sakti dengan mengatakan sesuai dengan pesan dan
janji dari ayahanda bahwa yang menemukan pusaka akan dijadikan raja maka
Aji Putihlah yang berhak menjadi Raja.
Aji Saka terus beragumen dan tetap menginginkan pusaka tetapi selalu
dibantah oleh Aji Sakti sehingga terjadilah perang mulut dan perang
fisik diantara keduanya sementara Aji Putih tetap pasrah dan ikhlas.
Disini ditunjuukkan bahwa pasrah dan ikhlas yang tawadu pasti menuai
hasil yang baik.
Perang antara kakak-adik terus terjadi tidak ada yang menang dan yang
kalah sampai waktu bertahun-tahun sampai berabad bahkan sekarang.Karena
bosan berperang, Aji Saka akhirnya pergi ke timur tepatnya daerah
Banyuwangi (Alas Purwo). Disitulah Aji Saka merintis dan mendirikan
kerajaan secara turun menurun mulai dari Daha, Kediri, Singasari,
Majapahit sampai Mataram. Ingat like father like son, sifat iri dan gila
kekuasaan selalu menyertai perjalanan anak cucu Aji Saka sehingga kita
dapat menyaksikan sejarah perebutan kekuasaan Ken Arok-Tunggul Ametung,
Tribuana Tunggal Dewi sampai kerajaan Mataram menjadi dua Yogyakarta dan
Surakarta bahkan sekarang keraton Surakarta sempat pecah memperebutkan
kekuasaan mnjadi Mangkunegaran.
Bagaimana dengan Aji Putih? Aji Putih bersama turunannya mendirikan
kerajaan Galeuh Pakuan sedangkan Aji Sakti mendirikan kerajaan Pajajaran
yang sebenarnya hanya seolah-olah.Maksudnya mendikan kerajaan tetapi
tidak menjadi raja 9jadi Pandita) dan selalu melindungi adiknya dari
serangan Aji Saka.
Hubungannya dengan Ratu Kidul? Aji Sakti mempunyai 2 anak yaitu Dewi Sri Pohaci (sering dipanggil Cinde Maya) dan Jaka Manggala. Karena
kecantikan Dewi Pohaci, banyak pria terutama kaum bangsawan
menginginkannya menjadi calon istri mereka sehingga dibuatlah sayembara
oleh Aji Sakti siapa yang dapat mengalahkan kesaktian Jaka Manggala maka
akan ditunjuk sebagai suami Dewi Sri Pohaci. Seiring waktu, kesaktian
Jaka Manggala tidak dapat dikalahkan oleh pria manapun sehingga membuat
Dewi Sri Pohaci merenung dan sedih memikirkan nasibnya. Kalau begini
terus bisa bisa gue nggak kawin-kawin nih (dalam hatinya). Sikap Dewi
Sri Pohaci inilah membuat Jaka Manggala merasa bersalah tetapi dia
sangat mencintai kakaknya sampai kapanpun.
Setelah merenung dan berpikir, Jaka Manggala memutuskan akan menghilang
dari hadapan Dewi Sri Pohaci agar dapat menikah dengan pria idamannya
dengan syarat dia menhilang tapi tidak jauh dari kakaknya. Caranya?
Dengan kesaktiannya, Jaka Manggala masuk ke dalam kemaluan Kakaknya
sampai ditemukan calon suami yang ideal buat kakaknya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, sampai abad berganti abad,
masuklah masa Islam di tanah Jawa. Suatu hari Wali Songo memanggil
Panembahan Senopati untuk memberitahukan peristiwa besar yang akan
dialami oleh Panembahan Senopati. Dikatakannya Panembahan Senopati akan
menemukan calon istrini yang ideal tetapi ada petunjuk buat dia bahwa
setelah menikah Panembahan Senopati dilarang untuk melakukan hubungan
badan dengan istrinya selama 40 hari dan selama itu melakukan shalat
Tahajud dengan amalan yang telah ditentukan.
Benar saja, suatu hari ketika berburu di hutan, Panembahan Senopati
bertemu seorang wanita yang sangat cantik sekali dan dia sangat
terpesona akan tutur bahasanya yang santun. Akhirnya wanita itu
diajaklah ke kediaman beliau karena ternyata wanita itu tinggal seorang
diri di hutan. Beliau mengabarkan kepada para wali apakah ini calaon
istri yang ideal. Ternyata benar dan menikahlah keduanya tetapi
Panembahan Senopati tidak lupa akan amant para wali selam 40 hari
melakukan amalan dari para wali.
Pada hari ketiga terjadilah peristiwa yang akan mengubah tatanan dan
sikap masyarakat Jawa terhadap pantai Selatan. yaitu ketika sedang wirid
tepat di samping kelambu istrinya tiba-tiba Panembahan Senopati melihat
seorang pria ada dalam kelambu itu. Ternyata pria di dalam kelambu itu
tidak lain dan tidak bukan adalah Jaka Manggala, adik dari istrinya
yaitu Dewi Sri Pohaci (berganti nama menjadi Cinde maya pada jaman itu).
Rupanya Jaka Manggala keluar dari kemaluan kakaknya karena tidak kuat
lagi menahan panasnya energi yang keluar dari setiap ayat Qur’an yang
diwiridkan oleh Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati sempat berpikir apakan istrinya telah berbuat serong
dan dikejarlah Jaka Manggala tetapi dengan kelihaiannya berhasil
melarikan diri dengan cepatnya tanpa bisa dikejar oleh Panembahan
Senopati. Ketika kembali ke kediaman Panembahan, ternyata Cinde Maya
sudah tidak ada di kamarnya dan kelihatan melarikan diri juga karena
merasa malu kepada Panembahan Senopati yang sudah dianggapnya sebagai
pria dan suami yang baik dan beriman. Akhirnya dengan tergopoh-gopoh
Cinde Maya sampailah di tepi jurang di Pantai Selatan dengan maksud
bunuh dri ketika akan menceburkan diri, ada seorang pria yang memegang
pundaknya sehingga selamatlah Cinde Maya. Siapakah Pria itu?
Pria itu adalah Nabi Khidir AS, dengan
suara yang lantang ditegur dan dimarahilah Cinde Maya dengan
mengingatkan bahwa sebagai manusia yang melakukan tindakan bunuh diri
adalah dosa besar dan tidak diampuni oleh ALLAH SWT dan jaminannnya
adalah neraka. Sambil menangis, Cinde Maya mengatakan apa yang harus
dilakukan untuk menutupi aib itu. Oleh Nabi Khidir AS itu bukan aib tapi
itu adalah takdir ALLAH SWT, atas seijin ALLAH, Nabi Khidir menawarkan
kepada Cinde Maya untuk tinggal di Laut Selatan (alam gaib) sekaligus
bertugas menjaga harta warisan Nabi Sulaeman AS (Nabi terkaya) dan juga
ikut melestarikan alam lingkungan sepanjang pantai selatan Jawa. Cinde
Maya menyetujuinya hingga sekarang masih menetapi laut selatan yang
dikenal dengan Ibu Ratu Kidul.
Pertanyaannya adalah siapa sebenarnya
yang selama ini digambarkan dengan wanita cantik pada lukisan dan
kemunculan di sekitar laut selatan? Wanita itu adalah Nyi Blorong,
siluman yang merupakan panglima dari Ibu Ratu Kidul dengan sifat yang
kurang baik seperti tidak ingin disamakan dengan manusia baik pakaian,
fisik dan lain sebagainya, Kalau di darat dikuasai oleh Centing Manik (SIluman) sedangkan di pantai Utara Jawa dikuasai Dewi Lanjar (siluman).
Jadi kesimpulannya adalah Ibu Ratu Kidul
adalah manusia juga yang mengalami proses penuaan fisik dan karena Kun
Faya Kun-nya ALLAH, beliau dapat berada di dua alam serta selalu
melindungi anak cucunya. Begitulah ceritanya, jadi sebagai manusia ,
kita tidak boleh takut pada hal-hal mistik, klenik dan lain sebagainya
apalagi jin dan setan tetapi yang kita takutkan adalah diri kita sendiri
dalam mengendalikan nafsu manusia. Haya min autiha ka bada min sahadati
(bahasa ibrani: ingat akan adat kita yang sah sebagai manusia)
mudah-mudahan bermanfaat dan terus tingkatkan ibadah kepada ALLAH SWT
dan bermanfaat bagi manusia dan alam sekitarnya.
No comments:
Post a Comment