أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
· NUR-NUR ILAHI ADALAH KENDARAAN HATI DAN RAHASIA HATI. NUR ITU ADALAH TENTARA HATI, SEBAGAIMANA KEGELAPAN ADALAH TENTARA NAFSU. JIKA ALLAH S.W.T MAU MENOLONG HAMBA-NYA MAKA DIBANTU DENGAN TENTARA ANWAR (NUR-NUR) DAN DIHENTIKAN SUATU KEGELAPAN. NUR ITU BAGINYA MENERANGI (MEMBUKA TUTUPAN), MATA HATI ITU BAGINYA SEBAGAI HAKIM DAN HATI ITU BAGINYA MENGHADAP ATAU MEMBELAKANG.
· NUR-NUR ILAHI ADALAH KENDARAAN HATI DAN RAHASIA HATI. NUR ITU ADALAH TENTARA HATI, SEBAGAIMANA KEGELAPAN ADALAH TENTARA NAFSU. JIKA ALLAH S.W.T MAU MENOLONG HAMBA-NYA MAKA DIBANTU DENGAN TENTARA ANWAR (NUR-NUR) DAN DIHENTIKAN SUATU KEGELAPAN. NUR ITU BAGINYA MENERANGI (MEMBUKA TUTUPAN), MATA HATI ITU BAGINYA SEBAGAI HAKIM DAN HATI ITU BAGINYA MENGHADAP ATAU MEMBELAKANG.
· Allah
s.w.t hanya bisa dikenal jika Dia sendiri mau Dia dikenali. Jika Dia
mau memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-Nya maka hati hamba itu akan
dipersiapkan dengan mengurniakannya warid. Hati hamba diterangi dengan
Nur-Nya. Tidak mungkin mencapai Allah s.w.t tanpa dorongan yang kuat
dari Nur-Nya. Nur-Nya adalah kendaraan bagi hati untuk sampai ke
Hadirat-Nya. Hati adalah umpama badan dan roh adalah nyawanya. Roh pula
berkait dengan Allah s.w.t dan perkaitan itu dinamakan as-Sir (Rahasia).
Roh menjadi nyawa kepada hati dan Sir menjadi nyawa kepada roh. Boleh
juga dikatakan bahwa hakikat kepada hati adalah roh dan hakikat kepada
roh adalah Sir. Sir atau Rahasia yang sampai kepada Allah s.w.t dan Sir
yang masuk ke Hadirat-Nya. Sir yang mengenal Allah s.w.t. Sir adalah
hakikat kepada sekalian yang maujud.
· Nur
Ilahi menerangi hati, roh dan Sir. Nur Ilahi membuka bidang
hakikat-hakikat. Amal dan ilmu tidak mampu menyingkap rahasia
hakikat-hakikat. Nur Ilahi yang berperanan menyingkap tabir hakikat.
Orang yang mengambil hakikat dari buku-buku atau dari ucapan orang lain,
bukanlah hakikat sebenarnya yang ditemuinya, tetapi hanyalah sangkaan
dan khayalan semata-mata. Jika mau mencapai hakikat perlulah mengamalkan
wirid sebagai pembersih hati. Kemudian bersabar menanti sambil terus
juga berwirid. Sekiranya Allah s.w.t kehendaki warid akan
didatangkan-Nya kepada hati yang asyik dengan wirid itu. Itulah kejayaan
yang besar dan bisa dicapai oleh seseorang hamba semasa hidupnya di
dunia ini.
Alam
ini pada hakikatnya adalah gelap. Alam menjadi terang karena ada
kenyataan Allah s.w.t padanya. Misalkan kita berdiri di atas puncak
sebuah bukit pada waktu malam yang gelap gulita. Apa yang dapat dilihat
hanyalah kegelapan. Apabila hari siang, matahari menyinarkan sinarnya,
kelihatanlah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang menghuni bukit itu.
Kewujudan di atas bukit itu menjadi nyata karena diterangi oleh cahaya
matahari. Cahaya mendhahirkan kewujudan dan gelap pula membungkusnya.
Jika kegelapan hanya sedikit maka kewujudan kelihatan samar. Sekiranya
kegelapan itu tebal maka kewujudan tidak kelihatan lagi. Hanya cahaya
yang dapat mendhahirkan kewujudan, karena cahaya dapat menghalau
kegelapan. Jika cahaya matahari dapat menghalau kegelapan yang menutupi
benda-benda alam yang nyata, maka cahaya Nur Ilahi pula dapat menghalau
kegelapan yang menutup hakikat-hakikat yang ghaib. Mata di kepala
melihat benda-benda alam dan mata hati melihat kepada hakikat-hakikat.
Banyaknya benda alam yang dilihat oleh mata karena banyaknya cermin yang
membalikkan cahaya matahari, sedangkan cahaya hanya satu jenis saja dan
datangnya dari matahari yang satu jua. Begitu juga halnya pandangan
mata hati. Mata hati melihat banyaknya hakikat karena banyaknya cermin
hakikat yang membalikkan cahaya Nur Ilahi, sedangkan Nur Ilahi datangnya
dari nur yang satu yang bersumberkan Zat Yang Maha Esa.
· Kegelapan
yang menutupi mata hati menyebabkan hati terpisah dari kebenaran.
Hatilah yang tertutup sedangkan kebenaran tidak tertutup. Dalil atau
bukti yang dicari bukanlah untuk menyatakan kebenaran tetapi adalah
untuk mengeluarkan hati dari lembah kegelapan kepada cahaya yang terang
benderang bagi melihat kebenaran yang telah ada, bukan mencari kebenaran
baru. Cahayalah yang menerangi atau membuka tutupan hati. Nur Ilahi
adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan
serta membawanya menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli. Apabila
Nur Ilahi sudah membuka tutupan dan cahaya terang telah bersinar maka
mata hati dapat memandang kebenaran dan keaslian yang selama ini
disembunyikan oleh alam nyata. Bertambah terangnya cahaya Nur Ilahi yang
diterima oleh hati bertambah jelas kebenaran yang dapat dilihatnya.
Pengetahuan yang diperolehi melalui pandangan mata hati yang bersuluhkan
Nur Ilahi dinamakan ilmu laduni atau ilmu yang diterima dari Allah
s.w.t secara langsung. Kekuatan ilmu yang diperolehi bergantung kepada
kekuatan hati menerima cahaya Nur. Ilmu yang didapatkan dari dalil naqli
atau aqli kemudian diamalkan akan menjadikan Allah senang. Jika
seseorang itu mengamalkan apa yang sudah diketahui, maka Allah akan
mewariskan/memberikan ilmu yang belum diketahui. Itulah ilmu laduni.
Ilmu ini tidak bisa didapatkan hanya dengan membaca buku atau mendengar
ceramah agama tetapi Allah akan menyingkapkan kepada orang yang
mengamalkan ilmu yang sudah diketahui. Ilmu ini disebut juga ilmu
rabbaniyyah. Ilmu yang langsung dimasukkan ke dalam mata hati seorang
hamba yang berbuat amal sesuai petunjuak Allah dan RasulNya.
· Murid
yang masih pada peringkat permulaan hatinya belum cukup bersih, maka
cahaya Nur Ilahi yang diperolehinya tidak begitu terang. Oleh karena itu
ilmu laduni yang diperolehinya masih belum mencapai peringkat yang
halus-halus. Pada tahap ini hati bisa mengalami kekeliruan.
Kadang-kadang hati menghadap kepada yang kurang benar dengan
membelakangkan yang lebih benar. Orang yang pada peringkat ini perlu
mendapatkan penjelasan daripada ahli makrifat yang lebih arif. Apabila
hatinya semakin bersih cahaya Nur Ilahi semakin bersinar meneranginya
dan dia mendapat ilmu yang lebih jelas. Lalu hatinya menghadap kepada
yang lebih benar, sehingga dia menemui kebenaran hakiki.Dasyat! Membongkar Rahasia kekuatan Tuhan
menyibak pintu rahasia kekuatan Tuhan (tak terbatas) dengan kedasyatan kalimat “Yaa Sayyidi Yaa Rosulalloh” kalimat yang sangat hebat, kalimat yang bahkan bisa digunakan untuk menghentikan kekuatan dasyat ledakan bom atom atau ledakan nuklir yang pernah dibahahas pada tulisan sebelumnya akan tetapi yang paling penting ialah kedasyatan menghacurkan nuklir-nuklir sifat keakuan yang bersemayam didada manusia yang mengakibatkan bendera “AKU” berkibar, sehingga menjadi sumber mala petaka dan perpecahan dimuka bumi ini yang diakibatnya nuklir yang bersemayam didalam dada para pempimpin bangsa.
Kita awali dengan ayat “Huwal Awwalu wal Akhiru waz zaahiru wal-baatin”
yang mempunyai arti segalanya menjadi kehendak yang Maha Wujud, yang
maha tanpa awal dan tanpa akhir. Karena Alloh tidak membutuhkan awal dan
akhir atau batas sebab yang dimaksud permulaan adalah batas, maka
jelaslah Alloh tiada awal maupun akhir, karena waktu sendiri itu adalah
makhluk ciptaanNya, mustahil yang menciptakan ikut campur dalam
ciptaanNya ? it’s imposible I thing.
Maka Alloh lah sebagai sumber segala
penciptaan seluruh makhluk alam jagad raya, baik meliputi alam, manusia,
tumbuhan hewan, waktu, angan-angan, pikiran manusia, kaya maupun
miskin, ataupun perbedaan keyakinan beragama, itupun semua adalah
ciptaaanNya karena hakekatnya Dialah yang Maha ada, dan Maha Pencipta.
Dengan kekuatan kun fayakunNya
tidak ada yang tidak mustahil dan tidak mungkin yang tercipta dari
kekuasaanNya, karena apapun kehendaknNya pastilah terjadi. mustahil
tidak ada yang tidak terjadi. Maka Dialah yang wujud dan samar, sehingga
ada salah satu filsafat dari orang budha “Yang Berisi Itu Kosong Dan Yang Kosong Adalah Berisi”.
Inipun berhubungan erat kaitannya dengan jiwa, kalau jiwa kita berisi
“merasa” yaitu merasa mampu, merasa pandai, merasa hebat, merasa hidup,
merasa memiliki, merasa… merasa dan merasa, maka sebenarnya jiwa kita
adalah kosong, Begitu pula sebaliknya kalau jiwa kita berisi “tidak
merasa” tidak merasa mampu, tidak merasa pandai, tidak merasa alim,
tidak merasa hebat, dan tidak merasa hidup maka sebenarnya jiwa kita
adalah adalah berisi.
Dan inilah yang dimaksud dengan filsafat diatas, karena pada saat kita mengosongkan diri, atau dalam bahasa lain meng “NOL” kan diri,
pada saat posisi itulah Alloh bertajjali memperkenankan hambanNya untuk
menemui DIA, karena pada saat kita mematikan diri disinilah nampak yang
Maha Hidup ,dan hal ini yang sangat prinsip dan harus kita pahami.
Maka selanjutnya dengan kalimat dasyat “KUN FAYAKUN” (jadi maka jadilah),
seketika Alloh menciptakan sesuai kehendakNya, yang mana asalnya tidak
ada menjadi sebuah wujud yang diadakan, dan itulah yang dinamakan
“MAKHLUK”, dan dengan kehendakNya pula Alloh memberikan amanat berat
terhadap salah satu makhluk ciptanNya, siapakah dia? Itulah manusia dan
jin, yang jelas tersurat didalam Al Quran surat Adzariyat ayat 56.
“dan tidaklah AKU(Alloh) ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKU”.
Inilah amanat pengabdian bagi seorang hamba
yang harus dijalani, maka sebenarnya perjalanan hidup kita hanya satu
tujuan yaitu menuju kepadaNya dalam istilah Al Qurannya “Fafirru Ilalloh”.
Dan penting diketahui, amanat sebuah pengabdian inilah yang membutuhkan
suatu petunjuk atau jalan agar benar-benar murni mengabdi dan menghamba
kepadaNya.
Karena kita tidak akan pernah bisa
menghamba kepadaNya, sebab alasan utama yang sangat kuat yaitu kita
adalah makhluk ciptaan yang asalnya TIDAK ADA menjadi ADA, alangkah
hebatnya sesuatu yang TIDAK ADA bisa mengabdi kepada yang MAHA ADA?
sungguh mustahil bukan!
Maka tidak ada manusia yang bisa ingat
kepada Sang Pencipta, tidak pula bisa beribadah dan bisa apa-apa karena
hakekat manusia adalah tidak pernah ada dan tak akan pernah ada, karena
hakekat manusia itu ada karena ada kekuatan kunfayakun sehingga manusia
menjadi ada.
Dengan rujukan
rambu-rambu didalam Al Quran surat Adzariyat ayat 56 inilah sebagai
kunci suatu petunjuk utama kepada manusia bahwa Al Quran adalah suatu
pintu petunjuk hidayah untuk mengenal Sang Pencipta.
“…..Al Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)….” (Qs Al Baqarah 185).
akan tetapi dalam
benak kami ada sebuah pertanyaan, dimanakah Al Quran yang asli itu? apa
Al Quran yang setiap hari kita tadaburi dengan ayat-ayat nya itu?
ataukah Al Quran hanya sebuah simbolis dan ucapan seremonial saja
sehingga identitas kitab suci agama islam akan sirna tidak pernah digali
dan ditinggal oleh pengikutnya,
Kami teringat pada akhir zaman nanti akan datang suatu masa dimana Al Quran hanya tinggal bacaannya saja.
Dan kenyaataanya memang benar bahwa Al Quran sekarang tinggal seremonial bacaannya saja.
Padalah manusia
harus sampai kepada Alloh dengan ayat innalillahi wa inna ilaihi rojiun
“kita hamba Alloh dan Pasti kembali kepada Alloh”. Sangat sederhana akan
tetapi sulit untuk dijabarkan.
Akhirnya Rosulalloh bersabda:
” Sesungguhnya
Al-Qur’an adalah tali yang satu ujungnya ditangan Alloh dan ujungnya
yang lain ditangan kamu. Maka berpeganglah dengannya. Sesungguhnya kamu
tidak akan tersesat dan binasa selama-lamanya” (HR.Ibnu Hibban)
Dari rujukan diatas
jelaslah Al Quran sebagai ujung sakelar, ibarat listrik kita hanya
menekan tombol sakelar, seketika itu nyalalah lampu itu tanpa harus
pergi ke pusat listrik.
Maka barang siapa
ingin berhubungan dengan AKU (Alloh), maka sekali-kali kamu tidak akan
ada yang bisa menemukan AKU, maka kalau kalian mencari Aku!, maka
carilah makhlukKu yang dimana ujung Al-Quran satunya ada ditanganKu yang
dan diujung satunya didadanya makhlukKu, yang bernama Muhammad Saw
kekasihKu yang sesungguhnya.
Disinilah
kronologis terbentuk kalimat syahadat dimana asalnya hanya Ashadualla
IlahailAlloh, setelah itu ditambahlah menjadi Ashaduanna Muhammad
Rosulalloh.
Sedangkan untuk
mencapai kekuatan agung itu ada sebuah media yang disediakan oleh Tuhan
yaitu Nur Muhammad yang bisa menjadi penghantar untuk berhubungan
langsung dengan Alloh. Nur Muhammad sendiri adalah kekuatan yang sangat
agung yang merupakan cikal bakal terciptanya alam semesta raya, jadi Nur
Muhammad sendiri merupakan Kekuatan Ilahi. Dimana kekuatan Nur Ilahi
ini terbungkus rapi didalam jasad Nabi Muhammad.
Inilah yang
menjadikan petunjuk bahwa “ujung Al-Qur’an adalah tali yang satu
ujungnya ditangan Alloh dan ujungnya yang satunya ditangan Muhammad
Rosulalloh” karena Aisyah pernah ditanya oleh seorang sahabat bagaimana
dengan Akhlaq Rosulalloh? Kalau kamu ingin tahu Akhlaq Rosulalloh ya Al
Quran itu sendiri.
Maka ketika ada
orang ingin bertemu dengan Alloh, orang itu harus masuk kedalam media
Tuhan yaitu frekuensi Nur Muhammad yang dimana ada suatu gelombang yang
tersambung otomatis kepada Nur Ilahi. Seperti layaknya aliran listrik
yang berpusat di gardu induk mengalir menuju rumah yang dialiri listrik ,
tidak perduli tempatnya jauh ataupun dekat, apabila rumah itu terhubung
dengan kabel yang terkena aliran listrik dari pusat aliran gardu induk,
lampu rumah dipastikan bisa menyala.
Itulah sebagaian
analoginya, maka mutlaklah untuk mencapai frekuensi Nur Muhammad harus
memperbanyak hubungan rohani terhadap Nur Muhammad tersebut dengan cara
memperbanyak masuk melalui metode nol.
Maka apabila
kekuatan agung itu dilibatkan didalam dirinya, maka Alloh sendirilah
yang akan menjadi bemper atau kekuatan yang sangat hebat yang
menyelimuti dirinya. Maka tidaklah heran ada seseorang yang memusuhi
kekasih Alloh otomatis dia menabrak keakuatan Alloh yang Maha Dasyat
maka hancurlah seketika saat itu.
Maka jangan pernah
sekali-kali mencoba memusuhi dan menghujat orang yang berselimut dengan
melibatkan kekuatan Tuhan, karena Tuhan sendiri yang akan menjadi
kekuatan dasyat didalam jiwa orang tersebut. inilah rahasia para
kekasih-kekasihnya Tuhan. (kalaupun ucapan saya bohong boleh
dibuktikan,, musuhilah kekasih Tuhan itu! ).
dari Abu Hurairah R.A, ia berkata: Rosulalloh Saw bersabda:
“Sesungguhnya Alloh berfirman, ‘Barangsiapa memusuhi wali (kekasih)-Ku, maka Aku menyatakan perang terhadapnya.’” (HR Al-Bukhari).
Ketika orang itu menjadi kekasihnya Tuhan, maka kesabaranlah yang berselimut didalam dirinya.
“Sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar” ( Al-Baqarah:153)
Dan
ciri khas doa maupun ucapannya pasti mengandung kebaikan dan persatuan
untuk seluruh makhluk penjuru alam. dia tidak pernah menghujat apalagi
menyalahkan orang lain, yang ada selalu koreksi kedalam bahwa dirinya
masih banyak melakukan salah dan dosa, sehingga rintihan air mata
keprihatinan yang terus menyelimuti dirinya, sebagai bentuk
pengaktualisasian dirinya sebagai hamba.
Lalu bagaimanakah dengan kita?
No comments:
Post a Comment