Wednesday, June 27, 2012

AUTOPSI KEMATIAN PEMIMPIN AGUNG

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

AUTOPSI KEMATIAN PEMIMPIN AGUNG

Khulafah al Rasyidin  antara Saidina Abu Bakar r.a , Saidina Umar r.a, Saidina Usman r.a dan Saidina Ali r.a serta Umar bin Abdul Aziz Khalifah Ke 6 Bani Umaiyyah adalah contoh para pemimpin yang agung dalam sejarah dunia Islam di muka bumi ini, setelah Rasulullah saw. Merekalah para pemimpin yang disebut oleh Nabi sebagai pemimpin yang mendapatkan bimbingan Allah. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam dengan utuh dan adil terhadap rakyatnya. Keadilannya, tidak pernah dijumpai dalam sejarah hidup pemimpin manapun di muka bumi ini.
Tetapi mereka semua meninggalkan kita dengan cara yang amat menghayat hati dan tragis sekali, termasuklah baginda Rasulullah saw yang juga tidak terlepas dari dugaan khianat oleh kaum Yahudi yang amat membenci baginda dan menjadi kaum pembunuh kepada nabi-nabi yang lain. Berikut adalah suatu kupasan autopsi siri kematian mereka satu per satu dalam rakaman sejarah Islam.
Rasulullah SAW Wafat Akibat Racun Yahudi
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata, “Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda di kala sakit yang berakhir dengan wafatnya beliau :
يَا عَائِشَةُ، مَا أَزَالُ أَجِدُ أَلَمَ الطَّعَامِ الَّذِى أَكَلْتُ بِخَيْبَرَ، فَهَذَا أَوَانُ وَجَدْتُ انْقِطَاعَ أَبْهَرِى مِنْ ذَلِكَ السَّمِّ
‘Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit karena makanan[1] yang aku cicipi di perang Khaibar.[2] Dan, inilah saatnya bagiku merasakan terputusnya urat nadiku karena racun itu’.
Setelah menyantap daging kambing beracun itu, beliau masih bertahan hidup sampai tiga tahun, hingga beliau merasakan sakit yang menyebabkan beliau wafat. Sedang perempuan Yahudi yang menghadiahkan daging kambing beracun itu masuk Islam setelah ia bertanya, “Siapa yang memberitahumu?” Dan, ia mendapat jawaban dari Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bahwa daging kambing beracun itulah yang memberitahu beliau. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam memaafkannya terlebih dahulu, kemudian membunuhnya sebagai qishash atas meninggalnya Bisyr bin Barra’. Dalam hal ini, ada hadits shahih yang sanadnya bersambung (kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam), bahwa sebab wafatnya Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam adalah karena pengaruh racun. Diriwayatkan dari Abu Salamah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersedia menerima sedekah, tetapi tidak bersedia menyantapnya. Karenanya, seorang perempuan Yahudi menjadikan pemberiannya kepada beliau sebagai hadiah, yakni berupa seekor kambing panggang yang telah ia taburi racun. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam menyantap daging kambing itu dan orang-orang turut makan bersama beliau. Namun, beliau bersabda, ‘Tahan tangan kalian, sebab kambing itu memberitahuku bahwa ia telah ditaburi racun.’ Akibatnya, Bisyr bin Barra’ bin Ma’rur, seorang sahabat Anshar, meninggal. Maka, beliau memanggil perempuan Yahudi itu dan bertanya, ‘Apa yang mendorongmu melakukan ini?’ Ia menjawab, ‘Bila kamu seorang nabi, tentu tindakanku ini tidak akan membahayakanmu; tetapi jika kamu seorang raja, maka aku telah menyelamatkan orang-orang darimu.’ Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam memerintahkan agar perempuan itu dibunuh. Kemudian beliau bersabda di kala sakit yang berakhir dengan wafatnya beliau, ‘Aku masih merasakan sakit akibat makanan yang aku santap di Khaibar. Inilah saatnya aku merasakan terputusnya urat nadiku’.”
Ibunda Bisyr berkata kepada Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam di kala beliau sakit yang berakhir dengan wafatnya beliau, “Menurut engkau apa gerangan penyebab sakitmu, wahai Rasulullah? Sungguh, aku tidak menaruh curiga atas kematian anakku, kecuali kepada daging kambing beracun yang ia makan bersama engkau di Khaibar.” Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam menimpali, “Aku pun tidak menaruh curiga kecuali kepada daging kambing beracun itu. Inilah saatnya urat nadiku terputus.”
Ibnu Katsir Rahimahullah memastikan bahwa Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam meninggal sebagai syahid. Ia menukil, “Kaum muslimin berpandangan bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam meninggal sebagai syahid, selain kemuliaan yang Allah limpahkan kepada beliau berupa kenabian.” Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata, “Sekiranya aku bersumpah sembilan kali untuk menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam wafat karena terbunuh, itu lebih aku sukai daripada aku bersumpah sekali untuk menyatakan bahwa beliau tidak terbunuh. Yang demikian itu, karena Allah telah mengangkat beliau sebagai nabi sekaligus sebagai syahid.”
Saidina Abu Bakar r.a Mati Diracun oleh Yahudi
Para ulama berbeda pendapat tentang penyebab kematian Abu Bakar. Ada yang berpendapat bahwa sebab kematian Abu Bakar adalah sakit yang disebabkan oleh karena beliau mandi pada cuaca yang sangat dingin.
Tetapi ada yang berpendapat bahwa Abu Bakar meninggal karena diracun oleh Yahudi setahun sebelum wafatnya. Sebagaimana yang bisa kita baca dalam kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari.
As-Suyuthi berkata, “Ibnu Sa’ad dan al-Hakim meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Syihab bahwa Abu Bakar dan al-Harits bin Kildah makan makanan yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. al-Harits berkata: Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulillah. Demi Allah di makanan ini ada racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda akan mati pada satu hari yang sama.
Abu Bakar berhenti memakannya. Keduanya terus sakit hingga meninggal pada satu hari yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”
Untuk menguatkan riwayat ini, as-Suyuthi menukil pernyataan ulama ternama asy-Sya’bi. As-Suyuthi berkata: Al-Hakim meriwayatkan dari Sya’bi, dia berkata, “Apa yang kita harapkan dari dunia yang hina ini. Telah diracun Rasulullah, demikian pula Abu Bakar.”
Setelah itu, as-Suyuthi menyebutkan pendapat kedua. Di mana al-Waqidi dan al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah yang berkata, “Permulaan sakitnya Abu Bakar yaitu dia mandi pada Hari Senin 7 Jumadil Akhir. Saat itu cuaca sangat dingin. Hal itu menyebabkannya demam selama 15 hari. Sehingga tidak bisa keluar untuk shalat. Dan wafat pada malam Selasa 8 malam yang terakhir di Bulan Jumadil Akhir tahun 13 dalam usia 63 tahun.”
Para ulama sejarah memperbincangkan kedua penyebab ini. Masing-masing mencoba mengambil yang dianggapnya lebih kuat. Atau seperti as-Suyuthi yang menyebutkan kedua pendapat sekaligus.
Jika kita mengambil pendapat pertama yaitu sebab diracun, maka ini semakin menambah panjang daftar kematian pemimpin adil dengan cara mengenaskan. Kalau kita mengambil pendapat yang kedua yaitu sebab sakit, maka seakan sejarah Abu Bakar ingin mengatakan bahwa hanya dia dari 4 khulafaur rasyidin yang meninggal karena sakit. Tetapi 3 pemimpin adil lainnya harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.
Saidina Umar r.a Mati Ditikam oleh Majusi
Pagi itu bukan hanya Umar yang ditusuk oleh Abu Lu’luah. Tetapi ada 13 orang lainnya. Dari mereka, 7 meninggal. Penusukan yang telah ditargetkan oleh Abu Lu’luah yang beragama majusi berdasarkan dendam terhadap Umar dan juga muslimin.
DR. Ali Muhammad ash-Shalabi mengatakan bahwa bukti kuat kalau Abu Lu’luah bukan hanya memiliki dendam pribadi kepada Umar tetapi juga kepada muslimin adalah dia menusuk 13 muslimin yang sedang berjamaah Shalat Shubuh. “Kalaulah benar Umar telah berbuat dzalim kepadanya, tetapi apa dosa para shahabat yang dia tusuk. Dan aku berlindung kepada Allah menyebut Umar sebagai orang dzalim,” begitu Ali ash-Shalabi menjelaskan (Umar bin Khattab h. 644)
Abu Lu’luah adalah budaknya Mughirah bin Syu’bah. Di mana dia digaji setiap harinya 4 Dirham dengan kemampuannya sebagai seorang pembuat alat penggiling.
Sejarah menyebutkan bahwa dendam pribadi Abu Lu’luah ketika dia kecewa dengan keputusan Umar yang dirasa tidak adil saat dia mengadukan tuannya Mughirah. “Semua merasakan keadilannya (Umar), kecuali saya,” kata Abu Lu’luah.
Suatu saat Umar berkata, “Saya diancam oleh seorang budak.” Kalimat diucapkan setelah Abu Lu’luah berbicara kepada Umar, “Saya akan buatkan ‘alat penggilingan untukmu yang akan menjadi pembicaraan manusia.”
Maka, dia membuat senjata khusus untuk membunuh Umar. Sebuah pisau berkepala dua dengan pegangan di tengahnya yang telah dibubuhi racun. Umar mendapatkan 6 tusukan, salah satunya di bawah pusarnya.
Menjelang kematiannya, Umar diberitahu bahwa yang menusuknya adalah seorang majusi yang bernama Abu Lu’luah. Umar pun berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang yang mengaku muslim.”
Saidina Usman r.a Mati dibunuh oleh Para Pemberontak
6 tahun pertama pemerintahan Utsman adalah pemerintahan yang begitu menyenangkan dan menentramkan seluruh manusia. Utsman yang lembut bertemu dengan kelanjutan kebijakan adil zaman Umar merupakan penyebab kenyamanan itu.
6 tahun kedua pemerintahannya, adalah merupakan tahun-tahun sulit penuh fitnah. Bahkan fitnah itu melebar hingga ke zaman kita dan sungguh tidak mudah diurai oleh masyarakat awam.
DR. Ali Muhammad ash-Shalabi (Utsman ibn Affan h. 146, MS) menukil dari ath-Thabari dalam Tarikh al-Umam w al-Muluk dan Ibnu al-Atsir dalam al-Kamil fi al-Tarikh keberadaan penggerak di balik layar fitnah yang ditujukan kepada Utsman. Orang itu adalah Abdullah bin Saba’, seorang yahudi dari Yaman yang berkeliling kota-kota Islam dari Hijaz, Bashrah, Kufah dan Syam untuk menyebarkan fitnah seputar Utsman. Tetapi dia gagal total. Hingga saat dia pergi ke Mesir, di sanalah fitnah itu mendapatkan pendukungnya. Dan menyebarlah fitnah itu…
Kelembutan Utsman, membuat fitnah begitu mudah merajalela tanpa penghalang berarti. Berbagai tuduhan menggelinding liar di kota-kota utama muslimin saat itu. Hingga para pemberontak itu pun menuju kota Madinah untuk menurunkan Utsman dari jabatannya. Ratusan orang berangkat ke Madinah dan mengepung rumah Utsman. Sekitar 40 hari Utman dikepung, dimulai dari bulan Syawwal 35 H. Hingga air pun mereka halangi untuk masuk ke rumah Utsman. Berbagai upaya para shahabat dan anak-anak mereka untuk melindungi Utsman tidak berdaya di hadapan tidak kurang dari 600 orang itu.
Hingga pada Waktu Ashar di Hari Jum’at 8 Dzulhijjah 35 H, para pemberontak itu berhasi l masuk ke dalam rumah Utsman melalui pintu lain. Kening Utsman ditusuk, bagian bawah telinganya ditusuk hingga masuk ke kerongkongan, kemudian pedang diayunkan untuk menebas utsman, robohlah Utsman dan melompatlah Amr bin Hamaq menindih dada Utsman dengan menghunjamkan 9 tusukan.
Utsman pun syahid, persis seperti yang pernah disampaikan oleh Rasul saat beliau masih hidup. Mushaf yang sedang dibacanya, menjadi saksi bisu akan kebiadaban para pembunuh itu. Darah mengalir di atas Surat al-Baqarah yang sedang dibukanya.
Tak cukup hanya membunuh Utsman, mereka pun merampok harta yang ada di rumah Utsman. Perilaku sangat biadab.
Para shahabat terkejut. Ali bin Abi Thalib marah. Hingga dia mendatangi kedua putranya Hasan dan menamparnya, juga Husain dan memukul dadanya, “Bagaimana Amirul Mukminin bisa terbunuh, padahal kalian menjaga pintunya?”
Ali mendatangi rumah Utsman. Para pemberontak itu ingin membaiat Ali. Tapi Ali dengan marah berkata, “Demi Allah, saya malu membaiat orang-orang yang telah membunuh Utsman. Dan saya malu kepada Allah, dibaiat sementara Utsman belum dikubur.”
Mereka yang menghalalkan darah Utsman dinyatakan oleh para ulama sebagai kafir. Sementara yang tidak menghalalkan tetapi ikut berperan serta dalam kematian Utsman dinyatakan sebagai fasik (Utsman ibn Affan, ash-Shalabi, h. 186, MS). Sumber fitnah adalah Yahudi yang menyelusup ke dunia Islam untuk mengacaukan ketentraman dan kemakmuran muslimin serta kemajuan Islam.
Saidina Ali ra Mati Dibunuh Orang Khawarij
Kelompok khawarij adalah sekte sesat di tubuh muslimin yang merasa benar dan dekat dengan Allah serta mengkafirkan muslimin lainnya yang tidak sepaham dengan mereka, hingga para shahabat seperti Ali sekalipun. Kelompok ini telah diingatkan oleh Nabi saat beliau masih hidup. Pemahaman yang dangkal yang berbalut semangat adalah penyebabnya. Secara dzahir, mereka sangat meyakinkan sebagai seorang muslim dengan ibadah-ibadah yang mereka lakukan. Tetapi mereka adalah kelompok sesat.
Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib, kelompok ini diperlakukan dengan sangat bijak oleh Ali. Dialog ilmiah dibangun dengan sangat baik oleh Ali, hingga keputusan yang sangat ilmiah dan tidak terbawa emosi. Tetapi saat mereka menumpahkan darah, meneror masyarakat muslim dan merampok, terpaksa Ali sebagai pemimpin negara harus melakukan perlawanan. Perang Nahrawan pun meletus antara Ali dan kaum khawarij.
Sesungguhnya saat Ali mengetahui kaum khawarij telah melakukan teror, dia tidak langsung memerangi tetapi meminta agar mereka menyerahkan para pembunuh untuk dihukum. Tetapi mereka justru berkata: kami semua pembunuhnya. Maka Ali pun membawa pasukan yang semula hendak dibawa ke Syam, untuk memerangi kaum Khawarij di Nahrawan pada Bulan Muharram 38 H.
Perang Nahrawan, benar-benar meninggalkan luka yang sangat dalam di hati orang-orang khawarij. Dari seribu pasukan yang mereka miliki, tidak ada yang tersisa kecuali hanya sekitar 10 orang yang lari dari medan perang. Sementara dari pihak Ali korbannya sekitar 12 orang. (Lihat: Ali ibn Abi Thalib, ash-Shalabi, 2/351-356, MS)
Dendam kaum khawarij tidak mati. Pertemuan rahasia antara 3 orang khawarij (Abdurahman bin Muljam, Burak bin Abdillah, Amr bin Bakr at-Taimi) membicarakan keadaan negara dan balas dendam mereka atas kematian teman-teman mereka di perang Nahrawan. Mereka sepakat untuk membunuh orang-orang yang mereka anggap sebagai pemimpin kafir; Abdurahman bin Muljam akan membunuh Ali bin Abi Thalib, Burak akan membunuh Muawiyah dan Amr bin Bakr akan membunuh Amr bin Ash.
Pada Hari Jum’at Shubuh di Bulan Ramadhan 40 H, Abdurahman bin Muljam beserta teman-temannya yang telah bersembunyi semalaman mencoba membunuh Ali.
Pedang Abdurahman bin Muljam meninggalkan luka sangat serius di kepala Ali. Kepala kedokteran Atsir bin Amr as-Sukuni menyatakan bahwa lukanya sudah tidak mungkin diobati dan akan menyebabkan kematian. Ali hanya bertahan 3 hari setelah terluka itu dan kemudian meninggal pada tanggal 21 Ramadhan 40 H. (Lihat: Ali ibn Abi Thalib, ash-Shalabi, 3/188-194, MS)
Umar bin Abdul Aziz Mati Diracun oleh Seteru Politiknya
Umar bin Abdul Aziz yang mengagumkan. Kepemimpinan dan karya peradabannya belum pernah ada yang bisa menyainginya. Hanya dalam 29 bulan, negeri menjadi makmur, sejahtera dan keadilan ditegakkan. Setelah kemiskinan merajalela, pesta pora penguasa dan kedzaliman selalu menimpa rakyat jelata.
Semua rakyat senang. Negeri muslim yang sangat besar ketika itu sangat berbahagia di bawah pemimpin adil Umar bin Abdul Aziz. Tetapi ada yang tidak senang. Ada yang marah. Mereka adalah para mantan pejabat sebelum Umar bin Abdul Aziz menjabat. Mereka dulu menikmati dunia dan harta kemewahan dengan luar biasa di atas air mata dan darah rakyat.
Di zaman Umar bin Abdul Aziz, para pejabat Bani Umayyah itu benar-benar mati kutu. Tidak bisa berkutik. Mereka harus mengembalikan semua harta, tanah dan kedzaliman yang selama ini mereka lakukan terhadap rakyat. As-Suyuthi (Tarikh khulafa’ 1/215, MS) dan Ali ash-Shalabi (Umar ibn Abdil Aziz, 4/198, MS) menyebutkan bahwa penyebab kematian Umar bin Abdul Aziz adalah diracun oleh para mantan pejabat Bani Umayyah.
Imam Mujahid berkata: Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada saya: Apa pendapat masyarakat tentang keadaan saya sekarang?
Mujahid: Mereka berkata bahwa Anda terkena sihir.
Umar: Saya tidak terkena sihir. Tetapi saya sungguh tahu bila saya diracun.
Umar kemudian memanggil seorang pembantunya (seorang budak) dan berkata kepadanya: Celakalah dirimu, mengapa kamu memberiku racun?
Pembantu itu berkata: Seribu dinar dan dibebaskan dari perbudakan.
Umar: Berikan ke saya wangnya.
Pembantu itu memberikan wang dan Umar bin Abdul Aziz menyerahkannya ke Baitul Mal. Dan Umar berkata kepada pembantunya: Pergilah ke tempat yang tidak dilihat seseorang.
 
 
Kesimpulannya
Abu Bakar dalam sebuah riwayat meninggal karena diracun oleh yahudi. Umar bin Khattab meninggal karena ditusuk oleh Majusi. Usman bin Affan meninggal dibantai oleh orang kafir dan muslim fasik. Ali bin Abi Thalib meninggal dengan pedang tokoh kelompok sesat khawarij.Umar bin Abdul Aziz meninggal diracun oleh para pejabat lama yang marah. Rasulullah SAW wafat juga karena sakit yang disebabkan oleh racun yahudi
Kemunculan pemimpin agung ini harus diusahakan terus. Dicari di tumpukan jerami, walau hanya sekecil jarum. Apalagi hari ini. Ketika pencarian masyarakat islam terbentuk tembok kekecewaan Dicerminkan pada sikap apatis terhadap semua bentuk pemilihan pemimpin. Karena mereka telah kecewa. Harapan yang muncul seperti tunas yang baru tumbuh, dihantam oleh badai dusta. Tak tersisa. Siapapun yang akan muncul menjadi pemimpin agung, apalagi di tengah kumuhnya sistem dan kepemimpinan, tulisan ini memberikan rambu sejarah yang akan terulang di sepanjang sejarah.

No comments: