أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Misteri Tentara ALLAH Berwujud Malaikat di Gaza
Kejadian - Kejadian
Aneh Dan Misterius Seputar Perang Gaza. Gaza, itulah nama hamparan tanah
yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina
Selatan, “potongan” itu “terjepit” di antara tanah yang dikuasai
penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung
dengan tembok di sepanjang daratannya.
Sudah lama Israel
“bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa
masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu.
Kejadian - Kejadian Aneh Dan Misterius Seputar Perang Gaza.
Sudah banyak cara
yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang
membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan,
dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza
tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin
menguat.
Akhirnya Israel
melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008
hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan
mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.
Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.
Di atas kertas,
kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa
jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina,
tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava
yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur
canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan
Amerika Serikat.
Akan tetapi di sana
ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum
penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya
dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.
Itulah pertolongan
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang
taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut
bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada,
serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah
beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan
disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.
Wartawan kami,
Thoriq, merangkum kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber
untuk para pembaca yang budiman. Selamat mengikuti. ***
Pasukan 'Berseragam Putih' di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di
penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang
berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al
Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota
keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak
laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat diinterogasi,
sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita
seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa
para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara
itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.
Selama tiga hari
berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para
pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik
pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu
berseragam putih!”
Cerita lain yang
disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin
al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain”
yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok
pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas
atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana.
Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara
Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih
dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan,
karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya
tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
SuaraTak Bersumber
Ada lagi kisah
karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin
Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV
channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs
Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat
Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib
bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah
disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam
sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan
sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan
tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang
pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu
tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum
beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut,
tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah
menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari
sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya.
Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang
bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang
mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank
melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu
justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung
hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka
harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan
selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita yang
disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs
alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid,
salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,
“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak
ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang
bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan
asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar
kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai
“pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun
wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk
menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan
karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis
karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang
bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana
mereka datang,” jawabnya
Saksi Serdadu Israel
Cerita tentang
“serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina
atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal
serupa.
Situs al-Qassam
memberitakan bahwa TV Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang
anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam
keadaan buta.
“Ketika saya berada
di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan
pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota
pasukan ini.
Di tempat lain ada
serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”.
Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana
menghilangnya.
Masih dari Channel
10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan
pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan
senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu? ***
Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.
Sebuah kejadian
“aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat
itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel,
tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun
langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah para
mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi
hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk
menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak lama kemudian,
beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut
ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas
peledak yang sudah tak berfungsi itu.
Apa daya, kaum
Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin
disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas
ranjau.
Mereka merasa amat
sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian
yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la
tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak
memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga
lidak memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika
fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di
lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara
Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para
mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh
ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva
ledakan? Wallahu a’lam.
Masih dari wilayah
Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu
rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya,
para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak
terkendali.
Seorang dari
mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin
dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan
kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih
dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena
mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan
dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Merpati dan Anjing
Seorang mujahid
Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin AlAan
(25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid
melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas
sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.
Begitu merpali itu
melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian
mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian
bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi cerita
“keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs
Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam
melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor
anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang
dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat
penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini
mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang
mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami
adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap
berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan
menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si
anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam.
Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya
beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu
beranjak pergi.
Kabut pun Ikut Membantu
Ada pula kisah
menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp
pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al
Qassam (17/1/2009).
Saat itu sekelompok
mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank
Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus
mengawasi.
Di saat posisi para
mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu
lelah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan
mujahidin keluar dari kepungan.
Kasus serupa
diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam,
sebagaimana ditulis situs almesryoon.com. la bercerita bagaimana kabut
tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan
serangan.
Awalnya, pasukan
mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank
tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah
agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah
kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak
menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan
segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang
memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di
sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan
puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
Selamat dengan al-Qur’an
Cerita ini bermula
ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah sakit As
Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengelahui ada
sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.
Yang membuat ia
sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang
karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu
berada di saku sang pejuang.
Buku kumpulun doa
itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak,
sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.
Kisah ini disaksikan
sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival
Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al
Muslimun (23/1/2009).
Dr Hisam juga
memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an,
serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru
tersebut.
Abu Ahid, imam
Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik.
Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga
tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi
mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh
apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami temui beberapa
mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang
kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan
menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami
kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip
Islam Online (15/1/2009).
Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah As Shani
adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi
sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan
di Nashirat, Gaza.
Jasad komandan
lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang”
setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata
sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya.
Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke
rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum dikebumikan,
sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com (24/1/2009), serpihan
jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah
keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari
ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As
Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal
sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu, puluhan orang
ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang
berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah
kantong plastik.
Bahkan, menurut
pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan
amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan
yang sama.
Cerita yang sama
terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang
juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman
Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari
sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu
telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua Partai Amal
Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para
syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat
masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi sebagian
besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang
hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau
harumnya para syuhada.”
Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir
Yasir Ali Ukasyah
sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang
Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah
gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan
lalu.
Sebelumnya, pemuda
yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para
penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk
memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir
dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar
memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat
ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah
memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah
pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.
Walau sudah dua
pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi
menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir
dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang
tertidur.
Sebelum syahid, para
pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu
gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah
air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Kabar tentang
kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di
kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan
khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini
juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
Terbunuh 1.000, Lahir 3.000
Hilang seribu,
tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada
penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra
putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran
Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman,
Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan
Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka
lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika
Is*rael melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat
Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari
tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan
sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan,
dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di
masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada
sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari
terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus,” katanya kepada
islamonline.net (2/2/ 2009).
Rasio antara
kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran,
jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5
ribu.
“Israel sengaja
membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza.
Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta
1.000 wanita mengalami luka-luka,” ungkapnya.
No comments:
Post a Comment