أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Nama
Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul
Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah
seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain
dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India
dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh
seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai
mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi
Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil
mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti
Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk
dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya
Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab
Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang
baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya
mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan
menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk
berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu
benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi
peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul
Wahab, ulama? besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan
kepadanya dengan judul As-Sawa?iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah.
Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin
Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat: “Wahai Ibn
Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari
mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa
orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka
ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak
bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia
kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham
(kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari
kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat
dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin”.
Sebagaimana
diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok
terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan)
dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali” (QS: An-Nisa 115)
Salah
satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah
mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur,
maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan
ahlussunnah wal jama?ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta
maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu,
justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya,
termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, “Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?” Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim.” Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, “Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?” Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim.” Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.
Dengan
berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di
sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim
banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa
Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri
dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung
secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab.
Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia
segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir
dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin
surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.
Muhammad
bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian
akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di
hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : “Tongkatku ini
masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan
membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa
manfaatnya sama sekali”. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya
tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak
dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk
memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab,
seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak
mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas
menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang
Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein
bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar
yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka
menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan,
menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I.
Sejak
itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab
Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh
mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi
Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh
dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau
pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan.
Kekejaman
dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas
makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’
dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah
dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah
Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan
menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena
gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun
perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai
peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula
AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan
juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman
International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan
niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan
dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang
menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan
kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan
situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi
sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena
khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran
Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir.
Sebelumnya,
rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah
Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga
putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.
Islam
dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil
dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa
mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami
Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa
beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi
bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara
tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.
Saat
ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian
bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,
katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan
bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir.
Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak
Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat
yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam
maklumat tersebut tertulis, “Pelestarian bangunan bangunan bersejarah
berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.”
Nasib
situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka
banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul
SAW. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala
Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli
purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk
menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum
jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan
bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan
kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan
bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Gerakan
wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka
menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup
besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan
mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid’ah. Itulah ucapan yang
selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui
jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri
kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali
Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.
Mereka
mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan
Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri
ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya?
Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu,
apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya
mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT.
Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk
berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum
wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala
atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh
karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham
yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur?an dan As-Sunnah. Mereka berdalih
mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang
selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah
menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di
Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang
dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu
terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta
balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi
sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas
bid’ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid’ah?
Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga
kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa’ud.
Sungguh
Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam
beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam
memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini
adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI &
MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah
itu datangnya dari arah sana,” sambil menunjuk ke arah timur (Najed).
(HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
”Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban.
”Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban.
Nabi
SAW pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam
dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah,
beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan
Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: “Di sana
(Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul
tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.
Dalam
hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah
bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan
kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah
memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka
yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum
bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran
sesat lain sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid
Abdurrahman Al-Ahdal: “Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak
Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits
Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda
mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid?ah sebelumnya tidak
pernah berbuat demikian?. Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin
Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala’udz Dzolam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi
SAW: “Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANY HANIFAH
seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya
selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi
kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk
berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin?” AI-Hadits.
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama? mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: “Ba daa halaakul khobiits” (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji) (Masun Said Alwy).
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama? mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: “Ba daa halaakul khobiits” (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji) (Masun Said Alwy).
Diambil dari rubrik Bayan, majalah bulanan Cahaya Nabawiy No. 33 Th. III Sya’ban 1426 H / September 2005 M
No comments:
Post a Comment