أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Keyakinan akan adanya Allah swt, dan tata cara berhubungan dengan-Nya adalah inti pokok ajaran yang diturunkan oleh Allah swt kepada umat manusia melalui para Rasul-Nya. Demikianlah Allah swt menginformasikan kepada kita di dalam surat al-Nahl ayat 36 :
“Dan sungguh telah kami utus pada setiap ummat seorang rasul agar mereka menyembah Allah dan menjauhi thaghut”
Misi inilah yang senantiasa ditekankan oleh Rasulullah, Muhammad saw, di dalam aktivitasnya berdakwah. Dan pengakuan bahwa Allah swt adaah satu-satunya ilah menjadi target utama dari dakwah beliau. Kenyataan ini dapat dibuktikan, diantaranya dengan ajakan beliau kepada pamannya agar mengucap laa ilaaha illallaah sebelum wafatnya, dan ketika paman beliau wafat tanpa mengucapkan kalimah itu, beliau merasakan kesedihan yang sangat.
Dalam kasus lain kita temukan beliau saw marah kepada seorang sahabat yang membunuh lawannya yang telah mengucapkan kalimah laa ilaaha illallaah. Meskipun mungkin ucapan itu sekedar siasat, setidaknya secara dhahir telah ada pengakuan penerimaan Allah sebagai satu-satunya ilah.
Sedang bila kita meninjau hadis, ucapan nabi, akan kita temukan banyak hadis yang menyatakan bahwa orang yang telah mengucap kalimah tersebut, yang berarti mengakui Allah swt sebagai satu-satunya ilah, akan masuk sorga, dan akan mendapat perlindungan di dunia.
Apakah Orang Arab Jahiliyah Tidak Mengenal Allah ?
Sampai hari ini, banyak di antara kita yang beranggapan bahwa orang-orang Arab pra-kenabian Muhammad saw tidak mengenal Allah swt. Tuhan mereka adalah berhala-berhala biasa diartikan karena mereka tidak mengenal Allah swt, lalu mereka anggap berhala itu sebagai penguasa alam dan tempat untuk menyembah. Anggapan semacam ini sama sekali tidak benar. Apabila kita cermati Alqur’an, niscaya kita temukan ayat-ayat yang menerangkan bahwa masyarakat Arab jahiliyah pun sesungguhnya telah mengenal konsepsi tentang Allah. Mungkin tidak jauh berbeda dengan Allah dalam konsepsi kaum muslimin tradisionalis bangsa Indonesia ini, Dia adalah pencipta alam semesta, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi rizki dan penguasa Ka’bah. Firman Allah swt;
Jika kamu tanyakan kepada mereka (orang-orang jahiliyah), ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?’. Mereka tentu saja akan menjawab, ‘Allah’.
Jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menurunkan hujan dari langit dan menghidupkan bumi dengannya setelah bumi itu mati?’. Mereka tentu saja akan menjawab, ‘Allah’ (Al-Ankabut: 61 dan 63)
Dengan jelas ayat di atas menginformasikan bahwa di dalam masyarakat Arab Jahiliyah, konsep Allah telah dikenal. Hanya saja mereka melakukan kesalahan besar dalam menarik kesimpulan yang logis dari pengakuannya bahwa Allah lah pencipta langit dan bumi. Alqur’an menyayangkan sikap bodoh mereka itu dengan ungkapan firman Allah ; ( bal aktsaruhum la ya’qilun ) tetapi kebanyakan mereka tidak mampu menggunakan akalnya.
Adanya Pengaruh Ketuhanan Yahudi dan Nasrani (?)
Bangsa Arab bukanlah bangsa yang terisolir dari bangsa-bangsa yang lain. Dalam surat al-Quraisy disebutkan bahwa mereka mengadakan perlawatan ke negeri-negeri pada musim panas dan musim dingin. Sejarah mencatat bahwa mereka pergi ke Syam (Syiria) dan juga ke Yaman untuk melakukan perdagangan. Negeri-negeri tersebut mayoritas penduduknya menganut ajaran Nasrani, dan ada juga yang beragama Yahudi. Dari sini layak kita menanyakan, apakah dalam keyakinan adanya Allah terdapat pengaruh keyakinan Yahudi dan Nasrani terhadap keyakinan ketuhanan bangsa Arab?
Apabila kita membuka lembaran sejarah bangsa Arab, akan kita jumpai bahwa di kota Makkah ini pernah tinggal seorang Rasul, yaitu Nabi Isma’il as. Beliaulah yang bersama nabi Ibrahim as, ayahnya, pernah membangun Ka’bah. Maka kemudian dapat diduga bahwa konsep Allah yang dikenal oleh bangsa Arab adalah warisan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as.
Setelah sekian lama perjalanan sejarah berlalu, keyakinan murni ajaran Nabi Ibrahim ini mengalami pergeseran. Kepercayaan tentang Allah masih ada, tetapi secara bersamaan mereka meyakini adaya kekuatan-kekuatan istimewa lain di luar dzat Allah yang sebanding dengan kekuatan-Nya. Untuk bangsa Indonesia, keyakinan mereka barangkali sebanding dengan keyakinan kaum muslimin “tradisionalis”, yaitu mereka yang menganut agama Islam atas dasar tradisi, bukan ilmu. Mereka percaya akan ketuhanan Allah, Mereka yakin bahwa pencipta langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan adalah Allah, tetapi salat tidak mereka lakukan, justru mereka melakukan ritual-ritual lain yang tidak pernah di kenal di dalam ajaran Islam, seperti mereka memuja Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong, Sunan Lawu, dll.
Tiadanya pengaruh Yahudi dan Nasrani terhadap konsep Allah bangsa Arab semakin meyakinkan dengan membandingkannya dengan konsep mereka. Yahudi beranggapan bahwa Allah mempunyai anak yang bernama Uzair. Nasrani beranggapan bahwa Yesus anak Tuhan (Allah). Tetapi dalam konsep Allah bangsa Arab tidak ada keyakinan demikian. Ini menunjukan bahwa meskipun mereka bergaul, dan mungkin terjadi sharing pemikiran di antara mereka dalam konsep keyakinan ini, keyakinan adanya Allah pada bangsa arab adalah orisinal, asli dari bangsa arab.
Letak kesalahan konsep Allah pada Bangsa Arab
Menurut penjelasan Alqur’an, beberapa kesalahan bangsa Arab yang berkenaan dengan konsep tentang Allah, yang menyebabkan mereka dijuluki sebagai orang-orang jahiliyah yang musyrik adalah sebagai berikut;
1. Mereka mengangkat suatu perantara antara mereka dan Allah swt, agar dalam peribadatan mereka lebih khusyu’. Firman Allah swt
Kami tidak menyembah mereka, melainkan mereka agar mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya ( az-Zumar:3)
2. Mereka hanya menyembah kepada Allah swt dalam keadaan kritis. Apabila mereka mendapatkan kenikmatan, maka mereka kembali kepada kekafiran.
Maka apabila mereka menaiki perahu, mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Dan ketika Allah telah memberikan keselamatan kepada mereka sampai di daratan mereka pun kembali menyekutukan-Nya
3. Mereka berkeyakinan bahwa Allah swt hanyalah menciptakan saja, setelah itu Dia membiarkan manusia dikuasai oleh dahr (masa). Dengan begitu, mereka beranggapan bahwa nasib manusia itu tergantung kepada dahr, bukan kepada Allah swt. Firman Allah swt
Dan mereka berkata, Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakannya melainkan ad-Dahr (masa) (al-Jatsiyah:24)
Sebab kesalahan yang ketiga ini kini banyak terjadi pula dalam masyarakat kita. Masyarakat kita bertuhan, jika ditanya siapa tuhannya mereka jawab Allah. Mereka pun berkeyakinan bahwa pencipta Allah swt. Tetapi mereka tidak mau bila Allah turut campur menentukan aturan kehidupan mereka. Mereka menolak segala upaya untuk menjadikan hukum Allah sebagai hukum positif.
Karena kesalahan itulah bangsa Arab tersesat dari jalan yang lurus. Dan kesalahan konsep mereka itu kini terulang lagi di abad ini. Banyak orang yang mengaku muslim, ber-KTP agama Islam, tetapi salat 5 waktu tidak pernah. Mereka banyak melakukan kemaksiatan, melakukan ritual yang syirik dan bersikap sebagaimana yang pernah dilakukan oleh bangsa Arab jahiliyah yang lalu. Karena itulah mereka yang bersikap demikian layak disebut Jahiliyah Modern. Dan mereka pula itulah obyek dakwah kita, untuk diluruskan keyakinannya, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasul saw.
Keyakinan akan adanya Allah swt, dan tata cara berhubungan dengan-Nya adalah inti pokok ajaran yang diturunkan oleh Allah swt kepada umat manusia melalui para Rasul-Nya. Demikianlah Allah swt menginformasikan kepada kita di dalam surat al-Nahl ayat 36 :
“Dan sungguh telah kami utus pada setiap ummat seorang rasul agar mereka menyembah Allah dan menjauhi thaghut”
Misi inilah yang senantiasa ditekankan oleh Rasulullah, Muhammad saw, di dalam aktivitasnya berdakwah. Dan pengakuan bahwa Allah swt adaah satu-satunya ilah menjadi target utama dari dakwah beliau. Kenyataan ini dapat dibuktikan, diantaranya dengan ajakan beliau kepada pamannya agar mengucap laa ilaaha illallaah sebelum wafatnya, dan ketika paman beliau wafat tanpa mengucapkan kalimah itu, beliau merasakan kesedihan yang sangat.
Dalam kasus lain kita temukan beliau saw marah kepada seorang sahabat yang membunuh lawannya yang telah mengucapkan kalimah laa ilaaha illallaah. Meskipun mungkin ucapan itu sekedar siasat, setidaknya secara dhahir telah ada pengakuan penerimaan Allah sebagai satu-satunya ilah.
Sedang bila kita meninjau hadis, ucapan nabi, akan kita temukan banyak hadis yang menyatakan bahwa orang yang telah mengucap kalimah tersebut, yang berarti mengakui Allah swt sebagai satu-satunya ilah, akan masuk sorga, dan akan mendapat perlindungan di dunia.
Apakah Orang Arab Jahiliyah Tidak Mengenal Allah ?
Sampai hari ini, banyak di antara kita yang beranggapan bahwa orang-orang Arab pra-kenabian Muhammad saw tidak mengenal Allah swt. Tuhan mereka adalah berhala-berhala biasa diartikan karena mereka tidak mengenal Allah swt, lalu mereka anggap berhala itu sebagai penguasa alam dan tempat untuk menyembah. Anggapan semacam ini sama sekali tidak benar. Apabila kita cermati Alqur’an, niscaya kita temukan ayat-ayat yang menerangkan bahwa masyarakat Arab jahiliyah pun sesungguhnya telah mengenal konsepsi tentang Allah. Mungkin tidak jauh berbeda dengan Allah dalam konsepsi kaum muslimin tradisionalis bangsa Indonesia ini, Dia adalah pencipta alam semesta, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi rizki dan penguasa Ka’bah. Firman Allah swt;
Jika kamu tanyakan kepada mereka (orang-orang jahiliyah), ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?’. Mereka tentu saja akan menjawab, ‘Allah’.
Jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menurunkan hujan dari langit dan menghidupkan bumi dengannya setelah bumi itu mati?’. Mereka tentu saja akan menjawab, ‘Allah’ (Al-Ankabut: 61 dan 63)
Dengan jelas ayat di atas menginformasikan bahwa di dalam masyarakat Arab Jahiliyah, konsep Allah telah dikenal. Hanya saja mereka melakukan kesalahan besar dalam menarik kesimpulan yang logis dari pengakuannya bahwa Allah lah pencipta langit dan bumi. Alqur’an menyayangkan sikap bodoh mereka itu dengan ungkapan firman Allah ; ( bal aktsaruhum la ya’qilun ) tetapi kebanyakan mereka tidak mampu menggunakan akalnya.
Adanya Pengaruh Ketuhanan Yahudi dan Nasrani (?)
Bangsa Arab bukanlah bangsa yang terisolir dari bangsa-bangsa yang lain. Dalam surat al-Quraisy disebutkan bahwa mereka mengadakan perlawatan ke negeri-negeri pada musim panas dan musim dingin. Sejarah mencatat bahwa mereka pergi ke Syam (Syiria) dan juga ke Yaman untuk melakukan perdagangan. Negeri-negeri tersebut mayoritas penduduknya menganut ajaran Nasrani, dan ada juga yang beragama Yahudi. Dari sini layak kita menanyakan, apakah dalam keyakinan adanya Allah terdapat pengaruh keyakinan Yahudi dan Nasrani terhadap keyakinan ketuhanan bangsa Arab?
Apabila kita membuka lembaran sejarah bangsa Arab, akan kita jumpai bahwa di kota Makkah ini pernah tinggal seorang Rasul, yaitu Nabi Isma’il as. Beliaulah yang bersama nabi Ibrahim as, ayahnya, pernah membangun Ka’bah. Maka kemudian dapat diduga bahwa konsep Allah yang dikenal oleh bangsa Arab adalah warisan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as.
Setelah sekian lama perjalanan sejarah berlalu, keyakinan murni ajaran Nabi Ibrahim ini mengalami pergeseran. Kepercayaan tentang Allah masih ada, tetapi secara bersamaan mereka meyakini adaya kekuatan-kekuatan istimewa lain di luar dzat Allah yang sebanding dengan kekuatan-Nya. Untuk bangsa Indonesia, keyakinan mereka barangkali sebanding dengan keyakinan kaum muslimin “tradisionalis”, yaitu mereka yang menganut agama Islam atas dasar tradisi, bukan ilmu. Mereka percaya akan ketuhanan Allah, Mereka yakin bahwa pencipta langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan adalah Allah, tetapi salat tidak mereka lakukan, justru mereka melakukan ritual-ritual lain yang tidak pernah di kenal di dalam ajaran Islam, seperti mereka memuja Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong, Sunan Lawu, dll.
Tiadanya pengaruh Yahudi dan Nasrani terhadap konsep Allah bangsa Arab semakin meyakinkan dengan membandingkannya dengan konsep mereka. Yahudi beranggapan bahwa Allah mempunyai anak yang bernama Uzair. Nasrani beranggapan bahwa Yesus anak Tuhan (Allah). Tetapi dalam konsep Allah bangsa Arab tidak ada keyakinan demikian. Ini menunjukan bahwa meskipun mereka bergaul, dan mungkin terjadi sharing pemikiran di antara mereka dalam konsep keyakinan ini, keyakinan adanya Allah pada bangsa arab adalah orisinal, asli dari bangsa arab.
Letak kesalahan konsep Allah pada Bangsa Arab
Menurut penjelasan Alqur’an, beberapa kesalahan bangsa Arab yang berkenaan dengan konsep tentang Allah, yang menyebabkan mereka dijuluki sebagai orang-orang jahiliyah yang musyrik adalah sebagai berikut;
1. Mereka mengangkat suatu perantara antara mereka dan Allah swt, agar dalam peribadatan mereka lebih khusyu’. Firman Allah swt
Kami tidak menyembah mereka, melainkan mereka agar mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya ( az-Zumar:3)
2. Mereka hanya menyembah kepada Allah swt dalam keadaan kritis. Apabila mereka mendapatkan kenikmatan, maka mereka kembali kepada kekafiran.
Maka apabila mereka menaiki perahu, mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Dan ketika Allah telah memberikan keselamatan kepada mereka sampai di daratan mereka pun kembali menyekutukan-Nya
3. Mereka berkeyakinan bahwa Allah swt hanyalah menciptakan saja, setelah itu Dia membiarkan manusia dikuasai oleh dahr (masa). Dengan begitu, mereka beranggapan bahwa nasib manusia itu tergantung kepada dahr, bukan kepada Allah swt. Firman Allah swt
Dan mereka berkata, Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakannya melainkan ad-Dahr (masa) (al-Jatsiyah:24)
Sebab kesalahan yang ketiga ini kini banyak terjadi pula dalam masyarakat kita. Masyarakat kita bertuhan, jika ditanya siapa tuhannya mereka jawab Allah. Mereka pun berkeyakinan bahwa pencipta Allah swt. Tetapi mereka tidak mau bila Allah turut campur menentukan aturan kehidupan mereka. Mereka menolak segala upaya untuk menjadikan hukum Allah sebagai hukum positif.
Karena kesalahan itulah bangsa Arab tersesat dari jalan yang lurus. Dan kesalahan konsep mereka itu kini terulang lagi di abad ini. Banyak orang yang mengaku muslim, ber-KTP agama Islam, tetapi salat 5 waktu tidak pernah. Mereka banyak melakukan kemaksiatan, melakukan ritual yang syirik dan bersikap sebagaimana yang pernah dilakukan oleh bangsa Arab jahiliyah yang lalu. Karena itulah mereka yang bersikap demikian layak disebut Jahiliyah Modern. Dan mereka pula itulah obyek dakwah kita, untuk diluruskan keyakinannya, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasul saw.
No comments:
Post a Comment