أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
RIWAYAT EMPAT MADZHAB
Didirikan
oleh An-Nu’man bin Tsabit atau lebih dikenal sebagai Imam Abu Hanifah.
Beliau berasal dari Kufah dari keturunan bangsa Persia. Beliau hidup
dalam dua masa, Daulah Umaiyah dan Abbasiyah. Beliau termasuk pengikut
tabiin , sebagian ahli sejarah menyebutkan, ia bahkan termasuk Tabi’in.
Mazhab
Al-Hanafiyah sebagaimana dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal
sebagai terdepan dalam masalah pemanfaatan akal/ logika dalam mengupas
masalah fiqih. Oleh para pengamat dianalisa bahwa di antaralatar
belakangnya adalah:
- Karena beliau sangat berhati-hati dalam menerima sebuah hadits. Bila beliau tidak terlalu yakin atas keshahihah suatu hadits, maka beliau lebih memlih untuk tidak menggunakannnya. Dan sebagai gantinya, beliau menemukan begitu banyak formula seperti mengqiyaskan suatu masalah dengan masalah lain yang punya dalil nash syar’i.
- Kurang tersedianya hadits yang sudah diseleksi keshahihannya di tempat di mana beliau tinggal. Sebaliknya, begitu banyak hadits palsu, lemah dan bermasalah yang beredar di masa beliau. Perlu diketahui bahwa beliau hidup di masa 100 tahun pertama semenjak wafat nabi SAW, jauh sebelum era imam Al-Bukhari dan imam Muslim yang terkenal sebagai ahli peneliti hadits.
Di
kemudian hari, metodologi yang beliau perkenalkan memang sangat berguna
buat umat Islam sedunia. Apalagi mengingat Islam mengalami perluasan
yang sangat jauh ke seluruh penjuru dunia. Memasuki wilayah yang jauh
dari pusat sumber syariah Islam. Metodologi mazhab ini menjadi sangat
menentukan dalam dunia fiqih di berbagai negeri.
2. Mazhab Al-Malikiyah
Mazhab ini didirikan oleh Imam Malik bin Anas bin Abi Amir Al-Ashbahi .Berkembang sejak awal di kota Madinah dalam urusan fiqh.
Mazhab
ini ditegakkan di atas doktrin untuk merujuk dalam segala sesuatunya
kepada hadits Rasulullah SAW dan praktek penduduk Madinah. Imam Malik
membangun madzhabnya dengan 20 dasar; Al-Quran, As-Sunnah , Ijma’,
Qiyas, amal ahlul madinah , perkataan sahabat, istihsan, saddudzarai’,
muraatul khilaf, istishab, maslahah mursalah, syar’u man qablana .
Mazhab
ini adalah kebalikan dari mazhan Al-Hanafiyah. Kalau Al-Hanafiyah
banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang tersedianya
nash-nash yang valid di Kufah, mazhab Maliki justru ‘kebanjiran’
sumber-sumber syariah. Sebab mazhab ini tumbuh dan berkembang di kota
Nabi SAW sendiri, di mana penduduknya adalah anak keturunan para
shahabat. Imam Malik sangat meyakini bahwa praktek ibadah yang
dikerjakan penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah SAW bisa dijadikan
dasar hukum, meski tanpa harus merujuk kepada hadits yang shahih para
umumnya.
3. Mazhab As-Syafi’iyah
Didirikan
oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i . Beliau dilahirkan di Gaza
Palestina tahun 150 H, tahun wafatnya Abu Hanifah dan wafat di Mesir
tahun 203 H.
Di
Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab lamanya . Kemudian beliu pindah
ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru . Di sana beliau wafat
sebagai syuhadaul ‘ilm di akhir bulan Rajab 204 H.
Salah
satu karangannya adalah “Ar-Risalah” buku pertama tentang ushul fiqh
dan kitab “Al-Umm” yang berisi madzhab fiqhnya yang baru. Imam Syafi’i
adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul. Beliau
mampu memadukan fiqh ahli ra’yi dan fiqh ahli hadits .
Dasar
madzhabnya: Al-Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau tidak mengambil
perkataan sahabat karena dianggap sebagai ijtihad yang bisa salah.
Beliau juga tidak mengambil Istihsan sebagai dasar madzhabnya, menolak
maslahah mursalah dan perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i
mengatakan, ”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah
menciptakan syariat.” Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah
nashirussunnah ,”
Kitab
“Al-Hujjah” yang merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat imam
Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Za’farani, Al-Karabisyi dari Imam
Syafi’i. Sementara kitab “Al-Umm” sebagai madzhab yang baru yang
diriwayatkan oleh pengikutnya di Mesir; Al-Muzani, Al-Buwaithi, Ar-Rabi’
Jizii bin Sulaiman. Imam Syafi’i mengatakan tentang madzhabnya,”Jika
sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku, maka ia adalah
madzhabku, dan buanglah perkataanku di belakang tembok,”
4. Mazhab Al-Hanabilah
Didirikan
oleh Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani . Dilahirkan di Baghdad dan
tumbuh besar di sana hingga meninggal pada bulan Rabiul Awal. Beliau
memiliki pengalaman perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu, seperti
Kufah, Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam.
Beliau
berguru kepada Imam Syafi’i ketika datang ke Baghdad sehingga menjadi
mujtahid mutlak mustaqil. Gurunya sangat banyak hingga mencapai ratusan.
Ia menguasai sebuah hadis dan menghafalnya sehingga menjadi ahli hadis di zamannya dengan berguru kepada Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim Al-Bukhari .
Imam
Ahmad adalah seorang pakar hadis dan fiqh. Imam Syafi’i berkata ketika
melakukan perjalanan ke Mesir,”Saya keluar dari Baghdad dan tidaklah
saya tinggalkan di sana orang yang paling bertakwa dan paling faqih
melebihi Ibnu Hanbal ,”
Dasar madzhab Ahmad adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam’, Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai’.
Imam
Ahmad tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun pengikutnya
yang membukukannya madzhabnya dari perkataan, perbuatan, jawaban atas
pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau mengarang sebuah kitab hadis
“Al-Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis. Beliau memiliki kukuatan
hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan hadis dlaif
yang derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau munkar.
Di
antara murid Imam Ahmad adalah Salh bin Ahmad bin Hanbal anak terbesar
Imam Ahmad, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal . Shalih bin Ahmad lebih
menguasai fiqh dan Abdullah bin Ahmad lebih menguasai hadis. Murid yang
adalah Al-Atsram dipanggil Abu Bakr dan nama aslinya; Ahmad bin Muhammad
, Abdul Malik bin Abdul Hamid bin Mihran , Abu Bakr Al-Khallal , Abul
Qasim yang terakhir ini memiliki banyak karangan tentang fiqh madzhab
Ahmad. Salah satu kitab fiqh madzhab Hanbali adalah “Al-Mughni” karangan
Ibnu Qudamah.
Wallahu a’lam bish-shawab, wassalamu ‘alaikm warahmatullahi wabarakatuh,
No comments:
Post a Comment