أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Allah SWT berfirman :”Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Az-Zumar: 3).
Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya ayat di atas, bahwa Allah tidak menerima amal selain yang pelakunya ikhlas dalam beramal, hanya untuk Allah sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan
Qatadah berkomentar ayat tersebut maksudnya adalah syahadat (kesaksian) bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
Kemudian Allah Ta’ala mengabarkan tentang orang-orang musyrikin penyembah berhala bahwa mereka berkata: “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”, artinya; Sesungguhnya yang mendorong mereka kepada penyembahan berhala-berhala itu hanyalah karena mereka pergi ke patung-patung dan menjadikannya (sebagai) gambaran bentuk malaikat-malaikat muqarrabin (yang dekat dengan Allah) menurut persangkaan mereka. Lalu mereka menyembah patung-patung itu dengan memfungsikannya sebagai penyembahan terhadap malaikat, agar malaikat itu memberikan syafa’at/pertolongan kepada mereka di sisi Allah dalam kemenangan, rizki, dan urusan-urusan dunia dan bahaya yg menimpa mereka. Adapun terhadap hari kiamat maka mereka membantahnya dan kafir terhadapnya.
Berkata Qatadah, As-Suddi, dan Malik dari Zaid bin Aslam tentang firman Allah: “…melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya”, artinya agar mereka memberi syafa’at kepada kami, dan mendekatkan kami pada suatu tempat di sisi-Nya. Oleh karena itu mereka berkata saat bertalbiyah (labbaik) ketika berhajji dalam kejahiliyyahan mereka: “Labbaika laa syarika laka, illaa syarikan huwa laka, tamlikuhu wamaa malaka” (Aku penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagimu, kecuali satu sekutu, dia itu milikmu, Engkau memilikinya dan (memiliki) apa yang ia miliki.”
Syubhat (pemahaman kacau) inilah yang dipercayai oleh orang-orang musyrikin dahulu dan sekarang. Dan kepada mereka itu rasul-rasul alaihimus shalatu was salam diutus untuk menolaknya dan mencegahnya, serta mengajak kepada penyembahan kepada Allah saja, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya penyembahan model musyrikin tersebut adalah bikinan mereka sendiri, tidak diizinkan oleh Allah dan tidak diridhai, bahkan dilarang dan dimurkai-Nya. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (An-Nahl: 36). “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al-Anbiya’: 25).
Dan Allah mengabarkan bahwa para malaikat yang ada di langit yaitu malaikat muqarrabin & lainnya, semuanya adalah penyembah-penyembah yg tunduk kepada Allah. Mereka tidak memberi syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya terhadap orang yang diridhai-Nya. Dan mereka (para malaikat) itu di sisi-Nya tidak seperti pejabat-pejabat (umara’) di sisi raja-raja mereka, yang memberi pertolongan di sisi para raja tanpa seizin mereka dalam hal yang dicintai dan ditolak raja-raja.
“Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.” (An-Nahl: 74). Maha Tinggi Allah dari hal yang demikian itu. Dan FirmanNya: “Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka”, artinya pada hari Qiyamat, “tentang apa yang mereka berselisih padanya”, artinya Dia akan memisah-misahkan antara para makhluk pada hari Qiamat, dan Dia memberi balasan kepada setiap pelaku sesuai dengan amalnya. “Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu ?” Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau, Engkau-lah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (Saba’: 40-41).
Dan firmanNya :”Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”. Artinya, Allah tidak menunjuki kepada hidayah terhadap orang yg sengaja berdusta dan berbohong terhadap Allah, sedang hatinya kafir, menyangkal ayat-ayat, dalil-dalil, dan bukti-bukti dari-Nya. (Tafsir Al-Quranul ‘Adhim oleh Ibnu Katsir, ditahqiq (diedit) oleh Sami bin Muhammad As-Salamah, Daru Thibah, Riyadh, cetakan pertama, 1418H/ 1997, juz VII, halaman 84-85).
Penyembah jin :
Mengenai kaum musyrikin yang menyembah berhala dan disebut menyembah jin itu di jelaskan pula oleh Ibnu Katsir, yaitu menyembah syetan. Karena, syetanlah yang membujuk rayu untuk menyembah berhala itu, jadi sebenarnya syetan-lah yang mereka sembah. Berikut ini penjelasan Ibnu Katsir.
Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menegur dengan keras orang-orang musyrikin pada hari Qiyamat di hadapan segenap makhluk. Lalu Dia bertanya kepada para malaikat yang dulu oleh orang-orang musyrikin dianggap sebagai sekutu-sekutu dan berhala-berhala yang disembah dalam bentuk-bentuk malaikat. (Mereka menyembah berhala dianggap sebagai bentuk gambaran malaikat) itu agar berhala-berhala tersebut mendekatkan diri mereka (musyrikin penyembahnya) kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Maka Allah bertanya kepada para malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu ?”. Artinya: Apakah kamu memerintah mereka untuk menyembahmu ? Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Furqan :”Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?” (Al-Furqan: 17).
Dan sebagaimana Allah berfirman kepada Isa: “… Adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah ?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).” (Al-Maidah: 116).
Demikian pula para malaikat berkata: “Maha Suci Engkau”, artinya; Maha Tinggi Engkau dan Maha Suci Engkau dari adanya tuhan beserta-Mu. “Engkaulah pelindung kami, bukan mereka”, artinya, kami adalah penyembah-Mu dan kami berlepas diri dari mereka (dan berlindung) kepada-Mu. Bahkan mereka telah menyembah jin; yakni syetan-syetan, karena syetan-syetan itulah yang menghiasi mereka untuk menyembah patung-patung dan menyesatkan mereka, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. Sebagaimana firman Allah: “Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka.” (An-Nisa’: 117).
Allah Ta’ala berfirman, artinya: “Maka pada hari ini sebagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudharatan kepada sebagian yang lain. Artinya, tidak terjadi manfaat bagimu dari sekutu-sekutu dan berhala-berhala yang kamu harapkan manfa’atnya pada hari ini. Kamu telah merendahkan diri menyembah berhala-berhala agar mereka menghilangkan penderitaan-penderitaan dan kesulitan-kesulitanmu, pada hari ini mereka tidak memiliki manfaat dan mudharat apapun terhadapmu. Dan kami katakan kepada orang-orang yang dhalim; yaitu orang-orang musyrikin, “Rasakanlah olehmu adzab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu.” (Saba’: 42). Artinya, dikatakan kepada mereka perkataan yang demikian itu untuk menegurnya dengan keras dan menghinakannya. (ibid, juz 6, hal 524).
Rawan Kemusyrikan :
Bentuk-bentuk penyembahan yang serupa itu pun akan berakibat sama di akherat nanti. Maka wajib bagi siapa saja yg ingin selamat di akherat agar ia menjauhi apa saja yang menjurus kepada kemusyrikan. Entah itu dalam hal menyembelih binatang, mengadakan upacara-upacara, dll. Kalau tidak sesuai dengan petunjuk agama yang khalis (murni), maka tentu rawan kemusyrikan. Misalnya, berziarah kubur lalu minta kepada isi kubur (mayat) agar memohonkan kepada Allah, karena si mayat dianggap dekat dengan Allah, maka perbuatan itu sejenis dengan penyembahan berhala. Hanya saja yang satu minta kepada isi kubur, sedang yang lain minta kepada berhala/patung/benda. -
Allah SWT berfirman :”Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Az-Zumar: 3).
Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya ayat di atas, bahwa Allah tidak menerima amal selain yang pelakunya ikhlas dalam beramal, hanya untuk Allah sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan
Qatadah berkomentar ayat tersebut maksudnya adalah syahadat (kesaksian) bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
Kemudian Allah Ta’ala mengabarkan tentang orang-orang musyrikin penyembah berhala bahwa mereka berkata: “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”, artinya; Sesungguhnya yang mendorong mereka kepada penyembahan berhala-berhala itu hanyalah karena mereka pergi ke patung-patung dan menjadikannya (sebagai) gambaran bentuk malaikat-malaikat muqarrabin (yang dekat dengan Allah) menurut persangkaan mereka. Lalu mereka menyembah patung-patung itu dengan memfungsikannya sebagai penyembahan terhadap malaikat, agar malaikat itu memberikan syafa’at/pertolongan kepada mereka di sisi Allah dalam kemenangan, rizki, dan urusan-urusan dunia dan bahaya yg menimpa mereka. Adapun terhadap hari kiamat maka mereka membantahnya dan kafir terhadapnya.
Berkata Qatadah, As-Suddi, dan Malik dari Zaid bin Aslam tentang firman Allah: “…melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya”, artinya agar mereka memberi syafa’at kepada kami, dan mendekatkan kami pada suatu tempat di sisi-Nya. Oleh karena itu mereka berkata saat bertalbiyah (labbaik) ketika berhajji dalam kejahiliyyahan mereka: “Labbaika laa syarika laka, illaa syarikan huwa laka, tamlikuhu wamaa malaka” (Aku penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagimu, kecuali satu sekutu, dia itu milikmu, Engkau memilikinya dan (memiliki) apa yang ia miliki.”
Syubhat (pemahaman kacau) inilah yang dipercayai oleh orang-orang musyrikin dahulu dan sekarang. Dan kepada mereka itu rasul-rasul alaihimus shalatu was salam diutus untuk menolaknya dan mencegahnya, serta mengajak kepada penyembahan kepada Allah saja, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya penyembahan model musyrikin tersebut adalah bikinan mereka sendiri, tidak diizinkan oleh Allah dan tidak diridhai, bahkan dilarang dan dimurkai-Nya. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (An-Nahl: 36). “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al-Anbiya’: 25).
Dan Allah mengabarkan bahwa para malaikat yang ada di langit yaitu malaikat muqarrabin & lainnya, semuanya adalah penyembah-penyembah yg tunduk kepada Allah. Mereka tidak memberi syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya terhadap orang yang diridhai-Nya. Dan mereka (para malaikat) itu di sisi-Nya tidak seperti pejabat-pejabat (umara’) di sisi raja-raja mereka, yang memberi pertolongan di sisi para raja tanpa seizin mereka dalam hal yang dicintai dan ditolak raja-raja.
“Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.” (An-Nahl: 74). Maha Tinggi Allah dari hal yang demikian itu. Dan FirmanNya: “Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka”, artinya pada hari Qiyamat, “tentang apa yang mereka berselisih padanya”, artinya Dia akan memisah-misahkan antara para makhluk pada hari Qiamat, dan Dia memberi balasan kepada setiap pelaku sesuai dengan amalnya. “Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu ?” Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau, Engkau-lah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (Saba’: 40-41).
Dan firmanNya :”Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”. Artinya, Allah tidak menunjuki kepada hidayah terhadap orang yg sengaja berdusta dan berbohong terhadap Allah, sedang hatinya kafir, menyangkal ayat-ayat, dalil-dalil, dan bukti-bukti dari-Nya. (Tafsir Al-Quranul ‘Adhim oleh Ibnu Katsir, ditahqiq (diedit) oleh Sami bin Muhammad As-Salamah, Daru Thibah, Riyadh, cetakan pertama, 1418H/ 1997, juz VII, halaman 84-85).
Penyembah jin :
Mengenai kaum musyrikin yang menyembah berhala dan disebut menyembah jin itu di jelaskan pula oleh Ibnu Katsir, yaitu menyembah syetan. Karena, syetanlah yang membujuk rayu untuk menyembah berhala itu, jadi sebenarnya syetan-lah yang mereka sembah. Berikut ini penjelasan Ibnu Katsir.
Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menegur dengan keras orang-orang musyrikin pada hari Qiyamat di hadapan segenap makhluk. Lalu Dia bertanya kepada para malaikat yang dulu oleh orang-orang musyrikin dianggap sebagai sekutu-sekutu dan berhala-berhala yang disembah dalam bentuk-bentuk malaikat. (Mereka menyembah berhala dianggap sebagai bentuk gambaran malaikat) itu agar berhala-berhala tersebut mendekatkan diri mereka (musyrikin penyembahnya) kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Maka Allah bertanya kepada para malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu ?”. Artinya: Apakah kamu memerintah mereka untuk menyembahmu ? Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Furqan :”Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?” (Al-Furqan: 17).
Dan sebagaimana Allah berfirman kepada Isa: “… Adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah ?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).” (Al-Maidah: 116).
Demikian pula para malaikat berkata: “Maha Suci Engkau”, artinya; Maha Tinggi Engkau dan Maha Suci Engkau dari adanya tuhan beserta-Mu. “Engkaulah pelindung kami, bukan mereka”, artinya, kami adalah penyembah-Mu dan kami berlepas diri dari mereka (dan berlindung) kepada-Mu. Bahkan mereka telah menyembah jin; yakni syetan-syetan, karena syetan-syetan itulah yang menghiasi mereka untuk menyembah patung-patung dan menyesatkan mereka, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. Sebagaimana firman Allah: “Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka.” (An-Nisa’: 117).
Allah Ta’ala berfirman, artinya: “Maka pada hari ini sebagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudharatan kepada sebagian yang lain. Artinya, tidak terjadi manfaat bagimu dari sekutu-sekutu dan berhala-berhala yang kamu harapkan manfa’atnya pada hari ini. Kamu telah merendahkan diri menyembah berhala-berhala agar mereka menghilangkan penderitaan-penderitaan dan kesulitan-kesulitanmu, pada hari ini mereka tidak memiliki manfaat dan mudharat apapun terhadapmu. Dan kami katakan kepada orang-orang yang dhalim; yaitu orang-orang musyrikin, “Rasakanlah olehmu adzab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu.” (Saba’: 42). Artinya, dikatakan kepada mereka perkataan yang demikian itu untuk menegurnya dengan keras dan menghinakannya. (ibid, juz 6, hal 524).
Rawan Kemusyrikan :
Bentuk-bentuk penyembahan yang serupa itu pun akan berakibat sama di akherat nanti. Maka wajib bagi siapa saja yg ingin selamat di akherat agar ia menjauhi apa saja yang menjurus kepada kemusyrikan. Entah itu dalam hal menyembelih binatang, mengadakan upacara-upacara, dll. Kalau tidak sesuai dengan petunjuk agama yang khalis (murni), maka tentu rawan kemusyrikan. Misalnya, berziarah kubur lalu minta kepada isi kubur (mayat) agar memohonkan kepada Allah, karena si mayat dianggap dekat dengan Allah, maka perbuatan itu sejenis dengan penyembahan berhala. Hanya saja yang satu minta kepada isi kubur, sedang yang lain minta kepada berhala/patung/benda. -
No comments:
Post a Comment