Tuesday, July 10, 2012

MINHAJUL A’BIDIN

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

MINHAJUL A’BIDIN

Terjemah Kitab Minhajul ‘Abidin
Karya : Imam Al Ghazali
Diterjemahkan oleh (K.H.R. Abdullah bin Nuh)
الحمد لله الملك الحكـيم, الجواد الكريم العزيز الرحــيم الذى خلق الانسان فى احسن تقويم وفطر السماوات بقدرته ودبرالامور بحكمته وما خلق الجن والانس الا لعبادته فالطريق اليه واضح للقاصدين ز والد ليل عليه لائح للناظرين ولكن الله يضل من يشاء ويهد من يشاء وهو اعلم بالمهتدين والصلاة والسلام على سيد المرسلين وعلى اله الابرارالطيبين الطا هرين وسلم وعظم الىيوم الدين
Segala puji tetap bagi Allah SWT. Yang penuh Hikmah, Pemurah, Mulia, Penyayang , Tuhan yang menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, d an yang menciptakan langit dengan Kudrat-Nya, Mengatur segala urusan dengan Hikmat-Nya, dan tiada Ia menciptakan jin dan manusia melainkan untuk ibadah kepada-Nya.
Jadi, jalan kepada-Nya jelas bagi siapa yang bermaksud, begitu pula bukti yang menunjuk kepada-Nya bagi siapa yang berfikir, namun Allah jua menyesatkan siapa yang ditakdirkan-Nya sesat, dan Ia Pula memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, karena Ia lebih tahu akan orang –orang yang beroleh hidayah.
Semoga sholawat serta salam melimpah atas penghulu segala Rosul beserta keluarganya yang baik-baik lagi suci, semoga Alah SWT. Menyelamatkan dan memuliakan mereka hingga hari pembalasan.
Ketahuilah, saudara-saudaraku semoga Allah membahagiakan anda dan aku dengan keridoan-Nya, bahwa ibadah itu adalah buah dari ilmu, faedah dari umur, hasil usaha dari hamba-hamba Allah yang kuat-kuat, berang berharga dari para aulia, jalan yang ditempuh oelh mereka yang bertaqwa, bagian untuk mereka yang mulia. Tujuan dari orang-orang yang berhimmah, syiar dari goloongan terhormat, pekerjaan dari orang-orang yang berani berkata jujur, pilihan dari mereka yang waspada, jalan menuju surga.
Allah SWT. Berfirman:
واناربكم فاعبـدون
“ dan Aku Tuhan kamu sekalian, berbaktilah kepada-Ku”
dalam firman lainya
ان هذا كان لكم جزاء وكان سعيكم مشكورا
“ ini adalah ganjaran bagi kamu, atas usaha kamu yang bersyukur”

hal ibadah telah cukup kami pikirkan, telah pula kami teliti jalanya dari awal hingga tujuan akhirnya yang diidam-idamkan oleh para penempuhnya. Ternyata suatu jalan yang amat sukar, banyak tanjakan-tanjakan (pendakian-pendakiannya), sangat payah, dan jauh perjalanannya, besar bahayanya, tidak sedikit pula halangan dan rintangannya, samar dimana tempat celaka dan akan binasa, banyak lawan dan penyamun, sedikit teman dan penolongnya.
Memang seharusnya begitu, sebab ibadah itu ialah jalan ke surga, jadi semua ini sesuai dengan sabda Rosulullah SAW.
الا وان الجنة حــفـت با لمكاره وان النار حـفـت بالشهوات
“ Perhatikanlah surga itu dikepung oleh segala macam kesukaran sedangkan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menarik.”

Rosulullah bersabda pula,:
الاوانالجنةحجـن بربوة الاوان النار سهـل بشهـوة
“ Perhatikan jalan kesorga itu penuh rintangan dan menanjak sedangkan jalan keneraka itu mudah dan rata.”

Semua itu ditambah dengan kenyataan bahwa manusia itu lemah, sedangkan jaman sudah payah, urusan agama mundur, kesempatan kurang, banyak tugas, umur pendek , penguji amat teliti, ajal dekat, perjalanan jauh, taat satu-satunya jadi bekal, karena itu harus taat, tidak dapat tiada.
Namun waktu telah berlalu, tak dapat dipanggil kembali, pendeknya siapa yang taat, dialah yang beruntung, bahagia selama-lamanya. Tetapi siapa yang tidak mau taat, maka rugi dan celakalah dia.
Kalau begitu soalnya sulit dan bahayanya besar, karena itulah maka jarang sekali orang yang memilih jalan ini, diantara yang telah memillihnyapun jarang sekali yang benar-benar menempuhnya.
Diantara yang menempuhnya juga jarang pula yang sampai kepada tujuannya dan berhasil mencapai apa yang dikejarnya. Mereka yang berhasil itulah orang-orang mulia pilihan Allah SWT. Untuk ma’rifat dan mahabbah kepada-Nya. Diberinya taufik dan pemeliharaan terhadap mereka, dan disampaika-Nya dengan penuh karunia kepada keridoan-Nya.
Kita bermohon semoga Allah SWT. Memasukan kita kedalam golongan yang beruntung dengan memperoleh rahmat-Nya.
Oleh karena kami lihat jalan kearah ini begitu keadaannya, kamipun berpikir dan merenungkan bagai mana cara menampuhnya, alat dan perlangkapan apa yang diperlukan si penempunhnya, dengan ilmu dan amal, mudah-mudahan saja ia dapat menempuhnya dengan taufik Ilahi dalam keadan selamat, tidak terhenti dalam tanjakan-tanjakannya sehingga patah disitu dan masuk golongan yang celaka binasa, na’uzubillah.
Itulah sebabnya maka kami berusaha menyusun beberapa kitab tentang jalan kearah itu dan cara menempuhnya, seperti antara lain kitab Ihya, Al Qurbah dsb, akan tetapi , kitab-kitab tersebut banyak mengandung soal-soal yang halus, mendalam sekali, sukar untuk dimengerti oleh kebanyakan orang, sehingga akhirnya mereka benci dan mencela, mengecam apa saja yang mereka belum paham dalam-kitab-kitab tersebut.
Namaun kita tidak harus heran, karena kitab mana yang lebih mulia dan lebih baik dari Al Qur’an, tetapi kitab suci tersebut masih saja dicela oleh orang-orang yang tidak mau menerima, mereka katakan hanya dongengan-dongengan kuno belaka.
Zainal Abidin, Ali bin Ali bin Abu Tholib r. a pernah berkata:

“diantara ilmu-ilmuku, johar mutu manikamnya kusembuyikan, agar tiada terlihat orang yang tidak mampu, karena akhirnya ia akan tersesat.
Hal ini memang telah dipesankan oleh Abu Hasan kepada Husain dan Hasan. Karena terkadang ada johar ilmu yang kalau dibuka tabirnya pasti ada orang yang akan menuduh aku musyrik, dan menghalalkan jiwaku untuk dibunuh, karena dikiranya perbuatan keji itu suatu amal yang baik.”

Keadaan seperti itu menuntut para ulama agar memandang mereka dengan rasa belas kasih, tidak berbantah-bantahan.
Karena itu, lalu aku bermohon kepada Allah Swt. Minta diberi-Nya taufik agat dapat menyusun sebuah kitab yang cocok bagi mereka. Permohonanku itu diluluskan-Nya, diilhami-Nya sehingga dapat mengarang sebuah kitab dengan suatu susunan yang indah, belum pernah kudapat dalam karangan-karanganku sebelumnya, kitab baru itu, ialah (kitab minhajul A’bidin) yang kusajikan sekarang ini.
Adapun hamba Allah itu bila mulai bangun dan ingat untuk ibadah, ia tajarrud dengan membulatkan hati menempuh jalan ibadah, mula-mula ialah karena ada suatu lintasan dihatinya yang suci. Itu adalah pemberian dari Allah Swt. Dengan taufik yang khusus dari Dia, dan ini adalah yang dimaksud dengan firman Allah :
افمن شرح صدره للاسلام فهو على نور من ربه
“apakah orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah untuk menerima Islam, ia dikarunia Allah dengan suatu nur (apakah dia itu lebih baik atau tidak?)
dan telah diisyaratkan pula hal tadi oleh Rosulullah Saw.
Sabda beliau :
ان النور اذا دخل القـلب انفسح وانشرح
“ Nur itu apabila sudah masuk dihati manusia, menjadi lapang dan menjadi lega hatinya.”
Disini ada yang bertanya kepada Rosulullah :
يارسول االله هل لذلك من علامة يعرف بها
“ Ya Rosulullah, ! apa yang seperti itu ada tandanya sampai bisa diketahui tanda itu?”
jawab beliau:
قال:
التجافى غن دار الغرور والانابة الى دار الخـلـود والاستـعـداد للموت قبـل نزول الموت
“ Ada tandanya, yaitu menjauhkan diri dari negri palsu (dunia) dan kembali ke negri kelanggengan serta bersiap untuk mati sebelum mati.”
Apabila hal ini terlintas di hati seseorang maka mula-mula ia akan berkata (kepada dirinya) :
“ Oh ! aku sekarang merasa bahwa diriku ini dikaruniai dengan bermacam-macam kenikmatan oleh Allah, seperti nikmat hidup, nikmat mempunyai sifat kudrat (kekuasan) bisa berbuat apa-apa, bisa berfikir, bisa bicara, dan hal yang mullia lainnya, dan ada padaku kenikmatan, kesenangan, disamping selamatnya aku dari bermacam-maccam ujian dan musibah, banyak musibah yang terhindar dari aku dan aku tahu seemua ini ada pemberinya yang menuntut supaya aku bersyukur kepada-Nya, dan berhidmat kepadanya, dan apabila aku lalai, lupa, tidak bersyukur dan tidak berhidmat, pasti dia akan hilangkan nikmat-Nya dan pasti aku diberi hukkuman dan balasan, dan dia sudah mengutus kepadaku seorang Rosul ( namanya : Muhammad Saw.) dia menndukung rosul itu dan menguatkannya dengan mu’jizat yang luar biasa, diluar kemampuan mannusia..
Rosul itu memberitakan kepadaku bahwa aku hanya mempunyai satu Tuhan yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Hidup, Maha Berkehendak, Berbicara, Menyurh, Melarang dan Kuasa Menghukum apabila aku durhaka kepada-Nya dan Ia akan mamberi ganjaran apabila aku taat kepada-Nya, Dia tahu segala rahasiaku, dan tahu apa saja yang terlintas dipikiranku, dan Dia sudah menjanjikan sesuatu, dan Dia telah memerintahkan agar aku taat pada hukum-hukum syari’at.
Apabila seseorang sudah berkata begitu dihatinya dia itu faham bahwa ini mungkin, tidak mustahil, ia dengar berita-berita dari Rosulullah S.A.W (melalui ulama-ulama yang menyampaikan kepadanya) Ia berkata dihatinya :
“ ini mungkin, tidak mustahil, tidak ada kemustahilan bagi yang demikian itu dalam akal, sepintas lalu saja sudah bisa dimengerti. “
disini dia kuatir tentang nasib dirinya karena rasa takut.
Ini namanya lintasan hati yang membawanya takut tetapi engkau sudah mengerti sekarang engkau terikat.
Untuk memutuskan diri daripadanya, tidak ada alasan, apalagi unutk berayal-ayalan, sehingga mendorong dia dengan keras untuk berfikir tetapi berusaha dan mencari jalan keselamatan, bagaimana? Dia ketakutan, bagaimana supaya merasa aman dari apa yang sudah masuk dihatinya atau yang sudah didengar oleh telinganya sendiri?
Tidak ada jalan lain lagi dihadapannya selain dengan otaknya yang sehat, memikirkan dan mencari bukti.
Mula-mula terhadap adanya buatan yang menunjukan adanya si pembuat, adanya alam semesta, ini juga buatan, yang menunjukan adanya si pembuat, yaitu Allah SWT. Agar ada baginya ilmu yakin dan tidak syak wasangka lagi akan hal-hal yang ghaib. Benar, Allah itu tidak dapat dilihat, tetapi bukti akan perbuatannya, yaitu alam semesta yang indah dan unik, yang menandakan adanya Allah.
Disini dia akan yakin bahwa memeng dia mempunyai Tuhan yang memerintah dan melarangnya.
Inilah tanjakan yang pertama, pendakian yang pertama, yang dihadapinya dalam perjalanan ibadah. Yaitu tanjakan ILMU & MA’RIFAT.
Agar diketahui, ibadah tanpa ilmu dan ma’rifat tidak ada artinya. Agar dalam urusan ini ia tahu betul, apa yang dilakukannya, kemudian dia menempuh tanjakan ini, tidak dapat tiada, harus menempuhnya, kalau tidak, dia akan celaka, mau tidak mau harus menempuh tanjakan ini, artinya ia harus belajar (mengaji), supaya bisa beribadah, menempuh jalan ini dengan sebaik-baiknya, memikirkan buktinya, dan merenungkan sepenuhnya.
Dengan belajar (mengaji), bertanya kepada guru para ulama tentang akhirat, kepada petunjuk-petunjuk jalan, dian-dian (lampu-lampu) umat. Pemimpin para imam, dan mintalah faedah dan doa dari beliau-beliau itu, mudah-mudahan Allah SWT. Memberi taufik-Nya.
Dengan minta bantuan Allah, dia akan menempuh tanjakan ini dengan taufik dari Allah SWT.
Setelah dia cukup mengaji, berhasillah baginya ilmu yakin.
Mengetahui tentang hal-hal yang ghoib, maka tahu adanya Allah, adanya Rosulullah, adanya sorga, adanya neraka, adanya hisab, adanya nusyur, adanya wukuf fil mahsyar, dll. Dia yang menciptakan dirinya, dan sekarang ia tahu bahwa tuhan itu menyuruh bersyukur, menyuruh khidmat dan taat lahir batin.
Dan Tuhan menyuruh dia supaya berhati-hati, jangan sampai kufur, jangan melakukan bermacam-macam maksiat, dan Dia SWT. Sudah menetapkan akan adanya ganjaran yang kekal kalau ia taat kepada-Nya, dan akan ada pula hkukuman yang kekal kalau ia durhaka dan berpaling dari pada-Nya. Dan pada saat itu ia didorong oleh pengetahuan ini dan oleh keyakinannya akan yang ghaib itu, didorong untuk menyingsingkan lengan baju untuk berhidmat, melakukan ibadah dengan sepenuh hatinya. Yaitu beribadah memperhambakan diri kepada yang memberi nikmat ini, yaitu Allah SWT. Yang ia cari-cari selama ini, sekarang sudah ketemu.
Tetapi dia belum tahu bagai mana caranya beribadah?
Kini dia telah mengenal Tuhan, kemudian bagaimanakah cara beribadahnya? Apa yang diperlukan untuk berhidmat kepada-Nya dengan lahir batin itu?
Sesudah tamat ilmu tauhid, maka ia belajar ilmu Fikih, bagaimana berwudhu, shalat, dsb. Yaitu fardu beserta dengansyarat lahir bathinnya. Sesudah ia mendapatkan seperlunya ilmu tentang yang yang fardu, tentang ibadah, maka sekarang ia bangun untuk benar-benar mulai beribadah, dan bekerja melakukan ibadah.
Akan tetapi, kemudian ia berfikir dan melihat, dan tiba-tiba ia insyaf bahwa ia banyak dosa, banyak kesalahan dan maksiat.
“ Wah ! aku ini orang yang berdosa dalam kehidupanku yang sudah lalu”.
Memang manusia itu insyaf mau beribadah, dan terus berfikir “ bagaimana aku beribadah, sedangkan aku masih melakukan dosa? Bagaimana aku beribadah sambil durhaka? Betapa berat aku ini berlumur dengan kedurhakaan.
Dengan demikian aku harus bertaubat dulu, membersihkan diri dari maksiat, dan menyesal agar diampuni dosa-dosaku oleh Allah dan membebaskanku dari belenggu dosa-dosa itu , supaya Dia SWT. Membersihkan diriku dari kotoran-kotoran dosa, setelah itu baru aku baik untuk berhidmat dan dekat dihamparan Allah.
Disini ia berhadapan dengan tanjakan TAUBAT susah juga unuk menempuhnya, tidak dapat tiada ia harus menempuh tanjakan taubat ini, agar ia sampai kepada yang dimaksud daripada ibadah itu.
Diamulai taubat, melakukan taubat sebagai mana mestinya dan menurut syarat-syarat sampai akhirnya ia dapat menempuhnya.
Setelah dia berhasil taubat secara benar, dan selesai pada tanjakan ini, maka ia merasa rindu untuk melakukan ibadah, untuk memulai ibadah. tetapi kemudian ia berfikir lagi, merenungkan lagi, dan tiba-tiba disekitarnya ada halangan-halangan (penghalan-penghalang) yang mengepung dirinya. Menghalanginya dari apa yang dimaksudnya, yaitu ibadah. Ia melihat, merenungkan, macam apa halangan-halangan itu?
Akhirnya dapat disimpulkan halangan-halangan itu ada empat macam:
1. Dunia
2. mahluk
3. syaitan
4. nafsu
ia tidak dapat tiada, harus menolak halangan-halangan itu dan menjauhkannya, menyingkirkannya, kalau tidak demikian tidak akan tercapai tujuan ibadah itu.
Disini ia dihadapkan pada tanjakan baru namanya tanjakan PENGHALANG
Ia harus menempuh tanjakan ini dengan empat jalan, masing-masing :
1. Tajarud ‘anidun’ya (membulatkan hati, sampai tidak bisa ditipu oleh dunia)
2. Memelihara diri supaya tidak bisa disesatkan oleh mahluk (sebab kebanyakan mahluk suka menyesatkan)
3. Memaklumkan perang terhadap syaitan (sebab kalau tidak diperangi, syaitan akan terus saja menghalangi)
4. Menaklukan hawa nafsu kita sendiri.
Menaklukan nafsu ini yang paling susah, sebab tidak bisa dikikis habis sama sekali, sampai terpisah sama sekali dari nafsu, hal ini tidak bisa. Sebab nafsu itu ada gunanya, hanya jangan sampai ia mengalahkan kita tidak bisa seorang itu menundukan nafsunya sama sekali, malah ini berbahaya, kita jangan menekan nafsu itu sampai mati, ini yang paling susah, mati jangan, sampai menguasaipun jangan.
Tidak bisa dikikis sama sekali tidak bisa, kalau orang mengikis habis nafsunya sama sekali, celakalah dia, jadi dia bukan manusia.
Kalau syaitan bisa dikalahkan sama sekali, bahkan saitannya Rosulullah SAW, Sudah masuk islam. Kita juga harus mampu mengalahkan syaitan itu, tetapi hawa nafsu atau diri kita tidak harus ditumpas sama sekali
Sebab, diri kita adalahh kendaraan kita (alat kita), namun tidak akan ada harapan bahwa nafsu kita akan mendorong kita kepada kebaikan, kalau dibiarkan, nafsu akan mendorong, hanya kepada kejahatan saja.
Karena itu untuk menyiasati diri kita sendiri paling susah, jangan diharap bahwa nafsu akan mufakat dengan kita untuk beribadah dan menghadap dengan sebulat hati kita kepada ibadah, sebab nafsu itu memang tabiatnya tidak baik, hanya ingin berbuat apa-apa yang melupakan kita kepada Allah SWT.
Menurutkan nafsu semata akan membawa kita kepada apa yang membuat kita lupa kepada Allah SWT, kalau begitu perlu ia (hamba Allah) mengendalikan nafsunya, degan alat kendali yang namanya TAQWA
Supaya tetap nafsu itu hidup baginya, tidak mati, tapi tunduk, yaitu dengan kendali, seperti mengendalikan kuda binal. Jadi seseorang itu bisa menggunakan nafsunya untuk kebaikan, kemaslahatan dan untuk kebenaran, dikendalikan jangan sampai jatuh ketempat-tempat celaka, tempat-tempat yang merusak.
Kalau begitu ia sekarang mulai menempuh tanjakan ini dengan meminta tolong kepada Allah SWT. Supaya dapat menempuh tanjakan yang terjal ini. setelah ia menempuh tanjakan atau penghalang ini, ia kembali kepada ibadah, tetapi tiba-tiba kelihatan lagi ada rintangan-rintangan yang lain.
Kalau tadi ada penghalang yang tetap. Maka sekarang ia menghadapi rintangan-rintangan yang terkadang datang dan terkadang menghilang, hal ini akan membingungkan hatinya untuk sepenuhnya menuju tujuannya, yaitu beribadah sebagaimana mestinya.
Ia merenungkan macam apakah halangan-halangan itu? Setelah lama merengukan …oh ! ia tahu ada empat rintangan ialah :
1. Rizki
Dirinya sendiri, menagih dengan pertanyaan. Bagaimana makananku? Pakaianku? Mana untuk anak-anakku? Mana untuk keluargaku? Mana?
Inilah rintangannya, dan dirinya berkat begini “
“Harus ada bekal bagiku! Harus ada apa-apa yang menguatkan diriku! Aku harus tajarud ‘aniddun’ya, sekarang aku sudah membulatkan hati aku sudah tidak dapat digoda lagi oleh dunia, mana rizkiku?
Aku sudah menjaga diri supaya jangan ditipu oleh mahluk-mahluk sekarang aku harus berhati-hati terhadap mahluk kalau begitu bagaimana tenaga dan bekalku itu? Itu tagihan nafsunya (dirinya)sendiri.
Rintangan yang kedua ialah:
2. Bahaya-bahaya
macam-macam bahaya yang ia takutkan, ia takut ini dan mengharapkan itu, takut-takut kalau tidak jadi.
Ia ingin anu, anu, anu, takut kalau-kalau tidak ada.
Ia takut anu, anu,anu, takut kalau –kalau ada.
Ia tidak tahu apa yang baik baginya dalam hal ini, dan apa yang jelek baginya, ia hanya meraba-raba saja, sebab akibat-akibat dari segala sesuatu itu samar sifatnya, dan apa akibat-akibatnya? Hatinya bimbang, mungkin dia jatuh kepada kerusakan datau kepada tempat kecelakaan.
Rintangan yang ketiga adalah:
3. Macam-macam kesusahan
musiba-musibah yang datang kepadanya bermacam-macam dari tiap segi (tiap sudut).
Apalagi sekarang ia sudah berterkad untuk menjadi seorang yang lain dari yang lain, tidak sama dengan mahluk yang lain, mau beribadah, sedang orang lain tidak mau beribadah. Apalagi ia sudah bertekad pula utnuk berperang melawan syaitan dan syaitan juga tidak akan diam, syaitan bersedia untuk melawannya.
Dan ia sudah bertekad untuk melawan nafsu, sedangkan nafsu juga sudah siap untuk merobohkannya.
Berapa banyak kepayahan yang dihadapinya. Berapa banyak kebingungan dan ke sedihan yang melintang dijalannya, berapa banyak musibah yang menyambutnya, ini juga harus dipikirkannya.
Dan yang keempat diantara rintangan-rintangan itu adalah
4. Macam-macam takdir dari Allah
ada yang manis, ada yang pahit, sedangkan nafsu cepat saja berkeluh kesah , “wah bagaimana ini? Demikian cepatnya nafsu tergoda.
Maka disini ia menghadapi tanjakan lagi “ RINTANGAN EMPAT”
ia harus menempuhnya dengan dengan empat macam alat :
1. Tawakal kepada Allah SWT.
Dalam hal rizki, harus tawakal dan menyerah kepada Allah SWT. (ditampat bahaya kita serahkan kepada Allah SWT. Seperti, kata seorang yang beriman diantar penghuni keraton firaun :”aku serahkan urusanku kepada Allah”, yaitu sewaktu ia diancam oleh fir’aun akan dibunuh)
2. Pasrah sepenuhnya kepada Allah mengenai apa yang dikhawatirkan.
3. sabar berkenaan dengan datangnya berbaga bencana
4. Ridho ketika menghadapi ketentuan (qado)Allah.
Dan dengan penuh kesabaran, ketika ujian itu menimpa dirinya, ia menerimanya dengan penuh kesabaran dia tetap tahan dan rido, sama waktu datang takdir dari Allah dia rido.
“takdir saya terima dengan ikhtiar dan berjuang, saya terima takdir ini”
jadi ia mulai juga menempuh tanjakan ini dengan izin Allah SWT. Dan dengan kebaikan bimbingan dari Allah SWT.
Sudah ia selesai menempuh tanjakan yang baru ini, yakni tanjakan rintangan yang keempat, kembali ia beribadah, ia berfikir pula. Tiba-tiba dirinya lesu, malas, tidak giat dan tidak terdorong kepada kebaikan sebagaimana mestinya. Nafsunya cenderung kepada lalai dan senang-senang saja istirahat, nganggur dan maunya tidak bekerja.
Malah cenderung kepada kejahatan dan kepada hal-hal yang tidak ada gunanya dan kearah bencana dan kebodohan. Jadi disini ia perlu pendamping yang membawanya kepada kebaikan, kepada taat dan membuat ia giat kembali untuk kebaikan, karena ada yang menegur nafsunya supaya jangan berbuat jahat dan durhaka.
Penahanan atau penegur itu ialah HARAPAN dan TAKUT .
Harapan itu ialah harapan ganjaran yang besar dari Allah SWT. Ini adalah pengiring yang dapat membangkitkan kepada Taat menggerakan dirinya untuk benar-benar giat.
Adapun takut itu ialah takut kepada hukuman Allah yang pedih, yang diancamkan oleh Allah.
Ancaman itu berupa penegur, penolak dari segala maksiat, menjauhkannya dari perbuatan tersebut, mencegahnya dari berbuat maksiat, inilah tanjakan pendorong yang menyambut dia disini.
Jadi ia perlu menempuh dengan dua alat HARAPAN dan TAKUT maka ia mulai menempuh tajakan in dengan taufik dari Allah SWT. Akhirnya ia dapat menempuhnya dengan selamat.
Setelah ia menempuh tanjakan pendorong ini ia kembali kepada ibadah. Disini ia sudah tidak melihat lagi penghalang dan perintang, bahkan menemukan pendorong dan pengajak, karena itu giatlah ia beribadah, dilakukan secara sebenar-benarnya, dengan penuh rindu dan gemar melakukannya.
Dan ia terus-menerus beribadah .
Tetapi kemudia ia melihat, berfikir, dan tiba-tiba terlihat olehnya bahwa ibadah yang susah payah ia lakukan, ada dua hama,
Sewaktu-waktu ia berpura-pura dengan taatnya agar dilihat oleh manusia, berarti riya, dan kadang-kadang ia tidak berbuat demikian, bahkan mencerca dirinya sendiri supaya jangan riya, tetapi kemudia ia terkena penyakit sombong(ujub), kesombongannya itu merusak ibadahnya, merugikan dia, menghancurkannya.
Disini ia dihadapkan kepada suatu tanjakan baru, namanya tanjakan PANCACAD, pembuat cacad.
Jadi ia terpaksa menempuhnya dengan IKHLAS dan DZKIRUL MINNAH, ikhlas itu lawannya riya, dzikrul minah itu lawannya ujub.
Ikhlas artinya memurnikan ibadah, dzikkrul minah ialah ingat akan jasa Tuhan, jadi tidak sombong dan takabur.
Ia mulai menempuh tanjakan ini dengan iijin dari Allah, dengan dengan kesungguhan hati, dengan hati-hati dan waspada, dengan peliharaan dari Allah SWT. Serta bimbingannya.
Ketika ia sudah melalui tanjakan yang baru ini berhasilah ia beribadah sebagaimana mestinya, sebagaimana patutnya, sehat selamat dari ganngguan wabah.
Akan tetapi ia berpikir lagi, tiba-tiba ia melihat dirinya sedang tenggelam dalam lautan kenikmatan dan jasa dari Allah SWT. Dan kebaikan-kebaikan-Nya, dari banyaknya yang dikaruniakan Allah kepadannya, yaitu diberi taufiq dan pemeliharaan serta macam-macam penguat dan pendukung, dihormati, dimuliakan, akirnya ia kuatir kalau ia lupa berterimakasih, sehingga akibatnya, ia jatuh kedalam kufron, lupa bersyukur, sebab kalau jatuh kejurang lupa , berarti dia jatuh dari martabat yang tinggi, yaitu martabat khadam yang khusus untuk Allah SWT. Dan hilang daripadanya nikmat-nikmat yang mulia itu.
Maka disini ia dihadapkan kepada tanjakan baru dan terakhir, namanya: tanjakan PUJI dan SYUKUR.
Tetapi ia sadar unuk menempuh tanjakan ini dengan sedapat mungkin, yaitu dengan memperbanyak puji dan syukur atas nikmat-nikmat daripada-Nya yang banyak itu.
Setelah ia menempuh tanjakan yang terakhir ini dan kemudia, ia turun kedataran, tiba-tiba ia bertemu dengan maksud dan keinginannya, yang berada di depannya, ia melangkah sedikit kedepan, tibalah ia kedataran karunia dan padang rindu serta halaman mahabbah.Kemudian ia masuk kedalam taman keridoan, kebun-kebun kecintaan dan kehangatan hati, sampai dihamparan kegembiraan, dekat martabat, tempat munajat, beroleh pakaian kehormatan dan kemuliaan. Jadi ia merasa nikmat dalam keadaan seperti ini, selama hidupnya dan sisa umurnya, badannya masih didunia, tetapi hatinya sudah diakhirat.
Ia menunggu dari hari ke hari pembawa surat, sampai ia bosan terhadap mahluk, benci terhadap dunia, rindu ingin cepat pulang.
Rindunya penuh pada alamul a’la (masyarakat yang tertinggi),Tiba-tiba datanglah utusan-utusan pembawa amanat dari Robul ‘Alamin kepadanya datang dengan segala yang menyenagkan, dengan wewangian dan berita yang menggembirakan, keridoan dari Allah, dari Tuhan yang rido tidak murka, jadi mereka itu (para malaikat) memindahkan dia dalam keadaan senang dan gembira penuh dengan kehangatan, dari negri yang pana, yang menggoda, kehadirat keTuhanan dan tempat taman firdaus. Dirinya yang lemah dan berfikir itu memperoleh kenikmatan yang kekal dan kerajaan yang besar. Ia menemukan disana nikmat karunia dari tuhannya, yaitu Allah SWT. Yang Rahim, yang Pemurah. Yaitu kelemah lembutan, kesayangan dan sambutan, pemberian nikmat, pemberian kemuliaan, dan apa yang tak terkatakan lagi, tidak pernah dilihat, tidak bisa digambarkan, tiap hari terus bertambah sampai selama-lamanya.
Besar nian kebahagiaan ini, tinggi nian kerajaan ini, bahagia nian hamba Allah ini, manusia yang mahmud (terpuji) ini, baik sekali tempat kembalinya.
Kita bermohon kepada Allah yang Baik, yang Rahim, agar dia memberikan aku dan kamu sekalian kenikmatan yang besar karunia yang agung, tidak sukar bagi Allah SWT. Berbuat yang demikian itu. Kita mohon supaya kita jangan dijadikan orang yang termasuk golongan yang tidak ada nasib bagi yang demikian itu, hanya mendengar saja dan pengetauan saja dan melamun saja tanpa mendapatkan manfaat, dan kita mohon supaya Dia jangan mambuat ilmu yang ita kaji sekarang ini, hanya jadi hujah yang merugikan kita kelak diyaumul kiyamah, dan kita mohon Dia memberi taufik kepada kita sekalian untuk mengamalkan yang demikian itu dan melakukannya sebagaimana mestinya, sebagaimana yang diridoi oleh –Nya.
Sesugnguhnya dia jua yang memberi rahmat dan dia jua yang Pemurah.
Nah, ininlah isi kitab yang diiilhamkan Allah kepadaku unutk menerangkan jalan ibadah itu sekarang, ketahuilah dengan taufiq dari Allah bahwa jumlah semuanya ini ada 7 tanjakan :
1. Tanjakan Ilmu dan Ma’rifat
2. Tanjakan Taubat
3. Tanjakan Halangan
4. Tanjakan Rintangan
5. Tanjakan Pendorong
6. Tanjakan Pencacad
7. Tanjakan Puji dan Syukur
Dan dengan tamatnya tanjakan-tanjakan ini, maka tamatlah kitab minhajul abidin ini.
Sekarang akan aku jelaskan tanjakan-tanjakan ini dengan keterangan-keterangan singkat yang mengandug makna-makna penting. Masing-masing akan diterangkan dalam babnya tersendiri, Insya Allah.
Allah jua yang memberi taufiq dan membimbing kita dengan karuniaNya
Wallahu ‘alam bishowab.

kembali ke halaman pertama
TANJAKAN ILMU DAN MA’RIFAT
Aku mulai berkata dengan taufiq dari Allah SWT. “Wahai Orang-orang yangingin lepas dari bahaya dan ingin beribadah yang murni terhadap Tuhan, semoga Allah memberi taufiq kepadamu, tetapi sebelumnya harus memilki ilmu dahulu.
Sebab ibadah itu percuma kalau tanpa ilmu, sebab ilmu itu adalah porosnya, segala sesuatu berputar disekitarnya.
Ketahuilah ! bahwa ilmu dan ibadah itu adalah dua permata, untuk ilmu dan ibadah itulah mmaka terjadai apa-apa yang engkau lihat dan dengar itu , hanya untuk ibadah.
Ap yang engaku lihat dan dengar itu, yaitu kitab-kitab yang dikarang oleh ulama-ulama, ajaran dari guru-guru, nasihat dari penasihat-penasihat, pikiran dari para pemikir , itu semua demi untuk ilmu dan ibadah.
Dan karena untuk ilm,u dan ibadah juga kitab-kitab suci itu diturunkan oleh Allah SWT. Dan semua Rosul-rosul diutus hanya untuk ilmu dan ibadah, bahkan lebih dari itu langit dan bumi diciptakan Tuhan hanya untuk ilmu dan ibadah, begitu pula semua apa yang ada dilangit dan dibumi, semua mahluk yang hidup dan yang tidahk hidup ,
Sekarang renungkanlah dua ayat dalam kitab Suci Allah SWT (AL Qura’n) yang satu diantara du ayat itu adalah

” Allah yang menciptakan tujuh lapis langit dan tujuh bumi, seperti langit, turun berkali-kali perintah Allah antara langit dan bumi, supaya engkau memperoleh ilmu, supaya kamu sekalian mempunyai ilmu, bahwa Allah itu kuasa atas segala sesuatu dan bahwa Alllah sudah berilmu, sudah mengetahui segala sesuatu yang meliputi ilmu itu untuk segala sesuatu.
Dengan tafakur tentang langit dan bumi, kita berharap akan memperoleh ilmu itu nanti.
Dengan satu ayat ini sebagai dalil, sudah cukup untuk diketahui bahwa ilmu itu memang mulia.
Terutama ilmu tauhid, sebab mengenai Allah SWT,. Dan asma-Nya dan Sifat-Nya Dll-Nya.
Ayat yang sedua yang harus kita renungkan itu ialah : Firman Alllah

“Aku Menciptakan jin dan manusia tak lain hanya untuk beribadah kepada-Ku”
jadi ini menunjukan kemuliaan ibadah cukup dengan ayat yang satu ini sebagai petunjuk bahwa ibadah itu mulia. Dan bahwa kita harus dengan dawam beribadah . besar nian dua hal yang dimaksud dari penciptaan duni dan akhirat, yaitu ilmu dan ibadah. Jadi wajib bagi tiap-tiap hamba unuk memperhatikan ilmu dan ibadah saja, yanglainnya batil (dalam ilmu dan ibadah sudah masuk semua apa-apa yang membuat maju dunia dan akhirat)
pembangaunan, melaksanakan kemakmuran, kalau karena Alllah, termasuk ibadah, jadi cukup dengan ilmu dan ibadah telah mencakup semua kebahagiaan dunia dan akhirat, yang sehat, bukan kemajuanyang jahat, tetapi kemajuan yang sehat, cukip dengan ilmu dan ibadah, jangan kita mengerjakan yang lain melainkanhanya ilm,u dan ibadah.
Walaupun unutk membuat jalan, membuat kebun dan apa saja, masuk dalam ibadah kalau diniatkan supaya dunia ini menjadi ladang (sawah) bagi akhirat, dengan demikian setiap orang itu jangan mengerjakan sesuatu melainkan ilmu danibadah saja.
Jangan kita menggunakan otak kita melainkanuntuk ilmu dan ibadah, dipusatkan sekarang ini perhatiankita kepada ilmu danibadah, kalau sudah terpusat, maka menjadi kuat, dan kalau sudah kiuat menjadi berhasil.
Jangan berfikir, satu saja sudah, ilmu dan ibadah, satukan saja, disitu ada konsentrasi disitu ada sukses.
Yang selain ilmu dan ibadah, batil, sesat, yang selain daripada ilmu dan ibadah , akan menghancurkandunia.
Insya Alllah dunia ini akan hancur kalau tidak kembali pada ilmu dan ibadah
Tidak ada yang baik selain ilmu danibadah.
Jikaengkau mengetahui yang demikian itu, yakilah bahwa ilmu adalah yang termulia diantara dua permata itu.
Oleh karenanya Nabi SAW. Bersabda :

” Kelebihan orng yang berilmu atas orang yang beribadah adalah seperti kelebihanku atas orng terendah dari umatku.”
Dan bersabda Rosulullah SAW.

” Sekali melihat kepada oran gyang berilmu, lebih suka bagiku daripada ibadah satu tahun penuh puas siangny penuh salat malam harinyaa (ini fadilahnya ilmu tapi hanya bagi orang yang berilmua yang ilmunya diamalkan.)
Rosulullah Bersabda pula

” Inginkah kamu sekalian tahu, siapa yang paling mulia diantar penghuni syurga?”
jawab para sahabat : ” bahkan kami ingin tahu ya Eosulullah”
Sabda Rosulullah SAW :”Ialah Ulama-Ulama, ahli ilmu dan umatku.”

Sekarang jelaslah bahwa ilmu itu permata, yang mulia daripada ibadah, tetapi ibadahpun tidak boleh tiada, harus dikerjakan dengan disetai ilmu. Jika demikian, ilmu itu akan menjadi debu yang berhamburan ditiup angin, sebab ilmu ibarat pohon danibadah ibarat buah, yang menjadikan pohon itu mulia, karena pohon itu pokok, tapi manfaatnya ialah buahnya. Oleh karenanya maka tak dapat tiada lagi m,anusia itu harus mempunyai keduanya, yakni ilmu dan ibadah.
Karena itu berkata imam Al-Hasanul Basri.
” Tuntutlah ilmu, tapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah tetapi tidak boleh lupa pada ilmu”
oleh karena itu sudah jelas bahwa manusia itu harus memiliki kedua-duanya (ilmu dan ibasah) dan yang utama harus didahulukanialah ilmu, sebab ia pokok dan petunjuk.
Bagaimana akan dapat beribadah jika tidak mengetahui cara-caranya
Dankarena itu bersabda Rosulullah SAW.

“Ilmu itu imammnya amal, sedangakan amal makmumnya”
Sebab-sebab yang menjadikan ilmu itu pokok dan harus didahulukan dari ibadah, didasarkan pada dua perkara. Pertama, agar ibadah itu berhasil dan sehat, maka wajib bagimu mengenal dahulu siapa yang harus disembah, setelah itu engkau menyembah kepada-Nya. Bagaimana jadinya, apabila engkau menyembah yang engkau belum kenal dengan asma-Nya dan sifat-sifat Zat-Nya, dan yang wajib bagi-Nya, sebab terkadang engkau mengitikadkan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya dan sifat-Nya. Jika demikian, makaibadahmu itu berhamburan seolah-olah sebagai debu ditiup angin.
Ada hikayat dua orang, yang seorang berilmu tapi tidak beribadah dan yang seorang lagi beribadah tapi tidak barilmu.

BAB II
AQOBAH KEDUA, TANJAKAN TAUBAT
11. MUQODIMAH TAUBAT
12. BAB III, AQOBAH KETIGAM TANJAKAN PENGHALANG
13. BAB IV, AQOBAH KEEMPAT, TANJAKAN GODAAN
14. BAB V, AQOBAH KELIMA, TANJAKAN PENDORONG
15. BAB VI, AQOBAH KEENAM, TANJAKAN PENCELA
16. BAB VII, AQOBAH KETUJUH, TANJAKAN PUJI DAN SYUKUR
17. DOA PENUTUP

No comments: