Sunday, July 15, 2012

STRUKTUR INSAN MENGENAI RUH, JASAD, JIWA DAN CAHAYA ALLOH

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Dalam hadits Nabi Saw. Mengemukakan bahwa “Alloh Swt menciptakan makluk dalam kegelapan, kemudian Alloh Swt melimpahkan cahaya-Nya”. Dalam hadits lain Rosululloh Saw bersabda :

حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيَّامُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَأَخَّرْتُ وَأَسْرَرْتُ وَأَعْلَنْتُ أَنْتَ إِلَهِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ *

Artinya : “Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Sesungguhnya apabila Rosululoh s.a.w bangun pada malam hari untuk mendirikan sembahyang, baginda akan berdoa: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيَّامُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَأَخَّرْتُ وَأَسْرَرْتُ وَأَعْلَنْتُ أَنْتَ إِلَهِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ Yang bermaksud: Segala puji bagiMu. Engkau adalah cahaya langit dan bumi. Segala puji bagiMu. Engkaulah yang mengatur segala urusan makhluk di langit dan di bumi. Segala puji hanyalah bagiMu. Engkau adalah Tuhan di langit dan bumi serta semua yang terkandung di antara keduanya. Engkau adalah benar. JanjiMu adalah benar. FirmanMu adalah benar. Peristiwa perjumpaan denganMu (Hari Akhirat) adalah benar. Syurga adalah benar. Neraka adalah benar. Hari Kiamat adalah benar. Ya Alloh! Hanya kepadaMu aku berserah. KepadaMu jugalah aku beriman. KepadaMu jugalah aku bertawakkal. KepangkuanMu jugalah aku kembali. KepadaMu jugalah aku mengadu. KepadaMu jugalah aku mengambil keputusan. Maka ampunilah daku, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan dosa-dosaku yang akan datang, yang aku lakukan secara diam-diam ataupun terang-terangan. Engkau adalah Tuhanku. Tiada Tuhan melainkan Engkau”

Saudaraku… semesta alam yang Alloh Swt. Ciptakan diatur oleh cahaya-Nya. Jika alam semesta tanpa cahaya-Nya (Ar-Rahman), maka tak akan mampu untuk menyadari ciptaan-Nya bahkan diri kita sendiri, tiupan (Nafakh Ruh) Ar-Rahman dan pemeliharaannya memekarkan setiap titik ciptaan dari status awal yang tanpa nama, huruf, dan makna sehingga terpakailah nama bagi-Nya Wujud وجود. Setiap ‘wujud-wujud’ yang yang di tampakkan oleh cahaya-Nya adalah pernyataan dari himpunan Asma’ul Husna, bakhan Asma’ul Husna itu tetap kokoh oleh Tajalli  Illahi yang terus menerus.  Diantara Asma’ul Husana tak terhitung terdapat asama agung-Nya Ismu ‘Adhom, merupakan cahaya Alloh paling terang diantara limpahan cahaya-cahaya yang menunjuk kepada-Nya. Cahaya agung ini meruapakan sumber cahaya-cahaya mengambil cahaya-Nya.

اللَّهُ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya : “Alloh (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Alloh, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Alloh membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Alloh memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nur : 35)

Dengan mempergunakan cahaya-Nya Robbul’alamin menzhirkan 7 pelata langit dan bumi tanpa tiang. Kehadiran cahaya Alloh adalah sebagai syarat utama atau sebab awal bagi tegaknya kaun langit dan bumi, tanapa adanya cahaya Alloh alam syahadah akan lenyap. Hanya manusia yang menyandang gelar Cahaya Alloh ia menduduki Hamba Alloh (‘Abd). Hamba Alloh ini merupakan segel yang menjaga pelita langit dan bumi dari keruntuhannnya dan yang menyematkan kepada-Nya asma al-Hafidz.”

“….Alloh membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Alloh memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nur : 35)

Cahaya Alloh atau Hamba Alloh ini diibaratkan sebagai Misykat, cerkuk lubang yang tak tembus yang didalamnya terdapat pelita terang, misykat melambangkan kegelapan jasad seorang hamba yang merupakan bertemunya dua lautan, lautan yang mengalir dari penghambaan kepada Alloh (Ubudiyah) dan lautan yang mengalir dari ketauhidan (Uluhiyah). Aspek penghambaan keluar dari sisi jasad dan jiwa (Nafs), sedangkan yang dating dari aspek Katauhidan adalah ‘Amrnya (Ruh ‘Amr) melalui Ruh Quds, yang dilambangkan dengan pelita atau api yang terang nyalanya.

Jasad hamba merupakan wujud yang dibangun dari aspek kebumian (al-aradh); sedangkan jiwa (nafs)nya yang karena kejernihan wujudnya bagai kaca, dilabel oleh kata langit (Assama’i). Jadi Assama’iddunya dan Aradh melambangkan pasangan jiwa dan jasad, yang dijenjang tertentu keduanya berperan sebagai cahaya Alloh Swt. Saksi Alloh Swt. Dalam persolan ubudiyah, jiwa penghambaan merupakan imam bagi jasad dimana pasangan ini akan bertindak sebagai pelaku utama dalam persoalan pengungkapan khazanah : “Aku adalah khazanah tersembunyi; maka aku rindu untuk dikenal’ karena itu aku ciptakan makhluk agar aku diketahui” (hadits Qudsy)

Sedangakan Nafakh ruh kedalam diri hamba adalah pusat yang ditiupkan dari sumber Ruh ‘Amr, yang dilambangkan dengan cahaya suci yang mengisi ruang-ruang langit. Jadi Nafakh Ruh yang berada dalam penghambaan merupakan langit pertama (Adam) yaitu langit terdekat dengan jasad dari ketujuh langit malakut yang berlabuh didalam jasan hamba. Jasad hama merupakan rumah bagi Nafs dan Qalb dari nafs yang telah diterangi cahaya ubudiyah merupakan rumah bagi ruh yang datang dari sisi-Nya. Kehadiran ruh quds ke dalam nafs hamba dan menetapnya ruh ini didalam qalb yang mengakibatkan hamba tersebut digelari hamba Alloh (‘Abd/Insan kamil). “Tidak memuatku bagiku pelata langit dan bumiku, yang memuatku hanyalah Qalb hamba-hambaku yang mu’min (hadits Qudsy)

Zujazah atau bola kaca yang jernih merupakan kejernihan qalb di dalam nafs yang qudus.  Terangnya qalb merupakan syarat utama menetapnya api ruh di Qalb, merupakan cahaya yang memancar dalam nafs yang diberkati Alloh Swt; tidak ada tempat bagi cahaya kecuali cahaya; zujazah yang terang ini bagaikan sebuah bola langit malam yang gemerlap olah taburan benda-benda langit, bagaikan bola-bola cahaya yang berkilauan diterpa cahaya yang meneranginya. Kaukab adalah benda langit yang menyala tetap dan hanya bercahaya jika ada cahaya yang menerpanya, sehingga bola langit yang dibangun oleh taburan kawakib yang bersinar cemerlang menghiasi ruang langit pertama;  ibarat qalb yang bersinar menerangi nafs mukmin. Bersinarnya kalb dalam kaukab ini karena adanya minyak yang menyalakanya, minyak yang bercahaya walau tanpa disentuh api, minyak yang keluar dari pohon yang banyak berkahnya. Pohon yang tidak tumbuh disebelah barat juga tidak tumbuh disebelah timur, tidak tumbuh dibarat tempat tenggelamnya ‘Matahari’ (al-Haqq), tidak pula ditimur tempat terbitnya ‘Matahari’ (al-Haqq). Di baratnya ada jasad ubudiyah dan ditimurnya ada uluhiyah. Pohon ini tidak tumbuh di ufuk diri tetapi tumbuh ditengah-tengah aspek jasad dan aspek ruh yaitu Jiwa (Nafs) hamba.

Alloh Swt menanam benih pohon ini pada suatu lahan dipermukaan bumi diri yang telah dirahmati dengan kesucian Tauhid (Iman) dan kesuburan, pada batas persentuhan antara urusan  bumi jasad dan langit jiwa. Dengan memohon taufiq dan rahmat-Nya, benih ini merupakan suatu persoalan yang harus ditumbuhkan didalam diri hamba; pohon ini ditumbuhkan dengan : Iman, Islam dan Ihsan yang membuat senang penanamnya, sehingga Dia memberkati pohon yang sedang tumbuh ini dengan perawatan dan perlindungan yang baik agar tumbuh kuat dan berbuah banyak. Alloh Swt menamai pohon kaukab ini, yang tumbuh menjulang dari bumi diri dan cabang-cabangnya merentang dan berbuah dilangit jiwa sebagai kalimah-kalimah Alloh Swt.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ(24)تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ(25)

Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Q.S. Ibrohiim : 24: 25)

Akar pohon ini adalah iman yang diteguhkan oleh Nur ketauhidan, akarnya kokoh menghujam bumi diri dan bumi jagat secara mutasyabih. Batang pohon melambangkan ketaqwaan yang tumbuh di atas landasan akar keimanan yang kokoh, sedangkan yang seperti Rosululloh Saw sabdakan buah-buah keikhlasan yang dihasilkan dari pohon taqwa ini, dari kalimah taqwa, adalah hasanah, sari dari hasanah adalah minyak yang berkilauan menampakan wajah pengetahuan tersembunyi, pengetahuan tentang al-Haqq.“Iman itu telanjang, pakaiannya adalah taqwa, buahnya ilmu dan hiasannya adalah malu” (Hatits)

….وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya : “…..Dan bertakwalah kepada Alloh; Alloh mengajarmu; dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. al-baqoroh :282)

Tidak ada yang datang kepada cahaya kecuali cahaya, maka kaukab qalb yang ternyalakan indah oleh minyak zaitun yang merupakan Arsy (singgasana) bagi api al-Aziz, utusan-Nya ; Arsy Alloh ini berdiri diatas Qursy-Nya berupa kekuasaan  atas dua kerajaan, yaitu kerajaan pelata langit nafsiyah dan bumi (jism), malakut dan mulk. Ranting-ranting kaya minyak yang menghijau khidr ketinggian langit jiwa merupakan gambaran suburnya ketaqwaan, sebagai buah dari ubudiyah dan penyerahan diri yang dalam kepada al-Malikulqudus, akan segera terquduskan oleh medan cahaya suci-Nya yang penuh berkah, Api Ruh al-Quds.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

Artinya : “yaitu Alloh yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”(Q.S. Yasin : 80)

فَلَمَّا جَاءَهَا نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا وَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya : “Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia: “Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Alloh, Tuhan semesta Alam”. (Q.S. An-naml : 8)

Qalb yang suci bagaikan bola lampu kristal yang jernih dan tampak titik apinya, tempat bertemunya minyak dan api, dari luarnya diterangi oleh cahaya iman sedangkan di dalamnya diterangi ruh suci (Ruh Amr). Sehingga terberkatilah dua rumah yaitu rumah jiwa dan rumah jasad oleh cahaya-cahaya tersebut. Lampu jiwa ini adalah cahaya-cahaya pemandu dan sumber kekuatan (Sulthan) bagi nafs sebagai hakikat sejati Hamba, fokus utama pendididkan Illahi tujuan alam semesta dihamparkan, agar mi’raj menembus tujuh lapis langit ruhani, untuk ma’rifatullah. Maka yang disebut Hamba Alloh, cahaya Alloh atau Insan Kamil itu adalah Hamba yang telah dinyalakan Api Jiwanya oleh Alloh Swt, telah diperkuat oleh Cahaya Ilmu dan Cahaya Ma’rifat. Hamba seperti inilah memiliki struktur seperti yang digambarkan surat An-Nur ayat 35, cahaya di atas cahaya.

Misykat, Zujajah  dan pohon zaitun adalah persoalan yang datang dari aspek Ubudiyah, merupakan pasangan bagi api al-misbah yaitu urusan yang datang dari aspek Uluhiyah-Nya; persoalan yang diidentifikasi oleh pasangan laki-laki dan perempuan. Lubang pada misykat yang mengarah kepada satu arah adalah pintu-pintu indera jasad yang terbuka kelam syahadah. Jika kaukab qalb menyala maka indera-indera jasad akan memperoleh kekuatan tambahan, kekuatan ruhaniyah, sehingga cahaya yang terbit pada pintu-pintu indera tidak hanya menampakan alam syahadah, tetapi juga alam malakut yang menyertainya, yaitu hakikat kaun, hakikat ayat-ayat Alloh, yaitu al-Haqq apa yang menyala dilubang-lubang misykat jasad adalah cahaya yang memperoleh saluran yang berbeda-beda ke alam syahadah, cahaya itu yang melihat, cahaya itu yang mendengar, cahaya itu yang merasa Dan inilah yang disebut dengan Abd (Insan kamil).



No comments: