BENTUK WUJUD MANUSIA ITU MENGANDUNG PERJANJIAN IBADAH
Banyak yang berpendapat dan meyakini kalau Alloh “ Tidak butuh  disembah “ dan banyak juga alasan-alasanya. Semuanya benar dan bagus. Coba googling, banyak paparan dari saudara-saudara kita tentang ini. Kami coba memaparkan dari sisi yang berbeda.
Tetap dari ayat :
WAMAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ILLAA LIYA`BUDUUN
Coba diangan-angan ; dalam susunan ayat ini ; antara kalimat LIYA`BUDUUN ( untuk ibadah kepadaKu ) dengan kalimat KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ( Aku menciptakan jin dan manusia ) itu lebih dahulu mana ?
Kita bisa lihat sendiri.
Kan lebih dahulu KHOLAQTU.
Bila kita pelajari : Dahulu manakah antara wujud kita dengan perintah sholat itu sendiri ?
Jelas lebih dulu wujudnya.
Dan didalam wujud manusia itu ada perjanjian, di tangan saya dan tangan saudara itu ada perjanjian :
Contoh : Manusia diperintah sholat.
- Dalam sholat diperintah berdiri tegak, maka manusia diberi dua kaki, ini pas.
- Dalam sholat diperintah ruku`, maka manusia diberi model kondisi kepala sampai bokong, ini bentuk model ruku`.
- Diperintah sujud, maka manusia diberi model sujud, yaitu lutut ada tekukannya dan tekukannya itu ke belakang, bokong bisa menekuk ke depan, ini adalah bentuk model sujud. Seandainya bokong itu tekukannya ke belakang maka bisa nggeblak.
- Diperintah takbir, maka manusia diberi ujung jari sampai siku.
- Diperintah sendekap , maka manusia diberi tangan yang bisa menekuk sedemikian rupa.
Jadi bentuk model manusia itu adalah bentuk sholat, dan sholat itu intinya seluruh ibadah.
Maka jelas bahwa bentuk jasmani seluruh manusia itu atau onderdilnya manusi itu pasti cocok dengan perencanaan ‘ LIYA`BUDUUNII ‘, sesuai dengan perintah ibadah, ini mengandung janji.
Jadi kalau ada manusia tidak mau sholat maka tidak cocok dengan bentuk-nya, bentuknya sholat tapi tidak mau sholat.
Dalam sholat juga diperintah salam :
” Assalaamu`alaikum warohmatulloohi wabaro-kaatuh “ menengok ke kanan.
” Assalaamu`alaikum warohmatulloh ” menengok ke kiri ( tanpa ” Wabarokaatuh ” ).
Maka manusia diberi leher yang bisa menengok ke kanan dan ke kiri, ini adalah potongan salam, juga potongan dzikir nafi isbat.
Ditarik dari pusar ke otak, terus kekanan, lalu lafadz ” Alloh ” masuk ke hati.
Tapi ada juga yang lupa dengan petanya, sampai dzikirnya itu mutar linkaran, apa saking cepatnya ?
Pernah ada salah seorang saudara yang ditanya :
” Lho kok cepat, ser-ser, illalloh-illalloh, la ilaaha-nya tidak terdengar ?”.
Jawabnya :
” Saya kalau pelan-pelan itu hati saya tidak terang, ibarat lampu sepeda itu lho , kalau jalannya cepat maka lampunya terang “.
Ini namanya dalil lampu.
Pernah lagi ada seseoarng mau masuk thoriqoh, tapi sangsi dengan dzikirnya:
“ Dzikir kok gerak-gerak kepalanya, apa begitu itu bisa khusyu` ?. Saya mau masuk Thoriqoh ini kalau dzikirnya itu diam saja “.
Kami jawab :
” Kalau sampeyan maunya seperti itu ya cari thoriqot yang diam saja, karena gerak dalam dzikir ini sudah aturan.
Kalau dihubungkan : Apa dzikir yang seperti itu bisa khusyu` ?. Lalu sekarang saya tanya : Al Qur-an menerangkan
   WA AAQIMISH SHOLAATA LIDZIKRII.
   Artinya : ” Tegakkan sholat untuk dzikir kepadaKu “.
Sholat itu dzikir, padahal sholat itu tidak satu gerakan saja tapi gerakannya banyak, ada berdiri, ruku`, duduk, sujud, tolah-toleh salam, apakah dengan gerakan seperti itu tidak bisa khusyu` ?
Kalau dzikir Laa ilaaha illalloh seperti itu salah, maka sholat itu juga salah. Dzikir Laa ilaaha illalloh ini menyontoh sholat, sempalan dari sholat.
Apakah boleh sholat itu cukup di hati saja tanpa berdiri, ruku`, sujud, duduk ?
Boleh, bila wujud sampeyan itu hati saja tidak punya jasmani. Segalanya dibathin saja ; sebelum sholat sudah sholat, sebelum berak sudah berak, ya nanti sampeyan yang kebelet “.
PENGERTIAN IBADAH  ITU LUAS
Ibadah itu mengabdi kepada Alloh.
Ibadah itu melaksanakan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan Alloh.
Perintah-perintah Alloh itu terbagi dua :
1. Perintah-perintah Alloh yang bersifat dhohir, seperti : perintah sholat, puasa, haji.
2. Perintah-perintah Alloh yang bersifat bathin, seperti : perintah shobar, tawakkal, ridlo.
Larangan-larangan Alloh juga terbagi dua :
1. Larangan-larangan Alloh yang bersifat dhohir, seperti : larangan mencuri, larangan bicara kotor, dll.
2. Larangan-larangan Alloh yang bersifat bathin, seperti : larangan sombong, riya`, hasud, dll.
Aktifitas hidup kita kalau kita niati melaksanakan perintah Alloh, maka itulah namanya ibadah, seperti makan dan minum itu dalam Al Qur-an diperintah :
KULUU WASYROBUU WALAA TUSRIFUU.
Artinya:” Makanlah dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan “.
Makan dan minumnya ini ibadah, karena niat melaksanakan perintah.( ” Kuluu wasyrobuu ” ).
Menghindari makan dan minum berlebih-lebihan itu juga ibadah, karena niat menjauhi larangan Alloh. ( ” Walaa tusrifuu ” ).
Kita juga diperintah bersuci, mencuci pakaian, mencuci badan, mencuci tempat, semua itu adalah ibadah asalkan niat kita melaksanakan perintah Alloh.
Bekerja juga ada perintahnya :
WABTAGHUU MIN FADL-LILLAAHI
Maka bekerja itu adalah ibadah bila diniati melaksanakan perintah Alloh.
Jadi ada ibadah dibidang ekonomi, da`wah, pertanian, perindustrian.
Apakah menjadi pegawai negeri, guru, petani, asal niat melaksanakan perintah Alloh, sebab memang ada perintah dari Alloh, maka semua itu masuk lingkup ibadah.
Seperti Nabi bersabda :
UUTUL AJIIRO QOBLA AN YAJIIFA `ARQUHU.
Artinya : ” Berikanlah upahnya kaum buruh itu sebelum kering keringatnya “.
Ini hadits mengenai perburuhan. Oleh sebab itu haknya kaum buruh jangan dientit, kadang-kadang kewajiban sudah dilaksanakan tapi haknya tidak disampaikan. Jadi seumpama kita membayari karyawan maka ini termasuk ibadah, karena memang ada perintahnya.
Melindungi tanah air, itu ibadah.
Memajukan kesejahteraan umum, itu ibadah.
Melindungi segenap bangsa, itu ibadah.
Mencerdaskan kehidupan bangsa, itu ibadah.
Rajin tholabul ilmi, itu ibadah.
Mendidik supaya pintar, itu ibadah, ibadah sebagai guru untuk mendidik orang.
Walhasil ibadah itu macam-macam, tidak hanya sholat dan zakat saja.
Jadi kalimat ” ibadah ” itu mencakup keseluruhan, dan inilah tujuan manusia diciptakan oleh Alloh Ta`ala.