أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Hafiz Syirazi mengingatkan kita :
Sekelompok orang mengaku berada di jalan kebenaran
Dan menemukan keselamatan dengan mengenakan jubah kaum arif,
Jika kemuliaan itu diukur dengan mengenakan sesuatu di kepala,
Maka kita pun sudah melakukannya !
Sebaliknya, juga dikatakan :
Orang-orang paripurna terkadang mengenakan jubah compang camping,
Para pemilik kalbu, ahl-i dil, kadang-kadang mengenakan pakaian wol kasar !
Kehidupan hakiki para martir ini didukung oleh kehadiran dan kedekatan kepada Allah yang tidak sanggup dilukiskan melalui kata-kata. Kaum Sufi mencapai kedekatan kepada Allah ini dalam kehidupan mereka di muka bumi, dan itulah yang sesungguhnya menyebabkan nama mereka dikenang dan diperingati bahkan sesudah wafat mereka. Sebagaimana dikatakan :
Inilah orang-orang yang (secara lahiriah) mati tetapi mereka hidup di tengah-tengah manusia.
Syaikh Syihabuddin Suhrawardi, menegaskan :
Kaum Sufi adalah sahabat karib Allah, orang-orang sempurna yang disebut Alquran sebagai fuqara’ (mereka yang memerlukan Allah), dan bukan mereka yang hanya — dalam bentuk atau penampilannya — membedakan diri mereka dari orang lain. Hanya orang-orang arif yang telah mencapai kedekatan pada Allah saja yang disebut oleh para penempuh jalan spiritual sebagai kaum Sufi.
Al-Junaid mendefinisikan Sufi sebagai “orang yang fana dalam dirinya sendiri dan baka dalam diri Allah.”
Ketika Abu Muhammad Ruwaim diminta mendefinisikan Sufisme atau Tasawuf, ia mengatakan, “Sufisme atau Tasawuf, — tak lain dan tak bukan — adalah memasrahkan diri pada Kehendak Allah.
Abu Muhammad al-Jurairi berkata, “Sufisme atau Tasawuf adalah membina kebiasaan-kebiasaan baik serta menjaga hati dan kalbu dari berbagai keinginan dan hasrat hawa-nafsu.”
Hafiz Syirazi mengingatkan kita :
Sekelompok orang mengaku berada di jalan kebenaran
Dan menemukan keselamatan dengan mengenakan jubah kaum arif,
Jika kemuliaan itu diukur dengan mengenakan sesuatu di kepala,
Maka kita pun sudah melakukannya !
Sebaliknya, juga dikatakan :
Orang-orang paripurna terkadang mengenakan jubah compang camping,
Para pemilik kalbu, ahl-i dil, kadang-kadang mengenakan pakaian wol kasar !
Kehidupan hakiki para martir ini didukung oleh kehadiran dan kedekatan kepada Allah yang tidak sanggup dilukiskan melalui kata-kata. Kaum Sufi mencapai kedekatan kepada Allah ini dalam kehidupan mereka di muka bumi, dan itulah yang sesungguhnya menyebabkan nama mereka dikenang dan diperingati bahkan sesudah wafat mereka. Sebagaimana dikatakan :
Inilah orang-orang yang (secara lahiriah) mati tetapi mereka hidup di tengah-tengah manusia.
Syaikh Syihabuddin Suhrawardi, menegaskan :
Kaum Sufi adalah sahabat karib Allah, orang-orang sempurna yang disebut Alquran sebagai fuqara’ (mereka yang memerlukan Allah), dan bukan mereka yang hanya — dalam bentuk atau penampilannya — membedakan diri mereka dari orang lain. Hanya orang-orang arif yang telah mencapai kedekatan pada Allah saja yang disebut oleh para penempuh jalan spiritual sebagai kaum Sufi.
Al-Junaid mendefinisikan Sufi sebagai “orang yang fana dalam dirinya sendiri dan baka dalam diri Allah.”
Ketika Abu Muhammad Ruwaim diminta mendefinisikan Sufisme atau Tasawuf, ia mengatakan, “Sufisme atau Tasawuf, — tak lain dan tak bukan — adalah memasrahkan diri pada Kehendak Allah.
Abu Muhammad al-Jurairi berkata, “Sufisme atau Tasawuf adalah membina kebiasaan-kebiasaan baik serta menjaga hati dan kalbu dari berbagai keinginan dan hasrat hawa-nafsu.”
No comments:
Post a Comment