أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Bab 2
Pertanyaan
Tentang Ma’rifat
...................
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Apabila Ia membukakan (Ma‘rifat) kepadamu akan ZatNya, maka janganlah engkau
menghiraukan sedikitnya ‘amalmu, kerana tiadalah Dia(Allah) membukakannya untukmu melainkan kerana Dia ingin memperkenalkan
diriNya
kepadamu,Ketahuilah bahwa Ma’rifat itu adalah
semata-mata karuniaNya kepadamu,
(Al Hikam no 8)
Tanya: Manakah asal ‘amal dan mana asal
ma’rifat ?
Jawab: Asal ‘amal dan ma’rifat itu yaitu ilmu25).
Tanya: Mana asal ilmu ?
Jawab: Asal ilmu adalah alqur’an dan
hadits 26),ilmu yang tidak sesuai dengan alqur’an dan hadits tidak
boleh dipegang.
Tanya: Mana awal agama ?
25) Maksudnya ilmu agama islam.Rasulullah
bersabda: “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu itu pendekatan diri
kepada Allah Azza wajalla,” (HR. Imam empat).
26) Sabda nabi; عن عاأشة رض الله عنه أنَ رسول الله ص م قال: من عمل عملا ليس عليه
أمرنا فهو ردَ.
dari Ummul
mu’minin Siti ‘Aisyah rda, beliau berkata; Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beramal yang tidak kami
perintahkan, maka amalnya itu ditolak” (HR. Muslim-Arba’in Nawawi no 5) maksudnya
perintah dari Allah( Alqur’an) dan dari rasul (Al Hadits), dan Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan
sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad saw, sedangkan seburuk-buruk
urusan agama ialah yang diada-adakan (tanpa dalil). Tiap-tiap yang diada-adakan
tanpa ada sandaran Alqur’an dan hadits adalah bid'ah, dan tiap bid'ah itu adalah
sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka”. (HR. Muslim),maka dari itu
setiap yang berurusan dengan agama haruslah ada sandarannya boleh atau tidaknya,sah
batalnya dari Alqur’an dan Hadits,Sesuatu yang tidak sesuai dengan Alqur’an dan
hadits itu bid’ah,dan setiap bid’ah itu sesat,disebabkan tidak sesuai dengan
alqur’an dan hadits,adapun jika itu sesuai dengan Alqur’an dan Hadits maka itu tidak
bid’ah namanya,yang mana hal itu sangat banyak sekali kita temukan,seperti
mentafsirkan Alqur’an,menyusun rukun dan syarat, menyimpulkan sebuah kalimat
yang hasil dari hadits atau alqur’an dari kalimatnya yang sangat panjang namun
maksudnya singkat, maka diungkapkanlah oleh ‘ulama ahli suatu kata yang singkat
tepat demi untuk memudahkan dalam
memahaminya,maka dibuatlah suatu kesimpulan,diberi sebuah istilah nama seperti
usul fiqih,mantiq,ma’ni,ikhtisar, Tasawuf,dan usulluddin dll,yang mana semua
istilah-istilah itu tidak ada disebut nabi,ilmu seperti ini namanya ilmu
usul,dan yang seperti ini namanya ilmu mantiq,yang ini mananya,nahwu,,maka itu
tidak ada disebut nabi,istilah-istilah itu lahir setelah zaman nabi,disusun
oleh para sahabat,tabi’in dan imam mujtahid,maka itu bukanlah bid’ah namanya,,,,
Jawab: Awal agama adalah sabda Nabi;
اول لدين معرفة الله,
Awal agama mengenal allah27).
27) Hadits ini masyhur tapi tidak ditemukan
dalam kitab hadits dengan kalimat seperti ini,sebenarnya ini adalah kesimpulan
dari beberapa dalil Alqur’an dan Hadits yang sahih, seperti yang tersebut
dibawah ini ,, Firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ
أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ “Tidak
Kami mengutus seorang rasul sebelum engkau ya Muhammad melainkan Kami beri
wahyu kepadanya bahwa sesungguhnya tiadalah tuhan kecuali (Allah) maka
sembahlah Allah,”(Al Anbia’25) ,,,
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsirnya…
فكل كتاب أنزل على كل نبي أرسل، ناطق بأنه لا إله إلا الله،
“Setiap
kitab yang diturunkan kepada setiap nabi yang diutus ,Rasul itu menyeru bahwa
sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah” (Tafsir Ibnu Katsir juz 5 hal 338
)
Qatadah berkata:
وقال قتادة: لم يرسل نبي إلا بالتوحيد، والشرائع مختلفة في التوراة
والأنجيل والقرآن، وكل ذلك على الإخلاطأ والتوحيد
“Tidak
diutus seorang nabi kecuali dengan tauhid, dan adapun syari’atnya berlain-lain
pada Taurat dan Injil dan Alqur’an, dan setiap demikian(syari’at) tidak sama
dengan tauhid (bidang kesamaan)”,( Tafsir Qurtubi juz 11 hal 280 ).
Dan dari Hadits sahih Riwayat Imam Bukhari:
(إنك تقدم على قوم من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إلى أن يوحدوا الله تعالى، فإذا عرفوا ذلك، فأخبرهم أن الله فرض عليهم خمس صلوات في يومهم وليلتهم، فإذا صلوا، فأخبرهم أن الله افترض عليهم زكاة في أموالهم، تؤخذ من غنيِّهم فتردُّ على فقيرهم
(إنك تقدم على قوم من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إلى أن يوحدوا الله تعالى، فإذا عرفوا ذلك، فأخبرهم أن الله فرض عليهم خمس صلوات في يومهم وليلتهم، فإذا صلوا، فأخبرهم أن الله افترض عليهم زكاة في أموالهم، تؤخذ من غنيِّهم فتردُّ على فقيرهم
Dari Abu
‘Asyim dari Zakaria bin Ishaq dari yahya bin ‘Abdullah bin Sayfi dari Abi
ma’bad dari Abu Abbas ra berkata: Rasulullah saw mengutus Mu’az kepada yaman dengan
berkata:”Wahai Mu’az,engkau yang lebih dahulu menjadi ahli kitab,maka hendaklah
engkau pertama-tama menyeru mereka(kaum yaman) memperkenalkan ke “Esa” an Allah
pada mereka,setelah mereka mengenal Allah maka katakanlah bahwa Allah itu
mewajibkan mereka shalat lima waktu sehari dan semalam,apabila mereka telah
melaksanakannya maka katakanlah bahwa Allah mewajibkan mereka untuk berzakat
dari harta mereka,,,, “ (HR.Bukhari-Sahih Bukhari no 6937).
Dari Imam Muslim,Diriwayatkan dari Umar bin Khattab Ra
bercerita:” Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk
bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian
putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak
seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah
Saw. Kedua kakinya bertemu kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya
diletakkan di atas pahanya, seraya berkata, "Ya Muhammad, beritahu aku
tentang Islam." Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Islam ialah bersyahadat
bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu berjalan
kepadanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Kini beritahu aku tentang
iman." Rasulullah Saw menjawab,yaitu "Beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman
kepada Qadar baik dan buruknya." Orang itu lantas berkata, "Benar.
Kini beritahu aku tentang ihsan." Rasulullah berkata, "Beribadah
kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya,
sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, "Beritahu aku
tentang sa'ah (azab kiamat)."
Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang
tanda-tandanya." Rasulullah menjawab, "Seorang budak wanita
melahirkan tuannya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan
penggembala unta masing-masing berlomba-lomba membangun gedung-gedung
bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu
Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang
yang bertanya tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab, "Allah dan rasul-Nya
lebih mengetahui." Rasulullah Saw lantas berkata, "Itulah Jibril
datang untuk mengajarkan agama kepada kalian". (HR. Muslim-Arba’in Nawawi
no 2).
Dalam Hadits yang panjang ini telah jelas Agama Islam mencakup
tiga hal, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman
berbicara masalah batin, dan ihsan mencakup keduanya,,dan malaikat jibril
sendiri yang membuka pertanyaan tentang Islam,yaitu pertama sekali bersaksi (diikrarkan dengan lidah serta
ditasdidkan dalam hati) bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah,itulah awal dari
agama.adapun Firman Allah diatas menunjukkan bahwa setiap rasul yang diutus
kepada kaumnya mereka menyeru umatnya awal mulanya memperkenalkan Allah.
Junaid Al Baghdadi salah seorang Tokoh Tasawuf juga berkata:”
Sebagaimana yang telah dijalankan oleh
para nabi dan rasul,bahwa mereka memulai agama itu dengan” Ma’rifatullah”
(memperkenalkan allah) terlebih dahulu sebelum memasuki tahapan syari’at,
mustahil syari’at bisa dijalankan kalau tidak dikenal Al haq sang pembuat syari’at,siapakah Allah,dimanakah
Ia,apa hubungannya dengan kita,kenapa kita wajib menyembahnya dan mengikuti
peraturannya,,,?pertanyaan itu akan terjawab setelah kita beragama,awal agama
itu adalah mengenal Allah”. ( Risalah Qusyairiyah bab ma”rifat),, dan banyak
lagi hadits sahih dan ungkapan sahabat yang senada dengan ini tapi tidak dimuat
disini,karena saya rasa Firman Allah dan Hadits sahih diatas telah menjadi
bukti kebenaran jawaban tentang awal agama itu,,oleh karena itu hadits
Awaludini ma’rifatullah itu adalah kesimpulan dari keterangan Nabi dari berbagai
macam,,Wallahu a’lam.
Tanya: Mana asal mengenal allah
?
Jawab: Asal mengenal allah itu mengenal
diri,28)
Tanya: Mana yang dinamai agama ?
Jawab: Adapun yang dinamai agama itu
yaitu: iman , islam, tauhid ,ma’rifat 29).
Tanya: Apakah arti iman islam,tauhid
dan ma’rifat itu?
Jawab: Arti iman itu percaya kepada
allah,dan rasul,malaikat,kitab,dan hari kemudian,dan untung baik dan jahat yang
datang dari pada allah swt.30)
Jawab: Arti islam menjujung titah allah
dan menjujung (menghindari) segala yang dilarang oleh syara’ 31).
Jawab: Arti tauhid yaitu mengesakan zat
allah,mengesakan sifat allah,mengesakan af’al allah.
Jawab: Arti ma’rifat yaitu membezakan
antara muhaddas dengan qadim32) jika engkau tidak membezakan antara muhaddas
dengan qadim, maka itu yang dinamai jahil murkab,yang artinya bersusun dua
jahil,pertama jahil akan dirinya dan kadua jahil akan Tuhannya.
28) Imam Al Ghazali menerangkan dalam Ihya’
ulumuddin dan kitabnya yang lain,yang maksudnya “mengerti dengan diri”.seiring
Fiman Allah: Dan pada diri kamu kenapa kamu tidak melihat,,?( Adz zariyat 21) Ini jawaban yang tertentu kepada diri,sedang awal
mengenal Allah itu melalui banyak jalan,seperti Nabi Ibrahim memperkenalkan
Allah pada kaumnya lewat benda-benda angkasa (Al
an’am 75). dan mengenal Allah melalui sifat-sifatnya, (Fusilat 53
).
29) Sesuai hadits sahih yang diriwayatkan Imam Muslim,
yang dinamai agama itu adalah islam,iman
dan ihsan,sedang ma’rifat itu adalah awalnya,,,dari Umar bin Khattab
bercerita setelah laki-laki yang bertanya kepada nabi tentang islam,iman dan
ihsan dan dijawab nabi,kemudian dia membenarkan jawaban itu lalu berlalu pergi,maka
nabi saw berkata: kembalikanlah laki-laki tadi,maka sahabat mengejar laki-laki
itu karena ingin kembali,akan tetapi mereka tidak melihat seorangpun,maka nabi
saw berkata: dia adalah jibril datang kepadamu mengajarkan Agamamu” (HR.Muslim-Sahih
Muslim no 9).
30) Sesuai
hadits sahih Dari Abi hayan dari Abi Zar’ah dari Abi hurairah bercarita: suatu
hari datang kepada kami seorang laki-laki kulit putih rambut hitam dan bertanya
kepada Rasulullah :
فأخبرنى
عن الإمن قال: أن تؤ من بالله وملإكته و كتبه و رسله و اليوم الأخر والقدر خيره
وشره
Maka
beritahulah kami (Ya Rasulullah) tentang Iman,Rasulullah menjawab: percayalah
engkau kepada allah,dan malaikatnya,danKitab-kitabnya,dan Rasul-Rasulnya,dan
Hari akhir, dan riwayat dari Umar Bin Khattab menambahkan percayalah kepada qadhar baik dan jahat.(HR,
Muslim-Sahih Muslim no 8-9 )
31) Ini arti islam secara loghat dan menyeluruh yaitu
yang artinya“Selamat”.namun batasan islam menurut Muslim
dalam haditsnya yaitu Rasulullah bersabda:
ان وتقم
الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحخ البيت قا ل رسوالله ص م:الاءسلام ان تشهد ان لاأله ألاالله وأن محمد ارسو استطعت
الليه سبيلا,,فقال صدقة “Islam itu engkau bersaksi tiada tuhan selain Allah
dan Muhammad itu utusanNya ,engkau dirikan shalat ,engkau datangkan zakat dan
puasa dibulan ramadhan dan engkau haji ke baitullah bila telah kuasa berjalan kepadanya,
(HR Muslim – Sahih muslim no 8 ).
Istilah dalam Ta’limul muta’lim menyebutkan:” sesuatu yang menyampaikan
kepada wajib itu hukumnya juga wajib”,seperti mendirikan shalat,yang dimulai
dari belajar bacaa’annya,kemudian tata caranya,bersuci,berwudu’,rukunnya,syaratnya,dan
yang membatalkanya,dan lain sebagainya,maka dengan itu diistilahkan dengan
menjujung titah allah dan menghindari segala yang dilarang syara’,tentunya
segala yang berkaitan dengan rukun islam diatas,,, .
Sedang ahli Thariqat menerangkan arti islam itu :Menjujung
titah allah,titah nabi dan titah guru,Serta menjauhi larangan allah ,larangan
nabi dan larangan guru,maka artian ini mengandung arti umum/menyeluruh,Guru
yang dimaksud disini adalah Ulama’ sebagai pewaris nabi,karena Allah dan Nabi
dan Guru itu sepakat dalam menyuruh dan melarang,jika seorang guru menyuruh
mengerjakan apa yang tidak diperintahkn Allah dan Nabi maka itu diluar katagori
seorang guru/’ulama yang dimaksud disini, karena Allah tidak pernah menyuruh
berbuat ma’siyat kepadaNya,
32) Ini Tauhid pada sisi ‘ammah.Arti Ma’rifat
itu secara loghat yang masyhur adalah “Mengenal Allah” dan mengerti siapakah
itu Allah,apa perbedaanNya dengan alam,itulah yang disebut membezakan antara
muhaddas dengan qadim,yang qadim itu Allah dan yang muhaddas itu alam,siapa
yang tidak mengerti dengan keduanya berarti jahil kepada keduanya.(Jahil murkab).
Tanya: Ma’rifat itu kemanakah ta’luknya
?
Jawab: Adapun mengenal diri itu
ta’luknya kepada mengenal allah ta’la 33) dan mengenal Allah ta’la
itu ta’luknya kepada binasanya wujud.34) Isyarat sabda nabi;
ومن عرف نفسه فقد عرف
ربه,ومن عرف ربه فسدالجسد
“Dan barang
siapa yang mengenal dirinya maka sesungguhnya ia mengenal tuhannya ,dan siapa
yang mengenal tuhannya maka binasalah jasadnya”35)
33) Syekh Haji Muhammad Wali Khalidy berkata: menurut
longat ‘arab معرفة ( ma’rifat )
itu ta’luknya kepada مُعرف ( mu’arrif ) ma’rifat عامة ( umum ) ta’luknya kepada bersalahan muhaddas ( binasa yang baru ) maksudnya
segala yang bersifat baru,itulah yang muhaddas. ma’rifat جاصة ) orang khusus )
ta’lu’nya kepada zat Allah sekedar yang dapat bagi makhluk untuk mengenal(sekedar
apa yang dibukakan Allah) ( Tanwirul anwar).
34) Binasa wujud yang dimaksud disini adalah wujud
yang ada pada pandangan zahir, boleh juga diartiakan dengan jasad itulah yang
disebut bersalahan muhaddas.
35) Hadits ini sangat masyhur pada ahli Tasawuf dan para ’ulama hadits,para ‘ulama
hadits yang megutip hadits ini diantaranya adalah:
1.
Imam An-Nawawi- dalam kitabnya ( Al Fatawa, hal.120)
2.
As-Sakhawiy- dalam kitabnya (al-Maqashid al-Hasanah Fî Bayan Katsir Min al-Ahadits al-Musytahirah 'Ala al-Alsinah, hal.419 )
3.
Ibnu Ad-Diba'- dalam kitabnya (Tamyiz ath-Thayyib Minal-Khabits Fima Yadur 'Ala Alsinah an-Nas Min al-Hadits, hal.165 )
4.
Al-'Ajluniy- dalam kitabnya ( Kasyf al-Khafa` wa Muzil al-Ilbas 'Amma isytahara Min al-Ahadits 'Ala Alsinah an-Nas, Jilid.2 hal.262 )
5.
Muhammad bin Darwisy- dalam kitabnya ( Asna al-Mathalib, hal.219 )
6.
Imam As-Suyuthiy- dalam kitabnya (Al-Hawiy, Risalah: al-Qawl
al-Asybah Fi Hadits Man'Arafa Nafsah Jilid.2 hal.412 ) dan ( Tadrib ar-Rawy, hal.370)
7.
Ibnu Hajar Al-Haitamiy- dalam kitabnya ( Al-Fatawa Al-Haditsiyah, hal.211 )
8.
Abu Nu'aim Al-Ashfahaniy- dalam kitabnya ( Hilyah
al-Awliya,Jilid.10, hal.208 ) Dll,,,,
Namun para
‘ulama itu tidak ada yang menyatakan kesahihannya,Ibn As-Sam'aniy berkata:Hadits ini maukuf yang disandarkan kepada Yahya bin Muadz ar-Razi.( Ad-Durar Al-Muntatsyrah
Fi Al-Ahadits al-Musytahirah karya Imam As-Suyuthy ),Nasruddin Albany meletakkan hadits ini dalam deretan hadits da’if wa
maudu’ dan mengomentari dengan perkataan“La asla lahu”,,,, Imam Al
Ghazali menuturkan hadits ini dalam beberapa kitabnya,tafsirannya mengarah
kepada cara mengenal diri, sebagai tahapan awal dalam mencapai pengenalan
Allah, Mengenal diri itu adalah "Anak Kunci"
untuk Mengenal Alloh,yang dimaksud tafakkur merenungi diri,dan sesuai
dengan firman allah: Dan pada diri kamu mengapa kamu tidak melihat,,(Adz
zariyah 21) dan lagi Firmannya:
سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى
يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?” (Fusilat 53 ). Bagi orang yang tidak mengerti seluk beluk
tentang ma’rifat ketuhanan ia mengira bahwa dirinya itulah yang Tuhan,karena
ia memahami secara dangkal hadits diatas ,maka itulah yang disebut jahil
murkab, disinilah awal jatuhnya seorang ‘ulama besar yang kita kenal Syekh Siti
Jenar , dengan pemahaman Wahdatul Wujudnya,faham yang sesat menurut pengakuan
seluruh ‘Ulama Ahlussunah wal Jama’ah. (lihat I’tiqad Ahlussunah wal Jama’ah
pada bab kaum syi’ah hal 117.karya KH.Sirajuddin Abbas-Al Minang Kabawi ).
Faham yang benar adalah,apa yang telah diterangkan
dalam kitab Ihya ‘ulumuddin dan kitab
Ta’limul muta’lim:
“ من عرف نفسه فقد عرف ربه,فإدَ عرف عجز نفسه, عرف قدرةالله ”
“Siapa yang
mengenal dirinya,maka ia akan mengenal Tuhannya,maka pada ketika ia megatahui
kelemahan dirinya,akan muncul kesadaran pada kekuasaan Allah ”. Ia menambahkan: maka janganlah kita berpegang
teguh pada kemampuan dirinya dan akalnya,tetapi bertawakkal lah kepada
allah,seraya memohon kepadanya akan petunjuk kebenaran,maka Allah akan
memberikan kecukupan kepadanya”,(lihat Ta’limul muta’lim hal 74). Jadi ma’na عرف نفسه mengenal kelemahan diri dan ma’na عرف ربه mengenal kebesaran Allah yang ada pada dirinya.Syekh ‘Abdul Rauf aceh, guru Syekh Burhanuddin ulakkan sumbar mengungkapkan dalam kitab “Tanbihul masyi”
:”siapa yang megenal
dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya,siapa
yang mengenal Tuhannya maka jahillah dirinya, dan
mengenal diri itu terkait dengan mengenal Tuhan,dan mengenal Tuhan itu
terkait dengan jahilnya diri”,(Tanbihul Masyi hal 20).seperti itulah pemahamn Ahlussunnah wal
Jama’ah,,,untuk lebih jelasnya lagi dalam masalah ini hendaklah bertanya pada
ahlinya.karena ilmu itu ada yang bisa diurai dengan tulisan dan ada yang tidak,
melainkan hanya bisa di terangkan dengan lisan.wallahu a’lam.
Tanya: Mana yang dikatakan dekat kepada
allah ?
Jawab: Apabila hati selalu ingat kepada
allah maka itu dekat namanya.36)
Tanya: Mana yang disebut jauh dari
allah?
Jawab: Apabila berhadap hati kepada
makhluk,serta lupa dan lalai kepada allah maka itu jauh dari allah namanya37)
Tanya: Mana yang dinamai sampai kepada
allah?
Jawab: Yaitu hapus sekalian yang
ada dialam ini dari pandangan hati, hanya wujud allah yang hadir (dalam hati)
senantiasa tiada lupa dan lalai.38)
Tanya: Ma’rifat itu berapa macamnya?
Jawab: Makrifat itu ada 3 macam:
1.
Ma’rifat
orang syari’at
2.
Ma’rifat
orang thariqat
3.
Ma’rifat
orang hakikat.
Tanya: Apakah perbedaan antara yang 3
itu?
Jawab: Ma’rifat orang syari’at itu
mengenal segala yang zahir seperti: halal, haram, sah, batal, makruh, sunat,
mubah, fardu, rukun, syarat.
Jawab: Ma’rifat orang Thariqat itu
mengenal barang yang sunyi seperti: ria, suma’ah,takabbur, ’ajib, hasad dan
sifat yang mazmumah yang dicela syara’ seperti mengenal baik,buruk,dan kasih
sayang allah dan lain sebagainya.
Jawab: Ma’rifat orang Hakikat antara
Tasbih dan Tanzih, tidak terdinding pandangan zahir kepada batin dan pandangan
batin kepada zahir.39)
36) Imam Abu Qasim Al Qusyairy menerangkan dalam Risalahnya
pada bab muraqabah hal 74,bahwa yang dimaksud dalam hadits Riwayat Muslim
tentang Ihsan”jika engkau tidak melihatnya maka Allah melihatmu” artinya selalu
mengawasi yaitu muraqabah sesuai Firman Allah:
وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَقِيبًا”Allah selalu dekat kepada tiap-tiap sesuatu“ ( Al
Ahzab 52).
37) Bukan
maksudnya jauh itu luput dari
pengawasan allah/ berjarak jauh dari allah.Firman allah: “sesungguhnya allah menyertaimu dimanapun kamu berada” ( Al hadid 4), Ahli thariqat bertutur:
jauhnya tidak berjarak,dekatnya tidak berantara, Firman Allah: “Kami lebih
dekat dari urat leher/tengkuk” (Qaf 16),lagi Firmannya:” dan jika
hambaku bertanya tentag Aku maka katakanlah Aku dekat lagi mengkabulkan do’a” ( Al baqarah 186),jauh yang dimaksud disini yaitu terhijab oleh
kelalaiannya hingga tersa jauh dari Allah,Ibnu Athaillah berkata: “Allah yang Haq Tiadalah
terhijab(terhalang oleh sesuatu) daripada dirimu. Yang terhijab adalah dirimu daripadaNya.Andaikata
Allah itu terhijab, apa yang menghijabNya
itu akan mengurungNya. Dan andaikata ada sesuatu yang
mengurungNya,berarti wujudNya lemah,tidak
berkuasa atas hijab itu, Dan sedang Dia (Allah) adalah maha kuasa atas segala hambanya
( hijab)” (Al Hikam no 41).
38) Wujud
Allah yang hadir disini maksudnya dalam pandangan hati,Raslullah bersabda: “Engkau
al zahir (setiap sesuatu menunjukan akan wujudNya), tidak ada sesuatu di
atasMu, dan engkau Al Batin ( yang tidak dapat dibayangkan),tidak ada sesuatu
dibawahMu”.(HR Muslim).kalau tidak ada sesuatu di atasNya dan di bawahNya maka Allah meliputi segalanya, ,,,yang dimaksud selalu hadir Bukanlah maksudnya dihadir-hadirkan,kalau
dihadir-hadirkan itulah yang disebut Imam Al Ghazali membuat tuhan dalam
hati. Imam Al Ghazali berkata: “bila kamu hanya merasakan hadirnya Allah pada dalam
zikirmu, tapi tidak merasakan hadirnya Allah diluar zikirmu, maka berarti apa
yang kamu rasakan dalam zikir itu bukanlah Allah” (Ihya ‘ulumuddin). Ibnu
Athaillah berkata: “Bagaimana mungkin Allah itu akan dihijab oleh sesuatu, padahal
Ia lebih dekat kepadamu daripada sesuatu itu” (Al Hikam no 22),dan Allah
berfirman:”Sesungguhnya Allah selalu
dekat kepadamu” ( An nisa’ 1) dekatnya tidak didekatkan,tapi Allah selalu dekat
walau teringat dalam hati atau tidak.
39) Inilah maqam baqa billah. Firman Allah: “Dan
(Baqa) tetap kekal “Wajah”(Zat) Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”
(Ar Rahman, 27).Rasulullah bersabda:” Iman yang paling afdal ialah apabila kamu
mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada” (HR. Ath
Thobari) ,,,Baqa adalah salah satu sifat Allah yang mana manusia tidak akan
pernah memilikinya selamanya, dalam Tasawuf baqa hanyalah dinisbatkan kepada
maqam (tempat berdiri ma’rifat)bukan kepada diri,adapun istilah Baqabillah
artinya kekal dengan Allah,yaitu ma’rifatnya yang kekal dengan Allah,bukan
dirinya yang kekal,yang hanya memiliki ma’rifat itu adalah orang muntahi,boleh
juga diistilahkan ma’rifat yang tinggi derajatnya.
Tanya: Mana yang dinamai Syari’at,
Thariqat dan Hakikat ?
Jawab: Yang dinamai Syari’at engkau
sembah allah, kerjakan perintahnya, jauhi larangannya,
Jawab: Yang dinamai Thariqat engkau
sembah allah dengan ilmu dan amal sekedar yang kau tau,40)
Jawab: Yang dinamai hakikat engkau
pandang allah dengan cahaya yang dipertaruhkan allah pada tengah hatimu,41)
Tanya: Apakah syari’at itu berlawanan
dengan hakikat?
Jawab: Syari’at itu tidak berlawanan
dengan hakikat,siapa yang mengata Syari’at itu berlawanan dengan hakikat maka
hukumnya kafir,karena hakikat itu adalah syari’at nabi yang batin,Syari’at itu
ilmu fatwa yaitu syari’at nabi yang zahir,sebab itu tidak boleh bercerai
syari’at dengan hakikat, karena syari’at itu tubuh hakikat itu nyawa, Isyarat Sabda
nabi: “Syari’at tampa hakikat hampa,hakikat tampa syari’at itu batal”,42)
Tanya: Mana ma’rifat hakikat (yang
sebenarnya) yang tidak dapat mengenal,43) akan dia, yang melepaskan
dari pada syirik,?
Jawab: Adapun ma’rifat(pengetahuan)
tentang hakikat itu engkau pandang allah dengan cahaya yang dipertaruhkannya
kepada hatimu, akan hakikat dirimu,dan apa yang ada pada dirimu
pandanglah itu daripada allah kepadamu,
Tanya:
Apakah itu yang daripadamu dan apa yang daripada allah kepadamu?
Jawab: Yang daripadamu adalah
hina,faqir,da’if dan lemah,itulah bagian dirimu,yang daripada allah kepadamu yaitu
kaya,mulia,kuat dan kuasa itu semua milik allah,maka fanakan muliamu kapada
mulia allah,kayamu kepada kaya allah,kuatmu kepada kuat allah,tidak satu zarrah
pun dirimu pada hakikatnya hanya semata-mata anugrah allah kepadamu,pikirkanlah
itu,adam artinya tiada dengan anugrah allah atasmu mengadakanmu,tidak karena
alat,44) maka allah akan mendatangkan ni’mat imdad yang tak
terkira,seperti memberi rizki yang dapat dirasakan
manis,asam,pahit,pedasnya,dll.
..........................................................................................................................................................................................................................
40) Adapun Istilah Syari’at dan Thariqat yaitu
berdasarkan Firman Allah dalam surat ( Al maidah 48)
جَعَلْنَا
مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا“kami jadikan pada kamu (
Mu’min ) Syari’at ( ya’ni sunnah yang akan dijalankan manusia),dan Minhaj
(ya’ni Thariqat yang wadih lagi mudah)” ( Tafsir Ibnu Katsir juz 3 hal 129).
41) Artinya Nur hidayah.Firman Allah:
أَفَمَنْ
شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ “ Siapa yang
dibukakan Allah dadanya bagi islam( tuma’ninah hatinya) maka ia telah meperoleh
Nur (hidayah) dari Tuhannya”( Az Zumar 22), (Tafsir Al Qurthubi Juz 15 hal 247)
42) Matan haditsnya seperti ini,Rasulullah
bersabda: “ Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula
menerima amal perbuatan tanpa iman”. (HR. Ath-Thabrani) dan dari Ibnu Umar
berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Islam dibangun di atas lima dasar: 1 Bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah Utusan Allah, 2 Medirikan shalat, 3 Puasa pada bulan Ramadhan,4 Membayar
zakat, 5 Naik haji jika telah mampu'"(HR. Bukhari bab ilmu no 2). Dalam
hadits sahih ini telah terkandung syari’at dan hakikat, yang disebut hakikat
adalah iman dan yang disebut syari’at adalah yang ke dua,ketiga dan keempat dan
kelima,bila telah telaksana syari’at dan hakikat itu, maka itulah yang disebut
islam yang sempurna,kalau hanya sekedar hakikat saja yaitu iman saja,tanpa mengerjakan
shalat(syari’at), maka belum sempurna islamnya,maka itu disebut batal,dan kalau
hanya mengerjakan syari’at saja tanpa hakikat(iman) maka itu disebut hampa.
Abu yazid Al Bustami berkata:”Jika kamu melihat seseorang yang
dikaruniai karamah hingga ia terbang diudara,melipat bumi,berjalan diatas
air,maka janganlah kamu tertarik padanya hingga kamu melihat ia melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Allah dan menjalankan segala kewajiban
Syari’at”(Risalah Qusyairiyah hal 14).siapa yang mengaku ‘Alim dibidang
Thariqat atau Tasawuf atau Tauhid atau Hakikat atau Ma’rifat akan tetapi dia
tidak menjalankan syari’at maka sesungguhnya ia telah berbohong dengan apa yang
ia tuturkan.(Ihya ‘ulumuddin)
43) Tidak dapat diungkapkan dengan
kata-kata,,yang melepaskan daripada syirik adalah Tauhid.
44) Firman allah: “Dan, apa saja nikmat
yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya”
(QS. An-Nahl: 53) dan
lagi Firmannya: “kenapakah kamu kafir kepada Allah,,? Padahal kamu itu mati (tidak
ada)dulunya,kemudian Allah menghidupkanmu (mengadakan) kemudian Allah mematikanmu,kemudian
Allah menghidupkanmu tatkala berbangkit,kepada Aku lah engkau akan kembali,”(
Al Baqarah 28).Ibnu Katsir menjelaskan tentang وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا ma’nanya”sesungguhnya
kamu itu ‘adam (tiada) maka Allah mengeluarkanmu dengan mewujudkan”.(Tafsir
Ibnu Katsir juz 1hal 212), disini Allah telah menjelaskan dengan terang bahwa
Allah lah yang berkuasa segalanya dalam diri kita itulah ma’na lahaula wala quatailla
illa billa hal’aliyil ‘azim,bila Allah berkehendak menciptakan,mematikan dan
menghidupkan,dengan kesadaran dari kenyataan itu itulah awal mula perkenalan
dengan Allah.banyak dari kalangan orang awam menyelewengkan dalil ini,seperti
disaat dia melakukan dosa secara terang-terangngan dengan menda’wakan “pada
hakikatnya ini bukan aku yang berkuasa melakukannya tapi dikuasakan Allah dan dikehendakkan
Allah pada diriku karena hanya Allah yang berkuasa pada diriku”,da’waan
seperti itu jelas tergelincirnya,karena memaksa Allah melakukan apa yang
dikehendaki hawa nafsu kebinatangannya,maha suci Allah dari apa yang mereka
da’wakan,sesugguhnya Allah itulah yang berkuasa atas diri kita bukan kita
yang berkuasa atas Allah,sedang Allah yang mereka da’wakan itu bukanlah
Allah tuhannya sekalian alam,melainkan syetan yang menyamar sebagai Allah yang
mewujudkan diri dalam hatinya,karena Allah itu tidak pernah menghalalkan
apa-apa yang telah diharamkannya dan menyuruh mengerjakan apa-apa yang telah
dilarangnya, sebagaimana semua itu telah tertulis dalam kitab sucinya dan hadits
yang sahih kalam rasul utusannya, harap hati-hati menempatkan faham disini.karena
syetan itu tidak akan senang hati bila hambanya berubah menjadi hamba Allah,
Tanya: Mana derajat hakikat itu?
Jawab: Yaitu hilang segala wujud yang
zahir ini pada pandangan hati45)
Tanya: Mana hakikat tauhid ?
Jawab: Yaitu barang yang terlintas
dalam hati maka itu binasa lagi baru.46)
Tanya: Mana hakikat Tasawuf ?
Jawab: Yaitu
meninggalkan da’wa,47)
Tanya: Mana yang bernama diri ?
Jawab: Diri itu 3 perkara:
1.
Benar-benar
diri
2.
Diri terpiri
3.
Diri terdiri
Tanya: Mana sebenar-benar diri?
Jawab: Sebenar-benar diri itu
keadaannya kapas,yaitu keadaannya Allah.48)
Tanya: Mana diri terperi ?
Jawab: Yaitu keadaannya
benang,kedaannya Muhammad.49)
Tanya: Mana diri terdiri ?
Jawab: Yaitu kedaannya kain,keadaannya
adam.misal ini hanya mendekatkan faham,50)
45) Firaman Allah:
فَلَمَّا
تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا
“Tatkala
tajalli Tuhan musa pada bukit itu jadilah bukit itu hancur, musa pun jatuh
pingsan” ( Al a’raf 142) dalam Tafsir Thabari diterangkan:“pingsan yag dimaksud
disini adalah tidak sadarkan diri,dan tidak sadarkan alam(Fanabillah)” (Tafsir
Thabari juz 7 hal 279). Sabda Nabi saw: ”Jika seandainya tersingkap wajahNya (ZatNya) niscaya keagungan
kesucian Wajah(Zat) itu membakar semua yang
diketahui penglihatan”(HR.Muslim).
46) Firman allah :
وَلا
تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لا إِلَهَ إِلا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا
وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah)
Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali zat Allah. Bagi-Nyalah segala
penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan”.(Al qashas 88) yang
dimaksud tiap-tiap sesuatu pasti binasa adalah alam selain Allah yang terlintas
dalam hati,itulah yang baru dan pasti binasa,sedang Allah tidak baru dan tidak
pernah binasa,
47) Hakekat Tasawuf,Ahmad Amin menerangkan
dalam kitab Dzuhrul Islam : ”Ibnu Khaldum (wafat 1406 M) adalah yang
paling baik keterangannya,tentang hakikat tasawuf beliau berkata;
واصلها اى طريقة التصوف
العكوف على العبادة والانقطاع ألى الله والاعر اض عن زخرف الدنيا وزينته والزهد
فيما يقبل من لزة ومال وجاه والأنفر ادعن الخلق فالخلوة للعبادة
“Dan asal pokok dari ajaran tasawuf adalah
bertekun beribadah dan berhubungan langsung dengan tuhan menjauhkan diri dari
kemewahan duniawi,dan zuhud dari pada harta dan tuah yang diburu
manusia,bersunyi-sunyi diri dari melaksanakan ibadah”,(Dzuhrul islam 4 hal
151).bersunyi sunyi diri yang dimaksud disini adalah tidak ria dan sunyi dari
mengharap pandangan orang banyak,hanya mengharap pandangan Allah, bukan lari
kehutan atau kegunung untuk melaksanakan ibadah,walau kita melaksanakan ibadah
dihadapan orang banyak terasa beribadah sendirian singkatnya beribadah sendiri
atau dihadapan orang banyak sama saja keadannya.sedang meninggalkan da’wa
jawaban diatas tidak dimengerti maksudnya.
48) Ini jawaban diri Allah yaitu zat
Allah,bukan diri manusia, karena diri manusia itu berasal dari allah,Allah
berfirman: “Allah jadikan mereka dengan QudaratNya dari diri yang satu” (An
nisa’ 1) ibnu katsir menjelaskan yang dimaksud diri yang satu
التي خلقهم بها من نفس واحدة، وهي آدم، عليه السلام “Allah menjadikan mereka dengan QudaratNya dari
“diri yang satu” yaitu Adam as”, (Tafsir ibnu katsir jilid 2 hal 206)
Dan
FirmanNya:
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ
كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ “Sesungguhnya misal Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah" engkau maka jadilah ia ( Ali imran 59 ),itulah awal dari proses
kejadian manusia,
49) Yang dimaksud adalah keadaan Nur Muhammad,
sebagaimana para ‘ulama sepakat dengan keadaannya sebagai makhluq yang awal
mula diciptakan Allah sebelum menjadikan sesuatu yang lainnya,sebagaiamana
Hadits Nabi yang diriwayatkan dari Al
Hakim meriwayatkan dari ‘Ali bin Hamshad Al-‘adl secara imla’,dari Harun bin
‘Abbas Al-hashimi dari Jundul bin Waliq,Al-‘Abbas ra bahwa Rasulullah bersabda: “Allah telah mewahyukan kepada ‘Isa
as : Wahai ‘Isa, berimanlah engkau kepada Muhammad dan suruhlah siapa yang
mendapatkan Baginda dari kalangan umatmu supaya beriman dengannya, kalaulah
tidak kerana Muhammad Aku tidak menjadikan Adam, kalaulah tidak kerena
Muhammad Aku tidak jadikan Syurga dan Neraka, Aku jadikan ‘Aras diatas air,
kemudian ia bergoncang, maka ditulis atasnya ‘la ilaha illa’llah Muhammad
Rasulullah, maka iapun tenang”. (HR ,Al-Hakim dalam Al-Mustadraknya).
Sulaiman
Al-Jamal wafat.1204 H, pensyarah Tafsir Jaelalain 4 jilid besar, dan Ibn Hajar
Al-Haitami wafat 974 H dalam Fatawa Haditshiyahnya. Keduanya menukil hadits
tersebut dengan maksud “kalaulah tidak karena Muhammad” adalah Nur
Muhammad awal-awal dijadikan Allah,”
Diriwayatkan dari Sa’id bin Basyir dari
Qatadah dari Al Hasan dari Abu Hurairah Ra,Rasulullah Saw Bersabda:
كنت أول النبيين في الخلق
وآخرهم في البعث فبدأ بي قبلهم
"Aku adalah Nabi
yang pertama diciptakan, dan paling akhir diutus. Allah memulai dengan aku
sebelum mereka." (HR Abu Nai’m dalam Ad Dala’il hal 6, dan Tsa’labi dalam Tafsirnya)
Nasruddin Albany mengomentari Hadits ini dengan menyatakan derajad sanadnya
da’if, karena Sa’id bin Basyir perawi yang da’if menurut Al Hafiz Al ‘iraqi (Silsilah
hadits da’if wa maudu’ no 661).
Banyak
‘ulama hadits Yang menyebutkan Awal mula yang diciptakan Allah adalah Nur
Muhammad,kalaulah tidak karena Nur Muhammad itu tidak diciptakan sesuatu jua.dan
ulama yang membicarakan keadaannya ada 46 orang.yang lebih jelas keterangannya
adalah “Syaikh Zainal ‘Abidin Al Fatani Rh” dalam (Maktabah wa Matba’ah darul-Ma’arif
hal 3) Yang merujuk kepada kitab (Kashaf Al-Ghaibiyyah) karya Imam ‘Abdul Al Rahim bin Ahmad Al Qadhi dan (Durar Al
Hisan) karya Imam Al Suyuty,
50) Dengan contoh kepada kain dengan keadaannya,
kain berasal dari benang dengan keadaannya,dan benang berasal dari
kapas,keadaan yang dicontohkan seperti itu adalah contoh pada pihak dasar dan keadaan,jika
dinisbatkan kepada diri ini contohan yang agak jauh,contohan seperti itu
hanyalah sebatas melihat dasarnya tidak lain,karena bila dita’birkan secara
meluas maka kapas berasal dari pohon kapas, dan pohon itu berasal dari biji,
dan biji berasal dari…hingga tak putus-putusnya,sedang kesepakatan para ulama
mengatakan,diri Adam berasal dari tanah, dan tanah berasal dari Nur Muhammad,
dan Nur Muhammad berasal dari Allah, dan Allah tidak berasal dari
siapa-siapa,Allah itu qadim.pepatah Thariqat Shattary mengatakan :
Tanya: Apakah yang mendekatkan kita
kepada allah?
Jawab: Yaitu anugrahnya.51)
Tanya: Mana kesudahan ma’rifat?
Jawab: Yaitu jahil
akan dirinya.52)
51) Firman Allah:
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنكُم مِّنْ
أَحَدٍ أَبَداً وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَاء
"Sekiranya kalaulah bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya, niscaya tidak ada seorangpun
dari kamu yang bersih (dari pada dosa) selama-lamanya(dari deki dosa dan
syirik),akan tetapi Allah
membersihkan siapa saja yang dikehendakinya" (An-Nuur:21 -Tafsir Thabari juz 19 hal 134) Karunia
dan Ramat itu dengan istilah lain adalah Anugrah.
52) Jahil yang dimaksud disini adalah “fana” bukan bodoh,bila
seseorang merenungi kebesaran Allah maka terasa baginya tidak berartilah
dirinya,karena segala alam ini milik Allah dan akan kembali kepada Allah,tidak
ada yang harus dibanggakan dan tidak ada yang dapat menolong kecuali
Allah,tidak ada sehelai daun pun yang jatuh kebumi tampa izin Allah,tidak
sehela nafaspun yang kita hirup dan hembuskan melainkan ni’mat Allah,dengan kesadaran
itu maka terasa sangat hinalah diri ini,istilah itu disebut fana,,,itulah yang
dilakukan ‘ulama tasawuf bahkan ada diantara mereka yang terlalu larut
tenggelam dalam keadaan tafakkur itu, hingga tidak sadar apa yang
diucapkannya,,,,
Dikisahkan bahwa Zun Nun Al Misri berkunjung kepondok Ibrahim Al
Khawas,sedang Ibrahim Al Khawas sedang tafakkur hampa terpesona dengan
keagungan Allah, dan lampu didalam pondoknya sedang mati,maka Zun Nun Al Misri
mengetuk pintu setelah memberi salam dan memanggil ”adakah orang didalam,,?”
Ibrahim Al Khawas menjawab: Siapakah yang engkau cari,,? Zun nun Al Misri
berkata: Aku mencari sahabatku namanya Ibrahim Al Khawas,terdengar jawaban dari
dalam “Ibrahim Al khawas tidak ada,Aku sedang mancari Ibrahim Al khawas”,,maka
Zun Nun kembali dengan berkata”sesungguhnya sahabatku Ibrahim sedang dalam
keadaan Fanabillah”.,,,
Inilah maqam fana yang tidak dimengerti keadaannya sebahagian dari
orang yang tidak pernah merasakannya,Imam Al Ghazali bertutur: mustahil engkau
bercerita kepada orang impontens tentang bagimana rasanya senggama itu,walau
bagimanapun engkau menjelaskan/menggambarkan rasanya, niscaya ia tidak akan
mengerti dengan peneranganmu selama-lamanya,walau dia seperti telah faham namun
pemahamannya itu pastilah jauh dari kenyataan yang kamu terangkan,dan apabila
datang orang lain menceritakan tentang rasa senggama itu kepadanya dengan
gambaran yang lain,niscaya akan berubah pula pemahamannya,dan akhirnya ia ragu
sendiri dalam waktu yang lama tanpa kata-kata,dengan melihat kebingungannya itu
orang-orang tersenyum melihatnya,maka berubah lagi penilaiannya,dianggapnya
orang-orang ini telah membohonginya dan memperolok-oloknya, dan akhirnya dia
mengingkarinya (Ihya ‘Ulumuddin juz 1 hal 100 ).inilah akibat orang yang suka
banyak bertanya tapi tidak mau mengamalkan apa yang telah diterangkan, yang
pada akhirnya dia bingung sendiri dan mengingkarinya,semoga kita selalu dilindungi
Allah dari prilaku tersebut ,Wallahu A’lamu bissawab.
Adapun kita berjalan kepada Allah ,,,Tiba pada Allah maka
berhenti.
No comments:
Post a Comment