Bab 3
Pertanyaan
Tentang Iman
………………………..
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
bertambahlah Iman mereka dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal”(Al Anfal 3).
Tanya: Apa arti percaya akan Allah, dan
akan Rasul, dan mana rupa percaya akan Malaikat, dan mana rupa percaya akan Kitab,
dan mana rupa percaya akan Hari kemudian, dan mana rupa percaya akan Untung
baik dan jahat yang datangnya dari pada Allah?
Jawab: Arti percaya akan Allah yaitu
percaya akan Zat-Nya53), dan Sifat-Nya, dan Af’al-Nya dan
Asma’-Nya.
Jawab: Arti
percaya akan Rasul yaitu percaya akan jadi rasul,bangsanya kurayis lahir
dinegri mekkah,umurnya 63 thn,berpindah kemadinah dan wafat di madinah,kuburnya
dimadinah.54)
Jawab: Arti percaya akan Malaikat yaitu
percaya bahwa malaikat itu dijadikan Allah ta’la bertubuh halus ,tiada ia
laki-laki/perempuan dan tiada minum dan makan ,tiada bersahwat dan
beranak/diperanakan dan tiada tidur/lalai.55)
Jawab: Arti percaya akan Kitab,yaitu
diturunkan Allah dari langit dibawa jibril,banyaknya 104 buah kitab. 56)
Jawab: Arti percaya akan hari kemudian
yaitu hari Kiamat,berbangkit dari dalam
kubur,berhimpun kepadang mahsyar ,bertimbang dosa pahala,titian syiratal
mustaqim,telaga, syurga dan neraka 57)
Jawab: Arti percaya akan qadar baik dan
buruk itu yaitu qadar baik adalah iman dan ta’at qadar buruk adalah kafir dan
maksiat,keduanya itu dijadikan allah ta’la.58)
...........................................................................................................................................................................
53) Percaya akan adanya Zat Allah.sebagaimana
yang telah diterangkan dalam Al Qul’an”
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ “Dia-lah
Allah, Zat Yang tiada Tuhan yang Haq selain Dia, Yang Mengetahui
yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”(Al
hasyr 22).disini telah disebutkan ZatNya, wajib kita percaya akan adanya Zat
Allah itu, dan maha mengetahui ,maha pengasih dan penyayang itu adalah sifatNya,yang
wajib pula kita mempercayainya.
Jika
anda berkata : kalau begitu Allah itu ada dua jenis,pertama namaNya Zat dan
kedua namaNya sifat,,,? Kita jawab: Zat
itu tidak mengandung pisah atau berpadu dengan Sifat,akan tetapi Sifat Allah
itu berdiri pada ZatNya, seperti zat gula dengan sifat manisNya sebagai
contoh,,,
Yang tidak percaya adanya Allah itu mempunyai sifat,
adalah kaum Mu’tazilah yang dikepalai Wasil bin Atha (Wafat 131 H) dan Umar bin
Ubaid (Wafat 144 H). lihat (I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah hal 176karya -KH
Sirajuddin Abbas).
54) Ini jawaban tertentu kepada
seorang rasul yaitu nabi Muhammad saw,sedang segala nabi dan rasul itu
banyaknya 315,seluruh nabi itu 8000 orang,4000 dari kalangan bani israil dan
4000 dari sekalian manusia (Tafsir jalalain).
dan arti percaya kepada rasul itu adalah percaya kepada segala apa
yang dibawanya sebagai wahyu,mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya, Firman
Allah :
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Q.S. Al-Hasyr:7) dan FirmanNya :“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu.(Q.S. An-Nisa’:59)
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Q.S. Al-Hasyr:7) dan FirmanNya :“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu.(Q.S. An-Nisa’:59)
55) Firman Allah: عِبَادٌ مُكْرَمُونَ وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ
وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha
Pengasih telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. (mempunyai
anak) akan tetapi Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang
dimuliakan.” (Al anbia’ 26).dan FirmanNya:
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلا “Dan kalau Kami jadikan Rasul itu
(dari) malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki ”.(Al an’am 9)
,,Ibnu Katsir menjelaskan:
يقول: لو أتاهم ملك ما أتاهم إلا في
صورة رجل؛ لأنهم لا يستطيعون النظر إلى الملائكة من النور
“Jika
malaikat-malaikat Allah itu datang kepada mereka,tidaklah datang malaikat itu kepada
mereka kecuali dengan rupa seorang laki-laki,karena mereka tidak kuat melihat
malaikat itu yag dijadikan daripada Nur” (Tafsir Ibnu katsir juz 3 hal 242).dalam
ayat ini disebutkan malaikat itu jika diutus sebagai rasul maka Allah jadikan
Ia seperti rupa laki-laki,akan tetapi malikat itu tidak laki-laki dan tidak
pula perempuan,dan tidak pula banci,tidak ada jenis kelaminnya,
Percaya pada
malaikat itu apa yang dibawaNya wajib hukumnya mengimaninya,
56) Diturunkan kepada segala nabi dan rasulNya,dan
segala yang terdapat dalam 104 buah kitab itu telah terkumpul dalam Alqur’an
isinya,beriman kepada Alqur’an berarti telah beriman pada semua kitab itu,
57) Sebagaimana yang tedapat keterangannya dalam
Alqur’an banyak sekali,dan itu semua termasuk ilmu Ghaib yang tidak dicapai
‘akal keadaannya, dan tidak bisa dideteksi dengan laboratorium atau diteliti
dengan miskoroskop yang paling canggih sekalipun,dan Allah pun tidak menyuruh
memikirkannya dan menelitinya,melainkan hanya wajib iman kepadanya Firman Allah: ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ” “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,ialah mereka yang beriman pada yang
Ghaib”,(Al baqarah 2).
58) Firman
Allah: “وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى “Siapa yang ditaqdirkan Allah(dapat petunjuk) maka Allah
memberi petunjuk kepadanya” (Al A’la 3). وهدى للرشد والضلالة “maksudnya Allah menunjuki karena Allah ingin
mencerdikannya dan Allah tidak menunjuki
maka jadilah ia sesat, Sabda Nabi:
اِنَّ اﷲَعَزَّ وَجَلَّ قَبَضَ قَبْضَةً فَقَالَ : فِى الجّنَّةِ
بِرَحْمَةِ ، وَقَبَضَ قَبْضَةً فَقَالَ فِى النَّارِ وَلاَ اُبَالِىْ .
“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla menggenggam segenggam (tanah) lalu
berfirman: “Di surga karena rahmat-Ku”, dan menggenggam genggaman (lain) lalu
berfirman: “Di neraka, dan Aku tidak menghiraukannya.”
(HR.Abu Ya’la di dalam Musnadnya 171/2 ,dari
hadits Al-Hakam bin Sinan, dari Tsabit dari Anas secara marfu’.)
Para Mujtahid berkata: siapa yang tidak dapat petujuk Allah
pastilah dia tersesat dalam ma’siat,itulah arti qadar Allah,menunjuki itu qadar
baik yang disertai ridhaNya dan sayangNya, dan tidak menunjuki itu qadar buruk
yang disertai marahNya dan murkaNya, dan ,(Tafsir Qurtubi Juz 20 hal 15),, Dari
Ibnu umar Rasulullah bersabda:” Allah menciptakan qadar makhluk limapuluh ribu
tahun sebelum diciptakan langit dan bumi”.( HR Muslim –Sahih Muslim no 2653).
dari Ibnu Dailami ia berkata :
“Aku datang kepada Ubay bin Ka’ab, kemudian aku katakan kepadanya : "Ada
sesuatu keraguan dalam hatiku tentang masalah qadar, maka
ceritakanlah kepadaku tentang suatu hadits, dengan harapan semoga Allah
Subhanahu wata’ala menghilangkan keraguan itu dari hatiku”, maka ia berkata :
لو أنفقت مثل جبل أحد
ذهبا ما قبله الله منك حتى تؤمن بالقدر وتعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطـئك، وما
أخطأك لم يكن ليصيبك، ولو مت على غير هذا لكنت من أهل النار
“Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung uhud, Allah tidak akan
menerimanya darimu, sebelum kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini bahwa
apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa
yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan
jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, pasti kamu menjadi
penghuni neraka.(Al Musnad dan Sunan abu dawud dan ibnu majah) Dan adapun mengenai Taqdir Allah itu para
‘ulama membaginya dalam 4 bagian, 1 Taqdir yang dalam Azali,2 Taqdir yang
tertulis di Luh Mahfuz,3 Taqdir dalam rahim Ibu,4 Taqdir dalam kenyataan didunia,untuk jelas
perincian Taqdir ini lihat (40 Masalah agama jilid 4 hal 294-karya KH
Sirajuddin Abbas ).
Tanya: Bagaimana
mengesakan Zat Allah,bagaimana mengesakan Sifat Allah, dan bagaimana mengasakan
Af’al Allah?
Jawab: Mengesakan Zat Allah itu yaitu tiada yang
maujud didalam alam hanya Allah,wujud “ghairullah” itu tidak ada pada hakikat,59)
hanya seperti wujud bayang-bayang tiada hakikat baginya.
Jawab: Megesakan
Sifat Allah itu yaitu tiada yang
hidup,mengetahui,berkehendak,mendengar,melihat,berkata,pada hakikat melainkan
hanya Allah ta’la60) adapun zahir sifat ini kepada makhluk tempat memandang sifat tuhan yang zahir
kepada makhluk,Yakni bayang-bayang sifat tuhan kepada hamba61) ,
mustahil bayang-bayang dengan tiada wujud yang mempunyai bayang-bayang itu,
mustahil pula bergerak bayang-bayang itu sendirinya,mustahil pula bercerai
bayang-bayang dengan yang punya bayang-bayang,misal ini hanya untuk menghampiri
faham.62) sesungguhnya Allah ta’la maha suci dari pada misal
(tasbih),hanya bayang-bayang itu adanya barang yang bertubuh dan beku,seperti
kayu dan batu, Zat Allah tiada ‘ain,(materi/jisim yang tersusun,) ibarat ini
hanya tempat zahirnya , seperti wujud nur matahari menunjukkan adanya matahari.63)
Jawab: Mengesakan Af’al Allah itu yaitu
tiada yang mempunyai perbuatan,dalam alam hanya perbuatan Allah, tidak ada perbuatan
makhluk seberat zarrah jua dalam alam64)
Dan jika
engkau sangka65) ada perbuatan dan ikhtiar itu bagi makhluk biar
sebesar zarrah pun, maka engkau itu telah syirik 66)
Tanya: Apa perbedaan iman dengan islam
?
Jawab: Iman itu
dengan batinnya dan islam itu dengan zahirnya, tidak boleh terpisah antara
keduanya, tidak sah islam itu kecuali dengan iman, tidak sah pula iman kecuali
dengan islam,tidak disebut muslim orang yang tak beriman 67) yang
tidak mengerjakan perintah dan menghentikan larangan,
...................................................................................................................................................................
59) Syekh
Haji Muhammad Wali Khalidy berkata: ini tauhid ‘arifin tiada wujud dalam
zuknya.Pada hakikat,tapi ada hanya menurut pandangan syari’at,(Tanwirul
anwar).sesuai Firman Allah: وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا “adalah kamu itu mati” ,”( Al Baqarah
28). Ibnu Katsir menjelaskan: قد كنتم عدمًا فأخرجكم إلى الوجود، “sesungguhnya kamu itu ‘adam( tiada). Maka Aku
(Allah) yang mengeluarkanmu kepada Wujud.(Tafsir Ibnu Katsir juz 1 hal 121)
yang dimaksud ‘adam adalah tidak ditemukan hakikatnya.ini berbeda dengan faham
wahdatul wujud yang mengi’tiqadkan ‘Allah dan alam itu satu.Allah menzahirkan
wujud menjadi alam” i’tiqad yang kacau,Allah itu Qadim sedang alam ini
Muhaddas.bagimanapun Allah tidak akan menjadi alam,dan alam tidak akan menjadi
Allah.
60) Ini
sifat ma’nawi bukan semua sifat Allah,yang mana sifat ma’nawi itu artinya yang hidup,yang mengetahui,yang
mendengar,yang melihat, yang berkata hanya Allah yang memilikiNya,dalil nya
sangat banyak dalam Al Qur’an dan hadits,sifat yang zahir kepada makhluk adalah
sifat ma’ni namanya,yang artinya dihidupkan diberi
pengatahuan,dikehendakkan,diperdengarkan,dan seterusnya,adapun sifat Allah itu
sangat banyak, sebab dijawab disini dengan sifat ma’nawi dan ma’ni karena sifat
itu yang berbekas pada diri,,,
61) maksud sfat tuhan kepada hamba,Hamba diberi
oleh Allah sifat melihat,mendengar,berkata dll,dalilnya sangat banyak terdapat
dalam Alqur’an,seperti :
مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلا
تَسْمَعُونَ “Siapakah Tuhan selain Allah yang
akan mendatangkan cahaya terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak
mendengar?" ( Al Qashas 71).dan lagi Firmannya: أَفَلا تُبْصِرُونَ “Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?" ( Al Qashas 72). Namun yang dimaksud diberi sifat itu bukan
dipindahkan sifat Allah itu kepada hamba, ma’na bayang-bayang bukanlah satu
adanya yang pengertiannya wujud alam ini adalah wujud Allah/pendengaran kita
ini adalah pendengaran Allah dan penglihatan kita adalah penglihatan
Allah,I’tiqat itu adalah I’taqad yang tergelincir,sebagaimana yang kita
kenal dengan sebutan “Wahdatul wujud”yang artinya wujud yang satu,yakni satu
wujudnya dengan wujud Allah,,,Wujud Allah itu qadim tidak berpemulaan,akhir
tidak berkesudahan,tapi alam itu tidak qadim,kita termasuk alam,kita diawali
dengan lemah kemudian kuat kamudian lemah kembali,itulah ma’na dari surat ( Al
Baqarah 28).
62) Yang diamaksud mustahil bercerai bayang
–bayang dengan yang punya bayang-bayang adalah,” mustahil sifat ma’ni itu
bercerai dengan sifat ma’nawiNya.karena kalau bercerai berarti pendengaran kita,
kitalah yang menjadikan,kalau begitu kenapa orang tuli itu tidak menjadikan
pendengarannya sendiri,maka itu mustahil”,Misal /contoh yang diibaratkan kepada
bayang-bayang kita dengan kita,yang diambil sebagai ibarat disini adalah
tentang bekas sifatnya,bukan tentang wujudnya,kalau kita ambil ibarat tentang
wujudnya(bayang-bayang) maka pengertianya, kita ini bayang-bayang tuhan,
kemanapun tuhan maka otomatis kita mengikutinya,apapun yang dilakukan tuhan
maka kita meniru perbuatannya seperti bayang bayang kita mengikuti kelakuan
kita, kemana kita pergi dan apapun yang kita lakukan,kita adalah makhluk allah
yang kehidupan kita sangat jauh berbeda dengan kehidupan allah, maha suci allah
dari mempuyai bayang,tak sepatah katapun dalam alqur’an/hadits menyebut alam
ini adalah bayang –bayang tuhan dan tidak pula kehidupan allah itu diberikannya
kepada alam,Ahli thariqat menuturkan ibarat ini dengan sebuah pepatah, Putuih
ilmu banasakah, Putuih thariqat baibarat,Maksudnya ,matangnya ilmu
berbekas pada jiwa, matangnya thariqat ber ibarat, Itulah ibaratnya
untuk mendekatkan faham.
63) Tajali itu artinya meliputi,bekasnya nyata
pada makhluk,bukan pindah/foto copy sifat tuhan pindah menjadi sifat
makhluk,atau sifat tuhan adalah sifat
makhluk ini,akan tetapi berbekas sifat tuhan itu nyata pada makhluk .
bukan kembar,bukan pula satu adanya,tapi adanya makhluk menunjukan adanya sang
khaliq, Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits Qudsi:”“Tidak suatu amalan pun
yang mendekatkan hambaku kepada-Ku yang lebih aku cintai selain dari amalan
yang aku wajibkan kepadanya, dan hambaku itu tetap akan mendekatkan diri
kepadaku dengan amalan-amalan sunnat hingga aku mencintainya,apabila aku telah
mencintainya maka aku menjadi alat pendengarannya saat ia mendengar,dan aku
menjadi penglihatannya saat ia melihat, dan menjadi tangannya saat ia
bekerja,dan menjadi kakinya saat ia berjalan,jika ia meminta kepadaku pastilah
akan aku kabulkan jika ia berlindung kepadaku pastilah aku lindungi” (HR.
Bukhari-Arba’in Nawawi no 38).yang dimaksud Aku menjadi tangannya saat ia
bekerja adalah menyertai dan meliputi ,memelihara,dan mengkuasakan,Firman
Allah:
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ
وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى “tidaklah engkau yang membunuh mereka tetapi Allah
yang membunuhnya, dan tidaklah engkau yang melempar saat engkau melempar,
malainkan Allah yang melempar. (Al Anfal 17)
64) ini telah melewati batas I’tiqat Ahlussunah
wal Jamaah,kalau teri’tiqatkan semua perbuatan dan ikhtiar itu dari tuhan tidak
ada sedikitpun dari makhluk apalah artinya tuhan dan apa artinya makhluq,apakah
tuhan itu pernah berzina,yang mana berzina itu perbautan makhluk,apakah tuhan
itu pernah buang air besar, apakah tuhan pernah tidur,apakah tuhan pernah azan
dan qamad dimasjid,,,? ini faham yang kacau,begitulah faham Jahal bin Safwan
tokoh utama kaum Jabariyah,yang disebut dalam ( I’tiqat Ahlussunah wal jamaa’ah
oleh KH sirajuddin Abbas pada bab Jabariyah hal 245) walau hanya sekedar
I’tiqat bagi ‘ammah atau zuk bagi ‘arif,itu tidak sah menjadi jawaban tauhid
af’al.
65) maksudnya ter‘itiqatkan bukan sangka,karna
sangka itu waham yang menjadi sifat manusia yang lemah ,kalau teri’tiqatkan
yang seperti itu hanya makhluk saja tidak ada urusan Allah dalam usaha kalaulah
bukan karena makhluk usaha itu tidak akan jadi,,kalulah tidak karena dokter itu
yang mengobati pastilah tidak akan pernah sembuh,maka itu benar syirik,karena
yang akan menyembuhkan itu hanya Allah,
66) Hati-hati dengan kata syirik,Yang syirik itu menduakan ‘Afal
Allah,Firman Allah: وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا
تَعْمَلُونَ “Aku yang menjadikan kamu dan apa yang kamu
kerjakan,(Allah juga yang menjadikan)”,( As Shafat 96).Ibnu katsir Mentafsirkan
ayat ini dengan
persamaaan “الذي ”dengan kalimah “ مَا ” dengan
kalimah seperti ini والله
خلقكم والذي تعملونه “Allah yang telah menjadikan kamu dan apa(zat) yang kamu
kerjakan/usahakan itu”, karena مَا masdar dan الذي isim mausul sederajat ma’nanya kedua kata itu adalah Lazim, (Tafsir Ibnu
Katsir juz 7 hal 26),, kalau teri’tiqatkan Allah yang menjadikan seperti alam
semesta,dan makhluk juga ada yang menjadikan,seperti menjadikan nasi dari beras,maka
itu namanya menduakan af’al Allah,pada ayat diatas telah diterangkan bahwa
Allah yang menjadikan dan kamu yang mengerjakan(iktiar),walu sering diucapkan
dalam kehidupa sehari-hari,seperti “saya menbuat air teh”,namun hakikat
sebenarnya “saya mengaduk air dengan teh”,,,,,
Mengesakan af’al Allah itu adalah: Allah yang menjadikan benda apa
saja di alam ini,tidak ada selain Allah yang menciptakan,manusia hanya
mengerjakan yang telah diciptakan Allah itu, dan kekuatan yang kita gunakan untuk
bekerja itu Allah juga yang menciptakan, bukan makluk yang menciptakan
kekuatannya sendiri, bukti ikhtiar atau
usaha itu ada pada makhluk sebagaimana Firman Allah:
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لا ظُلْمَ الْيَوْمَ
إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ”Pada hari qiyamat
setiap diri menerima balasan menurut
yang diusahakannya, Tidak dianiaya diri pada hari itu.
Sesungguhnya Allah menghisab sangat cepat” ( Al Mu’min 17).bukanlah
Allah pula yang punya usaha seperti yang difahami oleh kaum jabariyah, karena (usaha)pekerjaan
Allah tidak ada yang membalas,dan lagi Firman Allah:
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا
مَا اكْتَسَبَتْ “Bagi manusia
itu balasan apa yang diusahakannya, dan atas manusia itu hukuman apa yang diusahakannya”,(
Albaqarah 286)
Pada ayat
ini jelas usaha itu ternistbat kepeda manusia bukan kepada Allah,jika Allah jua
yang berusaha maka sipakah yang membalasnya dan siapakah yang akan menghukumnya,,?
Singkat kata usaha itu Allah yang menciptakan manusialah yang mengerjakan
dengan izin Allah, Allah yang memutuskan berhasil atau tidaknya usaha itu
manusia berikhtiar melakukan yang terbaik,Allah yang berkuasa segalanya manusia
menerima keputusan Allah,begitulah faham Ahlussunah wal Jamaah .jika tersangka
atau teri’tiqatkan ada kekuasaan bagi makluk dalam memperbuat disamping
kekuasaan Allah juga ada yang memperbuat itu namanya syirik.seperti Allah
berkuasa menjadikan gunung,manusia juga berkuasa meruntuhkan gunung itu,itu
namanya syirik Af’al Allah,kerena Allah yang mengizinkan runtuhnya gunung
itu,walau tampa usaha manusia,gunung itu bila tiba saatnya akan runtuh
jua.seperti itu pula hujan yang diturunkan Allah,tidak ada seorangpun yang bisa
menghentikannya meliankan izin Allah.walau tampa tankal hujan dan segala
macamnya dari manusia,bila tiba saatnya hujan itu akan berhenti juga,siapakah
yang mampu melawan Allah,,,,? Jangankan Allah malaikat maut saja gak seorangpun
yang mampu melawannya,,,,.
“Al-A’masy dari Yazid Ibnul Asham, dari Ibnu
Abbas. Rasulullah bersabda:
أَجْعَلْتَنِي مَعَ اللهِ عَدْلاُ ( وَفِي
لَفْظٍ نِدًّا ) لاَ بَلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ
“Apakah kamu menjadikan aku bersama Allah sebagai bandingan? (dalam suatu
lafazh setara?). Tidak, tetapi suatu kehendak Allah sendiri.” (HR.Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad
787),dan ( Ibnu Majah (2117),
67) Maksudnya muslim yamg sempurna,kesimpulannya
iman itu Roh dan islam itu tubuh(syari’at) karena yang diseru allah untuk
berpuasa bulan ramadhan dan mendirikan shalat adalah orang yang beriman,agar menjadi
orang islam yang sempurna.ya’ni orang yang bertaqwa.sesuai Hadts sahih Riwayat
Muslim dari Umar,tentang iman, islam dan ihsan seperti yang telah diterangkan
pada bab diatas.
No comments:
Post a Comment