أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
TEMPO Interaktif, Pamekasan
- Malaysia tidak hanya mengklaim batik sebagai warisan budayanya, tapi
juga kitab-kitab kuno karangan ulama Indonesia juga diklaim sebagai
karya ulama Malaysia.
Dalam sejumlah situs internet, Malaysia melansir katalog kitab-kitab kuno karya ulama Nusantara sebagai karya ulama Malaysia. Salah satunya disebut Kitab Bahrul Lahud. Padahal, naskah asli kitab tersebut saat ini ada di mushollah pondok pesantren Sumber Anyar, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan bersama 120 kitab kuno lainnya.
“Klaim Malaysia memang tidak terbuka, kita tahu beberapa tahun lalu, tapi kok bisa diklaim, padahal ini naskah aslinya,” kata pendiri Lembaga Sejarah dan Kebudayaan Ponpes Sumber Anyar, Habibullah Bahwi, Rabu (9/3), kepada wartawan.
Kitab Bahrul Lahud sendiri memiliki tebal 10 halaman, berisi tentang ajaran ilmu tasawuf dan dibuat sekitar tahun 1600 masehi oleh ulama asal jazirah Arab yang menetap di Aceh, Syekh Abdullah Arif.
Selain kitab Bahrul Lahud, koleksi lainnya adalah kitab Tuhfah Almursalah karya ulama India, Burhan Buni, isinya tentang pemikiran Jalauddin Ar-Rumi. Konon karena mengamalkan ajaran Wahdatul Wujud dalam kitab ini, Hamzah Fansuri penyair Aceh, dihukum mati. Kitab ini juga dikenal dengan nama kitab Martabat tujuh.
Bagaimana kitab-kitab kuno ini bisa berada di pondok pesantren Sumber Anyar, Habibullah tidak tahu pasti. Dia menduga buku-buku tersebut dibawa oleh KH Zuber, pendiri pondok pesantren Sumber Anyar. Sampai sekarang daerah asal KH Zuber belum diketahu secara pasti. Mmungkin beliau ini orang Arab yang kemudian menikah dengan orang Madura dan mendirikan pesantren,” terangnya.
Semula, lanjut dia, kitab-kitab kuno tersebut diduga hanya kitab kuno biasa. Namun setelah dalam beberapa tahun terakhir banyak orang datang untuk meneliti, dia baru tahu kalau kitab-kitab tersebut punya nilai sejarah, bahkan salah satu kitab tersebut merupakan tulisan tangan asli pengarangnya.
Salah satu peneliti kitab-kita kuno dari Balai Litbang Kementrian Agama Semarang, Zainul Adzfan mengatakan, kitab-kitab yang ada di pesantren Sumber Anyar sangat menakjubkan. Selain masih asli dan langka, kertas yang digunakan adalah kertas buatan Eropa yang tidak mungkin ada di Indonesia pada tahun pembuatannya.
Yyang menarik lagi, kitab-kitab ini ditulis dengan tinta langes, agar rekat, tinta dicampur dengan getah pohon Soekarno,” paparnya.
Selain itu, Zainul melanjutkan, keberadaan kitab-kitab twersebut menunjukkan bahwa sistem pendidikan kuno di Pamekasan sangat tinggi dan maju. “Ini bukti bahwa budaya belajar dan menulis di Pamekasan sudah ada sejak dahulu,” ungkap Zainul ditemani peneliti lainnya Umi Masfiah.
Dalam sejumlah situs internet, Malaysia melansir katalog kitab-kitab kuno karya ulama Nusantara sebagai karya ulama Malaysia. Salah satunya disebut Kitab Bahrul Lahud. Padahal, naskah asli kitab tersebut saat ini ada di mushollah pondok pesantren Sumber Anyar, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan bersama 120 kitab kuno lainnya.
“Klaim Malaysia memang tidak terbuka, kita tahu beberapa tahun lalu, tapi kok bisa diklaim, padahal ini naskah aslinya,” kata pendiri Lembaga Sejarah dan Kebudayaan Ponpes Sumber Anyar, Habibullah Bahwi, Rabu (9/3), kepada wartawan.
Kitab Bahrul Lahud sendiri memiliki tebal 10 halaman, berisi tentang ajaran ilmu tasawuf dan dibuat sekitar tahun 1600 masehi oleh ulama asal jazirah Arab yang menetap di Aceh, Syekh Abdullah Arif.
Selain kitab Bahrul Lahud, koleksi lainnya adalah kitab Tuhfah Almursalah karya ulama India, Burhan Buni, isinya tentang pemikiran Jalauddin Ar-Rumi. Konon karena mengamalkan ajaran Wahdatul Wujud dalam kitab ini, Hamzah Fansuri penyair Aceh, dihukum mati. Kitab ini juga dikenal dengan nama kitab Martabat tujuh.
Bagaimana kitab-kitab kuno ini bisa berada di pondok pesantren Sumber Anyar, Habibullah tidak tahu pasti. Dia menduga buku-buku tersebut dibawa oleh KH Zuber, pendiri pondok pesantren Sumber Anyar. Sampai sekarang daerah asal KH Zuber belum diketahu secara pasti. Mmungkin beliau ini orang Arab yang kemudian menikah dengan orang Madura dan mendirikan pesantren,” terangnya.
Semula, lanjut dia, kitab-kitab kuno tersebut diduga hanya kitab kuno biasa. Namun setelah dalam beberapa tahun terakhir banyak orang datang untuk meneliti, dia baru tahu kalau kitab-kitab tersebut punya nilai sejarah, bahkan salah satu kitab tersebut merupakan tulisan tangan asli pengarangnya.
Salah satu peneliti kitab-kita kuno dari Balai Litbang Kementrian Agama Semarang, Zainul Adzfan mengatakan, kitab-kitab yang ada di pesantren Sumber Anyar sangat menakjubkan. Selain masih asli dan langka, kertas yang digunakan adalah kertas buatan Eropa yang tidak mungkin ada di Indonesia pada tahun pembuatannya.
Yyang menarik lagi, kitab-kitab ini ditulis dengan tinta langes, agar rekat, tinta dicampur dengan getah pohon Soekarno,” paparnya.
Selain itu, Zainul melanjutkan, keberadaan kitab-kitab twersebut menunjukkan bahwa sistem pendidikan kuno di Pamekasan sangat tinggi dan maju. “Ini bukti bahwa budaya belajar dan menulis di Pamekasan sudah ada sejak dahulu,” ungkap Zainul ditemani peneliti lainnya Umi Masfiah.
No comments:
Post a Comment