Saturday, July 7, 2012

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ( CONTOH JAUHAR ILMU)

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM.
Bila dimaknai : ” Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Maha penyayang “, maka ini adalah makna dhohir.

Seandainya ada yang memaknai tidak sama dari makna diatas, maka orang awam yang mendengarnya akan mengkorok dan mereka akan berkata : ” Nyimpang kamu !, Sembrono kamu ! “.
Dikira ayat tersebut hanya mempunyai makna dhohir itu saja, padahal tiap-tiap satu huruf itu ada makna dhohir dan ada makna bathinnya.
Huruf (BA`) ada makna dhohir, ada makna bathin.
Huruf (SIN) ada makna dhohir, ada makna bathin.
Huruf (MIM) ada makna dhohir, ada makna bathin.

Kalau memang tidak ada makna bathinnya, maka untuk apakah Rosululloh bersabda :
LIKULLI HARFIN MINHAA DHOOHIRUN WA BAATHINUN.
Dan seandainya Alqur-an itu hanya mempunyai makna dhohir saja, maka berarti semua Firman-Firman Alloh itu sudah dicakup dan dimengerti oleh manusia, dan bila begitu maka selesai sudah kita mempelajari Alqur-an.
Padahal satu ayat : BISMILLAHIRROHMANIRROHIM.
itu kalau disingkap dalamnya untuk ditulis dengan air lautan sebagai tintanya, maka air satu lautan itu akan habis sedangkan makna ayat itu masih belum selesai ditulis semuanya.

Tapi pada umumnya mereka itu merasa sudah selesai memaknainya.
” Dengan Nama Alloh Yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih “,
Kalau makna yang seperti ini tidak akan menimbulkan kegoncangan orang awam karena sudah umum, tetapi kalau ada yang memaknai selain itu, maka dianggap halal darahnya.

Rosululloh bersabda lagi :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU `ALAIHI WASALLAM : IDZAA KATABTA BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM FABAYYANAS SIINA FIIHI.
(`AN ZAID BIN TSAABIT).
Artinya : Bersabda Rosululloh S.A.W. : ” Ketika kamu menulis Bismillaahirrohmaanirrohiim, maka jelaskanlah huruf siin yang ada didalam ayat Bismillaahirrohmaanirrohiim tersebut “.
Kalau hadits ini hanya difahami secara makna dhohir saja, maka mudah saja untuk mengamalkannya yaitu kita tinggal mengambil kertas dan menulisnya dengan memperjelas huruf siin nya, maka selesailah.
Sedangkan kalau makna bathin itu jauh dari pengertian sesederhana itu.
Bayangkan, huruf siin yang ada dalam Alqur-an itu berjumlah 5.799 huruf (kalau tidak percaya ya kamu hitung sendiri, tapi kalau sudah percaya ya tidak usah dihitung).

Ini kan aneh, padahal huruf siin yang ada dalam Alqur-an itu sebanyak 5.799 huruf, tapi mengapakah hanya satu huruf siin yang diperintahkan oleh Rosuululloh untuk menjelaskan tulisannya, ini pasti ada apa-apanya.
Huruf siin yang manakah yang diperin-tahkan untuk menjelaskan tulisannya ?
Yaitu huruf siin yang ada dalam surat Alfaatihah.
Padahal didalam surat Alfaatihah terdapat tiga huruf siin, yakni :

  1. Huruf siin yang terdapat dalam ayat : BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM.
  2. Huruf siin yang terdapat dalam ayat : IYYAAKA NA`BUDU WA IYYAAKA NASTA`IIN.
  3. Huruf siin yang terdapat dalam ayat : IHDINASH SHIROOTHOL MUSTAQIIM.
Padahal didalam surat Alfaatihah terdapat tiga huruf siin, tetapi mengapakah huruf siin yang diperintah menjelaskan hanya huruf siin yang terdapat dalam ayat paling awal dalam Alqur-an yaitu ayat : BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM
Ini tidak mungkin kalau tidak ada maksud dibelakangnya, karena sama-sama huruf siin nya tapi mengapa hanya huruf siin yang terdapat dalam ayat Bismillaahirrohmaanirrohiim itu yang disuruh menulis dengan jelas, sedangkan huruf siin lainnya tidak.
FABAYYANASSIINA FIIHI.
Artinya:” Maka jelaskanlah huruf siin yang ada didalam ayat Bismillaahirrohmaanirrohiim tersebut “.

Mengapakah diperintah menjelaskan huruf siin nya ?
Dan yang dimaksud siin itu apa ?

Inilah satu contoh Jauhar Ilmu.
Seandainya masalah ini dibuka berarti membuka Jauhar Ilmu, dan akibatnya mungkin akan dilempari batu oleh orang awam.
Cobalah diangan-angan ; bahwa huruf siin dalam surat Alfaatihah itu mati/sukun semua, dan letaknya ditengah kalimat semua.
  • (BISMI).
  • (NASTA`IIN).
  • (MUSTAQIIM).
Akan tetapi kalau huruf siin yang terdapat di akhir surat dalam Alqur-an (surat An Naas) itu justru sebaliknya yakni huruf siin nya hidup semua, yaitu:
  • (BIROBBINNAASI).
  • (MALIKINNAASI).
  • (ILAAHINNAASI).
  • (MIN SYARRIL WASWAASI).
  • (ALKHONNAASI).
  • (SHUDUURINNAASI).
  • (MINAL JINNATI WANNAASI).
Kecuali huruf siin yang tidak mati adalah :
  • (MIN SYARRIL WASWAASI).
  • (YUWASWISU).
Jadi Jauhar Ilmu itu ada di tiap-tiap huruf, ada di wudlu, ada di sholat fardlu, ada di sholat tahajjud, ada di ibadah melempar jumroh, ada di Mina, ada di Muzdalifah, ada di thowaf, ada di ibadah mencium hajar aswad ( tapi kalau yang dicium itu hanya batunya saja maka tidak bisa menerima Jauhar Ilmu ), ada ibadah wuquf di `Arofah ( wuquf itu bahasa arab, yang artinya berhenti, seperti kalau bacaannya harus berhenti, ini namanya waqof ; ada waqof lazim, ada waqof wajib, ada waqof ja-iz).
`Arofah artinya : perkenalan, bercakap-cakap. Bercakap-cakap dengan siapa ?
Dengan Gusti Alloh.
Lalu pernahkah kamu bercakap-cakap dengan Alloh ?
Tidak pernah.
Lho kok tidak pernah ?
Alqur-an itu kan Firman Alloh yang ditujukan kepada kita :

YAA AYYUHANNAASU. Artinya : ” Wahai manusia “.
Berarti kan Firman Alloh itu ditujukan kepada kita, dan apakah kita tidak terasa kalau telah didawuhi Alloh ?
Kalau perasaannya mati maka pasti saja tidak terasa kalau didawuhi.
Saya sendiri terkadang tidak terasa kalau yang saya baca itu adalah surat dari Alloh.
Al Fatihah adalah surat, Al Baqoroh adalah surat, Qul Huwalloohu Ahad adalah surat.
Surat dari Siapa ?
Yaitu surat dari Alloh Yang Maha Rohman Rohim.
Ketika kita membaca surat, disitu pengirimnya kan sudah jelas yakni :

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM.
” Dengan Nama Alloh Yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih “.

Berarti ini adalah surat dari Alloh Yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Akan tetapi tiap-tiap umat Islam ketika membaca surat Alqur-an itu belum tentu terasa kalau disurati oleh Gusti Alloh ; nomer suratnya ada, nomer ayatnya ada, dan judulnya juga ada.

Bahkan kadang-kadang tidak disadari begitu, tapi malah memperalat dalil-dalil untuk menghantam orang, mengkufur-kufurkan orang, memusyrik-musyrikkan orang.
Umpama : Benci kepada si A, maka ia mencari-cari dalil yang cocok untuk memukul orang yang dibenci.
Jadi dalil Alqur-an tidak untuk hidayat, tapi diselewengkan untuk menjadi penguat menghantam yang dibenci, makanya akhir-akhir ini banyak dalil-dalil yang dibuat sebagai alat politik.

Memang yang mengkhawatirkan dan menye-dihkan saat ini adalah Alqur-an sudah tidak dipercaya tapi koranlah yang menjadi pedoman.

No comments: