Sunday, July 8, 2012

Dinasti-Dinasti Islam di Negeri Hindustan

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Dinasti-Dinasti Islam di Negeri Hindustan

Dinasti-Dinasti Islam di Negeri Hindustan (1)


Peta Hindustan (ilustrasi).
Ajaran Islam semakin menyebar luas di anak Benua India setelah munculnya dinasti-dinasti Islam. Dengan munculnya kesultanan Islam di negeri Hindustan, para penguasa Muslim berhasil menguasai beberapa wilayah, sekaligus menundukkan dan mengislamkan raja-raja di tanah para ‘dewa’ itu. Berikut ini dinasti-dinasti Islam yang pernah hadir di wilayah itu.

Dinasti Ghaznawiyah 977-1186 M

Dinasti Ghaznawiyah muncul 977 M. Kerajaan Islam yang menguasai wilayah Khurasan, Afghanistan, dan India Utara itu untuk pertama kali dipimpin oleh Nashir Ad-Dawlah Sebuktigin, gubernur atas nama Dinasti Samaniyah. Pusat pemerintahannya berada di Kota Ghazna. Dinasti ini berhasil menyebarkan Islam pada gelombang ketiga ke India.

Pada masa kekuasaannya, dinasti ini menghancurkan berhala-berhala, mengganti kuil menjadi masjid dan berjaya selama lebih dari 200 tahun. Setelah Sebuktigin meninggal, ia digantikan anaknya Sabaktakin. Di bawah pemerintahannya, Sabaktakin menguasai daerah Pesyawar, Kabul, dan India.

Ia juga berhasil menyatukan bangsa Turki dan Afghanistan yang merupakan satu mazhab. Sabaktakin digantikan putranya, Mahmud Ghaznawi. Pada masa pemerintahannya, dinasti tersebut diwarnai banyak peperangan sebagai upaya memperluas wilayah kekuasaan, terutama ke India.

Mahmud menaklukkan Kabul, Multan, dan Kashmir. Di setiap daerah yang dikuasainya, ia selalu menyebarkan ajaran Islam sehingga ajaran Brahmanisme terkikis dari masyarakat. Ia menguasai Punjab, Kangra, Balucistan, Delhi, Sind, Makran, Kirman, dan Gujarat pada1006. Butuh 24 tahun bagi Mahmud untuk menaklukkan India.

Ketika kekuasaan beralih ke tangan Masud, dinasti yang masih mengatasnamakan atau mewakili Dinasti Samaniyah itu mengalami kemunduran. Khurasan dan Khawarizm, wilayah kekuasaan dinasti itu direbut bangsa Seljuk. Pada awal abad ke-12, Sultan Seljuk banyak mencampuri urusan Ghaznawiyah. Dinasti itu digulingkan penguasa Ghuriyyah pada 1150.

Dinasti Ghuriyyah 1000-1215 M

Kehancuran Kesultanan Seljuk memberi jalan bagi Ghuriyyah untuk membangun sebuah kekaisaran yang membentang dari Laut Kaspia hingga India Utara. Kesuksesan dinasti ini diperoleh dari usaha dua bersaudara, Ghiyatsuddin dan Muizzuddin Muhammad.

Mereka mengembangkan kekuasaan Ghuriyyah di barat dan India. Dengan pasukan budak Turki dan bangsa Ghuri, Ghiyatsuddin menghadapi Khwarazm Syah dan Qara Khitay. Sayangnya, pasukan tentara Ghuriyyah tidak memadai untuk mempersatukan kekaisaran tersebut. Musuh Ghuriyyah, Khwarazmi, dengan leluasa memperoleh pasukan dari stepa-stepa di Asia tengah.
Sepeninggalnya Muizzuddin, dinasti ini mengalami pertikaian internal. Sekelompok prajurit Turki Ghuriyyah memerdekakan diri di Ghazna, dan Khwarazm Syah mempersatukan wilayah hukum Ghuriyyah ke dalam kekaisarannya sendiri.

Akan tetapi, dominasi Khwarazm tersebut tidak berlangsung lama karena dunia Islam bagian timur segera dikuasai oleh Jengis Khan. Jenderal-jenderal Turki yang pernah bekerja di bawah pimpinan Muizzuddin juga tetap menjalankan kebijaksanaan dan tradisi Ghuriyyah di India bagian utara.

Kesultanan Delhi 1206-1555 M

Menurut CE Bosworth dalam Dinasti-Dinasti Islam, Kesultanan Delhi mengacu pada penguasa Muslim yang memerintah melalui Delhi. Turki Ghaznawiyah pertama kali membawa militer Muslim ke India utara dan menumbangkan dinasti setempat. Kepentingan Ghaznawiyah di India utara lebih bersifat finansial.

Dalam perekrutan tentara dari orang-orang India, peralihan keyakinan ke agama Islam bukanlah menjadi syarat utama. Pasukan India merupakan elemen penting dalam ketentaraan Ghaznawiyah. Setelah kehancuran dinasti itu, Ghuriyyah menguasai India Utara.

Kesultanan Delhi pun jatuh ke tangan salah satu jenderal Ghuriyyah, Quthbudin Aibak. Di bawah kepemimpinan Quthbudun, dinasti ini sering disebut dengan Dinasti Budak karena rajanya merupakan budak yang dibebaskan majikannya.

Wilayah kesultanan Delhi terbentang dari Bengal di timur dan Deccan di selatan. Kesultanan ini mendapatkan ancaman besar dari daerah barat laut dan juga tekanan politik internal para bangsawan. Terjadi ketidakstabilan dalam kesultanan ini karena ada lima dinasti yang berganti dengan cepat, yaitu Dinasti Budak, Khiliji, Tughlaq, Sayyid, dan Lodi.

Setelah kejatuhan Dinasti Budak, kesultanan menjadi lebih rapuh dan tidak stabil karena banyaknya revolusi dan agresi internal. Dinasti Khiliji dimulai dengan penobatan Jalaluddin Khiliji oleh para bangsawan sekitar tahun 1290.

Ketika Jalaludin meninggal, dinasti tersebut dilanjutkan oleh Alaudin yang di bawah pimpinannya dinasti tersebut mencapai masa keemasannya. Dinasti ini bertahan selama 30 tahun.

Keruntuhan dinasti ini disebabkan ketika seorang Gujarat, Khusraw Khan, keluar dari Hinduisme dan Mubarak Syah keluar dari Islam dan merebut takhta di Delhi. Kekuasaan Islam di India ditegakkan kembali oleh panglima Ghazi Malik Tughlaq dengan mendirikan Dinasti Tughlaqiyyah (1321-1412). Ia berusaha memulihkan kembali stabilitas ekonomi dan administratif kesultanan dan menerapkan kembali kekuasaan Muslim di Deccan.Dinasti Tughlaq berakhir ketika Dinasti Sayyid muncul pada 1414. Khizar Khan memenangkan peperangan dengan Mahmud Syah, raja terakhir Dinasti Tughlaq. Di bawah dinasti ini beberapa wilayah di kesultanan Delhi menyatakan kemerdekaannya.

Hal ini menyebabkan kesultanan tersebut berkurang hanya menjadi Sind, Punjab bagian barat, dan Uttar Pradesh. Dinasti ini berakhir ketika Bahlul Khan menyatakan berdirinya Dinasti Lodi (1450-1526).

Dinasti yang dipimpin Bahlul ini sama kuatnya dengan Dinasti Tughlaq. Misinya juga ingin kembali menegakkan kembali reputasi Muslim di India. Pertempuran Panipat adalah sebuah peristiwa yang menandari akhir dari Dinasti Lodi dan awal dari Dinasti Mughal. Pertempuran ini terjadi antara penguasa terakhir Dinasti Lodi, Ibrahim Lodi, dan penguasa Kabul, Babur.

Kesultanan Bengal 1336-1576

Memerintah wilayah Bengal selalu menjadi masalah bagi Sultan Delhi. Kekayaan yang dimilikinya dan lokasinya yang jauh dari ibukota mendorong gubernurnya untuk memberontak. Ketika Ghiyatsudin Tughlaq menguasai kembali Delhi, ia membagi Bengal menjadi dua bagian, daerah timur dengan pusat di Sonargaon dan daerah barat dengan pusat Lakhnawati.

Ketika Ghiyatsudin meninggal, Bengal jatuh ke tangan Fakhrudin Mubarak di timur dan Alaudin Ali barat. Selama dua setengah abad berikutnya, Bengal diperintah oleh sultan independen. Selama masa ini, banyak sekali orang Hindu kelas rendah yang berpindah ke agama Islam sehingga kebanyakan masyarakat di daerah ini merupakan Muslim.

Sultan Syamsudin Ilyas menyatukan Bengal di bawah satu penguasa. Di bawah pemerintahan dinasti ini, ilmu dan seni Islam berkembang pesat. Pada awal abad ke-15, Ghiyatsudin Azham memperbarui ikatan diplomatik dan budaya lama dengan Cina.

Pemerintahan Ilyas terputus selama lebih dari 20 tahun karena berkuasanya Raja Ganesa, seorang tuan tanah Hindu Bhaturya. Ia merebut kekuasaan untuk diberikan kepada anaknya Jadu yang masuk Islam dan memerintah dengan nama Jalaludin Muhammad. Meskipun berasal dari bangsa Hindu, Ganesa dapat memerintah dengan dukungan Muslim.

Pemimpin Afghan Syir Syah Sur mengambil alih Bengal dan menjadikannya pangkalan untuk mengusir penguasa Mughal, Humayun, dari India. Akan tetapi, Mughal berkuasa di Lahore dan Bengal akhirnya menjadi bagian dari kekaisaran Mughal pada tahun 1576.

Kesultanan Kashmir 1346-1589 M

Karena lokasinya yang dipisahkan oleh gunung dari padang-padang di India utara, Kashmir terlindung dari serangan Muslim sehingga Kashmir tetap berada di bawah kepemimpinan penguasa Hindu. Mahmud Ghazna dua kali melakukan ekspedisi militer untuk menguasai Kashmir, yakni pada 1015 dan 1021 M.

Kedua ekspedisi itu tak berhasil. Masuknya serdadu Turki sewaan yang digunakan raja-raja Hindu menyebabkan terjadinya proses islamisasi. Bahkan kini, Kashmir adalah daerah yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.Pada 1335, kekuasaan Kashmir dikendalikan Syah Mirza Swati, seorang petualang. Ia menjaga hubungan baik dengan Hindu. Namun penerusnya, Sikandar, adalah seorang Muslim yang fanatik. Ia menghancurkan kuil-kuil di wilayah kekuasaannya.

Ketika tampuk kekuasaan berada di tangan anaknya, Zainal Abidin, pemerintahan pun berlangsung dengan lebih baik. Ia tidak meneruskan kebijakan ayahnya yang keras. Kesultanan Kashmir mencapai era keemasan di masa kepemimpinan Zainal.

Sayangnya, keturunan Zainal bertikai satu sama lain. Berbagai pemimpin provinsi memanfaatkan daerah pegunungan yang sulit dijangkau untuk menegakkan kemerdekaan. Pangeran Mughal, Haydar Dughlat, menyerbu Kashmir tahun 1540 dan memerintah di sana atas nama Humayun selama 10 tahun. Sejak saat itu, provinsi ini menjadi wilayah kekuasaan Mughal.

Kesultanan Gujarat 1392-1583Karena hubungan kelautan dan perdagangannya dengan pantai lain di Samudra Hindia, Gujarat menjadi provinsi yang kaya. Pada abad ke-14, Gujarat diperintah oleh gubernur yang ditugaskan oleh Sultan Delhi dan pada tahun 1391 Muhammad III menugaskan Zhafar Khan. Ketika Dinasti Taghluq runtuh, Gujarat memperoleh kemerdekaan dan mendirikan kerajaan sendiri.

Kesultanan baru tersebut disibukkan dengan perang melawan dinasti Raja Hindu dan kesultanan Muslim di Malwa, Khandesh, dan Deccan. Sultan Ahmad I membangun ibu kota baru untuk Gujarat bernama Ahmadabad. Di bawah Mahmud Begra, kesultanan ini mencapai masa kejayaannya.

Menjelang akhir pemerintahan Mahmud, muncul faktor baru dalam politik India Barat, yaitu Portugis. Portugis mengalihkan banyak perdagangan di Samudra India ke tangan mereka dan memberikan jalan simpang bagi pedagang Mesir dan Gujarat. Karena hal inilah, Mahmud bersekutu dengan Sultan Mamluk.

Sultan besar terakhir Gujarat adalah Bahadur Syah yang menyerang kaum Hindu dan menaklukkan Malwa. Setelah kematian Bahadur, Kesultanan Gujarat mengalami kehancuran. Pertikaian antar anggota dinasti pun terjadi dan kerajaan terbagi antara beberapa bangsawan. Akhirnya, Gujarat pun jatuh ke tangan Mughal.

Dinasti Mughal 1526-1858 MDinasti Mughal (1256-1858 M) merupakan salah satu dinasti yang berkuasa cukup lama di anak Benua India. Dinasti ini didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang Mongol. Ia merupakan salah satu cucu Timur Lenk. Ayahnya Umar Syekh bin Abi Sa’ad merupakan penguasa kesultanan Farghana dan ibunya merupakan keturunan Jengis Khan.

Kata “Mughal” berasal dari bahasa Persia yang merupakan panggilan bagi bangsa Mongol. Babur mewarisi daerah Ferghana dari ayahnya ketika ia berusia 11 tahun. Ia memiliki ambisi untuk menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu.

Ia berhasil menaklukkan Samarkhand pada 1492 dan menduduki Kabul pada 1504. Ia meneruskan ekspansinya ke India yang pada saat itu sedang mengalami masa krisis. Pada 1525, Babur berhasil menguasai Punjab dan ibukotanya, Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentara menuju Delhi dan menjadikannya sebagai ibukota.Berdirinya Dinasti Mughal menyebabkan bersatunya raja-raja Hindu Rajputh di seluruh India dan menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur.

Akan tetapi, gabungan ini dapat dikalahkan. Dinasti ini juga mendapat pertentangan dari golongan yang setia kepada Dinasti Lodi di Afghanistan. Dan golongan ini juga berhasil dikalahkan.

Ketika Babur meninggal pada usia 48 tahun, kekuasaan diserahkan kepada anaknya, Humayun, pada tahun 1530. Di bawah pemerintahan Humayun, kondisi negara tidak stabil karena menghadapi perlawanan dari musuh-mushnya. Salah satunya pemberontakan penguasa Gujarat yang berusaha memisahkan diri dari Delhi, Bahadur Syah.

Pada tahun 1540 terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Kekalahan memaksa Humayun melarikan diri ke Kendahar lalu ke Persia. Di pengasingan, ia menyusun kekuatan dan berkenalan dengan tradisi Syiah. Setelah merasa kekuatannya cukup, ia menyerang kembali musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia.

Ia kembali menduduki takhta kerajaan Mughal pada tahun 1555. Humayun digantikan anaknya, Akbar Khan, setahun kemudian. Pada saat itu, Akbar masih berusia 15 tahun sehingga urusan kenegaraan diserahkan pada Bairam. Ia harus menghadapi sisa pemberontakan keturunan Sher Khan yang masih berkuasa di Punjab. Selain itu juga masih ada pemberontakan yang dilakukan oleh Gwalior dan Agra. Pertempuran antara mereka disebut Pertempuran Panipat II.

Akbar dewasa berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang telah memiliki pengaruh kuat dan memaksakan kepentingan Syiah dalam pemerintahan. Setelah Bairam dikalahkan, ia mengadakan perluasan wilayah kekuasaan di Chundar, Ghond, Chritor, Ranthabar, Gujarat, Surat, Bengal, Kashmir, Deccan, Narhala, dan Ashgar.

Melalui sistem pemerintahan militer, stabilitas politik berhasil diciptakan. Sistem pemerintahan ini juga mendukung kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan peradaban secara umum. Aurangzeb merupakan sultan besar terakhir yang memerintah di Mughal.

Ia banyak mengubah kebijakan yang telah dirintis pendahulunya, khususnya terkait hubungan dengan orang Hindu. Ia membalik kebijakan konsiliasi dengan Hindu. Ia juga melarang minuman keras, perjudian, dan penggunaan narkotika. Ia juga melarang seorang janda untuk melakukan ritual satidaho, yaitu pembakaran diri setelah ditinggal mati suaminya, tanpa kemauan yang bersangkutan.

Meninggalnya Aurangzeb menandai kemunduran dinasti ini. Sultan-sultan berikutnya tidak dapat mempertahankan eksistensi Kesultanan Mughal.

No comments: