أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Antara Shadr, Qalb, Fu'ad dan Lubb
pustaka Islam klasik
Al-Hakim al-Turmidzi
Al-Farq Bayn al-shadr,wa al-qalb,wa al-lubb
(biarkan Hatimu Bicara)
Coba
kita simak terjemahan Al quran maka kita akan menemukan kata “hati”
bertaburan di berbagai ayat. Menurut Aquran, hati adalah lokus dari apa
yang membuat seorang manusia menjadi manusia, pusat dari kepribadian
manusia. Hati bukan saja tumpuan pandangan Tuhan, ,elainkan juga lokus
di mana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri pada manusia. Kehadiran-Nya
terasa di dalam hati, dan wahyu diturunkan ke dalam hati para nabi
(8;24,2;97,26:192-194,53:11-13)
Hati juga pusat pandangan, pemahaman dan
Dzikir (79:8,22:46,18;57,47:24,50:37,18:28,21:2,7;179,59:14) iman tumbuh
dalam hati, juga berbagai kebaikan seperti kesucian, kesalehan,
ketegasan, kelembutan, keluasan, kedamaian, cinta, dan tobat. jika Tuhan
tidak mensucikan hati, ia akan sakit, berdosa, jahat, kasar, penuh
kebencian, selalu cemas, dan seterusnya.
Namun demikian, coba kita baca dan cermati
ayt-ayat tentang hati pada nas Quran itu sendiri. Kita akan menjumpai
banyak kosa kata Arab untuk menyebutkan hati: shodr, qalb, fu’ad, libb. Semuanya diterjemahkan sebagai hati. Adakah bedanya antara shodr, qalb, fu’ad dan lubb itu?
Menurut al-Tirmidzi, hati memiliki empat stasiun: dada(shodr), hati (qalb), hati lebih dalam (fu’ad), inti hati terdalam (lubb). Keempat
stasiun ini saling bersusunan bagaikan sekumpulan lingkaran. Dada
adalah lingkaran terluar, hati dan hati lebih dalam berada pada kedua
lingkaran tengah, sedangkan inti hati terletak di pusat lingkaran.
Tiap stasiun mewadahi cahaya sendiri. Dada
mewadahi cahaya Islam (praktik ibadah dan amal saleh). Hati mewadahi
cahaya iman. Hati-lebih-dalam mewadahi cahaya makrifat atau pengetahuan
akan kebenaran spiritual. Inti-hati-terdalam mewadahi dua cahaya,
cahaya kesatuan dan cahaya keunikan, yang merupakan dua wajah Ilahi.
Keempat stasiun tersebut bagaikan area yang
berbeda dari sebuah rumah. Dada adalah area terluar, bagaikan pinggiran
dari sebuah rumah yang berbatasan dengan dunia luar, tempat
binatang-binatang buas dan orang-orang asing berkeliaran. Hati dapat
disamakan dengan rumah itu sendiri. Ia dilingkari oleh tembok-tembok dan
diamankan dengan gerbang atau pintu yang terkunci. Hanya anggota
keluarga serta tamu yang diundanglah yang boleh memasukinya. Hati-lebih
–dalam adalah kamar yang terkunci yang menyimpan benda-benda pusaka
berharga milik keluarga tersebut. Hanya segelintir yang memiliki
kuncinnya.
Tiap-tiapstasiun atau lapisan juga di
kaitkan dengan maqam spiritual yang berbeda-beda, tingkat pengetahuan
serta pemahaman yang berbeda, juga tingkat nafs yang berbeda.
Lapisan pertama, shadr adalah inti
dari tindakan. Ia tempat interaksi antara kepribadian kita dan alam
sepiritual kita.kita memerlukan kepribadian untuk berinteraksi, namun
kita membutuhkan bimbingan kearifan yang dalam dari hati. Di dalam dada,
kita dapat mengubah kecenderungan negatif kita menjadi positif –sebuah
pekerjaan besar kimia-psikospiritual.
Lapisan kedua, qalb adalah tempat
pengetahuan yang lebih mendalan dan keimanan terhadap ajaran spiritual
dan keagamaan yang murni. Ia juga tempat kesadaran kita akan kehadiran
Tuhan-sebuah kesadaran yang mengarahkan kita pasatransformasi pemikiran
dan tindakan.
Lapisan ketiga, fu’ad berkedudukan
lebih dalam lagi, tetapi sangan dekat hubungannya dengan hati. Ia tempat
pengetahuan langsung. Hati-secara intelektual memahami bahwa kita
berada di bawah pengawasan Tuhan, namun pada tingkat
lubuk-hati-terdalam- kita merasakan kehadiran tuhan dengan sangat jelas,
seakan-akan kita melihat Tuhan berada di hadapan kita.
Pada lapisan keempat, lubb kita
memasuki wilayah yang Mahahalus. Ia berada di luar jangkauan kata-kata,
teori-teori,dan pemikiran-pemikiran. Pada tingkat ini, orang-orang suci
memasuki dunia puisi, bukan lagi prosa.
Semakin dalam kita menyelam ke dalam hati
kita, maka semakin dekat kita kepada Allah-Sang Mahabaik dan Mahabenar.
Semakin kita dekat dengan-Nya, semakin kita menyerap danmemancarkan
kebaikan dan kebenaran bagi semesta. Karena itu, apa yang menahan kita
untuk menjelajahi kedalam hati kita.
Tinggalkan pakaian keangkuhan dari tubuhmu:
Dalam mencari ilmu, kenakan busana kerendahan hati
Jiwa menerima dari jiwa pengetahuan tentang kerendahan hati, bukan dari buku-buku atau ceramah.
Meskipun misteri kemiskinan spiritual ada dalam hati pencari, dia tidak memiliki pengetahuan ihwal misteri itu.
Biarlah dia menanti sampai hatinya papang dan penuh cahaya: Allah berfirman “bukankah kami telah melapangkan dadamu... (94:1)
Sebab Kami telah pancarkan cahaya di sana, kami telah melapangkan hatimu.
Ketika engakau menjadi sumber susu, kenapa engkau memerah susu lain?
Sebuah sumber susu yang tak habis-habisnya ada dalam dirimu: mengapa engkau mencari susu dengan ember?
Enkau adalah danau yang memiliki saluran kelautan: malulah mencari air dari kolam; karena bukankah telah Kami lapangkan...?
Sekali lagi, tidakkah engkau memiliki kelapangan? Mengapa engkau mondar-mandir seperti pengemis?
Renungkanlah kelapangan hati dalam dirimu.
-Rumi,Mastnawi,v.1061-71
No comments:
Post a Comment