4 MAQAM MUSYAHADAH
Allah utamakan dari golongn-glongan tersebut mereka yang Arifin (Ahli Ma’rifat ) kepda Allah, sifat-sifatNya serta asmaNya. Allah rasakan pula buat mereka kelezatan cinta kasih dan Allah tunjukkan pula untuk mereka hakekat segala sesuatu di bumi dan di langit. Solawat dan salam terhadap junjungan kita Muhammad s.a.w penutup segala Nabi-nabi yang Ia ciptakan NUR MUHAMMAD itu dari ZAT-NYA dan Ia ciptakan pula segala sesuatu itu daripada NUR MUHAMMAD itu. Salawat dan salam pula untuk seluruh Sahabat Beliau sebagai Pimpinan Para Auliya. Demikian juga selanjutnya solawat dan salam untuk para Tabi’in dan Tabi’ittabi’in semoga kebaikan selalu buat mereka sampai Hari Pembalasan.”
MENJELASKAN TENTANG HAL-HAL YANG BISA MERUSAKKAN DAN MENGGAGALKAN SESEORANG SAMPAI KEPADA ALLAH S.W.T
Hendaklah anda ketahui, bahwa yang terpenting, anda harus
memelihara diri anda agar jangan sampai jatuh ke lembah maksiat, maupun
maksiat lahir ataupun batinBegitu juga hendaknya anda dpat melepaskan diri anada dari hal-hal yang dapt merusakkan perjalanan cita-cita menuju keredaan Allah, atau yang dapat menggagalkan maksud anda kearah yang dimaksud.
Hal-hal yang dapat “merusakkan” perjalanan menuju Allah s.w.t. itu banyak sekali, diantaranya :
a) KASAL
(Malas), malas untuk mengerjakan ibadat kepada Allah s.w.t. padahal sebenarnya anda dapat dan sanggup untuk melakukan ibadat tersebut.
b) FUTUR
(Bimbang/lemah pendirian), tidak memiliki tekad yang kuat karena terpengaruh oleh kehidupan duniawi.
c) MALAL
(Pembosan), cepat merasa jemu dan bosan untuk melaksanakan ibadah karena merasa terlalu sering dilakukan, padahal tujuan belum juga tercapai.
Timbulnya hal-hl tersebut di atas adalah disebabkan kurang kuatnya rasa keimanan, kurang mantapnya keyakinan, dan banyk terpengaruh oleh hawanafsunya sendiri.
Selanjutnya hala yang mengakibatkan “Gagalnya” untuk mencapai tujuan, antara lain SYIRIK KHOFI (syirik tersembunyi) atau dengan kata lain timbul suatu tanggapan dalam hatinya, bahwa golongannyalah yang paling benar yang paling diterima ibadahnya, golongan lain di luar golongannya itu semua salah dan menyalahkan semua hukum dan akidah yang tidak sesuai dengan golongannya, padahal mereka tidak berpegang pada satu mas’af pun, dan beranggapan bahwa semua amal ibadah yang dia lakukan adalah sepenuhnya dari kemampuannya sendiri, tidak dirasakannya dan diyakininya, bahwa apa yang dilakukannya itu semua, pada Hakekatnya dari pada Allah s.w.t.
Segala sesuatu yang Allah ciptakan ini (Mahkluk) pada dasarnya/hakikatnya adalah seakan-akan alat belaka dari Allah, namun Mahasuci Allah daripada memerlukan alat.
Hal-hal yang tergolong dalam syirik-khofi antara lain adalah sebagai berikut :
- RIA’ (Memamerkan)
- SUM’AH (Memperdengar-dengarkan)
- UJUB (Membanggakan diri)
ﺳﻘﻃ۱ۅله ۅقوڧﻣﻊ۱ﻟﻌﺒﺎدة
( Suqut awwaluhu wuquf ma’al-ibadah)
“Gugur permulaannya karena terhenti pada ibadahnya semata-mata”
- HAJBUN (Hijab/Dinding)
Oleh sebab itu, agar anda dapat terlepas dari hal-hal/penyakit tersebut-hal mana dapat membahayakan perjalanan anada,maka tidak ada jalan lain, kecuali memantapkan pandangn batin (musyahadah) dengan penuh keyakinan, bahwa “segala apapun yang terjadi pada hakekatnya/dasarnya adalah dari Allah s.w.t.” sebagaimana yang akan diuraikan pada bagian berikut ini.
TAUHIDUL AF’AL
(Ke-Esaan perbuatan)
Hendaklah anda ketahui bahwa segala apapun juga yang terjadi didalam
alam ini pada hakekatnya adalah AF’AL (Perbuatan ) Allah s.w.t.Yang terjadi didalam alam ini dapat digolongkan pada 2 (dua) golongan :
a) Baik pada bentuk (rupa) dan isi (hakekatnya) seperti Iman dan Taat.
b) Jelek pada bentuk (rupa) namun baik pada pengertian isi (hakekat) seperti KUPUR dan MAKSIAT. Dikatakan ini jelek pada bentuk karena adanya ketentuan hukum/syara yang mengatakan demikian. Dikatakan baik pada pengertian isi (hakekat) karena hal itu adalah suatu ketentuan dan perbuatan dari Allah Yang Maha Baik.
Maka “Kaifiyat” (cara) untuk melakukan pandangan (Syuhud/musyahadah) sebagaimana dimaksudkan di atas ialah :
“Setiap apapun yang disaksikan oleh mata hendaklah di tanggapi oleh hati, bahwa semua itu adalah AF’AL (perbuatan) dari pada Allah s.w.t.”
Bila ada sementara anggapan tentang ikut sertanya “ yang lain pada Allah” di dalam proses kejadian sesuatu, maka hal tersebut tidak lain hanya dalam pengertian majazi (bayangan) bukan menurut pengertian hakiki.
Catatan :
Misalnya si A bekerja untuk mencari makan dan/atau memberi makan anak-anaknya. Maka si A tergolong dalam pengertian “yang lain dari pada Allah” dan juga dapat dianggap “ikut serta dalam proses” memberi makan anaknya. Fungsi si A dalam keterlibatannya ini hanya majaz (Bayangan) saja, bukan dalam arti hakiki. Karena menurut pengertian hakiki yang memberi makan dan minum pada hakekatnya ialah Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an S. As-Syu’ara ayat 79.
“DIALAH ALLAH YANG MEMBERI MAKAN DAN MINUM KEPADAKU”
Segala macam “perbuatan” (sikap atau laku) apakah perbuatan diri sendiri ataupun perbuatn yang terjadi diluar dirinya, adalah termasuk dalam 2 macam pengertian. Pengertian Pertama dinamakan MUBASYARAH dan pengertian ke dua dinamakan TAWALLUD. Kedua macam pengertian ini tidak terpisah satu sama lain.
Contohnya adalah sebagai berikut :
a) Gerakan Pena ditangan seorang penulis, ini dinamakan MUBASYARAH (terpadu) karena adanya “perpaduan” dua kemampuan kodrati yaitu kemampuan kodrati gerak tangan dan kemampuan kodrati gerak pena.
b) Gerakan batu yang lepas dari tangan pelempar. Hal ini dinamakan TAWALLUD (terlahir) karena lahirnya gerakan batu yang dilemparkan itu adalah kemampuan kodrati gerak tangan.
Namun pada hakekatnya kedua macam pengertian itu (Mubasyarah dan Tawallud) adalah af’al Allah s.w.t., didasarkan kepada dalil/nas Al Qur’an :
وﷲﺧﻠﻘﻜﻢوﻣﺎﺗﻌﻤﻠﯣن
(Wallahu Kholaqakum wa maa ta’maluun)
Artinya : Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan
Syekh Sulaiman Al Jazuli r.a. menyebutkan dalam
syarah/penjelasan Kitab Dala-ilul Khairat bahwa apapun juga yang
dilakukan oleh hamba, perkataan, tingkah laku, gerak dan diam, namun
semua itu sudah lebih dahulu pada Ilmu, Qodo dan Qodar/Takdir Allah
s.w.t.Firman Allah di dalam Al Quran :
وﻣﺎرﻣﻴﺖ إذ رﻣﻴﺖ وﻟﻜنﷲ رﱉ
(Wa ma ramaita idz ramaita walaakunnallahu ramaa)
Artinya : Tidaklah Engkau yang melempar (Hai Muhammad) tetapi Allah-lah yang melemparkan ketika Engkau melempar
ﻻﺣول وﻻﻗوۃ١ﻻﺑﺎﷲ١ﻟﻌﻠﻲ١ﻟﻌﻆﻴﻢ
(La haula wa la quwwata illaa Billahil’aliyyil azhiem)
Artinya : Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan (daya dan kekuatan) Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung
ﻻﺗﺘﺤﺮك ذرۃإﻻﺑﺎءذنﷲ
Hadist Rasulullah s.a.w.
(La Tataharru dzarratun illaa bi idznillaahi)
Artinya : Tidak bergerak satu zarrah juapun melainkan atas izin Allah.
Penjelasan :“ ﻻ “ Lam lifA
Dalam Ayat dan Hadist Rasullah tersebut diatas terdapat Alif Lam yang dinamakan Alif Lam “Istigraqil Jinsiyah” yang artinya “La” (Tidak) atau (ketidak mampuan) mahluk dalam pengertian yang sebenar-benarnya, bukan pengertian majas yang bisa berubah ataupun diberi pengertian yang berbeda. Alif lam tersebut (Qadim) mutlak adalah hanya Allah yang Maha berkehendak, Maha memberi Gerak, Maha Berkuasa atas apapun, dalam artian, manusia atau mahluk tak dapat melakukan apapun, kecuali atas kehendak Allah atas mahluknya, jadi gerak dan diamnya seluruh mahluk dan alam semesta ini terlebih dahulu telah berada pada ketentuan Qadar/Qadanya Allah, maka sesungguhnya yang di maksud usaha ataupun ihktiar pada mahluk (manusia) tak lain adalah datangnya dari ketentuan Allah juga, bukan atas kehendak mahluk (manusia) nya itu sendiri.
Atas pandangan tersebut (musyahadah) inilah, maka Rasulullah s.a.w. tidak mendoakan kehancuran bagi kaumnya yang telah menyakiti Beliau.
Catatan :
Bermacam macam hinaan, cacian, bahkan siksaan yang dilancarkan oleh golongan Jahiliyah kepada Rasullullah s.a.w. namun beliau balas dengan doa :
۱ﻟﻠﻬﻢ۱ﻫﺪﻗﻮﻣﻲٳﻧﻬﻢﻻﯾﻌﻠﻤﻮن
(Allahummah diiqaumi innahum la ya’lamuun)
Artinya : “Ya Allah, Tunjukilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Apabila anda tetap selalu atas pandangan (Musyahadah) Tauhidul Af’al
dengan penuh yakin (Tahkik) maka terlepaslah anda dari pada penyakit dan
bahaya Syirik Khofi sebagaimana tersebut diatas.Sehingga akhirnya anda dapat menyaksikan dengan jelas bahwa ygang berupa UJUD MAJASI (Ujud bayangan) ini lenyap dan hilang sirna, dengan nyatanya NUR UJUDULLAH yang hakiki.
Catatan :
Apalah artinya cahaya pelita yang dinyalakan disiang hari, dibandingkan dengan cahaya mentari yang cerah memancar.
Apabila secara terus menerus anda melati dengan pandangan/musyahadah demikian sedikit demi sedikit dengan tidak tercampur baur antara pandngan lahir dan pandangan batin, maka sampailah anda pad suatu “Maqom (Tingkatan)” yang dinamakan MAQOM WIHDATUL AF’AL.
Pada tingkatan ini, berarti Fana (lenyap) segala perbuatan mahluk-perbuatana anda sendiri ataupun perbuatan yang lain dari anda - karena “nyatanya” perbuatan Allah Yang Maha Hebat.
TAUHIDU DZAT
Ketika semua makhluk belum ada, bumi dan langit belum diciptakan, surga dan neraka belum ada. Kondisi itu oleh kalangan para ahli tasawuf di dikenal dengan sebutan “ Alam Sunyi“.
Pada keadaan Alam Sunyi tersebutlah Zat berdiri dengan nur-Nya dan dengan Nur-Nya itu Zat berdiri dengan sendirinya , tanpa sebab yang menyebabkannya.
Tahap selanjutnya dari Nur-Nya timbullah sifat Ujud dari Zat yang berarti Ada, Dan mulai saat itu Zat tersebut menjadi ada dengan sifat Ujudnya atau Adanya Zat tersebut dengan sifat ujud-Nya tersebut.
Sehingga tanpa sifat ujud itu, Zat hanyalah Zat semata-mata karena
belum ada sifat yang menyebabkan adanya. Dengan telah adanya sifat Ujud
yang berarti Ada, Ada-Nya Zat itu dimulai dengan terpancarnya Nur dari Zat, sehingga Nur yang terpancar dari Zat adalah sesuatu yang membuktikan Adanya Zat. Tanpa Nur yang memancar dari Zat, sifat Ujud dari Zat tidak boleh dibuktikan.
Ini merupakan pemahaman yang sangat penting, karena sebagai makhluk, kita tidak diberi hak atau kita tidak diberi kuasa ilmu untuk membicarakan tentang Zat Tuhan. Sebagai makhluk, kita hanya diberi wewenang sebatas kajian tentang Perbuatan Tuhan ( Zat ) saja. iaitu sesuatu yang sudah diciptakan dan atau dilahirkan oleh Tuhan ( Zat ) atau sesuatu yang sudah ada dan diadakan, sehingga apabila sesuatu itu telah ada, kita boleh dan diberi hak untuk melakukan kajian dan pembahasan sesuai dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
Kembali kepada pancaran Nur yang menjadi bukti dari Adanya Zat yang
sebelumnya Zat berdiri sendiri dengan Nur-Nya, maka selanjutnya Nur tersebutlah yang melahirkan sifat-sifat dari Zat secara keseluruhan.
Nur yang memancar dari Zat itulah yang kemudian difahami sebagai Nur Muhammad.
Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu
Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu
sembunyikan, dan banyak ( pula yang ) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah
datang kepadamu Cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan (n QS : 005. : Al Maa-idah : Ayat : 015 ]
Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan Kitab Maksudnya: Al Quran.
Jabir ibn `Abd Allah r.a. berkata kepada Rasullullah s.a.w:
“Wahai Rasullullah, biarkan kedua ibu bapa ku dikorban
untuk mu, khabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua
benda.” Baginda berkata: “Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah
jadikan ialah cahaya Rasulmu daripada cahaya-Nya, dan cahaya itu tetap
seperti itu di dalam Kekuasaan-Nya selama Kehendak-Nya, dan tiada apa,
pada masa itu ( Hr : al-Tilimsani, Qastallani, Zarqani ) `Abd al-Haqq al-Dihlawi mengatkan bahwa hadist ini sahih
Kemudian dari Nur Muhammad terciptalah Lauh, Arasy , Qalam. Qalam kemudian diperintah untuk menulis ‘la ilaha illa’Allah Muhammadun Rasulullah’ selanjutnya Qalam melanjutkan penulisan penciptaan
seperti bumi dan langit, surga dan neraka, malaikat dan iblis serta
semua makhluk lainnya termasuk manusia dan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul
serta umatnya yang tunduk dan umat yang durhaka sampai hari kiamat kelak
yang kemudia dikenal dengan Qadha dan Qadar serta dari Nur Muhammad itu jugalah kemudian tercipta Adam AS.
“ Bila Tuhan menjadikan
Adam, Dia menurunkan aku dalam dirinya ( Adam ). Dia meletakkan aku
dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api
dalam diri Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia
dan memasukkan aku ke dalam rahim yang suci sehingga Dia mengeluarkan
aku dari kedua ibu-bapa ku. Tiada pun dari mereka yang terkeluar “. ( HR : Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani )
Dari pemahaman yang singkat di atas, dapat kita membuat suatu kesimpulan dengan pemahaman bahwa, sebelum
Allah di sebut Tuhan, maka yang ada pada saat itu hanyalah Zat
semata-mata yang terdiri dengan sendirinya, dengan Nur-Nya dan Allah
baru menyatakan dirinya sebagai Tuhan setelah Allah melahirkan
sifat-sifatnya melalui Nurnya tersebut. Nur Allah itu kemudian
dinyatakan sebagai Nur Muhammad, sehingga melalui Nur Muhammad
tersebutlah Allah melahirkan sifat-sifat ketuhanan pada makhluk-Nya.
Selanjutnya melalui risalah yang singkat ini, dapatlah kiranya
dipahami sedikit lebih tentang tentang konsep pemahaman yang menyatakan
bahwa “ Zat pada Allah, Sifat Pada Muhammad, Rupa pada Adam dan Rahasia pada Diri Kita “
Sebagai catatan dari risalah ini perlu disampikan bahwa kalimat “ Zat berdiri dengan Nur-Nya “ bukan difahami dengan kosep “ Zat “ dan “ Nur “ yang terpisah. Pemisahan dilakukan hanyalah semata-mata untuk membangun pengertian dan pemahaman tentang Kelahiran Sifat dari Zat.
Terakhir, saya berharap semoga kajian ini boleh menambah konsep
pemahaman kita dan sebagai tambahan bahan dalam diskusi pada majelis
masing-masing.
Allah SWT adalah wajibul-wujud bagi zatNya, dan sifat wujud Allah SWT adalah wajib dan lazim dalam zatNya.
Oleh karena itu wujud zat Allah tidak boleh terhalang oleh tidak ada.
Allah wujud karena zatNya dan bukan karena yang lain.
Wajibul-wujud Allah adalah wajibul-wujud bagi zatNya yang tidak membutuhkan sesuatu pun selain Allah.
Sebaliknya, wujudnya sesuatu selain Allah membutuhkan kepada wujud zat Allah.
Dengan demikian, zat Allah adalah Esa, dan tidak ada yang menyerupainya.
Allah adalah Zat yang bersifat Ujud (Wujud) yang berarti ada. Allah ada dengan sendirinya. Tidak disebabkan oleh sesuatu sebab dan tidak diakibatkan oleh suatu akibat. Dialah Tuhan yang awal dan yang akhir dan daripada-Nya tersebab adanya segala sesuatu. Sehingga dengan tersebab karena Allah adanya segala sesuatu itu, maka tidak ada segala sesuatu itu yang tidak berasal dari pada Allah. Dan tidak ada segala sesuatu itu melainkan hanya Allah yang wajib Wujud saja.
Wujud adalah sifat yang utama yang dilahir dari Zat sebagai bukti keber-ada-an-Nya. Dari sifat Ujud tersebutlah dilahirkan sekalian sifat yang dikandung oleh Sifat Zat, karena mustahil Zat itu mempunyai sifat Kuasa dan atau Maha Kuasa apabila Zat itu tidak bersifat Wujud.
Sehingga ketika lenyap sifat Wujud tersebut pada diri makhluk karena hanya Allah saja yang wajib Wujud, maka lenyap pulalah seluruh sifat yang diakibatkan oleh sifat Wujud tersebut pada diri makhluk. Yang tinggal hanyalah Sifat Zat semata-mata, yaitu Allah.
Dengan memahami terminologi bahasa bahwa, sifat adalah sesuatu yang menjadi pertanda dari keberadaan suatu zat, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan suatu zat dapat dirasakan dengan merasakan keberadaan sifatnya, Dimana ada zat, maka disanalah juga berada sifatnya. panas di utara apabila apinya ada di selatan. Apabila panasnya terasa di utara, maka apinya pasti ada di utara , Dimana ada Sifat disitulah Zat berada. Tidak mungkin kita merasakan juga.
Sehingga ketika lenyap sifat Wujud tersebut pada diri makhluk karena hanya Allah saja yang wajib Wujud, maka lenyap pulalah seluruh sifat yang diakibatkan oleh sifat Wujud tersebut pada diri makhluk. Yang tinggal hanyalah Sifat Zat semata-mata, yaitu Allah.
Dengan memahami terminologi bahasa bahwa, sifat adalah sesuatu yang menjadi pertanda dari keberadaan suatu zat, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan suatu zat dapat dirasakan dengan merasakan keberadaan sifatnya, Dimana ada zat, maka disanalah juga berada sifatnya. panas di utara apabila apinya ada di selatan. Apabila panasnya terasa di utara, maka apinya pasti ada di utara , Dimana ada Sifat disitulah Zat berada. Tidak mungkin kita merasakan juga.
” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. “. ( QS : 02. Al Baqarah : Ayat : 186 ).
” dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya “, ( QS : 50. Qaaf : Ayat : 16 )
Mungkin hanya sampai disini saya bisa menjelaskan tentang , Hakikat Tuhan , dalam Blog Kajian Hakikat Tauhid ini, karena apabila tanpa didasari dengan kekuatan ibadah lahir dan ibadah batin yang sempurna, maka pemahaman ini justru bisa dimanfaatkan oleh iblis untuk menyesatkan aqidah, sebagaimana yang telah terjadi pada faham Wahdatul Ujud yang memahami bahwa Makhluk bisa bersatu dengan Tuhannya.
No comments:
Post a Comment