أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
1.
Sebuah Hadis Qudsi menyatakan : "Adalah Aku suatu perbendaharaan yang
tersembunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku, maka
kujadikanlah makhluk: Maka dengan AlLah mereka mengenal Aku". Dasar
"Wihdhatul Wujud" yang menjadi faham Ahli Tarekat. Bahawa AlLah itu
permulaan kejadian, yang awalnya tiada permulaan. AlLah telah ada dan
tiada yang lain besertaNya. Dan kerana supaya zatnya dilihat pada
sesuatu yang bukan zatnya, sebab itulah dijadikan segenap kejadian
(Al-Khaliq).
2. Firman AlLah dalam Al-Quran (S.Al-Jin: 16)
MEMBUKA HIJAB YANG MEMBATASI DIRI DENGAN ALLAH SWT
A. Membina Peribadi
1. Perbaikan Akhlak Firman AlLah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Kahfi: 110)
فَمَن كانَ يَرجوا لِقاءَ رَبِّهِ فَليَعمَل عَمَلًا صٰلِحًا وَلا يُشرِك بِعِبادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
- "Maka barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh (memperbaiki akhlak) dan janganlah ia mempersekutukan apapun dalam beribadat kepada Tuhan (bersih dari segala kotoran hawa nafsu)"
Al-Ghazali di dalam kitabnya Kimyaus-Saadah menyatakan
- "tujuan perbaikan akhlak ialah membersihkan qalbu dari kotoran hawa nafsu dan amarah hingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan".
2. Sabar Firman AlLah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Baqarah: 45 - 46)
وَاستَعينوا بِالصَّبرِ وَالصَّلوٰةِ ۚ وَإِنَّها لَكَبيرَةٌ إِلّا عَلَى الخٰشِعينَ
"Jadikanlah
sabar dan Salat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu
adalah tugas berat kecuali bagi orang yang khusyu".
Orang
- orang yang khusyu' itu ialah orang yang menyukai bahwa mereka itu
akan bertemu dengan AlLah dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya"
Menurut
Al-Ghazali, 'Sabar' ialah meninggalkan segala macam pekerjaan yang
digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada pendirian agama yang
bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semata - mata kerana
menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat"
Pembahagian Sabar:
- a) Sabar Disiplin / Taat
- i) Sabar sebelum taat, ialah niat yang ikhlas, tujuan yang benar, merasa berkewajipan atas keyakinan agama dalam menerima peraturan berupa perintah atau larangan.
- ii) Sabar melaksanakan taat, ialah melaksanakan kewajipan sampai selesai, berkala atau terus menerus dengan penuh tanggungjawab dan kesungguhan.
- iii) Sabar setelah taat, ialah tidak merasa bangga dengan selesainya pekerjaannya, tidak iri hati atau kekurangan atau kelebihan orang lain, tidak ria' untuk dikagumi hasil usahanya.
-
- b) Sabar Berkewajipan. Mengetahui sesuatu kewajipan tidak cukup untuk dapat dikerjakan tanpa adanya kesabaran dan sebaliknya mengetahui sesuatu larangan belum tentu dapat meninggalkannya tanpa adanya kesabaran.
- c) Sabar menurut hukum terbahagi:
- Sabar untuk menjauhkan diri dari segala yang haram,hukumnya 'wajib'.
- Sabar untuk menjauhkan diri dari segala pekerjaan makruh, hukumnya 'sunat'.
- Sabar dalam menjalankan hukuman kerana pelanggaran maka hukumnya 'harus'.
- Sabar membela kehormatan atau hak milik hukumnya 'haram'. Sifat sabar dalam keadaan ini dinamakan 'sabar Saja'ah' (sabar berani). Firman AlLah dalam Al-Quran (S. Al-Anfaal: 46)
وَاصبِروا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصّٰبِرينَ"Bersabarlah kamu sekalian, sesungguhnya AlLah beserta mereka yang sabar".
-
3) Syukur. Berterima
kasih kepada AlLah atas segala nikmat pemberianNya. Erti Syukur,
keadaan seseorang mempergunakan nikmat yang diberikan oleh AlLah itu
hanya untuk membuat kebajikan.
4) Ridha bil Qadha.
Ridha ertinya rela menerima dengan apa yang ditentukan dan ditaqdirkan
AlLah kepadanya. Rela berjuang atas jalan AlLah mencari semata - mata
keridhaan AlLah (Ibtighaa MadhatilLah).
Kesimpulan
Sabar, Syukur dan Ridha adalah tiga sifat terpuji yang sangat bernilai
tinggi, dapat membawa kepada ketinggian budi pekerti dan akhlak dan
merupakan kekuatan yang dapat menolong untuk berkemahuan keras, berjiwa
besar dan bertanggungjawab.
Pendidikan
Tasauf pertama - tama dengan pembaikan akhlak, mencapai tingkat demi
tingkat yang lebih tinggi, dari Muslim biasa kepada Mukminin kepada
Muhsinin kepada Muttaqin kepada Mukarrabin kepada Arifin - mengenal dan
merasai Tuhan yang sungguh - sungguh. Dengan sifat - sifat yang
tersebut, mereka memasuki latihan - latihan jiwa dan mujahadah dengan
Sistem berikut :
- Takhalli - mensuci bersih diri dari segala dosa lahir dan dosa bathin.
- Tahalli - mengisi diri dengan segala sifat yang terpuji.
- Tajalli - memperoleh hakekat kenyataan Tuhan kerana suci bersihnya hati mereka mencintai AlLah. B Latihan Rohani dan Tingkat - Tingkat Yang Harus Dilalui
1. Tujuan Takhalli ialah:
a]. Membersihkan diri dari kotoran hati / sifat - sifat tercela.Firman AlLah dalam Al-Quran (S. As-Sams: 9 - 10)
قَد أَفلَحَ مَن زَكّىٰها* وَقَد خابَ مَن دَسّىٰها
"Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya". - Sifat - sifat yang mengotori jiwa / hati
- Hasad - irihati
- Haqad - dengki / benci
- Suuz-zan - sangka buruk
- Kibir - sombong
- Ujub - merasa sempurna diri dari orang lain
- Riya - mempamerkan kelebihan diri
- Suma' - cari nama atau kemasyuran
- Bukhul - bakhil / kikir
- Hubbul Mal - cinta kebendaan
- Tafahur - membanggakan diri
- Ghadab - pemarah
- Ghibah - pengumpat
- Namimah - bicara belakang orang
- Kizib - dusta
- Khianat - munafik Maksiat Lahir - segala perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan manusia yang merosak orang atau diri sendiri sehingga membawa pengorbanan benda - benda, fikiran dan perasaan. Maksiat Bathin - lebih berbahaya kerana tidak kelihatan dan kurang disedari dan sukar dihilangkan.
b].
Cara membersihkan jiwa / hati Tersingkapnya tabir / hijab yang
membatasi diri dengan Tuhan ialah suci bersihnya diri / jiwa dari
kotoran - kotoran maksiat lahir dan maksiat bathin. Menurut Ahli
Tarekat ada 4 dinding / hijab yang membatasi diri dengan Tuhan dan ada 4
juga jalan yang dapat membuka dinding / hijab itu.
i) Tingkat Pertama
: Suci dari Najis dan Hadas - Bersih dari najis maka wajib bersuci
dengan air atau berinstinja dengan tanah. - Suci dari hadas besar
(keluar mani) maka wajib mandi. - Suci diri dari hadas kecil maka wajib
berwudhu. * Seorang yang hendak menghubungkan diri dengan Tuhan maka
wajib bersih badannya, bersih pakaiannya, bersih tempatnya, bersih
lahir dan bathinnya.
ii) Tingkat Kedua : Suci Dari Dosa Lahir Ada 7 anggota badan yang membuat dosa lahir yang disebut maksiat, iaitu :
- Mulut - dusta / ghibah
- Mata - melihat yang haram
- Telinga - mendengar cerita kosong
- Hidung - menimbulkan rasa benci
- Tangan - merosak
- Kaki - berjalan membuat maksiat
- Kemaluan - bersyahwat / berzina (termasuk makan yang haram).
iii) Tingkat Ketiga :
Suci dari Dosa Bathin Ada 7 alat pembuat dosa bathin yang dinamakan 7
Lataif (Petikan : Pengantar Ilmu Tarekat oleh Abubakar Aceh)
- Latifatul Qalby - berhubungan jantung jasmani. Letaknya dua jari di bawah susu kiri. Di sinilah letaknya sifat - sifat kemusyrikan, kekafiran dan ketahyulan dan sifat - sifat iblis. Untuk mensucikannya zikir dengan membaca 5000 kali - AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Makrifat.
- Latifatu Roh - berhubungan Rabu jasmani. Letaknya dua jari di bawah susu kanan. Di sinilah letaknya sifat Bahimiyah (binatang jinak) iaitu sifat menurut nafsu. Untuk mensucikannya zikir dengan dipalu sekeras - kerasnya 1000 kali - AlLah, AlLah.
- Latifatus-Sirri. Letaknya dua jari di atas susu kiri. Di sinilah letaknya sifat 'Syabiyah' (binatang buas) iaitu sifat zalim / aniaya, pemarah dan pendendam. Untuk mensucikannya zikir dengan membaca 1000 kali - AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat kasih sayang dan ramah - tamah.
- Latifatul Khafi - dikenderai Limpah jasmani. Letaknya dua jari di atas susu kanan. Di sinilah letaknya sifat 'Syaitanuyah' iaitu hasad / dengki, munafik dan khianat. Untuk mensucikannya berzikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah dengan dipalukan sekeras - kerasnya. Pada tingkat ini hati diisi sifat Syukur dan Sabar.
- Latifatul Akhfa - berhubungan empedu jasmani. Letaknya di tengah - tengah dada. Di sinilah letaknya sifat ria, takbur / sombong, ujub / membanggakan diri dan Sum'a / cari nama atau kemasyuran. Untuk mensucikannya zikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi sifat Ikhlas, Khusyu', Tadarru Tafakkur.
- Latifatun-nafsun-Natiqa. Letaknya di antara dua kening. Di sinilah letaknya 'nafsu ammarah' penghalang besar untuk menciptakan perbaikan masyarakat. Untuk mensucikannya zikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Tenteram dan Pikiran Tenang.
- Latifah kullu Jasad - kenderai seluruh tubuh jasmani. Dalam Latifah inilah terletak sifat jahil dan ghaflah (kejahilan dan alpa). Untuk mensucikannya hendaklah dizikirkan 1000 kali - AlLah, AlLah sehingga mengalir zikir disekujur badan jasmani sehingga tiada tempat untuk sifat kebendaan / kejahilan dan kelalaian / Ghaflah. Pada tingkat ini hati diisi pula sifat Ilmu dan Amal.
iv) Tingkat Keempat :
Suci Hati Rabbaniyah Yang dimaksudkan Latifatul Qalby di sini bukan
jantung jasmani tetapi "Latifatur Rabbaniyah" adalah Roh yang suci yang
paling halus dan memerintah serta mengatur badan dan anggota badan
jasmani. Dialah hakekat diri yang sebenar diri. Induk kepada latifah -
latifah lain. Sabda RasululLah s.a.w.
- "Di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasad dan apabila ia rosak maka rosaklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia itu ialah 'hati'.
Pada
Latifah Rabbaniyahlah tempat jatuhnya penilikan AlLah kepada manusia.
Menurut Kaum Sufi, bahawa kehidupan dan alam penuh dengan rahsia -
rahsia tersembunyi. Rahsia tertutup oleh dinding/hijab tetapi bisa
terbuka dan dapat tersingkap, dapat melihat atau merasai atau
berhubungan dengan terang ter-rahsia asal kita menempuh jalannya. Jalan
itulah dinamakan 'Tarekat'. Ahli Tarekat menempuh jalan didikan 3
tingkat iaitu
- Takhalli,
- Tahalli dan
- Tajalli.
2. Tujuan Tahalli ialah:
Mengisi diri dengan sifat - sifat terpuji / menyinari hati.
a)
Dasar Perbaikan Akhlak. Kaum Sufi mengatur suatu ajaran untuk
memperbaiki tata kehidupan dan penghidupan manusia agar manusia itu
menjadi 'manusia wara' yang ikhlas dalam beribadat kepada AlLah, ikhlas
dalam pengabdian melayani masyarakat dan damai / berpartisipasi dalam
kehidupan. Firman AlLah dalam Al-Quran (S. An-Nahl: 90)
"Bahwa
sesungguhnya AlLah memerintahkan untuk berlaku adil, berbuat
kebajikan, hidup berkeluarga. Dan melarang kekejian, kemungkaran dan
bermusuhan. Bahwa Tuhan mengajarkan kepada kamu sekalian (pokok - pokok
akhlak itu) agar kamu sekalian menjadi perhatian"
Ajaran
itu menurut istilah sufi dinamakan: Takhalli, Tahalli dan Tajalli.
Sistem ajaran ini memerlukan latihan - latihan dan perjuangan dengan
tanjakan - tanjakan dari satu tingkat ke tingkat lebih tinggi yakni
dari mensuci bersihkan hati ke tingkat menyinari hati sampai dekat diri
kepada AlLah dalam keadaan Tajalli.
b) Sifat
yang Mnyinari Hati / Jiwa. Sifat yang menyinari hati / jiwa menurut
Kaum Sufi dinamakan sifat - sifat terpuji. Menurut Al-Ghazali di dalam
kitabnya "Arbain fi Usulid-Din" antara sifat - sifat terpuji itu ialah:
- Taubat - menyesali diri dari perbuatan yang tercela
- Khauf / Taqwa - perasaan takut kepada AlLah
- Ikhlas - niat dan amal yang tulus atau suci
- Syukur - rasa berterima kasih
- Zuhud - hidup sederhana, apa adanya
- Sabar - tahan diri dari segala kesukaran
- Ridha - bersenang diri menerima keputusan AlLah
- Tawakkul - menggantungkan diri, nasib kepada AlLah
- Mahabbah - cinta kepada AlLah semata - mata
- Zikrulmaut - selalu ingat mati Maka apabila manusia telah menaungi dan mengisi hatinya dengan sifat - sifat terpuji itu maka hati menjadi cerah dan terang dapat pula menerima cahaya dari sifat - sifat tadi.
c) Mendekatkan
Diri kepada AlLah. Untuk mendekatkan diri kepada AlLah perlu melalui
apa yang lazim dikerjakan oleh Kaum Sufi iaitu Kesempurnaan Agama Islam
yang dapat dicapai dalam 4 tingkat.
i) Tingkat Pertama :
Syariat Ertinya mengerjakan amal badaniyah daripada segala hukum -
hukum: shalat, puasa, zakat dan haji. Syariat adalah peraturan -
peraturan yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Tujuan utama
syariat ialah membangun kehidupan manusia atas dasar amar ma'ruf dan
nahi mungkar. Syariat membahagi ma'ruf kepada 3 kategori:
- 1. Fardhu atau wajib
- 2. Sunnat atau mustahab
- 3. Mubah atau harus
Selanjutnya syariat membahagi munkarat atas 2 bahagi iaitu :
- 1. Haram
- 2. Makruh
Peraturan
- peraturan yang diatur oleh syariat itu adalah atas dasar Quran dan
Sunnah yang merupakan sumber hukum dalam Islam untuk keselamatan
manusia. Menurut Ahli Sufi, bahawa syariat itu baru merupakan tingkat
pertama menuju jalan kepada Tuhan. Tarekatlah yang merupakan perbuatan
untuk melaksanakan syariat itu. Apabila 'Syariat' dan 'Tarekat' dikuasai
maka lahirlah 'Hakekat' yang tidak lain daripada perbaikan keadaan dan
ehwal, sedang tujuan terakhir adalah 'Makrifat' iaitu mengenal Tuhan
yang sebenar - benarnya, serta mencintainya sebaik - baiknya. Syariat
ialah pengenalan perintah dan Hakekat ialah pengenalan pemberi
perintah.
ii) Tingkat Kedua : Tarekat Dasar - dasar pokok mengenai Tarekat antara lain:
2. Firman AlLah dalam Al-Quran (S.Al-Jin: 16)
وَأَلَّوِ استَقٰموا عَلَى الطَّريقَةِ لَأَسقَينٰهُم ماءً غَدَقًا
"Dan
bahawa jika mereka tetap (istiqamah) menempuh jalan itu "TAREKAT"
sesungguhnya akan Kami beri rezeki / rahmat yang berlimpah - limpah".
"Tarekat"
adalah suatu sistem (tariqah) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya
mengenal dan merasakan adanya Tuhan, dalam keadaan seseorang dapat
melihat Tuhan dengan mata hatinya (ainul basirah). Ini didasarkan atas
pertanyaan Saidina Ali bin Abi Thalib kepada RasululLah: "Manakah
Tarekat yang sedekat - dekatnya mencapai Tuhan? Yang dijawab RasululLah
s.a.w. : "tidak lain daripada zikir kepada AlLah". "Syariat" mewajibkan
seseorang mengadap Kiblat dalam Shalat, maka "Tarekat" tidak sampai di
situ saja. Tarekat berpegang kepada Firman AlLah: "Sembahlah Aku".
Yang bermaksud semua ibadah dilakukan kerana tujuan untuk ber-Taqwa
(takut) kepada AlLah. Tetapi bukan setakat pengertian "syariat" iaitu
mengerjakan apa yang diperintah dan menjauhkan apa yang dilarang.
Tetapi menurut Ahli Tarekat Taqwa adalah perpaduan dari 4 sifat:
- 1. (ta) - Taubat
- 2.(qaf) - Qinaah atau khusyu'
- 3. (wauw) - Wara
- 4. (alif) - Ikhlas beribadah mencari keridhaan AlLah
iii) Tingkat Ketiga : Hakekat
Syariat merupakan peraturan, Tarekat merupakan pelaksanaan maka
hakekat adalah tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang sebenar -
benarnya. Menurut Tarekat, hati wajib menghadap kepada AlLah
berdasarkan ayat Quran: "Fa'buduny - sembahlah Aku". Menurut kita
menyembah Tuhan seolah - olah Tuhan terlihat, berdasarkan Hadis: "Sembahlah Tuhanmu, seakan - akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Tuhan melihat kamu".
Menurut
Makrifat, ialah mengenal AlLah untuk siapa dipersembahkan segala amal
ibadat itu. Yang dengan khusyu' seseorang hamba merasa berhadapan
dengan AlLah, ketika ini perasaan bermusyahadah berintai - intaian dan
bercakap - cakap dengan Tuhan seolah - olah AlLah berkata: "Innany Ana
AlLah - Aku inilah Tuhan yakni AlLah" maka kehadiran "hati" berkata:
"Anta AlLah - Engkaulah AlLah". Lalu AlLah berkata lagi:
"Iqimis-shalata lizikry - bershalatlah untuk mengingat akan Aku".
Demikian "hakekat", ialah membuka kesempatan bagaimana salik mencapai
maksudnya, iaitu mengenal Tuhan, Ma'rifatulLah dan Musyahadah Nur yang
Tajalli.
Al-Ghazali menerangkan : "Bahawa
Tajalli itu ialah terbuka Nur cahaya yang ghaib bagi hati seseorang
dan sangat mungkin yang dimaksudkan dengan Tajalli ialah Mutajalli yang
tidak lain daripada itulah AlLah".
iv) Tingkat Keempat : Ma'rifat.
Ma'rifat adalah tujuan pokok, yakni: mengenal AlLah yang sebenar -
benarnya. Taftazany dalam kitabnya "Syarhul Maqsid" menerangkan:
"Apabila seseorang mencapai tujuan terakhir dalam pekerjaan suluknya -
ilalladan fillah, pasti dia tenggelam dalam lautan tauhid dan irfan
sehingga zatnya selalu dalam pengawasan zat Tuhan dan sifatnya selalu
dalam pengawasan sifat Tuhan. Ketika itu orang itu fana dan lenyap
dalam keadaan "masiwallah" apa yang bersifat bukan AlLah. Dia tidak
melihat wujud alam ini melainkan AlLah. Al-Ghazali menerangkan: "bahawa
hatilah yang dapat mencapai hakekat sebagaimana yang tertulis pada
Lauhin Mahfud, iaitu hati yang sudah bersih dan murni. Alhasil, tempat
untuk melihat dan Ma'rifat AlLah adalah "HATI".
3. Tujuan Tajalli ialah:
Mencari Kenyataan AlLah. Firman AlLah dalam Al-Quran (S.An-Nur: 25)
"AlLah itu cahaya langit dan bumi"
Berlandaskan
ayat ini Ahli Sufi yakin beroleh pancaran Nur AlLah Tajallinya AlLah.
Demikian AlLah Tajalli dengan af-al, asma' dan zatNya yang tidak
tersembunyi, "mutajalli min zatihi la yakhhfa". Dalam menempuh jalan
(tarekat) untuk memperoleh kenyataan Tuhan (Tajalli), Ahli Sufi berusaha
melalui ridha dengan latihan - latihan dan mujahadah (perjuangan)
dengan menempuh jalan, antara lain melalui dasar pendidikan 3 tingkat
iaitu: Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Ada pula yang menempuh jalan
suluk dengan sistem "Muratabatu - thariqah" yang terdiri dari 4
tingkat: (seperti sistem yang dipakai oleh Tarekat Naqsabandiah) :
- 1. Taubat
- 2. Istiqamah : Taat lahir dan bathin
- 3. Tahzib : terdiri dari beberapa riadhah / latihan seperti puasa, mengurangi tidur dan menyendiri.
- 4. Taqarrub : mendekatkan diri kepada AlLah dengan berkhalwat, zikir terus - menerus.
Seterusnya maka sampailah salik pada Maqam Nihayah: Fana-uhu 'ala baqa-ihi wa ghaya-tuhu 'ala hudu-rihi yaitu
fana dalam kebaqaan AlLah dan lenyap dalam kehadiran AlLah. Hal
demikian bisa berhasil kerana Tuhan Maha cahaya terhadap hambaNya dan
Tuhan adalah sumber cahaya dan Ilmu. Apabila Tuhan telah menembusi hati
hambaNya dengan 'nur' dan cahayaNya, maka berlimpah ruahlah Rahmat.
Sumber: Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly
FANA ( Imam Ghazali )
1. Pengertian Fana
2. Kata-kata Hikmah Dari Wali-wali Allah yang telah mengalami FANA
Kebanyakan
kitab-kitab tua seperti Kitab Syarah Hikam Ibni Athoillah As-Kandariah,
Kitab Manhal-Shofi, Kitab Addurul-Nafs dan lain-lain menggunakan
istilah-istilah seperti 'binasa' dan 'hapus' untuk memperihalkan tentang
maksud fana. Ulama-ulama lainnya yang banyak menggabungkan beberapa
disiplin ilmu lain seperti falsafah menggunakan istilah-istilah seperti
'lebur', 'larut', 'tenggelam' dan 'lenyap' dalama usaha mereka untuk
memperkatakan sesuatu tentang 'hal' atau 'maqam' fana ini.
Di dalam Kitab Arrisalah al-Qusyairiah disebutkan arti fana itu ialah;
Lenyapnya sifat-sifat basyariah(pancaindera)
Maka
sesiapa yang telah diliputi Hakikat Ketuhanan sehingga tiada lagi
melihat daripada Alam baharu, Alam rupa dan Alam wujud ini, maka
dikatakanlah ia telah fana dari Alam Cipta. Fana bererti hilangnya
sifat-sifat buruk (maksiah lahir dan maksiat batin) dan kekalnya
sifat-sifat terpuji(mahmudah). Bahawa fana itu ialah lenyapnya
segala-galanya, lenyap af'alnya/perbuatannya(fana fil af'al), lenyap
sifatnya(fana fis-sifat), lenyap dirinya(fan fiz-zat)
Oleh kerana inilah ada di kalangan ahli-hali tasauf berkata:
"Tasauf itu ialah mereka fana dari dirinya dan baqa dengan Tuhannya kerena kehadiran hati mereka bersama Allah".
Sahabat
Rasulullah yang banyak memperkatakan tentang 'fana' ialah Sayyidina
Ali, salah seorang sahabat Rasulullah yang terdekat yang diiktiraf oleh
Rasulullah sebagai 'Pintu Gedung Ilmu'. Sayyidina Ali sering
memperkatakan tentang fana. Antaranya :
"Di dalam fanaku, leburlah kefanaanku, tetapi di dalam kefanaan itulah bahkan aku mendapatkan Engkau Tuhan".
Demikianlah
'fana; ditanggapi oleh para kaun sufi secara baik, bahkan fana itulah
merupakan pintu kepada mereka yang ingin menemukan Allah(Liqa Allah)
bagi yang benar-benar mempunyai keinginan dan keimanan yang kuat untuk
bertemu dengan Allah(Salik). Firman Allah yang bermaksud:
"Maka
barangsiapa yang ingin akan menemukan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amalan Sholeh dan janganlah ia mempersekutukan siapapun
dalam beribadat kepada Allah (Surah Al-Kahfi:)
Untuk mencapai liqa Allah dalam ayat yang tersebut di atas, ada dua kewajiban yang mesti dilaksanakan iaitu:
Pertamanya
mengerjakan amalan sholeh dengan menghilangkan semua- sifat-sifat yang
tercela dan menetapkan dengan sifat-sifat yang terpuji iaitu Takhali dan
Tahali.
Keduanya
meniadakan/menafikan segala sesuatu termasuk dirinya sehingga yang
benar-benar wujud/isbat hanya Allah semata-mata dalam beribadat. Itulah
ertinya memfanakan diri.
Para
Nabi-nabi dan wali-wali seperti Sheikh Abu Qasim Al-Junaid, Abu Qadir
Al-Jailani , Imam Al-Ghazali, Ab Yazid Al-Busthomi sering mengalami
keadaan "fana" fillah dalam menemukan Allah. Umpamanya Nabi Musa
alaihisalam ketika ia sangat ingin melihat Allah maka baginda berkata
yang kemudiannya dijawab oleh Allah Taala seperti berikut;
"Ya
Tuhan, bagaimanakah caranya supaya aku sampai kepada Mu? Tuhan
berfirman: Tinggalkan dirimu/lenyapkan dirimu(fana), baru kamu kemari."
Ada seorang bertanya kepada Abu Yazid Al-Busthomi;
"Bagaimana
tuan habiskan masa pagimu?". Abu Yazid menjawab: "Diri saya telah
hilang(fana) dalam mengenang Allah hingga saya tidak tahu malam dan
siang".
Satu ketika Abu Yazid telah ditanyai orang bagaimanakah kita boleh mencapai Allah. Beliau telah menjawab dengan katanya:
"Buangkanlah
diri kamu. Di situlah terletak jalan menuju Allah. Barangsiapa yang
melenyapkan(fana) dirinya dalam Allah, maka didapati bahawa Allah itu
segala-galanya".
Beliau pernah menceritakan sesuatu tentang fana ini dengan katanya;
Apabila
Allah memfanakan saya dan membawa saya baqa dengaNya dan membuka hijab
yang mendinding saya dengan Dia, maka saya pun dapat memandangNya dan
ketika itu hancur leburlah pancainderaku dan tidak dapat berkata
apa-apa. Hijab diriku tersingkap dan saya berada di keadaan itu beberapa
lama tanpa pertolongan sebarang panca indera. Kemudian Allah kurniakan
saya mata Ketuhanan dan telinga Ketuhanan dan saya dapat dapati
segala-galanya adalah di dalam Dia juga."
Al-Junaid
Al-Bagdadi yang menjadi Imam Tasauf kepada golongan Ahli Sunnah
Wal-Jamaah pernah membicarakan tentang fana ini dengan kata-kata beliau
seperti berikut:
Kamu tidak mencapai baqa(kekal dengan Allah) sebelum melalui fana(hapus diri)
Membuangkan segala-galanya kecuali Allah dan 'mematikan diri' ialah kesufian.
Seorang
itu tidak akan mencapai Cinta kepada Allah(mahabbah) hingga dia
memfanakan dirinya. Percakapan orang-orang yang cinta kepada Allah itu
pandangan orang-orang biasa adalah dongeng sahaja.
3. Himpunan Kata-kata Hikmat Tentang Fana
A. Sembahyang orang yang cinta (mahabbah) ialah memfanakan diri sementara sembahyang orang awam ialah rukuk dan sujud.
B.
Setengah mereka yang fana (lupa diri sendiri) dalam satu tajali zat dan
kekal dalam keadaan itu selama-lamanya. Mereka adalah Majzub yang
hakiki.
C.
Sufi itu mulanya satu titik air dan menjadi lautan. Fananya diri itu
meluaskan kupayaannya. Keupayaan setitik air menjadi keupayaan lautan.
D.
Dalam keadaan fana, wujud Salik yang terhad itu dikuasai oleh wujud
Allah yang Mutlak. Dengan itu Salik tidak mengetahui dirinya dan
benda-benda lain. Inilah peringkatWilayah(Kewalian). Perbezaan antara
Wali-wali itu ialah disebabkan oleh perbezaan tempoh masa keadaan ini. Ada
yang merasai keadaan fana itu satu saat, satu jam, ada yang satu hari
an seterusnya. Mereka yang dalam keadaan fana seumur hidupnya digelar
majzub. Mereka masuk ke dalam satu suasana dimana menjadi mutlak.
E.
Kewalian ialah melihat Allah melalui Allah. Kenabian ialah melihat
Allah melalui makhluk. Dalam kewalian tidak ada bayang makhluk yang
wujud. Dalam kenabian makhlik masih nampak di samping memerhati Allah.
Kewalaian ialah peringakat fana dan kenabian ialah peringkat baqa
F.
Tidak ada pandangan yang pernah melihat Tajalinya Zat. Jika ada pun ia
mencapai Tajali ini, maka ianya binasa dan fana kerana Tajali Zat
melarutkan semua cermin penzohiran. Firman Allah yang bermaksud :
Sesungguhnya Allah meliputi segala-galanya.(Surah Al-Fadhilah:54)
G.
Tajali bererti menunjukkan sesuatu pada diriNya dalam beberapa dan
berbagai bentuk. Umpama satu biji benih menunjukkan dirinya sebgai
beberapa ladang dan satu unggun api menunjukkan dirinya sebagai beberapa
unggun api.
H. Wujud alam ini fana (binasa) dalam wujud Allah.Dalilnya ialah Firman Allah dalam Surah An-Nur:35 yang bermaksud;
"Cahaya atas cahaya, Allah membimbing dengan cahayanya sesiapa yang dikehendakinya." dan "Allah adalah cahaya langit dan bumi."
I. Muraqobah ialah memfanakan hamba akan afaalnya dan sifatnya dan zatnya dalam afaal Allah, sifat Allah dan zat Allah.
J. Al-Thomsu atau hilang iaitu hapus segala tanda-tanda sekelian pada sifat Allah. Maka iaitu satu bagai daripada fana.
4. Tajuk-tajuk yang berkaitan dengan Fana
- Mikraj Muhammad
- Alamat Sampai Kepada Maqam Yang Tinggi
5. Pesanan Dari Suluk
Hakikat
tidak akan muncul sewajarnya jika syariat dan thorikat belum betul lagi
kedudukannya. Huruf-huruf tidak akan tertulis dengan betul jika pena
tidak betul keadaannya.
Dari
itu saudara-saudaraku anda seharusnya banyak menuntut dan mendalami
ilmu-ilmu agama yang berkaitan dengan syariat , usuluddin dan asas
tasauf untuk mendekatkan diri dengan Allah .
Sumber: Arrisalah Al-laduniyah - Imam Ghazali
CARA MENDAPATKAN ILMU (dari kitab Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly)
Ketahuilah bahwa ilmu manusia diperoleh melalui dua jalan, yaitu;
1. Pengajian Insani
2. Pengajian Rabbani
Jalan Yang Pertama
Jalan pertama adalah jalan yang umum dan saluran yang dapat dirasa, diakui oleh semua ahli logika.
Adapun Pengajian Rabbani terbagi pada dua bagian yaitu;
Mendapatkan ilmu dengan belajar dan;
Mendapatkan ilmu dari dalam iaitu dengan menghabiskan waktu untuk bertafakur.
No comments:
Post a Comment