Friday, June 8, 2012

AKHLAQ TASAWUF

TINJAUAN AHKLAQ
  1. Pengertian Dan Definisi Akhlaq
    1. Pengertian
Kata akhlaq berasal dari bahasa arab yang sudah di Indonesiakan, yang juga diartikan dengan istilah perangai atau kesopanan.
Asal kata akhlaq adalah meervoud dari khilqun, yang mengandung segi – segi persesuaian dengan kata khaliq dan makhluq.
  1. Definisi
Para Ulama Ilmu Akhlaq merumuskan definisinya dengan berbeda – beda tinjauan yang dikemukakannya, antara lain :
  1. Al-Qurtuby mengatakan :
“suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kespanannya disebut akhlaq, karena perbnuatan itu termasuk bagian dari kejadian.”
  1. b.      Ibnu Maskawih mengatakan :
“akhlaq ialah keadaan jiwa yang selalu mendorng manusia berbuat, tanpa memikirkan (lebih lama).”
Imam Al-Ghajali menekankan, bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, penulis menarik definisi lain bahwa akhlak adalah perbuatan manusia yang besumber dari dorngan jiwanya.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia, pada dasarnya bersumber dari kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
  1. Tabiat (pembawaan)
  2. Akal fikiran
  3. Hati nurani
Ketiga kekuatan kejiwaan dalam diri manusia inilah yang menggambarkan hakikat manusia itu sendiri.
  1. Kaitan istilah akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan.
    1. Akhlak dan ilmu akhlak
Ahklak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia, apakh itu baik atau buruk contohnya perbuatan itu sesuai denga petunjuk ilmu akhlak, ini termasuk ilmunya, karna membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan.
  1. Etika dan moral
Etika (ethos) adalah kata yunani, yang brarti adat, watak atau kesusilaan. Sedangkan moral (mos) yang jamaknya mores adalah kata latin, yang berarti adat atau cara hidup.
  1. Kesusilaan dan kesopanan.
Adalah berasal dari bahasa sanseketta, yang terdiri dari kata “su” yang berarti lebih baik, dan kata “sila”, yang berarti prinsip (dasar) atau aturan hidup.
Kedua perkataan ini, disamakan pengertiannya dalam bahasa indnesia, untuk mengungkapkan atau menyatakan perbuatan, perkaataan yang baik dan beradab.
  1. Jenis- jenis akhlak
Akhlak terdiri dari dua jenis
  1. Akhlak baik (terpuji) yaitu perbuatan baik terhadap tuhan, sesama manusia dan mahkluk-mahkluk yang lain, meliputi bertobat, sabar, ikhlas, syukur, tawakal
  2. Ahklak buruk atau terccela yaitu perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan mahkluk yang lain. Meliputi takabur, musyrik, munafik, dan riya dll
  3. System penilaian akhlak
    1. Penilaian menurut ahlus sunah
Timbulnya paham ahlu alsunah merupakan reaksi terhadap paham mu’tazilah yang membawa persoalan teologi yang bercorak filosofis, dibandingkan dengan persoalan-persoalan yang telah dirumuskan oleh aliran teologi  sebelumnya
Lain halnya dengan kaum ahlul assunah, mereka banyak menggunakan sunah nabi dalam memecahkan persoalan teolgi maupun akhlak.
  1. Menurut Jabariyah
Kaum jabariyah berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak mempunyai kemerdekaan dalm menentukan kehendak dan perbuatannya, kecuali kesemuanya ditentukan leh allah SWT. Pendapat ini, selalu mengembalikan segala persoalan manusia kepada allah, karna berpedoman pada beberapa ayat alquran yang di anggap mendasari pendapatnya.
  1. Menurut qodariyah
Beperndapat bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan klekuasaan atas perbuatannya sendiri. Menurut paham ini, manusia memang mempunyai bagian dalam mewujudkan perbuatannya, meskipun tuhan berkuasa atas dirinya.
  1. Menurut sufiyah
Sebelum membicarakan sistetm penilaian akhlak menurut sufiyah (golongan ahli tasawwuf) maka penulis lebih dahulu meninjau aliran aliran yang timbul dalam perkembagan tasawuf, yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 macam aliran, yaitu :
  1. Tasawuf falsafi, yang antara lain tokohnya adalah muhyiddin bin ‘araby
  2. Tasawuf teologi, yang antara lain tokohnya dalh imam al-ghojali.
Tujuan akhlak yang telah dirumuskan oleh kedua tokoh tersebut dimuka, baru merupaka tujuan sementara tasawuf, karna tujuan akhirnya adalh untuk mencapai keridhoan allah SWT.
  1. Persoalan-persoalan akhlak masa kini.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnolgi yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan prilakunya, baiknya sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai mahkluk individual dan social.
Imam ghojali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi 4 macam, yaitu :
  1. Keburukan akhlak yang timbul karna ketidak sanggupan seseorang mengendalikan nafsunya sehingga pelakunya di sebut al-jahil
  2. Perbuatan yang diketahui kemurkaannya, tetapi tidak bisa meniggalkanya karna nafsunya sudah menguasai dirinya sehingga pelakunya di sebut al-jahiludhollu
  3. Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karna pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan bruklah yang dianggapnya baik
  4. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kehawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi.
BAB II
KEBURUKAN AKHLAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP SEGALA KEHIDUPAN MANUSIA SERTA UPAYA MEMPERBAIKINYA
  1. Faktor penyebab terjadinya keburukan ahklak.
Tiga prinsip yang paling mendasar dalam ajaran islam yang perlu tertanam dalam setiap pribadi muslim, yaitu : aqidah, syari’ah, dan ihksan.
Kholid bin hamid berpendapat ada lima yang menyebabkan terjadinya kemerosotan akhlak, yaitu : lemahnya tingkat pendidikan, generasi mudanya, menurut kewibawaan pemimpin umat karna slalu member contoh yang tidak baik, akibat dari buku bacaan, tontonan dan pengaruh pemikian hedonism, lemahnya control social, dan pergaulan bebas yang buruk.
  1. Dampak negative dari ahklak yang buruk
Ahklak buruk seseorang hanya berdampak negative terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungan social yang relative terbatas. Kholid bin hamid al-Hazimi mengatakan akhlak buruk suatu bangsa minimal berpengaruh negative terhadap kehidupan beragama, dapat menganggu keamanan masyarakat, dapat menganggu kesehatan psikis, dapat menganggu kerukunan rumah tangga, dan dapat pula menganggu kelancaran perekonomian bangsa.
  1. Upaya penanggulangan akhlak buruk
Kholid bin Hamid al-Hazimi mengajuka konsep penanggulangan akhlak yang buruk antara lain yaitu : menyebarluaskan tuntunan ilmu agama, menerapkan secara knsisten sanksi hokum agama, menghidupkan kegiatan-kegiatan social agam di masjid, memberdayakan sarana infrmasi, memperluas wawasan pemikiran, berupaya untuk menjaga dan membenahi diri masing-masing warga Negara dan bergaul dengan orang yang baik prilakunya.
Metode ini sudah ada tuntunanya dalam agama, sehingga kehdupan manusia dapat diarahkan kepada hal-hal yang baik, serta yang berguna untuk menjaga kelangsungan hidup dengan sesame manusia.
Ilmu agama memberikan tuntunan tentang sesuatu yang di perintahkan oleh allah, serta sesuatu yang dilarangnya, mengerti ilmu agama berarti mengerti juga cara hidup yang penuh dengan cahaya (masa depan yang menjanjikan, tetapi sebaliknya, tidak mengerti ilmu agama, berarti tidak mengeti juga cara hidup yang menjanjika.
Ada nilai pendidikan yang diserap oleh generasi muda di masjid yang dapat mempengaruhi kepribadiannya antara lain:
  1. Ada nilai kebersamaan yang di tunjukan dalam sholat berjamaah
  2. Ada gerakan satu kmando, yang di tunjukan oleh imam shalat
  3. Ada unsure demkrasi yang sering di tunjukan
  4. Ada unsure pengetahuan dan informasi yang dapat diserap oleh generasi mudadari khutbah jum’at yang di ikutinya
  5. Ada do’a bersama yang dipimpin oleh imam.
Sarana informasi, berupa media masa yang sangat membantu mempercepat penanaman sikap prilaku baik remaja, karna sarana informasi tersebut dapat saja menayangkan segala macam berita maka sebaiknya ada sara informasi yang menayangkan sesuatu yang misinya mendidik generasi muda.
Wawasan keilmuan dan pengetahuan yang diperoleh generasi muda dari pelajaran dan pengalaman hidupanya, lalu mampu menyikapi sesuatu secara cermat. Ia sudah biasa mempertimbangkan sesuatu yang akan dikerjakannya.
Selanjutnya ilmu tasawuf menganjurkan kepada manusia agar selalu mengurangi hal hal yang di senangi oleh nafsu, antara lain mengurangi bicara degan cara merenung, mengurangi makan dn minum degan berpuasa, mengurangi tidur dengan tahajud, sehingga taka ada lagi kesempatan bagi nafsu untuk mempengaruhi manusia melakukan hal yang buruk
BAB III
TINJAUAN TASAWUF
  1. Pengertian, definisi dan asal usul kata tasawuf
    1. Pengertian tasawuf
Lafadz tasawuf adalah bunyi masdar (shoufan) yang artinya mempunayai bulu yang banyak, perubahan dari kata “shofa, yashufu, shoufan” menjadi kata tashowwafa, yatashowwafu, tashowwufan, yang berarti menjadi atau berpindah .
Jadi lafad “attashowufa” dengan arti sebenarnya adalah (menjadi) berbuluh yang banyak.
  1. Definisi akhlak
Beberapa definisi yang dikemukakan leh para ahli diantaranya:
  1. Syekh Muhammad Amin Al-kurdi
“adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa,membersihkanya dari sifat yang buruk dan mengisinya dengan sifat yang terpuji”
  1. Imam Al-ghazali
“adalah budi perkerti, barangsiapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu berarti ia membrikan bekal atasmudalam tasawwuf.
  1. Muhammad Amin Annawawi mengemukakan pendapat Al-Junaid Al-Bahgdadi yang mengatakan :”tasawuf adalah memelihara menggunakan waktu”
  2. Al-Suhrawardi
“ tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di tangan makhluk (kesenangan dunia)
Dari beberapa definisi tersebut, penulis mengemukakan definisi lain yaitu: “tasawuf adalah melakukan ibadah kepada allah dengan cara-cara yang dirintis leh ulama sufi, yang disebutnya sebagai sulukuntuk mencapai suatu tujuan yaitu ma’rifat kepada alam gaib, mendapatkan keridhaoan allah serta mandapatkan kebahagiann di akhirat.
  1. Definisi Sufi
Kata sufi diartikan sebagai orang yang selalu mengamalkan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari hari. Juga dapat diartikan ahli ibadah yang selalu mencari keridoan allah serta mengaharapkan kebahagiann yang kekal di akhirat.
  1. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan tasawuf
    1. Pertumbuhan tasawuf
Jauh sebelum islam, sudah ada ahli mistik yang mengahbiskan hidupnya dengan mendekatkan diri kepada tuhanya, antara lain terdapat pada orang India kuno yang beragama hindu maupun budha. Orang mistik tersebut dinamakan dengan Gymnosophis leh penulis barat. Dan disebut “al-hukama’ul ghurrah” leh penulis arab, yang diartikan sebagai orang bijaksana yang berpakaian terbuka. Oleh karenanya ada diantara peneliti yang menganggap bahwa ajaran tasawufa dalam islam merupakan pelestarian dari ajaran mistik yang idup sesudahnya, meskipun tasawuf ini dilatar belakangi leh kegitan mistik yang berkembang sebelumnnya dan kemiripan dalam ajarannya, tapi bukan berarti hal itu merupakan kelanjutan daripada ajaran mistik sebelumnya, sebab tasawuf islam itu sendiri bersumber pada al-qur’an da al-hadits
  1. Perkembangan tasawuf
    1. Perkembangan tasawuf pada masa sahabat.
Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan berfungsi sebagai mahaguru bagi pendatang dari luar kota madinah, sahabat itu adalah
a)      Abu Bakar Assidiq      , Umar bin Khotob, Ali bin Abi Tholib
b)      Salman al-farisyi. Abu Dhar al-ghifari, Ammr bin Yasir, Hudaefah bin Al-yaman, Misdad bin aswad.
  1. Perkembangan tasawuf pada masa tabi’in.
Ulama sufi dari kalangan tabiin adalh murid dari ulama sufi kalangan sahabat, tokoh ulama sufi tabiin antara lain :
a)      Al-Hasan Al-Basry (murid dari Hudaefah bin Al-yaman.)
b)      Robi’ah Al-Adawiyah (sebagai ulama sufi wanita yang mempunyai banyak murid dari kalangan wanita pula)
c)      Sufyan bin Sa’id Al-thauri
d)      Daud Al-Taiy (murid dari imam Abu Hanifah, sebagai ulama sufi yang senag uzlah ditempat yang sunyi.
e)      Shodiq al-Balkhiy (murid dari Ibrahim bin Adam lalu menjadi gurunya Hatim Al-Asmi)
  1. Perkembangan tasawuf pada abad-abad hijriyah
Pada abad ke-3 hijriyah terlihat perkembangan tasawuf yang pesat ditandai dengan adanya golongan ahli tasawuf yng mencoba menyelidiki inti inti ajaran tasawuf yang berkemabang pada masa itu. Sehingga mereka membaginya menjadi tiga macam yaitu :
a)      Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa
b)      Yang berintikan ilmu akhlak
c)      Yag berintikan ilmu metafisika
Pada abad ke-4 ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan tahun yang sbelumnya, karna ulama tasawuf mengembangkan tasawufnya masing-masing.
Pada abad ke-5, pada abad ini keadaan semakin rawan ketika berkembangnya madhab syi’ah isma’iliyah (suatu madzab yang hendak mengembalaikan kekuasaan pemerintah kepada keturunan Ali bin Abi Tholib, karena menganggap bahwa dunia ini harus di atur oleh imam.
Pada abad ke-9, 10, dan sesudahnya, betul – betul ajaran tasawuf sangat sunyi didunia islam, berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaan pada ke-6 ke-7 dan ke-8 H. Runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf pada abad-abad ini dikarenakan dua factor, yaitu:
a)      Karna memang ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat islam, sebab banyak diantara mereeka yang menyimpang dari ajaran islam, misalnya tidak sholat karana sudah mencapai ma’rifat
b)      Karna penjajah eropa yang beragama nashrani sudah menguasai seluruh negri islam.
  1. Perkembangan tasawuf di Indonesia
Di pulau jawa, tasawauf sudah tersebar di pulau jawa pada masa kerajaan Demak dengan rajanya yang pertama Raden Patah pada tahun 1479M
Di pulau Sumatra, tidak terlepasa dari upaya maksimal para ulama sufi yang bermukim di beberapa daerah di pulau tersebut utuk mengembangakan ajarannya.
Di pulau Kalimantan, sama halnya di pulau lain di nusantara, dimana ulama bermukim di sana dan berupaya semaksimal mungkin untuk menyebarkan ajran tasawufnya melalui dakwahnya, buku-buku karangannya maupun melalui tarekatnya, ulama sufi yang paling terkenal di Kalimantan adalah Syekh Ahmad Khatib Al-Sambasi.
Di pulau Sulawesi, ajaran tasawuf yang di terimanya ada yang becorak sunny, dan ada pula yang bercorak falsafi.
  1. Tahapan-Tahapan tasawuf
Ada 4 tahapan yang harus dilalui oleh hamba yang menekuni ajran tasawuf untuk mencapai suatu tujuan yang disebut sebagai “assa’adah”  ke-4 tahapan itu terdiri dari syare’at hakikat dan makrifat. Syare’at adalah suruhan yang telah diperintah allah, dan larangan yang telah dilarangnya. Tarekat adalah pengamalan syareat, melaksanakan beban ibadah dan menjauhkan diri dari sikapmempermudah ibadah, yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudahkan. Dan hakikat adalah suasana kejiwaan seseorang sufi ketika ia mencapai suatu tujuan, sehingga ia dapat menyaksikan tanda-tanda ketuhanan dengan mata hatinya, serta ma’rifat adalah mengenal allah ketika sufi mencapai suatu maqam dalam tasawuf.
  1. Penerapan suluk dalam kehidupan sufi
Suluk berarti menempuh jalan, memasuki tempat, perangai atau kelakuan. Karna suluk pada hakikatnya adalah pelatihan rohaniyah,maka hamba yang akan memasuki latihan ini perlu lebih dahulu mempersiapkan dirinya, misalnya,
  1. Memperkuat hasrat dengan niat ikhlas karna allah
  2. Mencari murshid
  3. Bertobat kepada allah
  4. Meniggalkan segaa kegiatan duniawi
  5. Melakukakan mandi taubat dengan air bersih, air zam-zam, dan dengan menggunakan air ma’rifah nurillah wannuri,.
BAB IV
KEDUDUKAN AKHLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM SERTA HUBUNGAN KEDUANYA
  1. Kedudukan akhlak dalam islam
Ada tiga sendi yang dapat mengetahui kedudukan akhlak dalam islam, yaitu masalh aqiqah, yang meliputi ke enam rukun iman, masalah syari’ah yang meliputi pengabdian hamba terhadap tuhannya, masalh ihsan, yang meliputi hubungan baik terhadap allah, sesama manusia dan kesesama makhluk ciptaan allah. Maka dari sini kita dapat mengetahui kedudukan akhlak dalam islam. Yang merupaka sendi ketiga dengan fungsi yang selalu mewarnai sukap dan prilaku manusia dalam memanifestasikan keimanannya , ibadahnya serta mu’amalahnya terhadap sesama manusia
  1. Kedudukan tasawuf dalam islam
Tasawuf mempunyai kedudukan sama seperti akhlak, meskipun dari sisi lain ada sedikit perbedaannya, ajaraan tasawuf dalam islam memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan rukun rukun islam yang sifatnya wajib, tapi ajaran tasawuf lebih bersifat sunah, maka ulama tasawuf sering menamakan ajarannya dengan sebutan “fadaailu al-amal” (amalan yang hukumnya lebih afdhal).
Maka serign kita jumpai pembagian tasawuf menjadi tiga macam, yaitu :
  1. Tasawuf aqidah, yang membahas masalah metafisis (hal gaib) yang unsurnya adalah keimanan kepada tuhan
  2. Tasawuf ibadah, yang mebahas dalam masalh rahasia ibadah
  3. Tasawuf ahklaki, yang membahas pada budi pekerti yang mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
  4. Hubungan akhlak dengan tasawuf adalam islam
Akhlak itu merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf merupakan batas akhir akhlak, maka jelas dapat di lihat bahwa hubungan akhlak denga tasawuf sangat erat, dimana akhlak mrupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf merupakan batas akhir akhlak, atau dengan kata lain, akhlak merupakan sarana tasawufsedangkan tasawuf merupakan tujuan sementara akhlak. Karena tujuannya adalah kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat meurut ulama tasawuf sunny, atau menjadi manusia ideal menurut ulama falsafi.
BAB V
MASALAH TAFAKUR DAN DHIKIR
  1. Masalah Tafakur
Tafakur biasa di sebut merenung, berfikir mncari alternativ untuk menimbang, memandang dan memperhatikan, yang dimaksudkan untuk menperkuat keyakinan tentang kebesaran dan kekuasaan allah, lalu menjadi sikap yang selalu memtivasi individu untuk aktif berdzikir dan beribadah.
  1. Beberapa macam tafakur
Menurut imam Al-Din Al-Amawi
  1. Tafakur terhadap ciptaan allah, dapat melahirkan makrifat
  2. Tafakur terhadap kekuasaan dan segala nikmat yang diperoleh dapat melahirkan kecintaan hamba kepada-Nya
  3. Tafakur terhadap janji dan pahala dari allah dapat melahirkan dorongan untuk memperoleh imbalan dari allah
  4. Tafakur terhadap ancaman dan azab allah, dapat melahirkan sikap untuk mnejauhi perbutan buruk dan rasa takut terhadap siksaanya.
  5. Tafakur tehadap penyimpangan nafsu yang sering dilakukan manusia, dapat melahirkan rasa malu terhdapnya.
Menurut imam Ghozali
  1. Tafakur terhadap sikap dan prilaku diri sendiri, yang dapat membedakan perbuatan bai dan buruk sesama manusia, dan yang membedakan perbuatn baik dan buruk terhadap allah
  2. Tafakur terhadap kebesaran, ketinggian dan keagungan allah
Tafakur merupakan kegiatan kerohanian untuk mengamati sesuatu sehingga dapat memantapkan keimanan dan ketakwaan terhadap penciptanya
Tafakur tidak perlu menyebut kalimat dzikir tetapi dzikir harus menyebutkannya, maka inilah yang di sebut dzikrullisan meskipun dzikir hati tidak menyebit kalimat dzikir tetap tidak bisa disamakan dengan tafakur, karena didahului dengan pengamatan idrawi, sedangkan dzikir hati tidak demikian halnya, ia langsung mengingat allah.
  1. Masalah Dzikir
Dzikir adalah mengingat dan menyebut asma allah dan sifat-sifatnya yang dilakukan dalam beberapa perbuatan, antaralain kalimat tahlil, tahmid, istigfar, dan lain sebagainya
  1. Pembagian dzikir
Sayid Bakri Al-Makki membagi kedalam dua bagian
  1. Dzikir nyata, atau dzikir bibir, atau mengerakan bibir,
  2. Dzikir tidak nyata, atau tidak mengerakan bibir, terselubung atau tak nampak,
Imam Al-Ghzali membagi kedalam 4 bagian
  1. Dzikir lisan yang tidak di ikuti dengan kehadiran hati
  2. Dzikir hati yang disertai dengan dzikir lisan yang cenderung dipaksakan
  3. Dzikir hati yang di ikuti dengan kesadaran sendiri
  4. Dzikir yang sudah menyatu dengan hati, sehingga perbuatan hati itu selalu bebrbentuk dzikir.
  5. Kedudukan dzikir dalam tasawuf
Untuk mencapai suatu tingakatan maqam diperlukan latihan-latihan kerohanian yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan kesinambungan, yang inti pokoknya adalah memperbanyak amalan sunat dan selalu berdzikir.
  1. Kaitan tafakur dengan dzikir
Tafakur dalam bahasa tasawuf  bebeda dalam bahasa mantiq, dalam tasawuf tafakur adalah kegiatan akal yang dituntun oleh perasaan hati terhadap suatu objek fikir untuk mndorng sikap agar selalu melakukan dzikir kepada allah. Sedangkan dalam bahsa mantiq adalah kegiatan akal dalam memikirkan sesuatu untuk membentuk suatu kinsep baru
Untuk menambah dorongan batin dalam memperkuat sikap dan prilaku baik, maka diharuskan pula bertafakur terhadap kebesaran allah, lewat renugan terhadap ciptaannya maka inilah yang mendoronga manusia untuk memperbanyak dzikir kepadanya, baik dzkir lisan maupun dzikir hati, jai tafakur adalah kegiatan merenung untuk menimbukan keyakinan yang kuat tentang ke-mahakuasaan allah, sehingga timbul kesadaran yang kuat pula untuk berdzikir kepadanya.
BAB VI
MA’RIFAH SEBAGAI TUJUAN TASAWUF
  1. Tinjauan umum ma’rifah
Imam al-ghzali sependapat degan Abu Ali Zainundin Al-fanani, mengatkan bahwa pembinaan pribadi denga miunggunaka dengan ajaran tasawuf, dapat melalui dua macam tahapan. Yaitu tahapan pembianaan aspek lahir; beruipa kesopanan terhadap sesama mahluk yang disebut dengan mengamalkan pergaulan yang sopan santun terhadap sesama mahluk, dengan cara berbuata sesuatu yang baik.
Al-Junayd mengatakan , ma’rifah terdiri dari dua macam tingakatan ; yaitu sebagai has perenungan tentang ciptaan allah, yang disebut dengan “al-ta’rif” dan hasil pengungkapan diri secara langsing dari allah, yang disebut dengan “atta’aruf.
  1. Maqam dan hal untuk mencapai ma’rifah
Peserta tasawuf yang akan melalui perjalanan spritulanya, harus berniat denganmemurinikan keimanannya, melakukan taubat nasuha, melakukan zuhud dan melakukuan ibadah secara terus menerus; baik ibadah lahir maupun ibadah batin. Khusus ibadah batin (dzikir dan tafakur) harus di perkuat dengan 4 macam sikap dan prilaku; yatu:
  1. Mengurangi perkataan
  2. Mengurangi makan\
  3. Mengurangi tidur
  4. Mengisolir diri
  5. Dzikir dan tafakur untuk ma’rifah
Dzikir dan tafakur merupaka amalan peserta tasawu untuk memperoelh ma’rifah. Berdzikir dengan cara dan metode tertentu, yang telah di tetapkan oleh masing-masing penganut tarekat, dengan waktu tertentu dan jumlah dzikir yang harus diulang-ulangi.
  1. Kondisi Fana dan Baqa dan Ma’rifah
Fana artinya lenyap dan baqa artinya tetap. Fana dan baqo slalu menyatu dalam kndisi kerohanian tertentu. Fana merupakan permualaannya, sedangkan baqo merupakan perjalanannya, tetapi keduanya tidak pernah diselingi leh kondisi kerohanian yang lain,
  1. Kondisi Yaqin degan ma’rifah
Timbulanya keyakinan terhadap kebenaran yang dihadapi oleh peserta tasawuf, di awali oleh kondisi muhadharah yang telah didapatkan degan penegetahuanhati, yang di sebut ilmu al-yaqin.
Ketika penglihatan atin tetap dan menimbulkan keyakinan yang sangat pasti, maka itu lah yang disebut mshahadah; yaitu penglihatan batin yang sebenarnya, karna hamba dan tuhannya langsung bertatapan. Kondisi bathin ini disebut haqq Al-yaqin.
  1. Tajalli dengan Ma’rifah
Tajalli meripakan kondisi kerohanian yang dapat menyaksikan cahaya penjelmaan yang maha kuasa dalam ciptaannya, yang di sebut Al-Tajalli fii Af’al Allah.
Secara berturut-turut tingaktan ajalli dari tingkatan pertaman hingga yang ketiga, lalu menanjakan kepada tingakatan ke-4 (tajalli dalanm zatnya), lalu mnjadi tiga macam kondisi yang dialami oleh sufi :1. Kondisi penyatuan hamba degan tuhannya 2. Kondisi peniadaan sesuatu, lalu muncul zat yang esa, maka dialah satu-satunya yang ada 3. Kondisi penyatuan kembali hambanya dengan tuhannya,  sehingga perilaku dan ucapan hamba,
  1. Ittihad, Hulul dan Wihdatu Al-wujud dengan Ma’rifah
Ittihada adalh kondisi penyatuan hamba degan tuhannya, setelah melalui peniadaan diri, penyaksisan, penemuan zat dengan rasa kenikmatan yang luar biasa, maka ini juga yang di sebut kebahagian yang tinggi ( alsa’addatu al-quswa) atau kebahagiaan yang sempurna (tamammu al-sa’addah)
  1. Jam’u dan Farqu degan ma’rifah
Pengertian jam’u berbeda dengan ittihad jam’u artinya bersatu sedangkan ittihad artinya menyatu, sedangkan farqu artinay pembeda, tapi dalam taswuf di artikan perbedaan hamba dengan tuhannya pengalaman mistik.
  1. Ma’rifah sebagai tujuan tasawuf
Ma’rifah adalah kondisi kerohanian sufi yang sedang menyaksikan kebenaran mutlak dari allah. Ma’rifah didahului oleh kecintaan kepada allah  yaitu kecintaan yang mendrong hamba untuk menempuh jalan menuju kepadanya
Hikmah yang didapat leh seorang sufi setelah ma’rifa adalah semakin memperkau imannya, iman yang ada dalam dirinya takan lagi bnerkurang tetapi selamanya meningkat.
BAB VII
NABI DAN ROSUL SERTA MU’JIZATNYA DAN WALI SERTA KARMAHNYA
  1. Tingkatan kedekatan hambaa dengan tuhannya
Menurut Abdu Alkarim , Allah telah menentukan umat meuhamad menjadi tujuh glongan menurut tingkat kedekatanya
  1. Muslim
  2. Mukmin
  3. Saleh
  4. Muhsin
  5. Syuhada
  6. Siddiq
  7. Qarib
Muslim, mukmin dan saleh disebut  tingkatan awan dalam tasawuf, sedangkan muhsin, syuhada, sidiq, dan qarib disebut tingkat khawas, lalu nabi dan rosul disebut tingkatan khawasu alkhawas
  1. Nabi dan Rosul dengan Mukjizatnya
Ahmad Al-hijazi Al-fahshani mengatakan ada 25 rosul dan 124.000 orang nabi, meskipun sebenarnya jumlah nabi tidak disebutkan dalam alqur’an. Dari ke 25 rosul ini, ada 5 rosul diantaranya yang ditetapkan sebagi ulul azmi (pilihan allah karena keteguhan imanya)  yaitu : Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nabi Muhammad SAW. Dengan urutan tingakat keteguhan sebagai berikut :
  1. Muhammad SAW
  2. Ibrahim AS
  3. Musa As
  4. Isa As
  5. Nuh As
Selanjutnya Al-Jilli membagi kedudukan nabi menjadi dua macam
  1. Nabi yang menyandang kedudukan wali, seperti nabi khidir
  2. Nabi yang diberi wahyu sebagai petunjuk baginya, untuk menjalankan peribadatan buat dirinya, tapi tidak untuk orang lain, anata lain nabi samuel dan nabi daniel.
Sedangkan kedudukan rosul dibagi menjadi kedalam 4 bagian
  1. rosul yang di utus untuk mengajarkan wahyu kapada seseorang, misaknya kerosulan nabi ilyas untuk mengajarkan wahyu kepada nabi ilyasa
  2. Rasul yang di utus untuk mengajarkan wahyu kepada satu bangsa atau suku saja, misalnya nabi idris untuk bangsa mesir, hud untuk suku Ad dan nabi saleh untuk bangsa tsamud.
  3. Rasul yang di utus untuk mengajarkan wahyu kepada seluruh manusia, bukan untuk seluruh alam, misalnya nabi Isa As
  4. Rasul  yang di utus seluruh alam semesta, misalnya nabi Muhammad SAW
  5. Wali dan Karomahnya
Wali adalah [ara hamba yang melanjutkan kehidupan suci dari nabi, mereka tak pernah menikmati kehidupan kehidupan dunia, melainkan hanya mengejar keridan allah setelah melakukan mujahadah, riyadah dan beribadah secara rutin. Wali allah selalu membersihkan jiwanya dari kotoran batin yang dapat menutupi cahaya batinnya, karnanslalu mewaspadai dirinya dari penyakit takabur dan hasad.
Kejadian yang luar biasa yang ada pada diri wali disebut dengan karomah allah, yang bertujuan untuk memperlihatkan kebenaran agama yang dianutnya, ibnu Taimiyah mengatakan bahwa bentuk karomah yang ditunjukan para wali ada yang bebentuk pngetahuna dan pengalaman batain. Diantara wali yang sering menunjukan karmahnya adalah,
  1. Uwasys Al-Qorni yang karomahnya pengetahuan batin yang langsung menembus keluar dari dadanya,  Hasan Al-BAsyri, Malik Bin Dinar dan Ibrahim Bin Adam
  2. Al-Hasan Al-Basri (21-110H), kecerdasan dan ketekunannya sangat menonjol dalam mempelajari segala macam ilmu agama.
  3. Malik Bin Dinar (Abu Yahya Malik bin Dinar) seorang sufi yang kaya raya, tapi kekayaannya tidak mempengaruhi tingkah lakunya,
  4. Robi’ah Al-Adawiyah, wafat 185 H. Adalah seorang budak yang tekun beribadah, dipetengahan malam yang gelap gulita, tuannya sering melihat lentera menyala diatasnya, tanpa terlihat ada tali gantungannya, maka dari situlah tuannya memerdekakannya.
  5. Ibrahim bin Adam (112H-161H) putra dari penguasa profinsi Khurasan wilayah kerajaan persi.
  6. Syehk Abdul Qodir Jaelani (470H-561H), ia sangat patuh melakukan mujahadah dan riyadah, sehingga pernah suatu ketika ia dianggap telah meninggal, karna selama 40 hari tidak pernah makan dan minum, dan ketika akan dimandikan maka ia hidup kembali, dan lain sebagainya.

No comments: