Mengkaji Alfateha
Kalimah Bismillaahirrohmaanirrohiim.
P
|
rinsip pokok pemikiran yang harus kita tanamkan pada qolbu dan jiwa kita adalah bahwa Allah menurunkan Alqur’an sebagai penyempurnaan
dari kitab-kitab suci yang ada sebelumnya, hal ini berarti semua kitab
suci yang sifatnya samawi termuat didalam Alqur’anul karim dan kita juga
harus percaya pada semua kitab sebelumnya. Sedangkan Surat Al-Fateha, selain sebagai surat pembuka juga merupakan intisari dari Alqur’an dan intisari dari Al-Fateha adalah Basmallah, kok bisa?
Dalam lafas Basmallah tersebut ada hal-hal prinsip yang harus kita pahami, yaitu Allah adalah “Laista kamistlihi Syai’un” (tidak
ada satupun yang mirip ataupun menyamai-NYA), hal ini berarti keharusan
yang berlaku bagi kita untuk pentauhidan dalam 4 hal:
1. Tauhidz Dzat (keesaan zat).
2. Tauhidus Sifat (keesaan sifat).
3. Tauhidul Asma’ (keesaan nama).
4. Tauhidul Af’al (keesaan perbuatan).
Keempat hal tersebut akan mampu kita pahami bila kita sudah musyahadah lidz-dzat.
Kalau kita kaji lebih mendalam intisari dari Basmallah adalah Allah, dalam lafas Allah terkandung makna zat, sifat, asma’ dan af’al Allah, (sumber dari semua sumber/ sebab dari semua sebab).
Dalam lafas Basmallah bertumpu atau diawali dari huruf ب (Ba), huruf Ba bertumpu pada titik Ba, titik Ba mengisyaratkan Alif yang mengisyaratkan Bikana makana, Biyakunu mayakunu, Fawajudul ‘awalimibi
(Dengan AKU ada apa saja semua yang telah ada, dengan AKU akan ada apa
saja yang akan ada, maka adanya apa saja semua yang ada di alam ini
adalah dengan-KU), artinya semua yang ada di dalam alam semesta ini baik
yang ghoib maupun yang zohir ada karena diciptakan oleh-NYA.
Setelah huruf Ba diikuti dengan huruf س
(Sin), ini mengisyaratkan adanya kalam qodim yang berbunyi bila ingin
mengenalku lewatlah jalur Sin, ada apa dengan huruf Sin?!. Kalau kita
telaah lebih mendalam dari bentuk huruf sin yang terdiri dari 3 gerigi ini mengisyarakan jalan Syari’at, Tareqat, dan Hakekat yang harus kita lalui agar kita benar-benar mengerti dan memahami tentang Allah atau makrifatullah.
Dari huruf sin yang mengisyaratkan syari’at, tareqat, dan hakekat tadi, akan timbul pertanyaan lagi lah makrifatnya mana? Jika ingin makrifat dengan benar dan selamat ya ikuti huruf م (Mim),
karena huruf mim ini mengisyaratkan makrifat, kok bisa?, pada
hakekatnya Mim ini juga mengisyaratkan Muhammad Rosulullah. Jadi kalau
ingin selamat dan benar dalam mengkaji hakekat Allah ya ikuti ajaran
Rosullulah SAW (agama Islam) secara benar dan kafah (lurus) khususnya
dalam menanamkan aqidah sebagai sumber keimanan kita agar menjadi
manusia yang sempurna (insan kamil), yaitu golongan orang-orang yang
senantiasa sujud kepada Allah. Coba kita perhatikan dengan seksama bahwa
orang yang sedang sujud itu melambangkan Muhammad karena saat orang sedang sujud kepalanya melambangkan huruf م (mim), badan dan tangan melambangkan huruf ح (Ha), bagian pinggul melambangkan huruf م (mim) dan kaki melambangkan huruf د (Dal), sedangkan orang yang sedang sholat itu melambangkan Ahmad karena sa’at kita tegak sebelum takbiratul ihrom melambangkan huruf ا (Alif), sa’at kita ruku’ melambangkan huruf ح (Ha), sa’at kita sujud melambangkan huruf م (mim), dan sa’at kita duduk tahiyad melambangkan huruf د (Dal).
Insya Allah kalau kita istiqomah dalam mendalami agama islam kita akan mengenal Allah, karena sesudah huruf م (mim) diikuti dengan lafas Allah (ingat keharusan pentauhidan dalam 4 hal)
yang maha rohman dan maha rohim, rohman dan rohim ini mengisyaratkan
bahwa dalam menjalani habluminannas kita harus mengedepankan sifat penuh
kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah, sehingga dengan demikian
akan terwujud bahwa Islam sebenarnya rahmatan lil ‘alamin.
Lafas Allah terdiri dari huruf ا (Alif), ل (Lam awal), ل(Lam akhir) dan ح (Ha), terdiri dari 4 huruf, Muhammad terdiri dari huruf م (mim), huruf ح (Ha), huruf م (mim) dan huruf د (Dal) terdiri dari 4 huruf, nama asli Rosulullah Ahmad juga 4 huruf, ا (Alif), ح (Ha), م (mim), د (Dal). Susunan lafas yang terdiri dari 4 huruf ini mengisyaratkan semua yang serba 4,
ingat bahwa kita diciptakan dari 4 unsur (tanah, air, api dan udara), 4
hakekat Allah (Dzat, Sifat, Asma’ dan Af’al), 4 sifat Allah (Jalal,
Jamal, Qohar dan Kamal), empat sifat Rosulullah (Sidiq, Amanah, tablik
dan fatonah), 4 malaikat mukarrobin (Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il),
4 sahabat Rosul yang termasuk kulafaur rosyidin (Abubakar, Umar, Usman
dan Ali), 4 bagian diri manusia (Ruh Suci, Jiwa, Hati dan Jasad), 4
bagian tubuh manusia (Rasa, Akal, Daya dan Nafsu), 4 macam makhluk
ciptaan Allah (Malaekat, Jin, Syaiton dan Manusia), bener juga ya.
Dari
uraian diatas maka benar apa yang difirmankan Allah dan diteruskan oleh
Rosulnya, bahwa siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal
Tuhannya, caranya bagaimana? Ya ikuti saja Aku (Muhammad Rosulullah)
dengan cara mendalami agama Islam dalam artian jangan terpaku hanya pada
yang tersurat saja (Alquranul karim), tetapi juga harus mampu menangkap
dan menguraikan apa yang tersirat, lebih-lebih harus mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (hablumminannas dan
hablumminallah) sehingga dengan demikian Insyaa Allah kita akan selamat
dunia dan akherat, amin. Sempurnakan dulu hablumminannas baru
sempurnakan hablumminallah. Janganlah kita mengejar kesempurnaan
hablumminallah dengan mengesampingkan hablumminannas.
Kata-kata
Aku di atas, bisa bermakna Muhammad Rosulullah (yang tersurat) bisa
juga bermakna diri kita masing-masing, dalam hal ini qolbu (yang
tersirat). Kalau kita senantiasa mendengarkan suara Bahjatul qolbi
(relung hati yang terdalam) sebagai kompas nafigasi kehidupan kita
sehari-hari insyaa Allah kita akan selamat fiddunya wal akherat. Dengan
terus menerus kita mengasah QOLBU, INSYAA Allah kita akan mencapai
ma’rifat dan musyahadah (penyaksian) terhadap Allah. karena Musyahadah
terhadap Allah perlu sinar kebenaran (Nur ma’rifat) yang tembus kejiwa,
perasaan dan hati. Untuk mencapai Musyahadah dapat ditempuh dengan 3
cara / alat, yaitu :
1. Bashiroh (pandangan batin);
2. ‘Ainul bashiroh (pandangan mata batin);
3. Syi’a-ul Bashiroh (nyala pandangan batin).
Tentu
sajah untuk sampai kemaqom(posisi/tingkatan) tersebut kita perlu
berusaha keras, penuh kesadaran dan istiqomah, karena dalam penerapannya
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, banyak hal-hal yang
menghijab dan menghambat ma’rifat dan musyahadah.
Hal-hal yang dapat menghijab yaitu :
1. Keingkaran;
2. Kebodohan / ketidak mengertian (jahil);
3. Prasangka buruk (su’udzon);
4. Terlalu sibuk dengan urusan duniawi, mengabaikan urusan ukhrowi.
Faktor penghambat tercapainya ma’rifat dan musyahadah, disebabkan karena sifat-sifat al.:
1. Kasl (malas);
2. Futur (bimbang bin ragu alias lemah pendirian);
3. Malal (pembosan);
4. Syirik khofi :
a. Ria (suka pamer);
b. ‘Ujub (merasa paling hebat);
c. Sum’ah (membangga-banggakan diri biar dipuji);
d. Hijb / Hajb (tertutup hati karena merasa ilmunya sudah lebih dari cukup).
Tentu
sajah semua hal tersebut harus kita atasi, caranya dengan RIYADLOH
(latihan) secara istiqomah dan kita tanamkan dalam diri dan jiwa kita
rasa Khauf (takut terhadap murka dan adzab Allah) serta Raja’ (selalu
menggantungkan harapan terhadap rahmat Allah).
Dalam hal musyahadah kepada Allah, pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) cara musyahadah, yaitu :
1. Musyahadah lidz-Dzat (Dzat).
Dalam
musyahad lidz-Dzat ini kita harus menanamkan sifat dan sikap
pentauhidan adanya Allah, ingat bahwa Allah Laista kamistlihi syai’un
(tidak ada satupun yang menyamainya atau yang mirip dengan-NYA), dalam
hal ini pentauhidan di dalam hal:
a. Tauhidz Dzat (keesaan zat).
b. Tauhidus Sifat (keesaan sifat).
c. Tauhidul Asma’ (keesaan nama).
d. Tauhidul Af’al (keesaan perbuatan).
2. Musyahadatun Nur (Nur).
Musyahadatun
Nur ini berkaitan erat dengan 4 (empat) pentauhidan di atas, sebagai
salah satu contoh dalam hal ini diambilkan yang berkaitan dengan
Tauhidul Af’al, caranya yaitu:
a. Selalu
memandang / syuhud (pandangan batin) terhadap diri sendiri. “Allah yang
menciptakan kita, dan Allah juga yang menciptakan apa yang kita
lakukan”, ( lihat QS: Ash-Shoffaat : 96 ).
b. Selalu memandang sesuatu di luar diri kita (mubasyarah).
c. Selalu memandang manusia lain dan serba-serbinya.
Tentu saja semua itu harus diiringi dengan :
1. Al-Juu’h (tahan lapar);
2. Ash-Shumtu (diam);
3. Al-Khalwat (berkhalwat);
4. As-Sahr (Terjaga, sering sholat malam).
Insyaa
Allah dengan begitu kita akan mampu mengendalikan hawa nafsu kita,
karena nafsu yang tidak terkendali akan mendorong kita untuk cenderung
berbuat kejahatan yang sangat merugikan, melanggar batas-batas agama,
yang suatu sa’at akan bertindak bodoh dan tanpa disadari akan memasuki
wilayah kafir zindik, yang pada akhirnya akan menimbulkan murka Allah
SWT.
Untuk
menjadi manusia Insan Kamil (sempurna lahir batin), manusia yang arif
dan kuat aqidahnya (iman), harus selalu berpegang teguh (istiqomah) pada
jalan Allah dan senantiasa menyandarkan diri kepada Allah. Karena pada
dasarnya semua keta’atan, kebaktian, ketaqwaan, dan kesolehan yang ada
pada kita semata-mata karena Anugerah Allah SWT, bukan karena hasil
usaha diri kita sendiri, sedangkan semua kesalahan dan kelalaian
semata-mata karena Qodho dan Qodar (taqdir) Allah yang pasti berlaku
bagi semua hamba-NYA dengan tanpa kecuali dan pembedaan.
Kunci
menuju semua itu yang terbaik adalah segala sesuatu yang terjadi pada
kita dilandasi atas dasar karena/ semata-mata kehendak Allah, karena
dengan begitu Allah-lah yang bertanggung jawab untuk membantu dan
mengurus serta mencukupi semua kebutuhan kita, sebaliknya kalau kita
sendiri yang menentukan pilihan maka Allah lepas tangan dan menyerahkan
sepenuhnya semua resiko kepada kita sendiri. Itulah inti Basmalah,
artinya semuanya atas nama Allah, Allah yang mana?! Tentu saja Allah
yang Maha Rohman dan Maha Rohim. Allah yang maha menciptakan dengan
penuh sifat Rohman dan Rohim, semua diciptakan bukan karena kepentingan
Allah, melainkan karena kepentingan makhluk-NYA yang untuk menunjukkan
sifat Rohman dan Rohim-NYA maka diciptakanlah alam semesta beserta
isinya ini, baik yang zohir maupun yang ghoib.
Alangkah
enak, indah dan amannya kalau kita bisa bertindak atas nama Allah,
karena semua yang kita kerjakan akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya
yang mempunyai nama, bandingkan kalau kita mengatas namakan presiden
saja semua urusan pasti beres, semua pejabat dibawahnya tidak ada yang
berani menghalangi, apalagi kalau atas nama Allah?!, akan tetapi sudah
pantaskah kita bersikap seperti itu?! Kapankah kita bisa seperti itu?!,
kapankah kita berhak menggunakan atas nama itu?!, tentu saja lewat
proses !, caranya?! Lihat dan pelajari serta renungkan pada QS. Al-Isro’:80.
Tafsir Alhamdulillahir Rabbil ‘aalamiin
Al’aalamiin (Alam Semesta)
Sehebat apapun ilmu pengetahuan yang telah dicapai manusia saat ini, namun masih sedikit sekali dibandingkan dengan besar dan luasnya alam semesta raya.
Firman Allah : ”Dan tidaklah diberikan pengetahuan kepada kamu kecuali sedikit.” (al Isra: 85).
”Katakanlah (hai Muhammad), bahwa sesungguhnya pengetahuan (yang sempurna) hanya pada Allah, sedang aku ini hanya pemberi peringatan yang nyata.” (al Mulk:26)
Begitu sedikit pengetahuan manusia tentang alam semesta ini, lebih sedikit lagi pengetahuan manusia tentang akherat. Nabi Muhammad s.a.w. berkata kepada salah seorang sahabat:”Bila engkau masukkan sebelah tanganmu ke dalam laut, lalu engkau angkatlah tangan itu kembali, maka air yang melekat pada tangan itulah pengetahuan dunia, dan air laut yang tertinggal di samudera ialah pengetahuan tentang akherat”.
Bagaimana indah dan luasnya alam semesta alam raya ini, terlebih keindahan alam di malam yang terang dan cerah. Dijelaskan dalam surat Al Quran mengenai hal ini, seperti: Al Mulk:1-5, al Waqi’ah:75-76, al Mu’min:57 dan masih banyak lagi.
Kekaguman kita terhadap kehebatan dan kebesaran alam semesta, dan kemudian akan lebih kagum lagi terhadap kehebatan dan kebesaran Allah yang menciptakannya. Seperti yang disampaikan dalam surat al Kahfi: 109: ”Sekiranya laut dijadikan tinta untuk menuliskan kalimah-kalimah Allah, sungguh akan keringlah lautan sebelum habis kalimah-kalimah Allah, sekalipun ditambah sebanyak itu lagi.”
Rabbil’Aalamiin
Firman Allah: ”Sesungguhnya di dalam pergiliran malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di atas samudera membawa apa-apa yang berguna bagi manusia dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, sehingga dengan air itu menjadi hiduplah bumi yang mulanya mati, lalu hidup berkeliaran di atasnya segala macam binatang, berhembusnya angin dan awan antara langit dan bumi, semua itu adalah menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda bagi orang yang berakal (berfikir) .” (Al Baqarah:164).
Jadi seluruh kejadian dibumi ini, disamping diambil manfaatnya untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti dan tanda tentang wujud kekuasaan dan kemurahan Allah, untuk pendorong agar kita selamanya hidup di dalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mentaati segala perintah Allah.
Alhamdulillah
Ucapan atau kalimah yang menunjukkan rasa syukur terimakasih, kasih sayang, cinta, hormat, khidmat, lega dan bangga terhadap Allah. . Dari segala macam bentuk susunan kalimah yang berisi pujaan dan pujian yang dihadapkan manusia kepada Allah, Allah memilih satu yang paling Allah senangi, yaitu Alhamdulillahi Rabbil ’aalamiin.
Sabda Rasulullah S.A.W: ” Zikir paling utama ialah kalimah laa Ilaaha Illallaah, dan doa paling utama ialah kalimah Alhamdulillaahi”. Kalimah hamdalah berarti berdoa. Syaratnya ialah agar hati setiap orang yang menyebutnya harus ingat dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan dan mendengarkannya.
Diriwayatkan oleh Imam al Qurthuby di dalam tafsiran dan di dalam kitab Nawadirul Ushul, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: ”Sekiranya dunia dan seluruh harta kekayaan yang berada di atasnya diserahkan ke tangan seorang dari umatku, lalu orang itu berkata: ”Alhamdulillah”, sungguh ucapan ”Alhamdulillah” itu lebih berharga dari seluruh harta kekayaan itu.”
Al’aalamiin (Alam Semesta)
Sehebat apapun ilmu pengetahuan yang telah dicapai manusia saat ini, namun masih sedikit sekali dibandingkan dengan besar dan luasnya alam semesta raya.
Firman Allah : ”Dan tidaklah diberikan pengetahuan kepada kamu kecuali sedikit.” (al Isra: 85).
”Katakanlah (hai Muhammad), bahwa sesungguhnya pengetahuan (yang sempurna) hanya pada Allah, sedang aku ini hanya pemberi peringatan yang nyata.” (al Mulk:26)
Begitu sedikit pengetahuan manusia tentang alam semesta ini, lebih sedikit lagi pengetahuan manusia tentang akherat. Nabi Muhammad s.a.w. berkata kepada salah seorang sahabat:”Bila engkau masukkan sebelah tanganmu ke dalam laut, lalu engkau angkatlah tangan itu kembali, maka air yang melekat pada tangan itulah pengetahuan dunia, dan air laut yang tertinggal di samudera ialah pengetahuan tentang akherat”.
Bagaimana indah dan luasnya alam semesta alam raya ini, terlebih keindahan alam di malam yang terang dan cerah. Dijelaskan dalam surat Al Quran mengenai hal ini, seperti: Al Mulk:1-5, al Waqi’ah:75-76, al Mu’min:57 dan masih banyak lagi.
Kekaguman kita terhadap kehebatan dan kebesaran alam semesta, dan kemudian akan lebih kagum lagi terhadap kehebatan dan kebesaran Allah yang menciptakannya. Seperti yang disampaikan dalam surat al Kahfi: 109: ”Sekiranya laut dijadikan tinta untuk menuliskan kalimah-kalimah Allah, sungguh akan keringlah lautan sebelum habis kalimah-kalimah Allah, sekalipun ditambah sebanyak itu lagi.”
Rabbil’Aalamiin
Firman Allah: ”Sesungguhnya di dalam pergiliran malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di atas samudera membawa apa-apa yang berguna bagi manusia dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, sehingga dengan air itu menjadi hiduplah bumi yang mulanya mati, lalu hidup berkeliaran di atasnya segala macam binatang, berhembusnya angin dan awan antara langit dan bumi, semua itu adalah menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda bagi orang yang berakal (berfikir) .” (Al Baqarah:164).
Jadi seluruh kejadian dibumi ini, disamping diambil manfaatnya untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti dan tanda tentang wujud kekuasaan dan kemurahan Allah, untuk pendorong agar kita selamanya hidup di dalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mentaati segala perintah Allah.
Alhamdulillah
Ucapan atau kalimah yang menunjukkan rasa syukur terimakasih, kasih sayang, cinta, hormat, khidmat, lega dan bangga terhadap Allah. . Dari segala macam bentuk susunan kalimah yang berisi pujaan dan pujian yang dihadapkan manusia kepada Allah, Allah memilih satu yang paling Allah senangi, yaitu Alhamdulillahi Rabbil ’aalamiin.
Sabda Rasulullah S.A.W: ” Zikir paling utama ialah kalimah laa Ilaaha Illallaah, dan doa paling utama ialah kalimah Alhamdulillaahi”. Kalimah hamdalah berarti berdoa. Syaratnya ialah agar hati setiap orang yang menyebutnya harus ingat dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan dan mendengarkannya.
Diriwayatkan oleh Imam al Qurthuby di dalam tafsiran dan di dalam kitab Nawadirul Ushul, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: ”Sekiranya dunia dan seluruh harta kekayaan yang berada di atasnya diserahkan ke tangan seorang dari umatku, lalu orang itu berkata: ”Alhamdulillah”, sungguh ucapan ”Alhamdulillah” itu lebih berharga dari seluruh harta kekayaan itu.”
Untuk
itu maka tidaklah berlebihan apabila semua pujian, semua ibadah, semua
amalan, semua rasa syukur (berterima kasih) yang kita lakukan kita
tujukan hanya kepada Allah, Rob semesta Alam, atas segala nikmat yang
dilimpahkan-NYA kepada kita. Apalah jadinya kalau hari itu siang terus
menerus atau malam terus menerus? Dan apalah jadinya seandainya oksigen
yang kita hirup dalam setiap tarikan nafas ini tidak tersedia bebas di
alam semesta? Bukankah betapa mahalnya oksigen yang di berikan pada
pasien dirumah sakit-rumah sakit itu? Dan apalah jadinya seandainya
sinar matahari itu juga tidak kita dapatkan secara Cuma-Cuma? Kenapa
kita masih juga tidak mau mensyukuri berjuta-juta nikmat bahkan mungkin
tidak terhitung lagi nikmat yang kita dapat dari Allah,SWT.
Marilah
kita menjadi manusia yang pandai mensyukuri nikmat, yaitu
setidak-tidaknya dengan cara mempergunakan nikmat yang diberikan Allah
untuk selalu berbuat kebajikan. Tangan ini digunakan untuk mencari rizki
yang halal, kaki selalu digunakan untuk melangkah kearah kebaikan dan
ridho Allah, Akal kita gunakan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi
sesama makhluk dan diri ini kita gunakan untuk beribadah kepada Allah,
berbakti kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.
No comments:
Post a Comment