أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Dengan
menyebut nama Allah
Yang
Maha pengasih lagi Maha penyayang
يَنْبَغِى
لِكُـلِّ شَارِعٍ فِى فَنٍّ مِنَ الفُنُونِ أَنْ يَتَصَوَّرَهُ وَيُعَرِّفَهُ
قَبْلَ الشُّرُوْعِ فِيْهِ لِيَكُونَ عَلَى بَصِيْرَةٍ فِيْهِ وَيَحْصُلُ
التَّصَوُّرُ بِمَعْرِفَةِ المَباَدِى العَشَرَةِ المَنْظُومَةِ فىِ قَولِ
بَعْضِهِمْ :
Seyogya yang mengandung pahala sunnah, bagi setiap orang yang hendak
mempelajari suatu ilmu, terlebih dahulu harus mengetahui penguraian-penguraian
ilmu yang akan di pelajari, dengan harapan agar senantiasa dapat mewaspadai
ilmu yang akan di pelajari, dan penguraian-penguraian ilmu itu adalah dengan
cara megenali 10 macam kerangka ilmu, sebagaimana penjelasan sya’ir yang di
abadikan sebagian Ulama :
إِنَّ مَباَدِى كُـلَّ فَنٍّ عَشْـرَةُ *
الحَـدُّ وَالمَوْضـُوعُ ثُمَّ الثَّـمْرَةُ
وَفَضْـلُهُ وَنِسْـبَةٌ وَالوَاضِـعُ *
الإِسْمُ الإِسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشَّارِعُ
مَسَائِلٌ وَالبَعْضُ بِالبَعْضِ اكْتَفَى *
وَمَنْ دَرَى الجَمِيْعَ حَازَ الشَّـرَفاَ
Ø
Sesungguhnya
kerangka ilmu itu berjumlah sepuluh
Definisinya, penempatannnya serta hasilnya
Ø
Keutamaannya, perbandingannya dan penciptanya
Namanya, sumbernya, hukum agamanya
Ø
Dan
masalah-masalahnya, cukup diuraikan sebagian
Namun siapa yang uraikan semua, dapatkan
kemuliaan.
وَالآنَ
نُشَرِعُ فِى فَنِّ التوَّحِيْدِ فَنَقُولُ :
Dan sekarang kita
akan mempelajari ilmu tauhid, maka saya katakan ;
حَدُّهُ
: عِلْمٌ يَقْتدِرُ بِهِ عَلىَ إِثبْاَتِ العَقَائِدِ الدِّنِيَّةِ مُكْتَسِبٌ
مِنْ أَدِلَّتِهَا اليَقِيْنِيَّةِ
1. Batasan ( definisi ) ;
Batasan ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang menjadi pedoman untuk
menetapkan aqidah agama Islam yang di ambil dari dalil-dalil yang meyakinkan.
وَمَوْضُوعُهُ : ذَاتُ اللهِ تَعاَلىَ
وَصِفَاتُهُ بِحَيْثُ ماَيَجِبُ لَهُ وَماَ يَسْتَحِيْلُ وَماَيَجُوْزُ وَذَاتُ
الرُّسُلِ كَذَلِكَ وَالمُمْكِنُ مِنْ حَيْثُ أَنَّهُ يُتَوَصَلُ بِهِ اِلىَ
وُجُودِ صَانِعِهِ وَالمُسْمَعِيَّاتِ مِنْ حَيْثُ اِعْتِقَادِهَا بِذَاتِهِ
تَعَالىَ وَذَاتِ رُسُلِهِ وَماَيَنْبَعُ مِنْ ذَلِكَ
2. Penempatan ( ruang
lingkup ) ;
Penempatan atau
letak ilmu tauhid adalah pada menerangkan Dzat dan sifat Allah sekiranya
sesuatu yang wajib, yang mustahil dan Hak preogratif di Allah Swt, menerangkan
Dzat dan sifat para Rosul ( utusan Allah ), menerangkan sesuatu yang mungkin,
sekiranya menjadi dalil atas wujud Allah Swt, serta menerangkan sesuatu yang
terdengar, yang harus di yakini pada Dzat Allah dan Dzat para Rosul-rosul Nya,
juga menerangkan yang muncul dari hal-hal demikian.
وَثَمْرَتُهُ :
مَعْرِفَةُ اللهِ وَصِفَاتهُ بِالبُرْهَانِ القَطْعِيَّةِ وَالفَوْزُ
بِالسَّعَادَةِ الأَبَدِيَّةِ
3. Buah ( hasilnya ) ;
Hasil mempelajari
ilmu tauhid adalah mengenal Allah dan sifat-sifatnya dengan berdasarkan
dalil-dalil yang pasti serta mendapatkan kebahagiaan yang kekal
وَفَضْلُهُ : مَعْرِفَةُ مَايُطْلَبُ
اِعْتِقَادُهُ
4. Keutamaan ( kelebihannya
) ;
Keutamaan ilmu
tauhid adalah mengenal sesuatu yang harus di yakini hingga menjadi sebuah
aqidah dan keyakinan dalam agama Islam.
وَنِسْبَتهُ : أَنَّهُ أَصْلُ العُلُوْمِ
وَماَسِوَاهُ فَرْعٌ
5. Perbandingan ilmu tauhid
dengan Ilmu lainnya ;
Perbandingan ilmu
tauhid dengan ilmu-ilmu lainnya adalah bahwa ilmu tauhid adalah akar atau
sumber semua ilmu dan selain ilmu tauhid adalah cabang-cabangnya.
وَوَاضِعُهُ
: أَبُو الحَسَنِ الأَشْعَرِى وَمَنْ تَبِعَهُ وَأَبُو مَنْصُوْرِ الماَتُرِدِى
وَمَنْ تَبِعَهُ بِمَعْنَى أَنَّهُمْ دَوَّنوُا كُتُبَهُ وَرَدُّوْا الشِّبْهَ
الَّتِىْ أَوْرَدَتْهَا المُعْتَزِلَةُ وَاِلاَ فَلاَيَصِحُّ ِلأَنَّ
التَّوْحِيْدَ جَاءَ بِهِ كُلُّ نَبِىٍّ مِنْ لَدُنِ أَدَمَ إِلىَ يَوْمِ
القِيَامَةِ
6. Pencipta ( penyusun ) ;
Pencipta ilmu tauhid
adalah Syekh Abul Hasan Al ‘Asy’ariy serta pengikutnya dan Syekh Abu Mansur Al
Maturidiy serta pengikutnya.
Pencipta di sini
artinya adalah mereka yang menulis serta menyusun buku-buku tauhid dan
menyangkal faham-faham sesat yang di kemukakan kaum Mu’tazilah atau kaum-kaum
sesat lainnya, pencipta disini diartikan menulis kitab-kitab tentang pelajaran
tauhid karena tidaklah betul ilmu tauhid di ciptakan oleh mereka secara
sesunguhnya, karena ilmu tauhid telah ada di bawa oleh setiap Nabi-nabi dari
semenjak Nabi Adam as. Hingga zaman
Nabi Muhammad di hari Qiyamah.
وَاسمُهُ : عِلْمُ التَّوْحِيْدِ لأَنَّ
مَبْحَثَ الوَحْدَانِيَّةِ أَشْهَرُ مَباَحِثهِ , وَيُسَمىَّ أَيْضًا عِلْمُ
الْكَلاَمِ لأَنَّ المُتَقَدِّمِيْنَ كاَنوُا يَقُولُونَهُ فىِ التَرْجَمَةِ عَنْ
مَباَحِثِ الكَلاَمِ
7. Nama ;
Ilmu ini di namakan
dengan ilmu “Tauhid” artinya meng-esa-kan, karena bahasan meng-esakan Allah
dalam ilmu ini lebih populer dari pada bahasan yang lainnya, di namakan pula
dengan ilmu “Kalam” karena Ulama terdahulu sering mengatakan ilmu tauhid dengan
ilmu kalam dalam menterjemahkan dari pembahasan-pembahasan ilmu ini
وَاسْتِمْدَادُهُ : مِنَ الأَدِلَّةِ
العَقْلِيَّةِ وَالنَّقْلِيَّةِ القُرْآنِ وَالحَدِيْثِ
8. Nara Sumber ;
Sumber ilmu tauhid
adalah dari dalil-dalil logika dan dalil-dalil Naqliyyah (Kutifan) dari
Al-Qur’an dan Al-Hadits
وَحُكْمُهُ : شَرْعًا وُجُوْبُ العَيْنِى عَلىَ
كُلِّ مُكَلَّفٍ وَكَذَا طَلَبٌ فِيْهِ
9. Hukum ;
Hukum mempelajari ilmu tauhid menurut agama
Islam adalah wajib ‘Aeni([1]) atas setiap mukallaf([2]) demikan juga sama halnya menuntut ilmu tersebut juga hukumnya wajib
‘Aeni.
وَمَسَائِلُهُ ؛ اَلقَـضاَياَ الباَحِـثَةُ
عَنِ الواَجِباَتِ وَالجَائِزاَتِ وَالمُسْتَحِيْلاَتِ
10.
Masalah-masalah ( perihal ) ;
Masalah-masalah ilmu tauhid adalah
kaidah-kaidah yang membahas hal-hal wajib, membahas hak-hak preogratif dan juga
membahas hal-hal yang mustahil.
URAIAN BISMILLAH
VERSI ILMU TAUHID
وَيَنْبَغِى أَيْضًا لِكُلِّ شَارِعٍ فِى فَنٍّ
مِنَ الفُنُونِ أَنْ يَتَكَلَّمَ بِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَسِبُ ذَلِكَ
الفَنَّ وَفَاءً بِحَقِّ البَسْمَلَةِ وَوَفَاءً ِبِحَقِّ الفَنِّ المَشْرُوعِ ,
وَحَقُّ الفَنِّ أَنْ يَتَكَلَّمَ الشاَّرِعُ بِطَرْفِ البَسْمَلَةِ
مِمَّايُنَاسِبُ ذَلِكَ الفَنَّ المَشْروُعِ , وَحَقُّ البَسْمَلَةِ أَنْ
لاَيَتْرُكَ الكَلاَمَ عَلىَ البَسْمَلَةِ رَأْسًا
Seyogya yang
mengandung nilai pahala sunnah juga, bagi orang yang hendak mempelajari sebuah ilmu
adalah agar mengenali sepucuk uraian Bismillah menurut ilmu yang akan di
pelajari, karena mengenal sepucuk uraian Bismillah adalah memenuhi hak
Bismillah dan memenuhi hak ilmu yang di pelajari, hak ilmu adalah harus
membicarakan sepucuk bahasan Bismillah sesuai dengan ilmu tersebut, sedangkan
hak Bismillah adalah sama sekali tidak meninggalkan membicarakan bahasan uraian
Bismillah.
وَالآنَ نُشَرِعُ فىِ فَنِّ التَّوْحِيْدِ
فَيَنْبَغِىعَلَيْنَا أَنْ نَتَكلَّمَ ِبِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَسِبُ
الفَنَّ التوَّحِيْدِ
Saat ini kita hendak mempelajari
ilmu tauhid maka selayaknya kita terlebih dulu membicarakan sepucuk bahasan
Bismillah sesuai dengan ilmu tauhid.
فَنَقُولُ أَنَّ حَرْفَ البَاءَ فىِ
البسْمَلَةِ إِمَّا لِلْمُصَاحَبَةِ عَلىَ وَجْهِ التَّبَارُكِ
أَوِْللأِسْتِعَانَةِ كَذَلِكْ وَلاَمَانِع مِنَ الأِسْتِعَانَةِ بِاِسْمِهِ
تَعَالَى كَمَايُسْتَعَانُ بِذَاتِهِ.
Maka kami katakan
bahwa huruf Ba pada permulaan kalimat Bismillah adakalanya mengandung arti
kebersamaan dengan Allah dari sisi memohon keberkahan dengan menyebut nama
Allah, adakalanya juga mengandung arti memohon pertolongan pada Dzat Allah
dengan menyebut nama Nya, dan tidak terlarang memohon pada nama Allah Swt
sebagaimana memohon pertolongan pada Dzat Nya.
وَالأَوْلىَ جَعْلُهَا لِلْمُصَاحَبَةِ عَلىَ
وَجْهِ التَّبَارُكِ أَوْ عَلىَ وَجْهِ الأِسْتِعَانَةِ بِذَاتِه تَعَالىَ ِلأَنَّ
جَعْلَهَا لِلأِسْتِعَانَةِ بِاِسْمِهِ إِسَاءَةُ الأَدَابِ.
Dan yang paling utama adalah
menafsirkan arti huruf Ba tersebut dengan arti kebersamaan dari sisi memohon
keberkahan dengan menyebut nama Allah Swt. Atau dengan arti memohon pertolongan
pada Dzat Allah, karena memohon pertolongan pada nama Allah adalah perbuatan
tercela yang tercela.
ِلأَنَّ الإِسْتِعَانَةَ تَدْخُلُ عَلىَ الآلَةِ
فَيَلْزَمُ عَلَيْهَا جَعْلُ إِسْمِ اللهِ مَقْصُودًا لِغَيْرِهِ لاَ لِذَاتِهِ.
Karena memohon
pertolongan adalah masuk pada penggunaan alat, seandainya memohon pertolongan
itu pada nama Allah, maka nama Allah di jadikan sebagai alat yang memungkinkan
maksud pada selain Allah, bukan tujuan pada Dzat Allah Swt.
Memungkinkan
bermaksud atau bertujuan memohon kepada selain Allah adalah terlarang dan
menimbulkan kekufuran.
اِلاَّ أَنْ يُقَالَ أَنَّ مِنْ جَعْلِهَا
لِلأِسْتِعَانَةِ بِاسْمِهِ نَظْرًا اِلىَ جِهَةِ الأُخْرَى وَهِىَ أَنَّ الفَعْلَ
المَشْرُوْعُ فِيْهِ لاَ يَتِمُّ عَلىَ وَجْهِ الأَكْمَلِ اِلاَّ بِاِسْمِهِ
تَعَالىَ لَكِنْ قَدْ يُقَالُ مَظَنَّةُ الأِسَاءَةِ الأَدَابِ مَازَالَتْ
مَوْجُوْدَةً
Kecuali apa bila di
ucapkan, bahwa menjadikan arti huruf Ba dengan memohon pertolongan pada nama
Allah swt, adalah karena melirik ke sisi lain, yaitu melirik pada pengakuan
alasannya, bahwa perbuatan yang hendak dilakukan seiring membaca Bismillah
adalah tidak sempurna kecuali dengan menyebut nama Allah.
Akan tetapi
pengakuan alasan ini seperti inipun masih rentan menimbulkan dugaan yang salah
hingga berakibat kekufuran yang selalu ada karenanya.
Kesimpulannya bahwa
huruf Ba tidak boleh di artikan memohon pertolongan kepada nama Allah Swt, akan
tetapi sesungguhnya memohon pertolongan itu adalah pada Dzat Allah Swt,
bukanlah pada nama.
وَمَعْنَى الباَءِ الإِشاَرِىُّ بِى كَانَ
مَاكَانَ وَبِى يَكوُنُ مَايَكوُنُ وَحِيْنَئِذٍ يَكوُنُ فىِ البَاءِ إِشَارَةٌ
اِلىَ جَمِيْعِ العَقَائِدِ ِلأَنَّ المُرَادَ بِى وَجَدَ مَاوَجَدَ وَبِى يوُجَدُ
مَايوُجَدُ
Makna huruf Ba dari
sisi isyarat yang terkandung di dalamnya adalah Allah Swt berkata, “Olehku
telah terjadi sesuatu telah terjadi, olehku
pula akan terjadi sesuatu akan terjadi” dari arti ini huruf Ba merupakan
pertanda dari semua unsur aqidah, karena sesungguhnya yang di maksudkan dari
aqidah itu adalah :
“Olehku ( Allah )
telah terwujud sesuatu yang telah terwujud, olehku pula akan terwujud sesuatu
yang akan terwujud”.
وَلاَ يَكوُنُ كَذَلِكَ اِلاَّ مَنِ اتَّصَفَ
بِصِفَاتِ الكَمَالِ وَتَنَزَهَ عَنْ صِفَاتِ النُّقْصاَنِ كَمَاكَرَّرَهُ بَعْضُ
الأَئِمَّةِ التَّفْسِيْرِ
Tidaklah huruf Ba
mengandung makna Isyarat seperti demikian, kecuali makna Isyarat tersebut
terdapat pada Dzat yang memiliki sifat sempurna serta tersucikan dari
sifat-sifat yang kurang, sebagaimana kandungan makna seperti itu di tetapkan
oleh para Ulama-Ulama tafsir.
وَالأِسْمُ عِنْدَ البِصْرِيِّيْنَ مُشْتقٌ مِن
السُّمْوٌ وَهُوَ العُلُوْ دوُنهُ ِِِِلأَنَّهُ يَعْلُوْ مُسَمَّاهُ
Kalimat “Ismu” pada
Bismillah menurut Ulama-ulama kota Bashroh (Iraq) adalah diambil dari kalimat
“sumwun” artinya tinggi, kalimat ismu tidak di artikan selain makna tinggi
karena makna tinggi memberikan pertanda Maha tinggi nama yang di sebutnya yaitu
nama Allah Swt.
وَاللهُ عَلَمٌ عَلىَ الذَّاتِ الواَجِبِ
الوُجوُدِ المُسْتَحِقُّ بِجَامِيْعِ المَحَامِدِ
Nama Allah adalah
sebuah nama pada Dzat yang wajib wujudnya, Dzat yang paling berhak mendapat
segala pujian.
وَالرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ صِفَتاَنِ
مَأْخوُذَتاَنِ مِنَ الرَّحْمَةِ بِمَعْنىَ الأِحْسَانِ لاَبِمَعْناَهَا
الأَصْلِىِّ الَّذِىْ هُوَ رِقَّةٌ فىِ القَلْبِ تَقْتَضِىْ التَّفَضُّلَ
وَالأِحْسَانَ ِلأِسْتِحَالَةِ ذَلِِكَ فىِ حَقِّهِ تَعَالىَ
Kalimat “Arrohman
Arrohiim” adalah dua buah sifat Allah yang di ambil dari kata “Arrohmah”
artinya pemberi kebaikan, kedua kalimat tersebut tidak di artikan dengan makna
“Arrohmah” yang sesungguhnya yaitu kasih sayang dari dalam hati yang
menimbulkan memberi penghormatan dan kebaikan pada yang di sayanginya, karena
kasih sayang timbul dari lubuk hati mustahil bagi Allah Swt, Allah tidak memiliki hati.
Tamat
[1] ) Wajib Aeni artinya
wajib kepada perorangan.
[2] ) Mukallaf adalah
setiap orang yang telah dewasa..
No comments:
Post a Comment