أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
--------------------------------------------------------------------------
Sebab timbulnya pertanyaan seperti ini adalah kesalahan sebagian pihak
dalam menerjamahkan ayat Al-Qur'an. Oleh karena itu, jika ayat di atas
diterjemahkan dengan benar, tidak akan ada pertanyaan seperti ini.
Dengan mengkaji Al-Qur'an secara seksama, kita bakal menyadari bahwa
kata "tawaffa" dalam Al-Qur'an tidak selalu berarti wafat atau mati, namun juga memiliki arti lainnya.
Oleh karena itu, kita tidak bisa menjadikan salah pengertian itu
sebagai dalil telah meninggalnya Nabi Isa As, bahkan banyak sekali
riwayat-riwayat yang membuktikan bahwa ia tidak mati. Arti ayat yang
benar adalah: "Dan ingatlah ketika Allah swt berkata kepada Nabi Isa As: "Aku akan mengambilmu dan mengangkatmu ke sisi-Ku."."
Jawaban Detil
Sebab munculnya pertanyaan seperti ini adalah kesalahan sebagian
penerjemah dalam menerjamahkan ayat Al-Qur'an. Mereka menerjemahkan kata
"mutawaffiika" dengan arti "mematikanmu". Meskipun banyak juga
yang menerjemahkan ayat di atas dengan terjemahan yang tidak
bertentangan dengan tetap hidupnya Nabi Isa As. Misalnya ayat itu
diterjemahkan: "Dan ingatlah ketika Allah Swt berkata kepada Nabi Isa
As: "Aku akan mengambilmu (dari dunia dan dari antara orang-orang yang ada di sekitarmu) dan mengangkatmu ke sisi-Ku."."
Harus difahami bahwa kata "tawaffa" berasal dari kata "wafa" yang memiliki berbagai arti, yang di antaranya adalah: "mati", "mengambil", "menyempurnakan", dan lain sebagainya.[1] Menepati janji juga adalah salah satu arti kata "wafa",
karena orang itu menyempurnakan apa yang dijanjikannya. Begitu juga
ketika seseorang telah mengambil seluruh uang dari seseorang yang telah
berhutang kepadanya, dalam bahasa Arab dikatakan: "tawaffa dainahu" atau "ia telah mengambil uang yang dihutangkannya."
Majma' al-Bahrain,
salah satu kitab bahasa, dalam menjelaskan ayat di atas menyebutkan:
"Artinya maksud ayat itu adalah: "Aku akan mengamankanmu dari gangguan
orang-orang kafir dan mencegahmu disalib oleh mereka, dan mengakhirkan
ajalmu yang telah Kutetapkan."[2]
Oleh itu, meskipun memang kata "tawaffa" juga berarti kematian sebagaimana dalam beberapa ayat,[3] namun bukan berarti kata itu selalu berarti demikian. Misalnya Allah Swt befirman: "Dan
Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang
kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang
hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada
Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang
dahulu kamu kerjakan." (Qs. Al-An'am [6]:60)
Dengan pasti dapat kami katakan bahwa maksud dari "yatawaffakum"
di ayat itu bukan berarti "mematikan kalian", namun berarti "menidurkan
kalian" di malam hari yang mana hal itu terus berulang tiap hari.
Dengan demikian, ayat di atas tidak bisa disalah artikan dengan
kematian Nabi Isa As. Lalu apa sebenarnya yang terjadi pada beliau?
Pembahasan ini cukup menarik. Silahkan perhatikan beberapa penjelasan
berikut ini:
1.
Orang-orang Kristen berkeyakinan bahwa beliau disalib dan dibunuh oleh
musuh-musuhnya. Namun Al-Qur'an menentang keyakinan itu dengan tegas.
Allah Swt berfirman: "padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
(pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa bagi mereka." (Qs. Al-Nisa' [4]:157)
2. Al-Qur'an meskipun dengan tegas mengingkari kematian Nabi Isa As,
namun tak satupun ayat Al-Qur'an menjelaskan bahwa Nabi Isa As tidak
"mati" dengan "cara" lain dan hidup hingga saat ini.
3. Ayat-ayat seperti ayat 55 surah Ali-Imran dan juga ayat 117 surah
Al-Ma'idah, yang meskipun ayat-ayat itu tidak menunjukkan secara pasti
bahwa Nabi Isa As telah wafat, namun secara tersirat juga menjelaskan
bahwa bentuk interaksi beliau dengan dunia kini jauh berbeda dengan saat
beliau benar-benar hidup waktu itu.
4. Banyak sekali riwayat dalam kitab-kitab Sunni dan Syiah yang
menjelaskan bahwa Nabi Isa As masih hidup. Jadi meskipun tidak ada ayat
Qur'an yang menegaskan secara jelas bahwa beliau hidup, namun banyak
sekali riwayat yang menjelaskan hal itu. Misalnya, simak beberapa
riwayat di bawah ini:
4.1.
Rasulullah Saw berkata kepada orang-orang Yahudi: "Sesungguhya Nabi Isa
As tidak mati, tapi ia bakal kembali lagi kepada kalian di hari kiamat
nanti."[4]
4.2. Rasulullah Saw bersabda: "...dan Mahdi dari keturunanku. Saat ia
datang nanti, Nabi Isa As akan hadir bersamanya dan salat di
belakangnya."[5]
5. Jika seandainya pun kita tidak meyakini adanya makna lain selain "kematian" bagi kata "tawaffa"
di ayat itu, yang mana jika demikian kita meyakini bahwa Nabi Isa As
telah mati, namun bukan berarti tidak ada kemungkinan ia kini tidak
hidup. Karena bisa jadi setelah beliau mati ia dihidupkan kembali hingga
hari kiamat nanti. Karena berdasarkan sebagian ayat-ayat Al-Qur'an
dapat difahami bahwa ada sebagian orang yang hidup setelah mati selama
seratus tahun.[6] Karena itu, boleh jadi kejadian itu terjadi pula pada Nabi Isa As.--------------------------------------------------------------------------
[1]. Ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, jil. 15, hal. 398, cet. pertama, penerbit Adab, Hauzah, Qum, 1405 H.
[2]. Majma' Al-Bahrain, jil. 1, hal. 444, klasul "wafa", Ketabforushi Morteza, Teheran, 1375, S.
[3]. (Qs. Al-Nisa' [4] : 97); (Qs. Muhammad [47] : 27); (Qs. Yunus [10] : 46); (Qs. Sajdah [32] : 11).
[4]. Ibnu Abi Hatim, Tafsir al-Qur'ân al-'Azhim, jil. 4, hal. 1110, Hadits 6232, Maktabah Nizar al-Musthaf al- Bariz, Saudi Arabia, 1419 H.
[5]. Syaikh Shaduq, Al-Âmâli, jil. 1, hal. 218, Ketabkhane e Eslami, Teheran, 1362 H.S.
[6]. "Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali." (Qs. Al-Baqarah [2]:259)
No comments:
Post a Comment