أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
[11]. Âsynâi ba Adyân-e Buzurgh, hal. 58 dan 59.
Sebelum kedatangan Zoroaster
yaitu sebelum masa kekuasaan Media, orang-orang pribumi non-Aria Iran,
memiliki agama yang bernama ajaran Mage. Frase Magh (Magusy) dalam
bahasa kuno Iran bermakna pelayan.[1]
Dalam bahasa Arab “majusi” yang disebut dalam bahasa Arab adalah
orang-orang Zoroaster. Namun sejatinya, Majus” tidak dapat disebut
sebagai pengikut Zoroaster. Dewasa ini telah ditetapkan bahwa Majus
disebut untuk para pengikut Media yang hidup sebelum masa Zoroaster.
Dalam Avesta, frase “Majus” digunakan untuk orang-orang yang menentang
Zoroaster. Namun karena pada wilayah-wilayah Arab dan negeri Syam
(Suriah), para pengikut ajaran Media lebih dikenal sebagai “Magusy”
kemudian melekatlah pengikut Zoroaster sebagai Majus.”[2]
Frase “Majus” tidak hanya disebutkan dalam al-Quran[3]
dan dengan memperhatikan bahwa mereka berhadap-hadapan dengan
orang-orang Musyrik dan berada dalam barisan agam-agama samawi, dapat
disimpulkan bahwa mereka memiliki agama, kitab dan nabi. Sebagian
riwayat kita juga menyokong masalah ini.
Suatu hari Asy’ats bin Qais bertanya kepada Imam Ali As, “Bagaimana
Anda dapat mengambil pajak dari orang-orang Majusi (sementara mengambil
jizyah hanya diperbolehkan dari Ahlulkitab) dan orang-orang Majusi tidak
memiliki kitab samawi?” Imam Ali As menjawab, “Tidaklah demikian
seperti yang engkau sangka! Mereka memiliki kitab samawi dan Tuhan
mengutus seorang rasul kepada mereka…”[4]
Tidak diragukan lagi bahwa dewasa ini, Majus disebut sebagai para pengikut Zoroaster[5]
atau paling tidak yang membentuk bagian terpenting dari pengikut agama
Zoroaster. Namun sejarah Zoroaster sendiri tidak begitu jelas. Para
pengikut Zoroster disebut dengan beberapa nama seperti Majusi, Parthia,
Gheber.[6]
Berdasarkan pendapat yang populer, Zarasustra (nabi ajaran Zoroaster)
lahir pada tahun 660 SM dan diangkat sebagai nabi pada tahun 630 SM
(pada usia 30 tahun). Disebutkan bahwa Zarasustra pada tahun 583 SM,
ketika ia berusia 77 tahun dibunuh oleh orang-orang dari Turan; sebuah
tempat pemujaan api di daerah Balkh (Afganistan).
Agama Zoroaster adalah agama orang-orang Majusi dan memiliki hubungan
dengan Alkitab (Taurat dan Injil). Meski dalam Alkitab tidak disebutkan
nama agama ini, namun disebutkan tentang kisra-kisra Iran sebanyak
delapan halaman dari halaman-halaman kitab Taurat.
Dalam Kitab Pertama Injil (Injil Matius) kita membaca, “Orang yang
pertama datang tatkala Isa baru lahir adalah beberapa orang bijak dari
Timur yang disebut sebagai, “Magus.”[7]
“Beginilah
firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada
Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan
bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka
pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal
tertutup.” (Yesaya 45:1)[8]
Sepanjang beberapa ratus tahun yang lalu, para penganut ajaran
Zoroaster menjaga agama di antara agama-agama yang ada di dunia lebih
banyak yang sifatnya warisan. Pada hakikatnya dewasa ini pengikut agama
Zoroaster sangat sedikit jumlahnya dan merupakan komunitas agama yang
paling kecil di antara agama-agama hidup di dunia.[9]
Pada masa kini, di antara mereka terdapat serataus lima puluh ribu dari
mereka yang tinggal di India dan kurang lebih sebanyak lima puluh ribu
orang yang bermukim di Yazd, Kerman dan Teheran.[10]
Kitab Pengikut Zoroaster
Avesta adalah kitab para pengikut agama Zoroaster yang bermakna asas,
fondasi dan teks. Kitab ini ditulis dengan huruf dan bahasa Avesta yang
mengacu pada masa Iran kuno dan memiliki akar persamaan dengan
bahasa-bahasa Pahlevi dan Sanskerta. Pengikut agama Zoroaster di samping
Avesta, juga memiliki sebuah kitab tafsir yang bernama Zand-i Avesta
dan kitab suci lainnya dalam bahasa Pahlevi.
[1]. Husain Taufiqi, Âsynâi ba Adyân-e Buzurgh, hal. 56, Nasyr Samt, Teheran, 1386.
[2]. Syaikh Mufid, Tashih al-I’tiqâdât, hal. 134, Catatan Kaki.
[3]. “Sesungguhnya
orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shâbi’în (para
penyembah bintang), orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan
orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada
hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (Qs. Al-Hajj [22]:17)
[4]. Abduali bin Jum’ah ‘Arusi Huwaizi, Tafsir Nur al-Tsaqalain, jil. 3, hal. 457, Ismaliyyan, Qum, 1415 H.
[5]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 14, hal. 44, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S.
[6]. Âsynâi ba Adyân-e Buzurgh, hal. 62.
[7]. Robert Hume, Adyân Zendeh Jahân (The World’s Living Religions), terjemahan Persia oleh Abdurrahim Gawahi, hal. 268, Daftar Nasyr Farhang Islami, 1369 S.
[8]. Sesuai dengan nukilan dari buku Adyân-e Zendeh Jahân.
[9]. Adyân-e Zendeh Jahân, hal. 269.
[10]. Âsynâi ba Adyân-e Buzurgh, hal. 62.
No comments:
Post a Comment