Setiap mendengarkan Lantunan tembang Lir-Ilir ini entah mengapa hati ini
mendegum berdecak seolah ada makna yang mendalam dri syair
ini...apalagi di tembangkan secara perlahan mendayuh disaat kita berada
di tengah tengah Alam terbuka...baik dengan nada sholawat badar atau
lainnya...maka lama kelamaan muncul sebuah stimulus ketenangan yang
mengalir ke dalam darah menuju hati yang membuat tubuh menjadi sejuk...
Saya pernah dalam pendakian turun dari puncak gunung Pangrango,
kebetulan saya berjalan paling akhir...ditengah kesunyian hutan basah
setapak demi setapak, memecah kebuntuan saya coba menembangkan syair
Lir-Ilir ini dengan tenang syahdu perlahan dan berulang ulang...sungguh
aneh air mata menetes tanpa sadar dari mata ini...Ada kandungan
kekuasaan Allah dengan Maha penciptaan ini dengan keimanan dan Islam
didalamnya, sekillas terbesit kekaguman kepada Sunan Kalijaga dan
Walisongo dengan Metodolgi dakhwah penyampaian Islamnya yang
Lembut...ooh..betapa tinggi nilai sastranya tembang Lir-Ilir ini.
Dalam beberapa kesempatan akhirnya sy mencoba menelaah dan mencari tau
semua tentang Lir-Ilir ternyata Subhanallah coba silahkan di
renungkan...
Lir-ilir, lir-ilir, tandure wus semilir
tak ijo royo royo dak sengguh temanten anyar
(lihatlah kini waktu menyemai telah datang,
begitu hijau segar laksana pengantin baru)
bocah angon, bocah angon, penekna blimbing kuwi
lunyu lunyu penekna, kanggo mbasuh dodod ira
(wahai anak gembala petiklah blimbing,
walau licin tolong panjatkan untuk bebersih baju kebesaranmu)
dan bersoraklah gembira ….)dodod ira, dodod ira, kumitir bedah ing pinggir
dondomana jumetana, kanggo seba mengko sore
(baju kebesaranmu telah terkoyak
jadi jahitlah kembali untuk bertahta sore hari ini)
mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
ya suraka…. surak iya
(selagi terang bulan, selagi luas tempatnya)
secara arti saja sudah menggambarkan ketinggian nilai kandungan
sastranya sebuah perumpamaan perumpaan pendekatan seorang hamba terhadap
sang Khalik Allah SWT.
Saya coba mengutip dari blog pakarcarito.blogspot.com yang sama sama menelaah tentang tembang ini diantara mengungkapkan.
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan
biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam.
Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam
bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari
Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering
memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah
mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain
Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko
Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary
Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz
pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya
bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu
mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji
lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan?
hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada
sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti
cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan
udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada
sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait
ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan
manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di
sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita.
Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru
memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk
masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih
level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan
pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ?
Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih
“Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa
makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan
yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing
berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu
adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah
blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama
Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja
tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk
mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah
payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan
pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang
harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita
bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki,
rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah
pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa
suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan
sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari
pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali
mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika
pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di
depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu (Al-Anfal :25)
Yaah...benar sekali apabila kita ini menjalani kehidupan dan melihat
dunia dengan Kacamata Hikmah dan mengambil intisari positif dari suatu
peristiwa kejadian atau apapun yang kita lihat dan kita
dengar...Subhanallah, pantas saja seharusnya kita dianjurkan untuk terus
bersyukur kepada Allah SWT dengan segala izinNya mengendalikan urusan
kita...
berikut tembang Lir ilir yang terbadu dengan Sholawat badr oleh kiyai Kanjeng..
Tembang Lir Ilir dengan Sholawat Badar-Kyai Kanjen
MENGENAL DIRI DI HADAPAN TUHAN NYA : Lir-ilir, Lir-ilir, Tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar, Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi, Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro, Dodotiro-dodotiro, kumitir bedhah ing pinggir, Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore, Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane, Yo surako… surak hiyo. . .
Labels
KITAB
(58)
KITAB ISTIQAL
(30)
RAHASIA MAKRIFATULLAH
(26)
SYEH SITI JENAR
(22)
HAKEKAT
(17)
Al muntahi
(15)
Kitab Ta'limul Muta'alim
(15)
MISYAKAATUL ANWAR IMAM AL GHAZALI
(14)
GURU MURSYID
(12)
ULAMA BESAR INDONESIA
(12)
WALI SONGO
(11)
KITAB FUTUHAT AN-NAJHAH
(10)
MENGENAL BID'AH
(10)
PRO DAN KONTRA Yesus Bukan Tuhan
(10)
Di Manakah Allah??
(9)
Futuhat Al Makiyyah
(9)
Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya'
(9)
MAQAM MUSYAHADAH
(9)
Membongkar Kedok Sufi
(9)
kitab akhir zaman
(9)
Asas Tareqat
(7)
PERANG SALIB
(7)
Kitab Durun Nafis
(6)
DOWNLOAD
(5)
KITAB NASHOIHUL IBAD
(5)
KITAB RAHASIA APPONA KALI BARRU
(5)
Mukjizat Al-Qur'an
(5)
TAUHID MUFADDHAL
(5)
ADAB AS SULUK
(4)
RAHASIA
(4)
Mafahim Yajibu An Tushohhah
(3)
Asia
(1)
Government
(1)
Indonesia
(1)
Islam
(1)
Kali
(1)
Kata
(1)
Tasikmalaya
(1)
Wali
(1)
No comments:
Post a Comment