Showing posts with label HAKEKAT. Show all posts
Showing posts with label HAKEKAT. Show all posts

Tuesday, October 16, 2012

Nur Muhammad

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Nur Muhammad

NUR MUHAMAD 
Beliaulah yang mula mula sekali menyatakan bahwasanya kejadian Alam ini pada mulanya ialah dari pada “HAKIKATUL MUHAMMADIYAH” atau Nur Muhammad. Nur Muhammad itulah asal segala kejadian. Hampir samalah perjalanan persamaannya itu dengan renungan Ahli Filsafat yang mengatakan bahwa mulai terjadi ialah “AKAL PERTAMA”. Menurut katanya Nabi Muhammad itu terjadinya dua rupa. Rupa yang Qadim dan Rupa yang Azali. Dia telah terjadi sebelum terjadinya seluruh yang ada, Dari padanya diserah Ilmu dan dirfan. Kedua ialah rupanya sebagai manusia, sebagai seorang rasul dan Nabi diutus Tuhan. Rupa yang sebagai Manusia itu menempuh Maut, tetapi rupanya yang Qadim tetap ada meliputi Alam. Maka dari Nur rupanya yang Qadim itulah diambil segala Nur buat menciptakan segala Nabi nabi dan Rasul rasul dan Aulia. Cahaya segala Kenabian dari pada Nur lah menyata dan Cahaya mereka dari pada Cahayanyalah mengambil, tidaklah ada suatu cahaya yang bercahaya, dan lebihnya yang lebih Qadim dari cahaya yang Qadim itu yang mendahului Cahaya Beliau yang mulia.
Kehendaknya mendahului segala kehendak, Ujudnya mendahului segala yang Adam. Namanya mendahului akan Kalampun sendiri. Karena dia telah terjadi sebelum terjadi apa yang terjadi. Lautan Ilmunya diatas megah mengguruh, dibawah kilat menyinar dan memancar, menurunkan hujan dan memberikan subur, Segala Ilmu adalah setetes dari air lautan. Segala Hikmat hanyalah satu piala dari Sungainya, Seluruh Zaman hanyalah satu sa’at Kecil dari Masanya yang jauh. Dalam hal kejadian Dialah yang Awal, Dalam Kenabian dialah yang Akhir “ALHAK” adalah dengan dia, dan dengan dialah HAKIKAT, Dia yang pertama dalam hubungan, Dia yang Akhir dalam Kenabian, Dan Dia yang Bathin dalam HAKIKAT, dan Dialah yang lahir dalam MA’RIFAT.
Pendeknya Nur Muhammad itulah pusat kesatuan Alam, dan Pusat Kesatuan Nubuat segala Nabi. Dan Nabi Nabi itu Nubuatnya, ataupun Dirinya hanyalah sebagian saja dari pada Cahayanya “NUR MUHAMMAD” itu. Segala macam Ilmu Hikmat dan Nubuat adalah Pancaran belaka dari Sinarnya.\

AL- HAKIKATUL  MUHAMMADIYAH
Tuhan Allah adalah suatu dan satu, Dialah wujud yang Mutlak. Maka Nur (cahaya) Allah itu sebagian dari pada Dirinya. Itulah Dia Hakikat “MUHAMMADIYAH” itulah kenyataan yang pertama dalam ULUBIYAH. Dari padanyalah terjadi segala Alam dalam setiap tingkatannya. Seumpama Alam Jabarut, Alam Malakut, Alam Misal, Alam Ajsam, Alam Arwah, Dia segenap kesempurnaan Ilmu dan Amal. Yang ternyata pada Nabi, sejak Adam sampai Muhammad, dan sampai kepada Wali wali dan segala Tubuh Insan yang Kamil. Nur Muhammad atau Hakikat Muhammadiyah itu Qadim pula, sebab Dia sebagian dari pada AHADIYAH. Sebagian dari suatu dan satu, Dia tetap ada, Hakikat Muhammadiyah itulah memenuhi Tubuh Adam dan tubuh Muhammad. Dan apa bila Muhammad telah Mati sebagai tubuh, namun Nur Muhammad atau Hakikat Muhammadiyah itu tetaplah ada, sebab dia sebagian dari Tuhan. Jadi Allah, Adam, Muhammad adalah satu, dan Insan Kamilpun adalah Allah dan Adam juga pada Hakikatnya.
PASAL KEJADIAN NUR MUHAMMAD
Ini asalnya kejadian Nur yang bermula mengambil keterangan yang aglir dari pada :
Pertama : Didalam Kitab yang bernama Hadis Qudsy BAYANULLAH.
Kedua : Bernama Kitab Hadis Qudsy BAYANU INSAAN
Ketiga : Bernama Kitab Hadis Qudsy BAYANULLAH KURRU BIYIN.

Untuk menyempurnakan asal kejadian diri kita, atau asal kejadian dari pada agama Nabi kita Muhammad SAW. Dan asal kejadian dari pada mengenal diri/mengenal Allah. Maka barang siapa tidak mengetahui asalnya kejadian diri, tidaklah syah sekalian Amal Ibadahnya, dan sia sia belaka perbuatannya, maka sabda Nabi Muhammad SAW “ WUJUDUKA ZUMBUN’ADJIM” artinya Diri Anak Adam itu Dosa yang Besar, melainkan mereka yang mengetahui.
Dengan adanya inilah yang diwajibkan untuk mengetahui asal kejadian Diri. Wahai sekalian Saudaraku, tuntutlah benar benar dan bersungguh sungguh Ilmu kesempurnaan ini, supaya Amal Ibadahnya sempurna. Barang siapa menyembah Allah dan ia tidak mengetahui yang empunya nama Allah maka hukumlah bagi merekan itu, seperti menyembah nama saja, adalah terburu buru “BAYA TULLAH” artinya menyembah tempat dan menyembah nama saja, bukan menyembah yang empunya nama, karena inilah sabda Nabi kita Muhammad SAW “MAN’ABDA ISMA’U’NAL MA’NA FAHUWA KAFIRUN” artinya Barang siapa menyembah nama, tiada mengetahui yang empunya nama, maka orang itu kafir lagi jahil. Dan “MAN ZAKARAL ISMA’U’ NAL MA’NA FAHUWA BATHILUN” artinya Barang siapa menyembah nyembah nama Allah tetapi tiada mengetahui yang Empunya nama, maka yaitu dihukumkan bathal perkataan, yaitu sia sia sahaja.
Dengan keterangan ini bukannya mengenal Agama saja, atau namanya melainkan yang lebih perlu adalah empunya nama, artinya : Barang siapa tidak mengenal Allah dari awalnya dan barng siapa tidak mengenal Allah dari akhirnya, dan barang siapa tidak mengenal Allah dari Dunia dan barang siapa tiada mengenal Akhirat dari hidupnya …………… ?
Bermula ini kami mulailah asal kejadian NUR MUHAMMAD itu di dalam Kosong : “NUR QUN HU DZULLLAH” artinya Didalam Kandungan Qun Nur Muhammad dari pada Zatnya.

Dan menurut keterangan Allah didalam Hadis Qudsy “ WAMA KHALAK TUKA ILA JALIKA FII SYAIAN KABLAHU NUR MUHAMMADIN FII ZADTULLAH” artinya Sebelumnya ada yang terlebih dahulu dijadikan dari pada sesuatu juapun, maka Nur Muhammad dijadikan dari pada Zat Allah.
Maka sewaktu Allah menjadikan Nur Muhammad dari pada Nur Zatnya didalam Alam SATIYAARILGOIB – SATIYAULBUHTI artinya Pada sesuatu itu dizahirkan Nur Muhammad didalam Alam dihari Ghaib, dan Alam hari Zat “DZATTUL BUHTI” artinya pada waktu itu Nur Muhammad dizahirkan bukannya di Alam bumi ini, melainkan di Alam yang bernama “NUURUL BUHTI MU’ALLATI” dan artinya dizahirkan Nur Muhammad di Alam sebelum adanya Nama : “ALLAH ZAT WAJIBAL WUJUD”. Demikianlah sesudahnya Nur Muhammad dizahirkan di RAHSIAN : “NUU RUL BUHTI MU’ALLATI”. Dan diturunkan lagi di Alam SIR ZATTULBUHTI adanya, artinya di Alam RAHASIA dibahagian bagi DIRINYA, sebelum bernama Allah. Dan untuk namanya itu masih tersembunyi, sebahagian lagi lagi NurMuhammad diturunkan kepada Alam Ilmu artinya di Alam pengetahuan. Dan sesudah itu diturunkan lagi Nur Muhammad di Alam Nur duniaartinya merupakan : NUR MUHAMMAD adanya.
Cahaya dunia berupa Zat (Zat Wajibal Wujud), diturunkan Nur Muhammad di cahaya dunia itu, diturunkan seperti burung TA’US maka pada suatu Nur Muhammad hanya sendirian saja, tiada yang lain, maka Nur Muhammad pada waktu itu mengenal suatu kalimah yang bunyinya “HU ZAATULLAH” Ini syahadat Nur Muhammad di Alam ZATUL BUHTI: “ASYHADU ALLA ILAHA IL LALLAH” Maka sesudah Nur Muhammad mengata sesuatu kalimah perkataan tersebut diatas, maka Nur Muhammad berkata pula “Hai segala pohon kayu dan batu, langit dan bumi, maka dari pada sekalian sedang berada pada waktu itu, berkatalah Nur Muhammad “Tunduklah engkau sekalian pohon kayu, batu dan langit ber A’jdinlah Ia dan pada saat itulah Zat Wajibal Wujud berkata dan menyatakan Nur Muhammad itu bahwa dijadikan dari pada NUR ZATNYA maka menyahut Zat Wajibal Wujud dengan satu kalimah menyatakan pada Nur Muhammad “WA ASYHADU ANNA MUHAMMADDARASULULLAH” artinya Syahadat Zat Wajibal Wujud dan sesudahnya itu Zat Allah menyebut dengan satu kalimah Rasul. Maka firman Allah kepada Nur Muhammad “YA MUHAMMAD ENGKAU ITU KU JADIKAN DARI PADA ZATKU, DAN SEMESTA SEKALIAN JADI DARI PADA ENGKAU NUR HAKMU.
Maka terkejutlah Nur Muhammad setelah mendengar perkataan Zat Allah dan Nur Muhammad telah berkata : Bahwasanya adalah yang terlebih dahulu dari pada Diriku.
Sesudah itu Nur Muhammad mencita citakan/ munajad kepada Zat Allah, lalu ia mengata Zikir Awal namanya Nur Muhammad dan Salawat Awal Nur Muhammad, maka Nur Muhammad sebagai meminta Do’a kepada Zat Allah “LAA ILAHA ILLALLAHU MUHAMMAD WUJUDULLAH” artinya Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, Hai Tuhanku bahwasanya Diriku ini dari pada Ujud DiriMu.
“LA ILAHA ILLALLAH …. NURIHAQQULLAH “ artinya Tiada yang disembah melainkan Allah, Hai Tuhanku bahwasanya Diriku ini dari pada Air Noktah Cahaya Dirimu.

“LA ILAHA ILLALLAHU MUHAMMAD ASTAGFIRULLAH” artinya Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, Hai Tuhanku bahwasanya Aku meminta ampun, bertaubatlah kepada Engkau yang tlah Engkau terima.
“KUN SALLI’ALA MUHAMMAD” Jadi Kun Jadilah.
Hai Tuhanku Engkau jadikan Diriku olehmu yang Engkau kehendaki serta engkau jadikan pada dari kami.
Maka Firman Zal Allah kepada Nur Muhammad “Engkau ketahuilah bahwasanya Aku jadikan Zatku menjadi Nyawa kepada Engkau, dan Aku jadikan SifatKu kepada Engkau menjadi Tubuh Engkau, dan Aku jadikan Af’alku ini menjadi Kelakuan Engkau.

Maka berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : Ya Muhammad, asalnya Kujadikan Dirimu itu dari pada ZatKU, dan asal kejadian Dirimu itu dijadikan segala umat Engkau, dan daripada hak Engkau.
Maka berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : “ Ya Muhammad Aku bepesan kepada Engkau, dan bahwasanya Engkau jadikan Nyawa Engkau menjadi Rahasia kepada Umat Engkau, dan Tubuh Engkau itu menjadi Ruh kepada kepada umat Engkau, dan Aku jadikan Ilmu Engkau itu adalah menjadi Iman kepada Umat Engkau dan engkau jadikanlah Kelakukan engkau itu menjadi hati kepada Umat Engkau, dan apa bila Aku Muliakan atas Diri Engkau melainkan Aku Muliakan juga atas Umat Engkau, dan Apa bila Aku kehendaki Diri Engkau buat mengenal IA akan Dikau muliakan , Aku kehendaki jika atas mengenal IA akan Dikau serta Umat Engkau.
Maka berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : “ Ya Muhammad Aku wajibkan Umat Engkau itu mengenal IA dari pada asal kejadian dirinya, dan Aku wajibkan kepada Umat Engkau mengenal IA dari pada AgamaKU, dan Aku wajibkan kepada Umat Engkau itu mengenal diri bersungguh-sungguh, niscaya mengenal ia pada awalnya dan barang siapa tiada mengenal IA pada akhirnya, dan barang siapa tiada mengenal pada Dunianya, dan barang siapa tiada mengenal IA pada zahirnya, dan barang siapa tiada mengenal IA pada bathinnya, dan barang siapa tiada mengenal akhirn Kalamnya, maka tidaklah mengenal kepada Negeri Akhirat.
Sesudah itu Zat Allah menerangkan kepada Nur Muhammad dengan beberapa keterangan yang tiada kekurangan. Maka berfirman lagi Zat Allah : “ Ya Muhammad Engkau titikkan Air Nuktah Engkau buat menjadi Malaikat yang empat, maka apabila Engkau menitikkan yang pertama bernama Nur Mada, dan apabila Engkau menitikkan yang kedua bernama Nur Madi, dan apabila Engkau menitikkan yang ketiga bernama Nur Mani, dan apabila Engkau menitikkan yang keempat yaitu bernama Nur Manikam, dan apabila Engkau mengata IYAKUN KUN JADI JIBROIL, maka jadilah JIBROIL, dan apabila Engkau mengata IYAKUN PAYAKUN JADILAH MIKAIL, maka jadilah MIKAIL, dan apabila Engkau mengata IYAKUN PAYAKUN JADILAH ISROPIL, maka jadilah ISRAPIL , dan apabila Engkau mengata IYAKUN PAYAKUN JADILAH IZROIL maka jadilah IZROIL.
Dan berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : “Engkau perintahkan kepada malaikat Jibroil dan Engkau jadikan dari pada Anasarnya Jibroil yaitu Bumi, dan Engkau jadikan daripada Anasarnya Mikail yaitu Air, dan Engkau jadikan daripada Anasarnya Isropil yaitu Angin, dan Engkau jadikan dari pada Anasarnya Izroil Api, dan Engkau perintahkan Ya Muhammad Jiboil buat mengambil tanah ditempat di Alam Akbar, dan supaya memperbuat lembangan Adam dan Engkau perintah Mikail supaya mengambil Air di Alam Mualam, dan supaya memperbuat lembangan Adam, dan engkau perintahkan kepada Isropil supaya mengambil Angin di Alam Izzati supaya memperbuat lembangan Adam, dan Engkau perintahkan kepada Izroil supaya mengambil Api di Alam Amarah dan supaya memperbuat lembangan Adam.
Maka sesudah itu berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : “ Ya Muhammad, Aku ghaibkanlah Diriku ini dengan kehendaKU ini, dan sesudah itu ghaiblah Nur Muhammad kepada Alam Sir, dan kepada Alam Ruh, dan kepada Alam Nur.
Maka sesudah itu lalu dijadikan Dunia ini dan masih belum ada isinya, dan sesudah itu dijadikanlah Jasad Adam di Alam Dunia ini dengan hidup menunduk sendirinya saja, dan tiadalah mahluk yang lainnya. Lalu dinamai Dunia ini Alam Jisim dan Alam Insan dan Alam Ruh dan terhimpunlah namanya kepada Alam Anasarnya Adam dan dinamai Dunia ini Tubuh Anasarnya Adam.


Enhanced by Zemanta

Al-Ittihad

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Ittihad 

Sketsa Biografi
.
Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Taifur bin Isa Surusyan, juga dikenal dengan Bayazid. Beliau dikenal sebagai salah seorang sufi kenamaan Persia abad ke-III dari Bistam wilayah Qum,lahir pada tahun 874 M dan wafat pada usia 73 tahun.Ayahnya seorang pemimpin di Bistam dan ibunya seorang yang zahid, sedangkan kakeknya seorang Majusi yang memeluk Islam dan menganut madzhab Hanafi
Abu Yazid mengatakan “Dua belas tahun lamanya aku menjadi penempa besi bagiku. Kulempar diriku dalam tungku riyadhah. Kubakar dengan api mujahadah. Kuletakkan diatas alas penyesalan diri sehingga dapatlah kujumpai sebuah cermin diriku sendiri. Lima tahun lamanya aku menjadi cermin diriku yang selalu kukilapkan dengan bermacam-macam ibadah dan ketaqwaan. Setahun lamanya aku memandang cermin diriku dengan penuh perhatian, ternyata diriku kulihat terlilit sabuk takabbur, kecongkaan, ujub, riya’, ketergantungan kepada ketaatan dan membanggakan amal. Kemudian aku beramal selama lima tahun sehingga sabuk itu putus dan aku merasa memeluk Islam kembali. Kupandang para makhluk dan aku lihat mereka semua mati, sehingga aku kembali dari janazah mereka semua. Aku sampai kepada Allah dengan pertolongan-Nya tanpa perantara makhluk.
.
 Konsep al-Ittihad Abu Yazid al-Bustamia. Al-Fana’ dan al-Baqa’
.
Keadaan fana’-baqa’ dan ittihad sebagaimana yang dialami oleh Abu Yazid dalam pengalaman tasawwufnya, merupakan tiga aspek dalam suatu pengalaman sufi yang tejadi setelah tercapainya makam ma’rifat. Dan hal ini tidak banyak sufi yang mencapai tataran demikian, bahkan kalaupun ada maka tidak akan pernah lepas dari dijumpainya pro­kontradari kalangan umat Islam sendiri, terutama dari kalangan mutakallimun, karena perjalanan para sufi pada maqam yang setelah mencapai tingkatan ma’rifat hampir selalu dinyatakan sebagai bertentangan dengan ajaran islam, meskipun upaya demikian dilakukan dalam rangka mendekatkan diri sedekat mungkin pada Sang Pencipta.
Dalam perspektif sufi hal ini sangat penting, karena salah satu inti tasawuf adalah perasaan hilangnya seluruh sifat kemanusiaan yang kmudian diganti dengan sifat-sifat ketuhanan. Kondisi ini tercapai dengan sebuah keyakinan bahwa seluruh sifat kemakhlukan manusia merupakan baying semu yang tidak tetap, sedangkan sifat-sifat tuhan adalah permanen, yang diproses melalui penghilangan kepribadian dan perasaan terhadap semua yang ada disekitarnya terlebih dahulu. Dengan hilangnya semua perasaan dan kehendak pada sesuatu itu, akan hilang pula berbagai keinginan untuk memiliki benda duniawi.
Seorang sufi yang hendak bersatu dengan tuhan;ittihad terlebih dahulu harus melalui dengan dua keadaan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu keadaan fana’, yakni, kesirnaan-peleburan; penghancuran perasaan atau kesadaran seseorang tentang dirinya dan makhluk lain disekitarnya, dan baqa’, tetap, kekal, yakni tetap dalam kebajikan dan kekal dalam sifat ketuhanan.
Fana’-baqa’ merupakan pengetahuan atau pengalaman yang tidak bisa diperoleh melalui pemikiran, tetapi diberikan oleh Tuhan melalaui penerangan yang merupakan rahasia tuhan. Dikatakan demikian karena perjalanan ini diidentikan dengan hancurnya sifat jiwa, atau sirnanya sifat­sifat tercela, maka barang siapa fana’ dari sifat tercela, maka pada dirinya akan muncul sifat-sifat terpuji
Fana’ dan baqa’ merupkn sesuatu yang kembar, karena ia terjadi dldm waktu yang bersamaan, sehingga jika terjadi fana’, dimana pada waktu kesadaran dengan diri dan alam sekelilingnya telah hilang maka bersamaan dengan itu ia mengalami baqa’, yaitu munculnya kesadaran akan kehadirannya disisi Tuhan.
Abu Yazid mendapatkan pengalaman ini setelah melalui perjalanan yang sangat berat yaitu ketika beliau melakukan ibadah haji;
Aku pergi ke Makkah dan melihat sebuah rumah berdiri tersendiri, aku berkata; hajiku tidak diterima karena aku melihat banyak batu semacam ini, aku pergi lagi dan melihat rumah itu dan juga Tuhan rumah itu. Aku berkata, ini masih bukan pengesahan yang hakiki. Aku pergi untuk ketiga kalinya dan aku hanya melihat Tuhan rumah itu, kemudian suara dalam batinku berbisik; wahai bayazid, jika engkau tidak melihat dirimu sendiri engkau tidak akan menjadi seorang musyrik walau emgkau melihat seluruh jagad raya. Karena engkau masih melihat dirimu sendiri, engkau adalah seorang yang musyrik walaupun engkau buta terhadap seluruh jagad raya. Maka aku bertobat lagi, dan tobatku kali ini adalah tobat dari memandang wujudku sendiri
Fana’ di kalangan sufi merupakan kejadian yang temporal, tidak berlangsung secara terus menerus, seandainya kejadian ini berlangsung secara terus-menerus niscaya akan merusak ibadah lain yang justru merupakan hal yang dapat mengantar keadaannya kepada tingkatan demikian, maka dapat dikatakan bahwa hal ini akan bertentangan dengan ajaran syar’i yang merupakan pantangan pula bagi pelaku sufi.
Abu Yazid dikenal sebagai seorang sufi yang sangat memperhatikan syariat dan ajaran agama, meskipun beliau hampir selalu dalam keadaan “mabuk”hingga saat shalat tiba, ketika waktu shalat telah tiba, beliau kembali kepada kesadaran, seusai melaksanakan shalatnya, apabila di kehendaki ia kembali kepada fana’
Dengan demikian seorang sufi tidak meninggalkan syariat agama, bahkan ketaatan menjalankan seluruh ajaran akan senantiasa di upayakan semaksimal mungkin dalam rangka memenuhi standar untuk menjaga kesucian jiwanya dari sifat-sifat tercela yang akan mengganggu kebersihan jiwanya.
 .
 Al-Ittihad
.
Keadaan ini merupakan suatu tingkatan dalam tasawuf, dimana seorang sufi merasakan dirinya telah bersatu dengan Tuhan, saat yang mencintai dan yang dicintai telah menyatu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang lain dengan kata “hai aku”.
Ittihad tidak muncul dengan begitu saja, tetapi harus setelah menenpuh tingkatan fana’-baqa’ yang dapat ditempuh dengan menyadari keadaan dirinya sebagai individu yang terpisah dari Tuhannya, dilanjutkan dengan memperjuangkan tersingkapnya pembatas yang menghalangi pandangan mata hatinya, dengan mengikis sifat-sifat tercela, yang dilakukan secara terus manerus.
Setelah Abu Yazid mengalami ke-fana’an, dengan sirnanya segala sesuatu yang selain Allah dari pandangannya, saat itu dia tidak lagi menyaksikan selain hakikat yang satu, yaitu Allah. Bahkan dia tidak lagi melihat dirinya sendiri karena dirinya telah terlebur dalam Dia yang disaksikannya. Dalam keadaan yang seperti ini terjadi penyatuan dengan Yang Maha Benar. Kondisi seperti itu telah menghilangkan batas antara sufi dengan Tuhan, antara yang mencintai dan yang dicintai. Pada saat seperti ini sufi dapat melihat dan merasakan rahasia Tuhan. Ketika sufi telah menyatu dengan Tuhan, sering terjadi pertukaran peran antara sufi dengan Tuhan. Saat itu sufi tidak lagi berbicara atas namanya, melainkan atas nama Tuhan, atau Tuhan berbicara melalui mulut sufi, yang keluar dari mulutnya ungkapan-ungkapan yang kedengarannya ganjil, sebagaimana yang pernah diungkapkan Abu Yazid; pada suatu ketika aku dinaikkan kehadirat Tuhan dan ia berkata “Abu Yazid, makhluk-Ku ingin melihat engkau”, aku menjawab “kekasihku aku tidak ingin melihat mereka, tetapi jika itu kehendak-Mu, hiaslah aku dengan keesaan-Mu, sehingga jika makhluk-Mu melihat aku, mereka akan berkata ‘telah kami lihat engkau’, tetapi yang mereka lihat sebenarnya adalah Engkau, karena ketika itu aku tidak ada disana
Ketika terjadi ittihad secara utuh, Abu Yazid mengatakan dalam syatahatnya : “Tuhan berkata ; semua mereka kecuali engakau adalah makhluk-Ku”, akupun berkata, “Aku adalah Engkau, Engaku adalah aku adalah Engkau”, maka pemilahanpun terputus, kata menjadi satu, bahkan seluruhnya menjadi satu. Dia berkata, “Hai engkau”, aku dengan perantara-Nya menjawab, “Hai aku”. Dia berkata, “Engkau yang satu”. Aku menjawab, “Akulah yang satu”. Dia selanjutnya berkata, “Engkau adalah engaku”. Aku menjawab, “Aku adalah aku”. Kata aku yang diucapkan Abu Yazid bukanlah sebagai gambaran diri Abu Yazid tetapi sebagai gambaran Tuhan, karena saat itu Abu Yazid telah bersatu dengan Tuhan, dengan kata lain, dalam ittihad Abu Yazid berbicara dengan nama Tuhan atau lebih tepat lagi, Tuhan berbicara melalui lidah Abu Yazid.
Dalam peristiwa lain, Abu Yazid dikunjungi seseorang, kemudian ia bertanya: “Siapa yang engkau cari ?”, jawabnya, jawabnya, “Abu Yazid”, Abu Yazid mengatakan : “Pergilah, di rumah ini tak ada kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi”.
Dengan ucapan-ucapan yang telah dikemukakan, Abu Yazid terlihat telah bersatu dengan Tuhan. Sehingga dia tidak sadar akan diri dan lingkungannya karena yang ada saat itu hanya Allah semata. Sebenarnya Abu Yazid tetap mengakui adanya wujud, Tuhan dan Makhluk, hanya saja dia merasakan kebersatuan antara keduanya, sedangkan masing-masing masih tetap dalam esensinya, Tuhan tetap Tuhan, makhluk tetap makhluk. Ketika terjadinya ittihad, yang dimaksud bersatu adalah dalam arti ruhani, bukan hakekat jazad.
Ittihad terjadi dengan perantara fana’-baqa’ sebagaimana telah dikemukakan, digambarkan sebagai jiwa yang kehilangan semua hasrat, perhatian dan menjadikan diri sebagai obyek Tuhan, dengan cinta di dalam batin, pikiran sifat-sifat kebaikan yang menimbulkan kekaguman dalam dirinya. Sebagaimana diceritakan bahwa Abu Yazid pernah mengatakan “Aku tidak heran terhadap cintaku pada-Mu, karena aku hanyalah hamba yang hina, tetapi aku heran terhadap cinta-Mu padaku, karena Engkau Raya Yang Maha Kuasa”. Dia juga menyatakan, “Manusia bertaubat dari dosa-dosa mereka, tetapi aku taubat dari ucapanku “Tidak ada Tuhan selain Allah”, karena dalam hal ini aku memakai alat dan huruf, sedangkan Tuhan tidak dapat dijangkau dengan alat dan huruf”
Semakin larutnya dalam ittihad, di suatu pagi setelah shalat shubuh, Abu Yazid pernah melafalkan kalimat sampai orang lain menganggapnya orang gila dan menjauhinya dengan kalimat, “Sesungguhnya aku adalah Allah, tiada Tuhan selain aku, maka sembahlah aku, maha suci aku, maha suci aku, maha besar aku”
Ungkapan-ungkapan yang dikeluarkan oleh Abu Yazid diatas tidak dapat dilihat secara harfiah, tetapi harus dipandang sebagai ungkapan

seorang sufi yang sedang dalam keadaan fana’, seluruh pikiran, kehendak dan tindakannya telah baqa’ dalam Tuhan. Pada dasarnya semua wujud, selain wujud Tuhan adalah fana’, atau segala sesuatu selain Tuhan, dipandang dari keberadaan dirinya, sudah tidak ada fana’. Dengan demikian satu-satunya wujud yang ada hanyalah wujud Tuhan.
Dalam pengalaman tasawuf, keadaan fana’ para sufi berbeda antara satu dengan yang lain. Ada yang kembali kepada keadaan normal sehingga dia tetap menganggap dualitas antara Tuhan dan alam, tetapi ada pula yang betul-betul merasakan fana’ yang kemudian mengantarkan bersatu dengan Tuhan, sehingga tidak ada perbedaan antara Tuhan, dengan alam, atau sebaliknya.
Meskipun Abu Yazid di pandang sebagai tokoh terpandang dalam bidangnya, ternyata juga mendapat kritik, sebagai contoh adalah al-Thusi, yang memaparkan bahwa ittihad sebagaimana yang di lakukan oleh Abu Yazid, yang diawali oleh keadaan fana’, patut diwaspadai bahaya-bahaya yang akan di timbulkannya, karena menurutnya, sifat-sifat kemanusiaan tidak mungkin sirna dari manusia. Oleh karena itu persangkaan bahwa manusia bisa fana’, sehingga ia bersifat sebagaimana sifat ketuhanan, adalah keliru. Akibat ketidak tahuannya, pendapat itu hanya akan mengantar mereka kepada hulul atau pendapat orang nasrani tentang Isa al-Masih.
Namun juga tidak kurang dari tokoh sufi lain yang memberikan dukungan, sebagaimana di sampaikan oleh Al-Junaidi, yang menyatakan dapat memahami ungkapan yang di keluarkan Abu Yazid. Bahkan Abd al­Qadir al-Jailani memberikan komentar, “Terhadap apa yang di ucapkan para sufi, tidak bisa dijatuhkan hukum, kecuali apa yang di ungkapkannya dalam keadaan sadar karena persoalannya tidak lebih dari psikis yang sedang dialami oleh masing-masing pelaku sufi yang sedang melangsungkan tawajjuh dengan Allah sehingga keadaan alam dan seisinya benar-benar tertutup dari jangkauan akal mereka.

Riwayat + inti ajaran 

ABU YAZID AL-BUSTAMI
Nama kecilnya ialah Thallur
Pernah beliau berkata yang ‘ganjil’ dan dalam, yang masih sangat hati hati memahamkannya, sebab dari mulut Beliau kerap kali keluar kata kata yang berisi kepercayaan bahwasanya :
HAMBA dan TUHAN sewaktu waktu BISA BERPADU MENJADI SATU  (Hulul)”.
Sampai oleh ahli Sufi yang datang dibelakang diberi misal bahwasanya “Hulul” itu adalah seumpama Perpaduan diantara Api dengan Besi,  Sebagian dari perkataan beliau :
Tidak Ada Tuhan Melainkan Saya
Sembahlah Saya
Amat Sucilah Saya
Alangkah Besar KuasaKu
Salah satu perkataan beliau :
Pernah Tuhan mengangkat Daku, dan diletakkannya Aku dihadapannya sendiri, Maka berkatalah Dia kepadaku “ABU YAZID” Makhlukku ingin melihat Engkau.
Lalu Aku berkata “Hiasilah Aku dengan Wahdaniatmu, Pakaikanlah Kepadaku Keakuanmu, Angkatlah Aku kedalam Kesatunmu, sehingga apabila Makhluk Melihat Daku mereka akan berkata “ Kami telah melihat Engkau, maka Engkaulah itu, Dan Aku Tidak Ada disana.
Pada akhirnya Beliau berkata :
Demi Sadarlah Aku, dan Tahulah Aku
Bahwa Sesungguhnya/bahwasanya sama sekali
Itu hanyalah Khayalan Belaka.
Kata kata yang demikian dinamai orang SYATHATHAT artinya ialah kata kata yang penuh khayal yang tidak dapat dipegangi, dan dikenakan hukum, karena orang yang berkata kata waktu itu sedang Mabuk, bukan Mabuk Alkohol, Mabuk oleh tiada sadar akan dirinya lagi, sebab tenggelam kedalam lautan tafakur, sebab itu menurut pengamatan beliaulah yang mula mula sekali menciptakan suatu istilah Paham Tasawuf yang bernama “ASSAKAR” artinya Mabuk, “ AL ‘ISYQ” artinya Rindu Dendam.
YAHYA BIN MA’AZ,  Pernah mengirim surat kepada Abu Yazid Bustami, bahwasanya Dia sudah mabuk, oleh karena terlalu banyak meminum Khamar Cinta.
Maka Abu Yazid membalas. Orang lainpun telah meminum Air demikian, sepenuh Lautan dan Bumi, tetapi Dia belum juga merasa puas, Dia masih tetap mengulurkan lidahnya meminta tambah lagi.
Tentu yang beliau maksud dengan orang lain itu ialah Dirinya sendiri. Disinilah masuknya pelajaran RABI’ATUL ADAWIYAH.
Cinta sejati tidak mengenal hitung-hitungan, kalau masih ada rasa bahwa Aku adalah Aku,  dan Engkau adalah Engkau, belumlah sampai kepada inti Cinta.
Kadang kadang tak tahulah dia, apa yang akan dibicarakannya lagi, “tersesat” mulutya, sehingga Dia berkata karena saking Cintanya “ANA  AL-HAQ”
Kadang kadang kemana saja dia memandang, kekasih itu saja yang kelihatan, ke Matahari ke Bulan Purnama Allah, ke Ombak bergulung, ke Angin sepoi sepoi Allah, ke Tangis Anak yang baru lahir Allah, ke Kuburan yang sunyi sepi Allah. Kadang kadang memuncaklah Cinta itu, sehingga merasa ingin mati saja mati saja dalam Cinta”.
“LAA ANA ILLA HUWA “ Tidak ada saya selain Dia.

 

Enhanced by Zemanta

ALLAH, MUHAMMAD, ISLAM, ALQURAN DAN SHOLAT

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

ALLAH adalah nama,  tuhan derajatnya,  dan hakekatnya adalah Zat, Zat inilah yang haq, sebelum ada awal dan sebelum ada apa yang namanya “tidak ada apa-apa” hanya DIA semata-mata, kemudian di tajalikannya nur Allah ini, dari kata Allah yaitu Alif, Lam, Lam Ha mengartikan Allah, Lillahi, Lahu, Hu semua kembali kepada ZatuliHaq, Tasjid pada kata Allah mengartikan Nur ala Nur yang artinya diatas nur ada nur inilah ZatullHaq itu, bukankah jelas dikatakan Qul Hu Allahu Ahad = katakan DIA allah itu Satu? Atau Bismillahilazi La Illallah Illa HU = Dengan nama Allah tapi Tidak ada Allah Kecuali DIA, ini semua mengartikan bahwa dengan nama Allah lah maka kalian mengenalKU, bukankah Nama dengan yang punya nama itu berbeda? Lalu kenapa kita selalu permasalahkan tentang nama ini? Bisa saja dengan Zat yang sama tapi orang lain menyebutnya dengan nama yang berbeda bukan? Apakah ini salah? La sautin = Tidak ada nama yang terucap  Wa La Harfun = dan tidak ada huruf yang bisa ditulis,  itulah hakekatnya ZATULLHAQ.

MUHAMMAD itu Insan Kamil yaitu manusia yang sempurna, Muhammad disini bukanlah Muhammad Bin Abdullah yaitu Muhammad putra Abdullah, tapi Muhammad yang mempunyai arti yang sangat luas karena dia yang awal dan dia yang akhir, dia yang buka dan dia yang tutup, bukankah dulu nabi adam bertobat dengan menyebutkan nama Muhammad? Ini menandakan bahwa sebelum ada nabi adam, Muhammad sudah ada, seluruh nabi-nabi yang ada hakekatnya adalah Muhammad, jadi salah kalau kita menyangka bahwa Muhammad sudah mati. karena dia itu Rahmatan Lil Alamin = Rahmat bagi seluruh alam,  tidak mungkin kita yang dirahmati masih hidup sementara yang memberikan rahmat sudah mati bukan? Wa’lamu ana fikum Rasullullah = Sesungguhnya Muhammad ada dalam diri setiap manusia, jadi jelas bagi kita bahwa Muhammad bukan jasmani saja tapi ada Muhammad Rohani sebagaimana dalam syahadat Rasul, Muhammad bin Abdullah telah bersaksi : “Wa ashadu anna Muhammadarasullullah” bukan “Wa ashadu anna Rasullullah” berarti dalam Muhammad ada Muhammad.

ISLAM itu Universal mencakup seluruh kehidupan umat manusia, Islam sudah ada sejak permulaan manusia ada dimuka bumi, karena Islam adalah norma-norma agama yang luhur, tetapi arti islam yang selama ini telah kita berikan sebagai salah satu agama yang muncul pada abad ke 6 masehi dengan perlambangan dan tatacara beridahnya sudah mengklsifikasikan umat manusia apalagi dengan adanya beberapa dalil yang telah diartikan secara “Extrem” dengan mengkafirkan orang lain diluar ajaran agama Islam, Apakah adil ketika ada orang yang berahlaq baik lantaran hanya berbeda ajaran menjadi kafir? sesungguhnya Islam tidak sesempit yang mereka pikirkan, dilihat dari kata ISLAM yaitu, Alif, Syin, Lamalif, Mim artinya Alif melambangkan Anna Allah Hu Ahad = ZatullHaq, Syin = Selamat, Lamalif = Laillaha illallah dan Mim = Muhammadrasullullah jika dirangkum menjadi = Allah menyelamatkan orang yang menyebut Laillahaillallah Muhammadarrasullullah, (Laillahaillallah = Diri batin, Muhammadrasullullah=Diri Lahir) kalimat ini kita jabarkan lagi menjadi “Allah menyelamat orang yang menjaga dirinya secara lahir dan batin” maksud akhirnya ditujukan bagi semua umat manusia untuk memelihara diri lahir dan batinnya.

AL-QUR’AN bukan sebagai kitab suci umat islam tapi umat manusia di muka bumi ini hanya berupa buku atau benda mati yang berisi petunjuk untuk menjelaskan tentang Al-qur’an yang hidup yang ada pada diri manusia, berbicara tentang manusia = berbicara tentang alam semesta = berbicara tentang tuhan, karena ini semua kait – terkait, jadi Al-qur’an yang hiduplah yang harus kita tanamkan dalam dada bukan al-qur’an yang berupa buku yang kita persoalkan, dalam Al-quran ada Al-quran artinya Alquran tidak bisa di artikan secara harfiahnya saja, ada Al-quran yang tersembunyi yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang mendapatkan hidayah, kalau saja ilmu Al-quran ini tertulis dan bisa dibaca maka semua orang cukup dengan membaca sudah pasti memahami ilmunya, tapi lain teori lain prakteknya karena dalam praktek kita akan mendapatkan teori yang baru, inilah yang dimaksudkan dengan Alquran yang hilang tersebut yang harus kita cari, tidak terbatas kepada kata-katanya saja. Al-quran telah diartikan sebagai firman tuhan = kata-kata tuhan berarti tuhan berbicara apa yang muncul dipikiran kita ketika mendengar tuhan berbicara?

SHOLAT bukanlah untuk kita menyembah tuhan seperti apa yang kita pahami selama ini karena tuhan tidak butuh disembah, ketika kita menyembah berarti ada yang kena sembah, sesuatu yang disembah selalu berada dihadapan orang yang menyembah sama artinya kita mengatakan tuhan itu bertempat, sedang tuhan tidak bertempat dan tidak ada dimana atau dimana tapi ada dimana-mana dan berlainan dengan apa-apa yang ada di alam semesta ini, sholat mempunyai arti kata “hubungan” artinya mendekatkan diri dengan tuhannya, tuhan ingin dikenal oleh karenanya sholat adalah untuk kita mengenal diriNYA dengan diriNYA yaitu diri rahasia tuhan yang ada dalam diri kita, hubungan dengan tuhan harus terjadi setiap saat dimanapun dan kapanpun karena setiap detik tuhan menunggu kita bukan hanya dalam lima waktu sholat saja, bukankah dalam perjalanan menerima perintah sholat ini tuhan menghendaki 50x dalam sehari? Apa ini cuma basa-basi tuhan saja? Bahwa inti sholat adalah mengenal diri, mengenal diri mengenal sholat mengenal sholat mengenal tuhan, kalau sudah mengenal tuhan apa kita masih perlu sholat juga?
Enhanced by Zemanta

Ketika BASMALAH di turunkan

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Al-kisah :
Ketika Bismillahirrahmanirrahim di turunkan..,
Awan-awan bergerak ke timur..,
Kemudian…
Angin-angin menjadi tenang..,
Lautan bergelora,
Bintang-bintang semua mendengarkan dengan pendengarannya,
Syaitan-syaitan di lempar dari langit.
Demikian kehebatan ketika turunnya ayat Bismillahirrahmanirrahim,

Maka..
Tidaklah berlebihan jika ayat ini menjadi bacaan pada setiap pembukaan Surah,
dan.. ayat ini juga menjadi bacaan pada saat memulai suatu pekerjaan.

Ayat ini ber-awal dari huruf Baa’,
Huruf Baa’ .. akan tidak bermakna apa-apa jika tidak mempunyai titik,
Maka.. pada titik itulah Rahasia dari segala Rahasia ini di mulai..
Orang dapat membaca ayat Al-Qur’an tanpa baris..
Namun .. kita tidak dapat membaca ayat tanpa titik..

Al- Qur’an itu hanya dapat di baca jika ada mempunyai titik-titik-nya
Setelah itu …
Baru-lah datang huruf yang pertama yaitu : ALIF,

Di dalam Al-Quran hanya ada tiga titik..
Huruf ber-titik yang ada dalam Al Quran berjumlah 102.440 huruf
dari keseluruhan huruf yang berjumlah 320.779.

Ber-arti..
Huruf yang bertitik menjadi Nyawa bagi Al-Qur’an itu sendiri.
Karena … hampir setiap perkataan mempunyai huruf yang ber-titik.

Kita perlu selami hal ini lebih mendalam..
……………………………….
.
Sebenar-nya apakah peranan titik-titik ini… pada asal usulnya.. yang pada awalnya tiada…, yaitu : Zaman O ,

Zaman O…
Hanya ada Zat yang Maha Agung saja,
yaitu zaman Dia bersifat Salbiyah

Firman Allah:
Artinya :

“Bukankah (sesungguhnya) telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”
(Al Insan ayat 1)

Ayat di atas menunjukkan telah datang di suatu zaman yang kita tidak tahu kapan.., saat itu manusia zahir dan batin masih belum lagi ujud dan tidak tau abad kapan.. atau.. mungkin belum ada abad,
Yang Wujud ketika itu hanya Zat-nya saja,

Bahwa.. pada zaman tersebut.. Rohani belum di jadi-kan oleh Tuhan atau Nur Muhammad belum lagi Ujud, zaman ini di sebut sebagai :
La Ta’ayun (zaman yang tiada kenyataan)
artinya :
Pada zaman ini kita tidak dapat membuat apa-apa
Firman Allah di dalam hadis qudsi :
Artinya :
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin di kenal, lalu Aku ciptakan makhluk ini, agar mereka mengenal-Ku”
Zaman ini di kenal sebagai.
Ta’ayun Awal (Kenyataan yang pertama)
Yang mana pada zaman ini awal makhluk hendak di jadikan oleh Allah agar makhluk yang di jadikan-Nya itu mengenal-Nya,
Zaman ini sudah ada satu kenyataan.. awal ilmu.. yaitu zaman keagungan sifat Tuhan,
zaman ini kita mengetahui bahwa Tuhan itu rupanya berbeda dengan makhluk yang mana Dia bersifat Salbiyah

“Bi kana ma kana”
Maksud=nya:
Bersama-KU ada apa yang telah ada..
apa yang telah ada….?
Nur ala Nur (cahaya diatas cahaya)
Kemudian…
di ikuti dengan…

“Bi kanu ma yakunu”
Nurullah
Maksudnya.. :
Bersama-KU akan ada apa saja yang akan ada,
Apakah yang akan ada..?
Awal kejadian..
Atau..
Hakekatul Muhammad yang berasal dari anasir Wujud, Ilmu, Nur dan Shuhud,
Yakni…
Asal Wujud dari Dzat,
Asal Ilmu dari Sifat,
Asal Nur dari Asma dan
Asal Shuhud dari Af’al

Yaitu daripada ALLAH
Zaman ini adalah..
Zaman dua titik (Ta’ayun Sani)
Kemudian..
Barulah di lengkapi Allah dengan kenyataan yang ketiga yaitu..
Zaman tiga titik ( Ta’ayun Salasa)
“Fa wujudul ‘awalimi bi”
Maksudnya:
Adanya sekalian alam ini adalah dengan-Ku
…………………………………………………………..
……………………………………………………………

Semuanya hal ini wajib di ketahui…,
Enhanced by Zemanta

titik yang berada dibawah huruf Ba’

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

Bismillahirrahmaanirrahiim

Semua kitab suci yang diturunkan ada di dalam Al-Qur’an.

Semua yang ada dalam Al-Qur’an ada di dalam Al-Fatihah.

Semua yang ada dalam Al-Fatihah ada di dalam Bismillnahirrahmaanirrahiim.

Semua yang ada dalam Bismillahirrahmaanirrahiim ada di dalam huruf Baa’,

Dan semua yang terkandung di dalam Baa’ ada di dalam titik yang berada dibawah Baa’.



Bismillaahirrahmaanirrahim itu kedudukannya sama dengan “kun” dari Allah.

Pembahasan mengenai Bismillahirrahmaanirrahiim banyak bila ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahu dan sharaf) ataupun segi bahasa (etimologis), di tinjuan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka Al-Qur’an ini, kristalisasi dan spesifikasi huruf-huruf yang ada dalam huruf Baa’, manfaat dan rahasianya.

Pembahasannya akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, karena seluruh tujuannya adalah Makrifat kepada Allah swt.

Ketahuilah bahwa titik yang berada dibawah huruf Baa’ adalah awal mula setiap Surah dan Kitab Allah Ta’ala. Sebab huruf itu sendiri tersusun dari titik, dan sudah tentu setiap surah ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itulah maka titik itu sendiri adalah awal dari pada setiap Surah yaitu Kitab Allah Ta’ala.

Bahwa Baa’ dalam setiap surah itu sendiri menjadi keharusan karena berada dalam Bassmalah bagi setiap surat,

Seperti dalam surat Al-Baqarah, huruf Baa’ mengawali ayat dalam surat tersebut. Karena itu dalam konteks inilah setiap surat dalam Al-Qur’an mesti diawali dengan Baa’,

“Bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an itu terhimpun dalam surah Al-Fatihah, terhimpun lagi di dalam Basmalah, dan terhimpun lagi dalam Huruf Baa’, akhirnya terhipun dalam titik”

Seperti huruf Taa’ ( ت ) dengan dua titik, lalu ditambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’( ث ), maka yang dibaca itu tidak lain kecuali titik itu sendiri. Sebab Taa’( ت ) bertitik dua, dan Tsaa’ ( ث ) bertitik tiga bentuknya satu, yang terbaca titiknya belaka.

Seandainya kita membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda antara satu dengan lainnya. dengan titik itulah masing-masing dibedakan, sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja.

“Hal yang sama dilihat dalam perspektif makhluk, maka makhluk itu tidak dikenal kecuali Allah jua” Bahwa anda mengenal-Nya dari makhluk, sesungguhnya anda mengenal-Nya dari Allah swt.

Hanya saja titik pada sebagian huruf lebih jelas yang satu dari yang lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya untuk menyempurnakannya, seperti dalam huruf-huruf yang bertitik, kelengkapannya ada pada titik tersebut.

Ada sebagian yang nampak pada kenyataannya seperti huruf Alif ( أ ) dan huruf-huruf tanpa titik. Karena huruf tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif ( أ ) lebih mulia dibanding Baa’ ( ب ), karena titiknya itu menampakkan diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa’ ( ب ) itu sendiri tidak nampak (Titik berdiri sendiri).

Titik di dalam huruf Baa’ ( ب ) tidak akan nampak, kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena titik sesuatu huruf merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut. Sementara itu penyatuan antara faktor lain ialah faktor yang memisahkan antara huruf dengan titiknya.

Huruf Alif ( أ ) posisinya menempati posisi tunggal dengan sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Baa’ ( ب ) itu adalah Alif ( أ ) yang di baringkan seperti Jiim ( ج ), misalnya adalah Alif ( أ ) dibengkokkan dua ujungnya. Daal ( د ) adalah Alif ( أ ) yang ditekuk ditengahnya.

Sedangkan Alif ( أ ) dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap huruf ibarat masing-masing huruf tersusun dari titik. Sementara titik bagi setiap huruf ibarat nukleus yang terhampar. Huruf itu sendiri seperti tubuh yang terstruktur. Kedudukan Alif ( أ ) dengan kerangkanya seperti kedudukan titik. Lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif ( أ ) sebagimana kita sebutkan, bahwa Baa’( ب ) adalah Alif ( أ ) yang dibaringkan.

Demikian pula hakekat Nabi Muhammad saw merupakan inti dari seluruh alam semesta ini diciptakan yaitu dari Hakekat Muhuhammad.

Allah swt menciptakan ruh Nabi saw dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari ruh Muhammad saw. Sedangkan Muhammad saw. adalah sifat dzahirnya Allah dalam makhluk melalui nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah.

Sedangkan huruf Alif ( أ ), walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik setaraf dengannya, dan Alif ( أ ) merupakan manifestasi titik yang tampak di dalamnya, namun dengan substansinya Alif ( أ ) memiliki nilai tambah dibanding yang lain. Sebab yang tertera setelah titik tidak lain kecuali berada satu derajat. Karena dua titik disusun dua bentuk alif, maka Alif ( أ ) menjadi sesuatu yang memanjang. Karena dimensi itu terdiri dari tiga sisi = Panjang X Lebar X Tinggi

Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif ( أ ), seperti huruf Jiim ( ج ). Pada kepala huruf Jiim ( ج ) ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga memanjang, tengahnya juga memanjang. Setiap huruf selain Alif ( أ ) memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang. Sementara Alif ( أ ) sendiri lebih mendekati titik. Sedangkan titik tidak punya bentangan.

Hubungan Alif ( أ ) diantara huruf-huruf yang tidak bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi dan para pewarisnya karenanya Alif ( أ ) mendahului semua huruf.

Diantaranya ada huruf-huruf yang mempunya titik di atasnya, ada pula yang mempunya titik dibawahnya, yang pertama (titik di atas) ibarat “Aku tidak melihat sesuatu (sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana”.

Diantara huruf itu ada yang mempunyai titik di tengah, seperti titik putih dalam lubang huruf Mim ( م ) dan Wawu ( و ) dan lain-lain, maka posisinya pada tahap, “Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya.” Karenanya titik itu berlubang, sebab dalam lubang itu tampak sesuatu selain titik itu sendiri lingkaran kepada kepala Miim ( م ) menempati tahap, “Aku tidak melihat sesuatu” sementara titik putih menempati “Kecuali aku melihat Allah di dalamnya.”

Alif ( أ ) menempati posisi “Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu maka sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah.” Kalimat “sesungguhnya” menempati posisi arti “Tidak”, dengan uraian “Sesungguhnya orang-orang berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah.”

Bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu Baginda bersyahadat kepada Allah dan pada dirinya sendiri, sesungguhnya tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah. artinya, kamu sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw tetapi hakekat-nya berbaiat kepada Allah swt,

Dalam Kitab “Tafsirul Qur’anil Karim” menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma Allah, berarti Asma Allah Ta’ala ( Nama-nama Allah) sifat yang menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat Allah Ta’ala. Sedangkan wujud Asma (nama-nama) itu sendiri menunjukkan arah-Nya, sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.

Allah itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri. Bukan dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian “Tidak membuat penyifatan”.

“Ar- Rahman” adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan kesempurnaan secara universal. menurut relevansi hikmah.

“Ar-Rahiim” adalah yang melimpah bagi kesempurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya.

Karena itu sering. disebutkan, “Wahai Yang Maha Rahman bagi dunia dan Maha Rahim bagi akhirat”.

Artinya, adalah sifat kemanusiaan yang sempurna, dan rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun khusus, yang merupakan manifestasi dari Dzat Ilahi. Dalam konteks inilah Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Aku diberi anugerah menyeluruh Kalam, dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju) kesempurnaan akhlak”.

Karena. kalimat-kalimat merupakan hakekat-hakelkat wujud dan kenyataannya. Sebagaimana Isa as, disebut sebagai kalimat dari Allah, sedangkan kesempurnaan akhlak adalah predikat dan keistimewaannya. Predikat itulah yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan yang terkristal dalam jagat kemanusiaan. Memahaminya sangat halus. Di sanalah para Nabi – alaihimus salam – meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai struktur wujud. Kenyataan ini dapat ditemui dalam pada zaman Isa as, zaman Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa sahabat, yang secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.

Disebutkan, bahwa wujud ini muncul dari huruf Baa’( ب ) dari Basmalah. Karena Baa’( ب ) tersebut mengiringi huruf Alif ( أ ) yang tersembunyi, yang sesungguhnya adalah Dzat Allah. Disini ada indikasi terhadap akal pertama, yang merupakan makhluk awal dari ciptaan Allah, yang disebutkan melalui firman-Nya, “Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Kucintai dan lebih Kumuliakan daripada dirimu, dan denganmu Aku memberi, denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku menyiksa”. (Al-hadits).

Huruf-huruf yang terucapkan dalam Basmalah ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19 huruf (satu huruf gaib tidak tertera) Apabila kalimat-kalimat menjadi terpisah. maka jumlah huruf yang terpisah menjadi 22.

18 huruf mengisyaratkan adanya alam-alam yang dikonotasika dengan jumlah 18 ribu alam. Karena huruf Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh struktur jumlah.

Alif merupakan induk dari seluruh yang tidak lagi ada hitungan setelah Alif. Karena itu difahami sebagai induk dari segala induk alam yang disebut sebagai alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy, Kursi, Tujuh langit., dan Empat anasir, serta tiga kelahiran yang masing masing terpisah dalam bagian-bagian tersendiri.

Sedangkan makna 19, menunjukkan penyertaan alam kemanusiaan. Walau pun masuk kategori alam hewan, namun alam insan itu menurut konotasi kemuliaan dan universalnya atas seluruh alam dalam bingkai wujud, roh adalah alam lain yang memiliki ragam jenis yang prinsip. Ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para Malaikat. Tiga Alif ( أ أ أ ) yang tersembunyi yang merupakan pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah, merupakan petunjuk pada Alam Ilahi Yang Haq, menurut pengertian Dzat. Sifat dan Af ‘aal , yaitu tiga alam ketika dipisah-pisah, dan satu alam ketika dinilai dari hakekatnya.

Sementara tiga huruf yang tertulis menunjukkan adanya manifestasi alam-alam tersebut pada tempat penampilannya yang bersifat agung dan manusiawi.

Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi, ketika Rasulullah saw, ditanya soal Alif gaib yang melekat pada Baa’, ” kemana hilangnya Alif itu?” Maka Rasulullah saw, menjawab, “Dicuri oleh Setan”.

Maka diharuskan memanjangkan huruf Baa’nya Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari Alifnya, menunjukkan penyembunyian “Alif gaib” predikat Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang tersebar. Sedangkan penampakannya dalam potret manusia, tak akan boleh dikenal kecuali oleh ahlinya. Karenanya, dalam hadist disebutkan, “Manusia diciptakan menurut gambaran Nya”.

Dzat sendiri tersembunyi oleh Sifat, dan Sifat tersembunyi oleh Af’aal. Af’aal tersembunyikan oleh jagat-jagat dan makhluk.

Oleh sebab itu,

Siapa pun yang meraih Tajjalinya Af’aal Allah dengan terbukanya hijab jagat raya, maka ia akan tawakkal. Siapa yang meraih Tajjalinya Sifat dengan terbuka hijab Af’aal, ia akan redha dan pasrah. Siapa yang meraih Tajjalinya Dzat dengan terbukanya hijab Sifat, ia akan fana dalam kesatuan.

Maka ia pun akan meraih penyatuan mutlak. Ia berbuat, tapi tidak berbuat. Ia membaca tapi tidak membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim”.

Tauhidnya af’aal mendahului tauhidnya Sifat, dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat. Dalam trilogi inilah Nabi saw, bermunajat dalam sujudnya,

“Tuhan, Aku berlindung dengan ampunanmu dari siksaMu, Aku berlindung dengan RidhaMu dari amarahMu, dan Aku berlindung denganMu dari diriMu”.


Enhanced by Zemanta

Al-Qur’an Dalam Pandangan Hakekat

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله




Tingkatan Al-Qur’an itu ada 4 yaitu :

1. Al-Qur’anul MAJID
2. Al-Qur’anul KARIM
3. Al-Qur’anul HAKIM
4. Al-Qur’anul ADHIM

1. Al-Qur’anul MAJID ialah Al-Qur’an yang ada HURUF-nya, yaitu berupa KITAB yang kita baca dan dikaji di tempat-tempat pengajian inilah manual (gambaran) dari Al-Qur’an yang HIDUP.
2. Al-Qur’anul KARIM ialah Al-Qur’an yang MULIA, yaitu yang telah membuat hingga Al-Qur’an itu bisa ditulis kedalam sebuah kitab, siapa yang membuat hingga Al-Qur’an bisa dibaca? tentunya itu hasil karya dari tulisan tangan dan jari-jarinya, jadi yang MULIA itu adalah tangan dan jari-jarinya.

3. Al-Qur’anul HAKIM ialah Al-Qur’an yang AGUNG. yaitu MATA, karena PENGLIHATANnya maka tangan dan jari-jarinya dapat menulis. Jadi yang AGUNG itu MATA dan PENGLIHATANnya.

4. Al-Qur’anul ADHIM ialah Al-Qur’an yang SUCI dan ABADI. Itulah yang HIDUP, karena walau ada tangan dan jarinya serta mata dan penglihatan tetap tidak akan terwujud Al-Qur’an kalau tidak ada yang HIDUP.

Lebih Jelasnya ….
Al-Qur’an = Hidup
Rasullullah adalah Al-Qur’an yang berjalan (Hidup)
Jadi Al-Qur’an yang hidup adalah INSAN.

oleh karena itu..
Jika ingin mengaji Al-Qur’an harus sampai kepada SUCI-nya, maka itulah yang SEMPURNA (Melalui 4 tahapan pengkajian Al-Qur’an diatas).

Pertama, harus ada kemauan yang kuat untuk membaca Al-Qur’anul Majid (Al-Qur’an yang ada hurufnya) inilah SYARIATnya.., setelah dibaca harus dikaji yaitu diartikan apa maksudnya.., setelah mengerti maksud-maksudnya segera cari tahu dan amalkan agar terasa manfaatnya (Tangan yang bergerak) inilah THAREKATnya…

Maksudnya.. :
Semua berawal dari Al-Qur’anul Majid (Manual Book) yang telah menunjuki jalan mengenal Allah dan Rasul-Nya kemudian dilanjutkan dengan “membaca” Al-Qur’anul Karim artinya mengkaji pekerjaan tangan dan jari kita yang sekiranya bisa menghantarkan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Bahwa…
Allah memberi tangan dan jari kepada manusia, bukan hanya digunakan untuk membuat dan mengerjakan barang-barang yang berhubungan dengan sifat ke-dunia-an saja tetapi haruslah dipakai dengan membuat jalan untuk mengenal Allah dan Rasul-Nya agar tangan kita menjadi MULIA.

Dalilnya:
“Asa bi’ahum fi adanihim minassowaiki hadarotil mauti wallahi muhitun bil kafirin” Artinya : Kalau tangan dan jari kamu tidak digunakan untuk mengenali jalan kematian, maka tangan dan jari kamu bermartabat tangan dan jari hewan saja…,

Selanjutnya…
Dari Al-Qur’anul Karim naik lagi setingkat kepada Al-Qur’anul Hakim bagian HAKEKAT. Yaitu harus mengkaji pekerjaan PENGLIHATAN kita yang sekiranya belum HAKIM.. “Sidik jari” atau bukti pada barang yang SUCI dan ABADI itu Hakekatnya adalah ALLAH dan MUHAMMAD.
Karena ALLAH dan MUHAMMAD yang memberikan MATA dan PENGLIHATAN itu,

Penglihatan juga bukan untuk dipakai melihat barang yang hanya berhubungan dengan keduniaan saja, tetapi harus juga dipakai untuk melihat dengan mata batin HAKEKAT ALLAH dan RASULULLAH.

Akhirul Kalam…
Inilah Al-Qur’an yang dimaksud dengan sebenar-benarnya Al-Qur’an yaitu Al-Qur’anul ADHIM yang SUCI lagi ABADI, yang sifatnya HIDUP, yang telah ditanamkan pada dada setiap INSAN dan menjadi IMAM dan juga sebagai IMAN untuk memisah yang Hak dan yang Bathil yang bertaraf MAKRIFAT.

Salam
Enhanced by Zemanta

MANUSIA DALAM PANDANGAN HAKEKAT

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله


Manusia adalah khalifah di bumi.

Manusia adalah makhluk yang di jadikan Tuhan sama dengan makhluk yang lain.
Asal usul awalnya adalah dari pada Nur,
Maksudnya : Dari pada Allah (sedangkan Allah adalah NUR) ,
“KULLA MIN INDALLAH” Artinya : segala sesuatu itu daripada Allah.
Manusia ini adalah jenis makhluk yang berderajat tinggi jika dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain..,

Dengan dikaruniahkan akal kepada manusia seharusnya manusia berfikir tentang dirinya dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain.
Agar manusia dapat keluar dari sifat MAHLUK kepada sifat MANUSIA, dan dari sifat MANUSIA kepada sifat INSAN KAMIL, karena dengan taraf Insan Kamil-lah baru manusia itu menjadi SEMPURNA.
Firman Allah :
“ Sesungguhnya Kami jadikan Insan itu sebaik-baik kejadian, kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang hina (At Tin 4, 5)”
Mengapa setelah di jadikan Sempurna kemudian di kembalikan pada tempat yang hina?
Karena manusia itu sendiri tidak mau mengenal akan derajatnya (Diri)..,
Bagaimana cara kita memberi derajat kepada Diri kita seimbang dengan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah?
Apakah kita beribadah kepada Allah masih berderajat Makhluk .. atau berderajat Manusia.. atau berderajat Insan Kamil.
Dari cara beribadah inilah derajat manusia itu diberikan.
Dengan memahami derajat tersebut mudah-mudahan manusia dapat melaksanakan tugasnya kepada Allah dengan sempurna sejajar dengan kesempurnaannya, oleh karena itu maka manusia perlu mengenali dirinya dan statusnya sebagai manusia yang sempurna :

“MAN ARAFAH NAFSAHU FAKAD ARAFAH RABBAHU”
Siapa mengenal Dirinya ia mengenal Tuhannya

Maksudnya :
MAN ini adalah bertaraf makhluk, namun apabila ia mengenal dirinya NAFSAHU(Manusia) maka barulah ia mengenal TuhanNya yang bernama RABBAHU, Yaitu Tuhan yang bertaraf LAISA KAMISLIHI SYAIUN (Yang tidak berupa apa pun jua)

Maksudnya lagi :
MAN ini jika kita bawa kepada pengertian NAFSAHU maka ia akan membawa kepada manusia yang “Laisa kamislihi syaiun ” yaitu manusia yang Batin atau dikenal sebagai INSAN atau di kenal juga sebagai DIRI SEBENAR DIRI yang bertaraf NYAWA atau NAFAS,

Nyawa atau Nafas adalah bagian dari diri Rohani, fungsinya adalah menghidupkan diri Jasmani atau diri yang bernama DIRI TERPERI.
Coba rasakan di dalam tubuh ini : ada yang TURUN dan NAIK atau yang KELUAR dan yang MASUK.
Anasirnya terdiri dari NAFAS, NUFUS, AMFAS dan juga TANAFAS yang senantiasa mengingat Allah tanpa henti-hentinya,
Seharusnya diri manusia yang bertaraf MAN dan NAFSAHU ini wajib di kenali, dan ibadahnya pun wajib juga di kenali, karena inilah NILAI SEBENAR MANUSIA.
Diri terperi juga mempunya komponen Rohani yang lain yaitu : Roh, Akal dan Nafsu,

Lebih jelasnya adalah :
Dalam Jasad itu ada dua ROH,
Pertama Roh Yaqazah,(Roh Jaga=akal+nafsu) jika ia berada pada jasad, jadilah manusia itu jaga, maka apabila ia “keluar” dari jasad maka tidurlah manusia itu dengan mimpinya.
Kedua adalah Ruhul Hayat (Nyawa) jika ia berada pada jasad maka hiduplah jasad, apabila ia “keluar” dari jasad maka matilah manusia itu.
Kedua jenis Roh ini berada dalam jasmani manusia, tiada yang mengetahui tempatnya melainkan Allah swt.

Roh itu adalah..,
Satu bernama Ruhul Yaqazah yang terdiri daripada Roh, Akal dan Nafsu,
Ruhul Yaqazah ini juga di kenal sebagai HATI, ia memberikan fungsi kepada manusia supaya “HIDUP BERARTI”, dengan adanya Roh ini di dalam jasad maka dapat memberikan kekuatan kepada setiap komponen jasmani, AKAL dapat memberikan kemampuan berfikir, mengingat, dan berperasaan, sementara fungsi yang terdapat pada anasir NAFSU adalah untuk menimbul suatu hasrat atau berkeinginan,
Ruhul Yaqazah ini jika dia masih berada didalam jasad maka manusia akan menjadi aktif (sadar) dan apabila ia keluar dari jasad maka jasmani menjadi hilang kesadaran secara total, semua ini adalah atas ketentuan Allah swt jua…

Surah Az Zumar ayat 42 menyatakan bahwa :
Ruhul Yaqazah ini di tahan kemudian di lepaskan, jika dilepaskan jasad menjadi aktif dan apabila ditahan maka jasad menjadi hilang kemampuannya, hasratnya, berfikirnya, maka jadilah jasad tidur, (lihat lagi Surah Al An’am ayat 60)

Sementara Roh yang satu lagi dinamakan Ruhul Hayat atau di kenal sebagai NYAWA kepada JASAD, atau dikenal juga sebagai INSAN BATIN,
Ruhul Hayat (Roh menghidupkan) ini selama ia tidak “keluar” dari jasmani maka jasad tidak akan mati, akan tetapi apabila ia “keluar” maka jasad manusia akan mati dan menjadi busuk atau hilang (ghaib),
Sementara Ruhul Yaqazah akan mengikuti kemana saja Ruhul Hayat berada.

Kesimpulan Awal..
ROHANI yang terdiri daripada Anasir ROH, AKAL, NAFSU dan NYAWA adalah makhluk yang TERSIRAT dan yang berhak diistilahkan sebagai DIRI YANG SEBENARNYA kepada manusia,
ROHANI yang lebih awal Allah jadikan sebelum Allah ciptakan MANUSIA dari jenis yang TERSURAT.
Jasmani ibarat Rumah (tempat kediaman) yang mana kita boleh keluar dan masuk dan memeliharanya dengan baik supaya dapat tinggal lama disitu,
Karena itulah kita perlu mengucapkan rasa syukur apabila Rohani itu di kembalikan Allah kedalam jasmani agar dapat meneruskan kerja KHALIFAH di bumi ini.

Akhirul kalam..
Inillah Doa yang biasa di ucapkan ketika bangun tidur :
“Segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan Rohku kepadaku, dan yang telah memberi kesehatan pada tubuhku”
Doa ini mengisyaratkan bahwa Rohani (Ruhul Yaqazah) itu boleh “keluar” dan masuk kedalam jasad manusia atas izin Allah swt.

Salam
Enhanced by Zemanta

Sholat dalam pandangan Ilmu Hakekat

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

“ Sholat dalam pandangan Ilmu Hakekat “

.

Pandangan Hakekat : Sholat bukan menyembah namun Sholat adalah berdiri menyaksikan diri sendiri yaitu bersaksi diri kita sendiri bahwa Tiada Nyata pada Diri Kita Hanya Allah yaitu Diri Batin ( Muhammad Mustaffa ) dan Diri Dzahir kita itu menanggung Rahasia Allah.

Pengertian SHOLAT HAKIKI ter-urai dalam kalimah ALHAMDU (alif–lam–ha–mim-dal) yang bermaksud SEGALA PUJI MILIK ALLAH. Inilah perkataan yang mula mula dilafazkan oleh manusia yaitu Nabi Allah Adam a.s

“ALIF” Melambangkan NIAT karena niat itu ialah mendzahirkan DIRI BATIN. Diri inilah IMAM yang kita ikuti yaitu ULIL AMRI atau pemerintah = pemimpin.

“LAM” Bila telah nyata Diri Batin, maka kita lafazkan TAKBIR RATUL IHRAM. Maka berawal dari sini bukanlah manusia yang berkehendak tetapi segala-galanya adalah digerakkan oleh Allah.

“HA” Apabila telah nyata Allah menguasai diri kita, maka kita pun rukuk menandakan kita tunduk patuh akan Kebesaran Allah dan siap menerima segala PerintahNya.

“MIM” Maka diri kita mengakui bahwa Dzat Allah itulah Tuhan Sekalian Alam yang meliputi seluruh diri kita mengwujudkan dan menghidupkan kita. Kita pun sujud menandakan rasa syukur kita.

“DAL” Satelah kita tahu Dzat telah meng-karunia-kan kepada diri kita menjadi KhalifahNya dibumi ini, maka kita pun merendah diri atas Karuniah itu (yang tidak dikaruniahkan Allah kepada makhluk lain selain manusia )

. RINGKASAN ALHAMDU

.
ALIF = Niat
LAM = Berdiri Betul
HA = Ruku’
MIM = Sujud
DAL = Duduk Antara Dua Sujud
.

URAIAN TENTANG NIAT



Usalli, Fardhu, Rakaat, Lillah Hi Ta’ala Usul Diri Rangka Nyata Allah

Usalli = Kita berniat untuk mengusul asal diri kita Fardhu = Fardhu ialah Diri Yang Di-usul Rakaat = Rangka kita ialah Jasad yang di dzahirkan Lillah Hi Taala = Nyata Allah melalui jasad yang dzahir. Barulah dapat diusul akan Asal Usul Diri. Maka setelah diusul nyatalah Allah itu Meliputi Diri Dzahir dan Diri Batin.

Diri Dzahir tiada mempunyai daya dan upaya melainkan melakukan Af’al Allah semata-mata. Dengan KESADARAN itu maka Nyatalah Kebesaran Allah dan kita-pun TAKBIR untuk meng-ESA-kan Dzat Tuhan itu meliputi sekalian diri.

. URAIAN TAKBIRATUL IHRAM Allah = Sifat Napsiah = 1 Hu = Sifat Salbiah = 5 Akbar = Sifat Maani & Maknuyah = 14

Maka nyatalah ke 20 Sifat-sifat Kebesaran Allah didalam ucapan “ALLAH HU AKBAR”.

.

CARA- CARA SHOLAT HAKIKI

.

HAKEKAT SHOLAT :

Artinya berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita.. Hanya diri batin (Allah) dan diri dzahir kita (Muhammad) yang membawa dan menanggung rahasia Allah swt.

Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatihah yaitu :
Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal)

Kalimah Alhamdu ini diterima ketika Rasulullah isra’ dan mi’raj.
Mengambil pengertian akan hakekat manusia pertama yang diciptakan Allah swt yaitu Adam as.

Takkala Roh (diri batin) Adam as. sampai ketahap dada, Adam as pun bersin dan berkata Alhamdulillah = Segala puji bagi Allah
Apa yang dipuji adalah : Dzat (Allah), Sifat (Muhammad), Asma’(Adam) dan Afa’al (Manusia)

Jadi sholat itu bukan berarti : Menyembah tapi suatu “cara” penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita melainkan diri Allah semata.

Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah swt. Dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah semata serta..tiada sesuatu yang kita punya kecuali Hak Allah semata.

Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab : 72

“Inna ‘aradnal amanata ‘alas samawati wal ardi wal jibal. Fa abaina anyah milnaha wa’asfakna minha wahamalahal insanu”

Artinya :

“Sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan menerimannya (memikulnya) karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya”
Dan karena firman Allah inilah kita mengucap :

“Asyhaduanlla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah”

.

“Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya Allah semata-mata dengan tubuh dzahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya sampai pada masa yang telah ditentukan.”

Manusia akan berguna disisi Allah jika dapat menjaga amanah Rahasia Allah dan berusaha mengenal dirinya sendiri. Bila manusia dapat mengenal dirinya maka dengan sendirinya ia dapat mengenal Allah.

.

Hadits Qudsi….

“MAN ARAFA NAFSAHU FAKAD ARAFA RABBAHU”
“Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Allah Tuhannya”

.

Perkataan pertama dalam sembahyang itu adalah : Allahu Akbar (Allah Maha Besar)

Perkataan ini diambil dari asal ketika Roh diri Rahasia Allah itu dimasukkan kedalam tubuh Adam as. Kemudian Adam berusaha berdiri sambil menyaksikan keindahan tubuhnya dan berkata : Allahu Akbar (Allah Maha Besar).

Dalam Sholat harus memenuhi 3 syarat :

a. Fiqli (perbuatan) b. Qauli (bacaan) c. Qalbi (Hati atau roh atau qalbu).

.

Mengapa kita Sholat sehari-semalam 17 rakaat… ?

.

Pengertiannya  sebagai berikut : Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah .

1. AH itu menandakan sholat subuh,”2”= Dzat dan Sifat 2. ALLAH itu menandakan sholat Zohor, “4” = Wujud, Alam, Nur dan Syahadah. 3. MUHAMMAD itu menandakan sholat Ashar “4” = Tanah, Air, Api dan Angin. 4. ADAM itu menandakan sholat Magrib, “3” = Ahda, Wahda, dan Wahdiah. 5. HAWA itu menandakan sholat Isya ,“4” = Mani, Manikam, Madi, dan Di.

.

Mengapa kita mengucapkan 2 kalimah Syahadat 9X dalam 5 waktu Sholat .. ?

.
Sebab diri batin manusia mempunyai 9 wajah.

Dua kalimah syahadat pada :

Sholat SUBUH 1X itu memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR USIR (Rahasia di dalam Rahasia)

Sholat ZOHOR 2X memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR dan AHDAH

Sholat ASHAR 2X memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat WAHDA dan WAHDIAH

Sholat MAGHRIB 2X memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat AHAD dan MUHAMMAD

Sholat ISYA 2X memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat MUSTAFA dan MUHAMMAD

.

Mengapa kita harus berniat dalam Sholat… ?


.
Karena= Niat itu merupakan kepala sembahyang.
Hakekat niat letaknya pada martabat “Alif” dan kalbu manusia di dalam sholat itu kita lafazkan di dalam hati :

Niat Sholat : “Aku hendak Sholat menyaksikan diriku karena Allah semata-mata.”

Dalilnya :

“LA SHOLATAN ILLA BI HUDURIL QALBI”
Artinya : Tidak Sah Sholat-Nya Kalau Tidak Hadir Hatinya (Qalbunya)

“LAYASUL SHOLAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH”
Artinya : Tidak sah Sholat Tanpa Mengenal Allah

“WAKALBUL MU’MININ BAITULLAH”
Artinya : Jiwa Orang Mu’min Itu Rumahnya Allah

“WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ”
Artinya : Aku (Allah) Lebih Dekat Dari Urat Nadi Lehermu

“IN NAMAS SHOLATU TAMAS KUNU TAWADU’U”
Artinya : Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya Adalah Cinta. Cintailah Allah Yang Karena Allah Engkau Hidup Dan Kepada Allah Engkau Kembali.
“AQIMIS SHOLATA LI ZIKRI”
Artinya : Dirikan Solat Untuk Mengingat Allah (QS. Taha : 145)

. Sedangkan :

Al-Fatihah ialah merupakan tubuh sembahyang
Tahayat ialah merupakan hati sembahyang
Salam ialah merupakan kaki tangan sembahyang.

.

HAKEKAT AL-FATIHAH DALAM SHOLAT

Membersihkan hati dari pada syirik kepada Allah swt

Mengingat kita bahwa tubuh manusia itu mempunyai 7 lapis susunan jasad yaitu :

1. Bulu 2. Kulit 3. Daging 4. Darah 5. Tulang 6. Lemak 7. Lendir

.

7 ayat dalam Al-Fatihah merupakan tawaf 7 kali keliling Ka’abah.

.

HAKEKAT ALLAHU AKBAR DALAM SHOLAT  :

.

“Mengambil makna ucapan Nabi Adam as. Ketika berdiri menyaksikan dirinya sendiri dan Nabi Adam as, mengucap kalimah Allahu Akbar”

Peristiwa ini merupakan tajjali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di tanggung oleh manusia dengan 4 perkara yaitu :

1. Wujud 2. Ilmu 3. Nur 4. Syahadah

Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandungi makna atau martabat dzat sedangkan perkataan “Akbar” pada Allahu Akbar mengandungi makna atau martabat sifat.

Jadi Dzat dan Sifat itu tidak boleh berpisah. Dzat dan Sifat sama-sama saling puji memuji.

.

DALAM SHOLAT ITU JUGA MENGANDUNGI HAKEKAT ZAKAT.

.

Hakekat zakat dalam sholat ialah :

Mengandungi makna“Pembersih hati“ daripada syirik kepada Allah SWT.
“iiya Kanak Budu Wa iiya Kanasta’in”

Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon pertolongan.

.

HAKEKAT PUASA DALAM SHOLAT :

.

a. Tidak Boleh Makan Dan Minum b. Mata Berpuasa c. Telinga Berpuasa d. Kulit Berpuasa e. Hati Berpuasa.

.

SHOLAT HAKIKI

.

Sesungguhnya Sholat itu ada 4 jenis yaitu :-

1 Sholat Syariat 2 Sholat Tharikat 3 Sholat Hakikat 4 Sholat Makrifat

ke 4 jenis Sholat diatas  berkaitan antara satu dengan yang lainya.

Firman Allah swt :
“Inna sholati kaanat ala mukminina kitabin mauquta”
Sesungguhnya sholat itu adalah WAJIB bagi orang orang yang beriman.

Hadist Nabi :
“Assholatu imanuddin”
Sholat itu tiang agama

.

 LAFADZ  NIAT  SHOLAT  HAKEKAT

.

ZOHOR

Sengaja aku sholat fardhu ZOHOR 4 rakaat dihadapan KAABAH di Mekah tunai karena Allah Ta’ala.

Ya Muhammad aku TAJALLI ini wajib adanya, sebabnya AKU mengadakan 4 rakaat ini ialah UJUD-ILMU–NUR–SUHUD, AKU mengadap kepada Aku ada Allah Ta’ala.

ASHAR

Sengaja aku sholat fardhu ASHAR 4 rakaat dihadapan KAABAH di Mekah tunai karena Allah Ta’ala

Ya Muhammad AKU tajalli wajib BERANASIR dengan 4 perkara yakni API-ANGIN-AIR–TANAH. Aku menghadap kepada AKU ada Allah Ta’ala.

MAGHRIB

Sengaja aku sholat fardhu MAGRIB 3 rakaat dihadapan KAABAH di Mekah tunai karena Allah Ta’ala

Ya Muhammad aku tajalli wajib AKU gaib kehendak mengadakan 3 rakaat yakni ALLAH-MUHAMMAD–ADAM. aku menghadap kepada AKU ada Allah Ta’ala.

ISYA’

Sengaja aku sholat fardhu ISYA 4 rakaat dihadapan KAABAH di Mekah tunai karena Allah Ta’ala

Ya Muhammad aku tajalli wajib AKU INSAN itu AKU mengadakan 4 rakaat yakni WADZI-MADZI–MANI-MAKNIKAM aku menghadap kepada AKU ada Allah Ta’ala

SUBUH

Sengaja aku sholat fardhu SUBUH 2 rakaat dihadapan KAABAH di Mekah tunai karena Allah Taala

Ya Muhammad aku yang WUJUD tajalli itu wajib BERTUBUH yang mengadakan 2 rakaat yakni DZAT – SI FAT aku mengadap kepada AKU ada dengan yaitu sebenar benarnya Allah Ta’ala.

ADAB MENGERJAKAN SHOLAT


a. Bentangkan sejadah , kemudian naik atasnya dimulai dengan kaki kanan lalu azan dan iqamat

b. Berdiri betul ..tangan kanan dan kiri disilangkan ..kanan diatas..pejamkan mata ..pandang DIRI BATIN..apabila jelas ..ucapkan KALIMAH SYAHADAH 3 x dan bedoa seperti berikut :

.

DOA…

Aku berdiri dengan HURUF ALIF, aku duduk dengan huruf BA .. diatas HAMPARAN RASULLULLAH .

Aku menghadap ke BAITULLAH KIBLAT DADA, KIBLAT RUH  ke  BAITUL MAKMUR – ALLAH KHALIQUL ALAM. Ruhku yang MENYEMBAH ALLAH DZAT WAJIBUL WUJUD – WUJUDUL MUKHDO  Maha Suci,  yang BERDIRI PADA SIFAT  “LAISA KAMISLIHI SYAIUN” Mengucap 2 Kalimah Syahadah

.

c. Melafazkan NIAT mengikut sholat yang hendak didirikan itu

d. Luruskan kedua tangan dan TARIK NAFAS dari ujung kaki hingga sampai ubun ubun, kemudian lafazkan TAKBIR – Allah Hu Akbar. beserta angkat kedua tangan.

e. Sewaktu kita berdiri QIAM…tangan kanan diatas tangan kiri lalu kita baca Kalimah ini didalam hati.
Aa Uu Zubillah Minash Syaitanurrajim – Bismillah Hir Rahmanirrahim
Ya Muhammad RahasiaKU kepadamu. Ya Muhammad AKU yang mengadakan , AKU Dzat Allah Taala menjadi DIRI.
f. Baca DOA IFTITAH, Fatihah dan seterusnya sampai akhir

g. Selama membaca TAHIYYAT maka hendaklah kita ingat akan MAKSUD Kalam Allah itu seperti berikut :

Attahiyya ….hingga …assalamualaika ..wabarakatuh
AKU yang BERHAYAT sebenar-benarnya. AKU Yang Esa yang mengadakan engkau Muhammad. AKU Yang Memeberi RAHMAT engkau dan Yang Memberi Rahmat

Assalamua ALAI NA….
AKU yang sebenar-benarnya Tuhanmu

Wa ala ibadillah….sholihin
Dan yang ibadatullah itu yang amat baik itu AKU

Ash hadu Ila ha illalallah
AKU Tuhan Yang ESA..Tiada Tuhan Yang Disembah Melainkan AKU

Wa..ash hadu….rasullullah
AKU bersaksi Nabi Muhammad itu Pesuruh Allah

Allahuma….wa ala alihi Muhammad..
Ya Tuhanku juga yang memberi ANUGERAH itu ..Yang memberi kepada hambanya dan sekalian umat

Salam…  Inni ana ZATUL HAQ kekanan  …   Inni ana SIFATUL HAQ kekiri.

.

PERHATIKAN HAL DI BAWAH INI :

.

1 Sewaktu kita melangkah keatas sejadah dengan KAKI KANAN hendaklah dimulai bacaan BISMILLAH

2 Sewaktu takbir ALLAH HU AKBAR..maka niat dalam hati…AKULAH YANG MAHA BESAR

3 Sewaktu membaca FATIHAH maka hendaklah kita ingat akan SIFAT KITA dalam Fatihah.

4 Sewaktu RUKUK setelah baca subhana rabbial adzim…wabihamdihi 3 x ..maka baca pula ..AKU mempunyai KEBESARAN dan YANG AMAT MENGETAHUI

5 Sewaktu ITTIDAL setelah baca sami allahu liman hamidah 3 x ..lalu kita baca pula ..AKUlah YANG AMAT MENDENGAR dan AKU-lah YANG MEMBERI SEGALA KURNIAAN 1 x didalam hati

6 Sewaktu SUJUD setelah membaca subhana rabbial a’ala wabihamdihi 3 x lalu kita baca pula…AKU jua YANG DISEMBAH dan AKU jua YANG MENYEMBAH pada diriku sendiri 1x didalam hati.

7 Sewaktu DUDUK ANTARA 2 SUJUD setelah membaca rabbigh firgli warhamni wa jeburni warzukni wahdini wa’afni wa’fu anni 3x lalu kita baca AKU-lah YANG MENGAMPUNKAN DOSA dan MENGURNIAKAN RAHMAT dan KESEJAHTERAAN kepadamu 1 x didalam hati.

PAHAMI DULU TENTANG SHOLAT

.

Sebelum kita memulai sholat terlebih dahulu kita fahami akan ETIKA & PEGANGAN dalam sholat itu karena ini amat PENTING bagi kita. Tanpa pengertian ini, sholat kita HAMBAR tidak akan diterima oleh Allah dan tidak diakui oleh Nabi Muhammad SAW.

Sabda Nabi :

“Shollu kama roai tumuni usholli”
Sholat-lah kamu sebagaimana kamu lihat aku sholat

. Perkara perkara itu adalah :-

1. AHDAH

Kita hendaklah mengerti bahwa DZAT YANG QODIM itulah DIRI BAGI MUHAMMAD (ruh) karena AHDAH itulah MARTABAT DZAT atau MUHAMMAD AWAL (Ta’ain Awal)

2. WAHDAH

Sesungguhnya SEGALA PERBUATAN dan KEJADIAN itu DARI NUR MUHAMMAD … DIRI bagi ADAM (Tubuh) karena ia adalah MARTABAT TA’AIN TSANI .. SIFAT bagi DZAT.

3. WAHDIAH

PENGAKUAN kita pada Allah karena MENERIMA JASAD, hakekatnya ialah QUDRAT & IRADAT Allah jua didalam sholat itu atau dengan kata lain YANG SEMBAHYANG ITU adalah RUH atau DZATUL BUKTI. Hilangkan perasaan kita pada pebuatan kita. YANG ADA HANYA DIRINYA semata-mata.

“La failun filsolati bihakikati illallah”
Tidak ada perbuatan dalam sholat itu melainkan Allah.

4. MI’RAJ

Sewaktu kita takbiratulihram ALLAH HU AKBAR maka yang naik atau MI’RAJ ialah QUDRAT & IRADAT Allah jua beserta naiknya NAFAS kita . Maka hilanglah UJUD kita pada UJUDNYA dibawa WAHDATUL AF’AL.

5. IHRAM – TERCENGANG

Hilang perasaan kita ketika mengatakan ALLAH HU AKBAR, fana’kan perasaan kita sampai kepada LA HAULAWALA QUWWATA ILLA BILLAHI ALIYYU ADZIM.

6. TUBADIL – TERGANTI

Gantikan pakaian dzahir atau perbuatan dzahir dengan perbuatanNYA. Jadi yang sholat itu adalah DIA juga pada hakekatnya.

7. MUNAJAT – PERMOHONAN

Yang meminta itu adalah sebenarnya QUDRAT  IRADATNYA jua…maknanya diri kita bermunajat dengan HAKEKATNYA.

.

SHOLAT YANG HAKIKI…..

.

Orang lain SEMBAHYANG. Aku tidak. Aku SHOLAT.
Orang lain sembahyang MENYEMBAH TUHAN yang entah dimana untuk mendapatkan pahala dan surga, menjauhkan dosa dan neraka.
Aku tidak. Aku sholat untuk meng-usul Diriku. Aku sholat untuk menyaksikan dan me-nyata-kan DIRI HAKIKIku yaitu Allah yang meliputi seluruh diriku sebagai manusia. perkara dosa, pahala, surga dan neraka adalah Hak Allah bagiku, bukannya hak aku.

Orang lain sembahyang Rukunnya 13. Aku sholat Rukunku 14. Aku sholat dengan Wudhu Sempurna.

Orang lain berwudhu untuk bersihkan diri. Aku wudhu’ untuk Me-nafi-kan diri dan Meng-iya-kan (Isbatkan) Diri Hakikiku yaitu Allah Tuhanku.

Orang lain QIAM dengan coba mematikan diri mereka yaitu mematikan hawa nafsu. Aku pun QIAM dengan :-

1. Mengucap Dua Kalimah Syahadah DIDALAM HATI bukan dengan suara mulutku dengan mentasdiqkan Tiada Tuhan Melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu Pesuruh Allah.

2. Kemudian aku mengucap Kalimah itu buat kali keduanya dengan cara yang sama dengan mentasdiqkan : Bahwa tiada apa yang NYATA didalam diriku melainkan DIRI HAKIKIku yaitu Allah semata-mata dan Akulah Muhammad penyampai HAQ ALLAH kepada seluruh Jasadku.

3. Aku bersyahadah buat kali ketiga dengan mentasdiqkan : Bahwa Yang Wujud dialamku dan Alam maya ini hanyalah Allah semata-mata.

4. Aku teruskan Qiamku dengan BERSALAWAT kepada Baginda Rasullullah dengan bertasdiq bahwa Dialah asal usulku , bapak kepada Nyawaku dan beliaulah sebenar-benarnya Diri Hakikiku itu yaitu yang menamakan Dirinya Allah. Dialah Sifat Agung Allah Yang Rahasia yaitu Diri Rahasiaku.

Didalam Qiam aku BERHAUQALAH dan aku nyatakan penyerahan aku kepada Diri Hakikiku yaitu Allah :

Ya Allah masukkanlah wujud Jasadku kedalam Wujud Batinku dan masukkanlah Wujud Batinku kedalam DzatMu semata-mata Ya Allah setiap detik dan ketika dalam hidupku dunia akhirat. Aku serahkan apa yang ada padaku kepadaMu dan engkau serahkan pula apa yang ada padaMu kepadaku. Aku adalah kepunyaan Engkau sepenuhnya.


5. Aku memang berniat untuk Sholat. Namun aku nyatakan Niatku itu dengan melafazkan didalam hati : Ya Allah, aku sholat ……. zohor ….. empat rakaat untuk MENG-USUL, ME-NYAKSI-KAN dan ME-NYATA-KAN DIRI HAKIKIku YAITU ENGKAU karena Engkau juga Ya Allah. Jadi orang lain menyatakan niatnya dengan lafaz yang disuarakan mulutnya. Aku tidak, karena hatiku yang berkata aku sholat ……

6. Orang lain sembahyang dengan menyuarakan TAKBIRATUL IHRAM, Allah Hu Akbar. Aku tidak. Aku hanya menyuarakan Allah. Didalam HU, aku MI’RAJ kealam asalku yaitu ALAM LAHUT dengan menyerahkan wujudku kedalam Wujud Allah semata-mata. Kemudian aku turun dari Mi’rajku menuju keseluruh Alam tubuhku dengan Kebesaran AKBAR. Aku simpan Allah Hu Akbar di baitullah Mukminku didalam Jantungku.

7. Orang lain sembahyang BERKIBLATKAN BAITULLAH di Mekah. Aku tidak, aku cuma menghadapkan wajahku kearah Kaabah. Aku berkiblatkan Diri Hakikiku yaitu Allah yang meliputi diriku. Aku memandang wajahku sendiri.

8. Orang lain sembahyang dengan membaca apa apa yang perlu dibaca dengan mulut dan lidahnya yaitu dengan suara dzahir. Aku tidak. Diri Hakikiku membaca didalam hatiku. Aku hanya mendengar dan memperhatikan saja.

9. Didalam sembahyang, orang lain memberi salam kepada entah siapa. tapi aku tidak, Aku tahu kepada siapa aku tujukan salamku. Aku tujukan kepada Diri Batinku yaitu DZATULHAQ yaitu Aku yaitu Dzat Allah dan aku juga tujukan salam itu kepada SIFATUL HAQ yaitu Diri Dzahirku yaitu aku yaitu Sifat Allah.

10. Aku mengakhiri MUNAJATku dengan Kalimah Syahadah dan Salawat Nabi. Aku sadar wudhu’ itu pemisahan sementara antara Diri Dzahirku dengan Diri Batinku sementara Sholat itu Penyatuan semula kedua-duanya menjadi Esa dengan Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Allah Tuhanku. Aku sudah TIADA, senantiasa TIDAK ADA karena YANG ADA HANYA DIRI HAKIKIKU yaitu ALLAH Tuhanku, Tuhan diriku dan Tuhan Rabbul Alamin.

ITULAH SHOLAT HAKIKI… dan orang akan mengatakan Islam macam apakah aku ini..?   karena tidak sembahyang…,  Ya..! memang aku sudah berhenti sembahyang sebab aku SHOLAT.  Biarlah orang mengatakan aku asalkan jangan aku mengatakan orang.
Salam
Enhanced by Zemanta