Showing posts with label KITAB FUTUHAT AN-NAJHAH. Show all posts
Showing posts with label KITAB FUTUHAT AN-NAJHAH. Show all posts

Sunday, June 24, 2012

KITAB FUTUH AL-GHAIB

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

KITAB FUTUH AL-GHAIB

 

 

Wasiat Sultan Auliya Abdul Qodir Jilani Qsa

LailahaIllAllah

Bismilahir Rahmanir rahiim

Alhamdulillah…Alhamdulillah…Alhamdulillah

Satu
Melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan ridho atas ketentuan-Nya

Tiga hal yang harus dimiliki dan diamalkan oleh setiap mukmin dalam segala ruang dan waktu yaitu:
1. Menjaga dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan tulus ikhlas;
2. Menghindari diri dari segala yang haram baik nyata maupun samar;
3. Ridha menerima takdir Allah Yang Mahakuasa.

Dengan demikian, minimal seseorang yang beriman harus memiliki tiga hal sebagaimana tersebut di atas dan harus diusahakan untuk dapat mendarah daging dalam tubuhnya. Ia harus mengikatkan diri kepada tiga hal ke mana dan di mana dia berada serta dalam keadaan bagaimanapun juga.

Dua
Mengikuti sunnah Rasul SAW, menjauhi bid’ah, dan bersikap istiqamah

1. Seorang muslim harus mengikuti sunnah Rasul SAW dengan penuh keyakinan (keimanan).
2. Seorang muslim tidak sekali-kali melakukan perbuatan bid’ah
3. Seorang muslim harus mematuhi segala yang diperintahkan dan dilarang Allah SWT serta rasul-Nya
4. Seorang muslim harus menjunjung tinggi tauhid, jangan sekali-kali menyekutukan Dia (Allah SWT)
5. Seorang muslim harus menyucikan Dia (Allah) senantiasa, dan jangan sekali-kali menisbahkan suatu keburukan pun kepada-Nya
6. Seorang muslim harus mempertahankan kebenaran-Nya dan hendaklah jangan meragukan sedikitpun atas kebenaran tersebut.
7. Seorang muslim harus bersabar selalu, dalam setiap keadaan dan jangan sekali-kali menunjukan sifat ketidaksabaran.
8. Seorang muslim hendaknya mempunyai sifat isqtiqamah
9. Seorang muslim harus mempunyai pengharapan kepada Allah dengan sabar dan jangan kesal
10. Seorang muslim harus bekerja sama dengan sesama muslim dalam menjalankan amal dan ketaatan, jangan    berpecah-pecah, saling mencintai, dan jangan mendendam
11. Seorang muslim harus menjauhi kejahatan dan jangan sekali-kali ternoda oleh kejahatan tersebut
12. Seorang muslim harus menghiasi dirinya dengan ketaatan kepada Rabbmu, Allah swt.
13. Seorang muslim jangan sekali-kali menjauhi pintu-pintu Allah Swt.
14. Seorang muslim jangan sekali-kali berpaling dari-Nya.
15. Seorang muslim hendaknya menyegerakan bertobat atas dosa yang telah dilakukan, jangan ditunda-tunda.
16. Seorang muslim tidak bosan-bosan untuk memohon ampunan kepada Allah siang dan malam.

Apabila seorang muslim telah berlaku demikian, ia akan mendapatkan rahmat dari Nya dan dijauhkan dari api neraka. Hidup bahagia di surga yang kekal. Kelak di akhirat, ia akan bertemu Allah, menikmati rahmat-Nya.
Di surga, ia bersama bidadari, mengendarai kuda-kuda yang berwarna putih. Bersuka ria dengan hurhur bermata putih, menghirup aneka aroma, dan diiringi melodi-melodi para hamba sahaya wanita yang cantik. Ia akan dimuliakan bersama Nabi, para siddiqin, para syahiddin, dan para salihin lainnya di surga yang tertinggi.

Tiga
Memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla

Seandainya seorang hamba Allah mendapatkan kesulitan dalam hidupnya, pertama sekali ia harus berusaha mengatasinya dengan daya dan upayanya sendiri. Jika tak mampu mengatasi kesulitanya sendiri, hendaknya ia meminta pertolongan kepada sesamanya, misalnya kepada pejabat, hartawan, dan penguasa lainnya, atau tetangganya. Jika ia sakit hendaknya pergi ke tabib (dokter). Apabila masih juga tak berhasil, pertolongan terakhir yang diharapkan hendaknya kepada Khaliq-nya (Allah swt), Tuhan Yang Mahabesar lagi Mahakuasa. Caranya ialah dengan memanjatkan doa dengan diiringi kerendahan hati serta pujian-pujian untuk-Nya.

Apabila pertolongan itu tiada kunjung data dari Allah, jangan berputus asa. Ia harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, memuji dan memohon dengan penuh harap dan cemas. Apabila Allah tidak kunjung mengabulkan permohonannya dan doanya, ia harus meninggalkan segala yang berurusan dengan duniawi. Kemudian ia mencurahkan segala-galanya untuk kepentingan rohaninya (kepentingan akhirat).

Pada tingkatan ini, ia akan merasakan atau melihat dengan mata batinya atas kehendak Allah. Dan, sampailah ia kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya.

Pada tahap ini ia akan menduduki haqqul yaqin (keyakinan yang hak/tinggi). Keyakinan tentang apakah itu?

Keyakinan yang dimaksudkan ialah tentang hakikat bahwa segala sesuatu itu tiada yang menggerakannya, kecuali Allah, tiada yang menghentikan, kecuali Allah Swt. Tiada kekayaan dan kemiskinan, kecuali Allah yang menghendakinya. Di hadapan Allah, seseorang bagaikan bayi di tangan dukun beranak atau mayat yang dimandikan, atau bola di kaki pemainnya. Tak kuasa apapun, kecuali kehendak Allah Swt. Dengan demikian, ia tak akan melihat, kecuali hanya kepada Allah. Tak akan mendengar, kecuali hanya dari Allah; jika mendapat sesuatu – menyenangkan atau menyedihkan – diyakini semata karena Allah belaka. Jika mendengarkan sesuatu, yang didengar adalah firman Allah melalui ilmu-Nya. Ia akan mendapatkan karunia-Nya dan mendapatkan keberuntungan karena mampu mendekatkan diri kepada-Nya. Ia menjadi mulia, rida atas segala yang dijumpainya. Ia merasa puas atas segala yang menimpanya, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan .

Akhirnya, ia rindu selalu kepada Allah, ingin terus memuji dan berzikir. Segala sesuatu dalam hidupnya bertumpu kepada Allah semata. Ia mendapatkan nur dari Allah karena ilmu Allah itu sendiri. Ia dimuliakan karena ilmu Allah juga. Dengan begitu, senantiasa puji dan syukur tercurahkan kepada Allah Yang Mahakuasa saja.

Empat
Mengharap rahmat Allah Azza wa Jalla

Jika engkau abaikan ciptaan, semoga Allah merahmatimu . Semoga Allah membunuh kehendakmu (yang tak baik) dan Dia menempatkanmu dalam kehidupan yang baru dan mulia.

Sekarang dirimu mendapatkan karunia berupa kehidupan yang abadi, mendapat kekayaan dan kebahagian yang abadi, dan mendapat rahmat dan ilmu sehingga tak mengenal kebodohan.
Engkau dilindungi Allah dari rasa takut. Engka dimuliakan sehingga tidak hina lagi dan selalu dekat kepada Allah sehingga menjadi tumpuan harapan bagi orang2 yang memohon kepada Allah melalui dirimu.

Kau menjadi pengganti rasul, para nabi dan shadiqqin. Kau adalah puncak wilayat dan para wali yang masih hidup mengerumunimu. Segala masalah dapat engkau selesaikan dan kau temukan jalan keluarnya. Sawah ladang berpanen melimpah ruah berkat doamu. Lenyapnya penderitaan umat juga melalui doamu. Orang-orang banyak yang datang dan bergegas menemuimu membawa bingkisan dan hadiah serta mengabdi kepadamu. Pengabdian dalam segala hal kehidupan. Semua itu karena ijin Sang Pencipta. Mereka senantiasa mendoakanmu. Tak ada dua mukmim yang memperselisihkan engkau. Inilah rahmat Allah SWT, wahai manusia. Dan Allah Pemilik segala rahmat.

Lima
Menghindari dunia
Jika engkau melihat dunia ini berada di tangan orang lain, janganlah takjub Dunia itu memang penuh dengan hiasan, tetapi di sisi lain penuh dengan racun yang mematikan. Tampaknya lembut, tetapi membahayakan bagi yang merabanya. Dunia pada hakikatnya mengecoh dan membuat manusia menyepelekan keburukan dari tipu daya dan janji-janji palsunya.

Apabila melihat yang demikian itu, hendaknya kau berlaku seakan-akan menghadapi orang yang sombong, sewenang-wenang, dan berbau busuk. Ibaratkanlah dunia itu seperti demikian. Jika melihat situasi yang demikian, berpalinglah dari kebusukannya. Tutuplah hidungmu agar tak menghirup bau amisnya. Tutuplah hidung dan telingamu dari bau dan suara hawa nafsu walaupun segala kenikmatan yang tersimpan di dalamnya menghampirimu. Allah SWT telah berfirman kepada nabi pilihannya (Muhammad saw)

وَلا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada (perhiasan) yang kami berikan kepada bermacam-macam orang di antara mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia, supaya mereka Kami cobai denganya. Dan rezeki Allah-mu (dalam surga) lebih baik dan lebih kekal (QS 20:131)

Enam
Beribadah hanya karena Allah SWT
Apabila melaksanakan perintah Allah, tanggalkan pandangan manusia yang tertuju kepadamu dan tanggalkan kepentingan pribadimu dan hendaknya engkau tujukan kepada Allah saja.

Untuk menghindari pandangan manusia – yang memuji – atas amalanmu dalam melaksanakan perintah Allah, menghindarlah dari mereka, asingkan diri sepenuhnya dan bebaskan jiwamu dari segala harapan mereka. Lenyapkanlah segala nafsumu. Adapun tanda lenyapnya nafus ialah:

1. meninggalkan kesibukan mengejar duniawi;
2. berhubungan dengan mereka hanya untuk mendapatkan manfaat;
3. cenderung menghindarkan diri dara kemudaratan;
4. tidak mengntungkan diri sendiri dalam masalah pribadi.
5. tidak membantu melindungi diri sendiri, tetapi memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, karena Dia-lah Yang Mahakuasa.

Kemauan itu dapat lenyap dari jiwamu. Kemauan yang dimaksud ialah yang didorong oleh hawa nafsu. Adapun lenyapnya kemauan atas kehendak Allah itu ditandai sebagai berikut:

1. Tidak pernah menurutkan keinginan, tak merasa butuh, tidak mempunyai tujuan, kecuali hanya satu tujuan dan satu kebutuhan, yakni kepada Allah SWT belaka;

2. kehendak Allah akan berwujud pada dirimu, sehingga jika kehendaknya bereaksi, tubuhmu menjadi pasif, namun hatimu tenang, pikiranmu jernih, nurani dan rohanimu menjadi berseri. Dengan demikian, kebutuhanmu tentang kebendaan kau pasrahkan dan engkau bergantung kepada Allah SWT saja;

3. gerakanmu digerakan oleh kekuasaan-Nya, lidah keabadian memberi hiasan kepadamu berupa nur-Nya yang menempatkan kedududukanmu sejajar dengan ulama hikmah yang telah mendahuluimu.

Jika mampu seperti demikian, niscaya engkah berhasil menaklukan diri sendiri, sehingga dalam ragamu tidak ada “kedirianmu”, laksana bejana yang hancur, bersih dari air dan endapan.

Engkau akan terpisahkan dari segala gerak manusiawi karena rohanimu menolak segala sesuatu. Rohmu hanya menerima kehendak Allah saja. Pada peringkat dan kedudukan seperti ini, engkau akan mendapatkan suatu keajaiban. Hal ini seolah-olah hanya usahamu dalam melatih diri dan rohmu, padahal sebenarnya adalah kehendak Allah belaka.

Pada kedudukan ini, engkau mampu menjadi orang yang dapat menundukan hati sendiri, sifat hewanimu telah musnah. Dengan demikian, engkau akan mendapat ilham atas kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kenyataan sehari-hari.

Allah Yang Mahatinggi tak akan bersamamu, jika kedirianmu (nafsu duniawi, hewani, sifat yang merusakan/membutakan hati) belum sirna. Jika ke-dirianmu telah sirna, lalu kau menganggap sesuatu di dunia ini tak ada artinya kecuali Allah, Dia akan memberikan kebugaran dan kesegaran rohani. Allah akan memberi kekuatan rohani dan dengan rohani tersebut, engkau berkehendak.

Jika di dalam dirimu masih juga terdapat noda meskipun sekecil biji dzarah, Allah akan menolakmu agar engkau terus berusaha untuk diterima Allah. Allah pun terus menciptakan kemauan baru dalam dirimu agar engkau tidak merasa puas dengan amal dan ibadah yang kau lakukan, hal ini sampai pada akhir hayatmu.

Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT berfirman,
“Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, yaitu dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan sehingga Aku mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan. Tak diragukan lagi, demikianlah keadaan fana.”

Oleh sebab itu, Dia menyelamatkanmu dari kejahatan para mahluk-Nya, kemudian mendorongmu dalam kebaikan-Nya. Dengan begitu, engkau akan menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagian, kenikmatan, semangat, damai dan sentosa.

Para wali terdahulu pun menunaikan ibadah untuk mendekatkan dirinya sedekat mungkin kepada Allah SWT. Itulah yang menjadi tujuannya, tujuan terakhir. Mereka senantiasa beralih dari kehendak yang timbul dari pribadinya sendiri, mengubahnya menjadi kehendak dari Allah. Itulah sebabnya, mereka kemudian disebut “badal” (berubah).

Bagi mereka ini, menggabungkan kehendak dirinya sendiri dengan kehendak Allah adalah dosa.

Apabila mereka terbawa tipuan perasaan2nya sendiri sehingga lalai atau takut, Allah menolong mereka dengan kasih sayang – Nya. Allah akan mengingatkan mereka dan akhirnya mereka sadar dan berlindung kepada Tuhannya. Merekea berlindung dari kemauan pribadinya karena menyadari bahwa mereka tak akan mampu membersihkan dirinya sampai sebersih mungkin dari nafsu dan kemauan, kecuali malaikat. Para malaikat memang suci dari nafsu dan kehendak, para nabi terbebas dari kedirian, sedangkan jin dan manusia tak terlepaskan dari nafsu yang kelak menuntut pertanggungjawaban moral. Akan tetapi, meskipun manusia itu tak dapat terbebas dari nafsu, para wali mampu melemahkan nafsunya sehingga dengan, bantuan Allah, mereka mendapatkan rahmat yang menguatkan akalnya.

Tujuh
Terlepas dari Ketertarikan Dunia
Perbaiki dirimu dan tinggalkan olehmu kegelisahan dunia sesuai kemampuanmu. Nabi Muhammad saw bersabda,” Lepaskan dirimu dari bingungnya urusan dunia, sejauh kemampuanmu “

Kalau kau mengetahui apa yang kau cari, kalau dunia kau peroleh, engkau akan menjumpai kelelahan. Kalau kau menaruh perhatian yang berlebihan pada dunia niscaya kau akan merugi. Bebaskan diri dari urusan dunia, lepaskan perhiasan dunia, lucuti pakaian hawa nafsu. Karena kesungguhan diri beribadah pada Allah adalah sebuah hidayah.

Kalau ingin bahagia, engkau harus memiliki ketenangan lahir dan batin. Bersabarlah atas pemberian Allah, hindari prasangka buruk atasNya, karena Dia menyayangimu. “ Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi pula engkau menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu” (Al Baqarah 216)

Barangsiapa menginginkan jalan menuju keridhaan Allah , maka didiklah hawa nafsumu sebelum mendidik perbuatanmu. Bersungguh2lah sampai engkau mendapat ketenangan. Jangan turuti nafsu kecuali engkau telah melatih nafsumu dengan pelajaran dan perilaku baik. Dengan bersungguh2 mata akan terbuka dan kebodohan tak akan menghampiri kita. Hal ini membutuhkan pengikat dan waktu yang panjang, tidak dating begitu saja.

Pukullah nafsumu dengan cambuk lapar, cegahlah kehendaknya. Engkau harus bisa bertahan, karena nafsu hanya bisa berdusta dan tak pernah benar. Janjinya bohong dan Iblis adalah pentolannya. Dia tak punya kekuatan untuk memusuhi orang yang beriman.
Allah tidak memberi cobaan kepadamu kecuali disana ada hikmah dan faedah.

Kalau kau didera musibah, ingatlah dosa2mu. Mohonlah kesabaran padaNYA, perbanyak istigfar dan bertaubat lah segera. Bergaulah dengan para kekasih Allah, alim ulama dan teman yang bila kau melihatnya, mengingatkanmu akan Allah.

Wahai para pelanglang buana, Wahai para pelancong dunia, Peganglah erat-erat petunjukKu, Hingga sampai ditujuan, jangan kau keluar dari petunjuk, maka kau akan Kuberi petunjuk.

Bagaimana kau akan berperilaku baik, kalau tak berteman dengan Kawan yang berperilaku sopan santun
Bagaimana kau akan menimba ilmu, kalau kau tak senang dengan gurumu.

Syekh Abdul Qadir Jailani,
“Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu.”

delapan
Lepas dari kemaksiatan
Wahai orang muda, janganlah engkau berputus asa daripada Rahmat Allah ‘Azza wa Jall kerana kemaksiatan yang telah engkau lakukan. Bersihkanlah kotoran dari pakaian agamamu dengan air taubat, dengan taubat yang istiqomah dan ikhlas. Kemudian, harumkanlah pakaian agamamu itu dengan (air wangi) ma‘rifah. Berhati-hatilah engkau dengan kedudukanmu sekarang kerana ke arah mana pun engkau toleh, terdapat hewan-hewan yang buas sedang berada di sekeliling dirimu, dan pengaruh-pengaruh jahat yang merusak pula sedang bertindak ke atas dirimu. Lepaskanlah dirimu daripadanya dan kembalikanlah hatimu kepada al-Haqq ‘Azza wa Jall.

Ada seorang insan yang telah berkata: “Aku ingin menjadi salah seorang daripada orang-orang yang mencari WajahNya. Hatiku telah terpandang Pintu Kedekatan (Bab al-Qurb) dan aku telah melihat para kekasih memasukinya dan kemudian telah keluar memakai pakaian-pakaian yang telah dianugerahkan oleh al-Malik (Raja, yakni Allah Ta‘la.) Apakah balasan untuk memasukinya?”

Kepadanya, aku telah menjawab: “Hendaklah engkau korbankan seluruh dirimu. Tinggalkan segala kehendak syahwat dan segala rasa kelazatan. Lenyapkan dirimu di dalamNya. Ucapkan selamat tinggal kepada segala taman syurga dan segala isi kandungannya, dan tinggalkanlah ia. Ucapkan selamat jalan kepada nafsu, hawa dan tabiat-tabiat. Ucapkan selamat jalan kepada segala keinginan, sama ada yang berbentuk keduniaan ataupun keakhiratan. Ucapkan selamat tinggal kepada setiap sesuatu dan engkau tinggalkannya di belakang hatimu. Setelah itu, masuklah. Engkau akan melihat apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah terlintas di hati manusia.”

Sufi ialah seorang manusia yang telah bersih batinnya dan juga zahirnya, dengan mengikuti kitab Allah ‘Azza wa Jall dan sunnah rasulNya. Dan jika kebersihannya sudah bertambah, dia akan keluar dari lautan kewujudannya, dan meninggalkan segala kehendak, ikhtiar dan keinginannya, kerana kebersihan hatinya.

Asas kebaikan ialah dengan menuruti an-NabÏ SallAllahu ‘alaihi wa sallam pada (seluruh) perkataannya dan perbuatannya.
Apabila hati si hamba (qalb al-‘abd) telah bersih, dia akan dapat melihat an-Nabi SallAllahu ‘alaihi wa sallam di dalam tidurnya, yang akan memberitahunya tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dijauhkan.

Seluruh dirinya akan menjadi sekeping hati, dan terpisah dengan niatnya. Dia akan menjadi sebuah rahsia tanpa penyataan, satu kebersihan tanpa kekeruhan. Kulit zahirnya akan tertanggal dari dirinya, sehingga yang tinggal adalah isi (lubb) tanpa kulit.

Dia akan bersama an-Nabiyullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam dari segi maknawi, yang akan melatih hatinya dan berada di hadapannya. Tangannya berada di dalam tangan baginda Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan an-Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi penasihat mengenaiNya, dan penjaga pintuNya.

Di dalam sebuah mimpi, seorang lelaki tua telah bertanya kepada diriku , “Apakah yang dapat membawa seorang hamba itu dekat dengan Allah ‘Azza wa Jalla?”

Maka aku telah menjawab, “Baginya satu permulaan dan satu kesudahan. Permulaannya ialah wara’ dan kesudahannya ialah penerimaan, penyerahan (at-taslim) dan persandaraan (at-tawakkul).”

Apabila seseorang itu bersikap benar dan ikhlas dengan Tuhan, dia tidak lagi mempedulikan setiap sesuatu selain daripadaNya, pada siang atau malam hari.

Wahai manusia, janganlah mengaku apa yang bukan milikmu. Esakanlah Allah dan janganlah mempersekutukanNya. Demi Allah (dengan melakukan yang demikian), apabila sampai panah takdir kepadamu, ia hanya akan mencalar dan tidak pula membunuhmu.

Siapa saja yang menginginkan kejayaan (al-falah), hendaklah dia menjadi sekeping tanah di bawah tapak kaki para masyaikh (para Mursyid).
Apakah ciri-ciri para masyaikh itu? Mereka adalah orang-orang yang telah menceraikan dunia dan segala makhluk, dan telah mengucapkan selamat tinggal kepada kedua-duanya (yakni dunia dan segala makhluk). Mereka juga telah mengucapkan selamat tinggal kepada setiap sesuatu, dari bawah al-‘arsy hinggalah ke dasar bumi . Mereka telah meninggalkan setiap sesuatu itu di belakang mereka, dan telah mengucapkan selamat tinggal sebagai seorang yang tidak akan kembali lagi. Mereka telah mengucapkan selamat tinggal kepada seluruh makhluk, termasuk diri mereka sendiri. Wujud mereka adalah bersama-sama Allah, pada setiap keadaan.

Siapa yang menuntut kecintaan Allah (namun masih) disertai dengan kewujudan nafsunya, maka dia sedang berkhayal dan berangan-angan.
Kebanyakan daripada mereka dari golongan al-mutazahhidin al-muta‘abbidin (orang-orang yang cuba menyerupai kaum Zuhud dan ahli ibadah), pada hakikatnya, adalah hamba-hamba para makhluk, yang telah mereka syirikkan (yakni menjadikannya sekutu bagi Allah).

Berdirilah engkau sekelian di hadapanNya di atas tapak-tapak kaki (aqdam) yang telah muflis daripada akal-akal fikiranmu dan ilmu-ilmumu, agar engkau sekalian dapat mengambil ilmu daripadaNya.

Janganlah merasa sangsi terhadapNya apabila Dia menunda Ijabah. Janganlah berputus asa dalam berdoa kepadaNya. Jika engkau tidak menerima apa-apa keuntungan, maka tidak pula engkau menanggung apa-apa kerugian. Jika Dia tidak memperkenankannya dengan serta-merta, maka Dia akan memberikan engkau gantinya di Hari Kemudian.

Selagi kecintaan kepada dunia kekal di hatimu, tiada akan melihat engkau sesuatu daripada ahwal as-Salihin. Selagi engkau meminta-minta dari makhluk dan mempersekutukan (Allah) dengan mereka, tiada akan terbuka mata hatimu. Tiadalah kata-kata itu sehingga engkau berzuhud dari dunia dan makhluk. Bersungguh-sungguhlah engkau. Engkau akan melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain, dan akan terlepas bagimu adat.

Jika engkau tinggalkan apa yang di dalam hitunganmu (hisab) akan datang kepadamu apa yang bukan di dalam hitunganmu. Apabila engkau bergantung penuh kepada al-Haqq ‘Azza wa Jall, dan bertaqwa di dalam khalwah dan di khalayak ramai, Dia akan mengaruniakanmu rezeki yang tidak disangka-sangka (la yahtasib). Engkau tinggalkan, Dia berikan. Engkau berzuhud, Dia temukan hajatmu.

Di peringkat permulaan, (ialah) meninggalkan. Di peringkat akhir, (ialah) pengambilan. Di awal urusan ini, ialah pemberatan kalbu dengan meninggalkan segala syahwat dan dunia, dan di akhirnya ialah pengambilannya. Yang pertama ialah bagi al-Muttaqin, dan yang kedua ialah bagi al-Abdal, yang telah sampai (al-wasilinn) kepada ketaatan (kepada) Allah ‘Azza wa Jall.

Kata-kata itu tidak sesuai untuk diucapkan sehingga segala tuhan-tuhanmu menjadi Tuhan yang satu, sehingga segala keinginanmu menjadi satu, dan sehingga segala tumpuan cintamu menjadi satu.

Hatimu hendaklah dijadikan satu. Bilakah kedekatan kepada al-Haqq dapat mendirikan kemahnya di dalam hatimu? Kapan hatimu akan menjadi majdhub (tertarik) dan sirr-mu menjadi muqarrab (didekatkan)? Dan kapankah segera engkau dapat menemui Tuhanmu, setelah engkau mengucapkan selamat tinggal kepada segala makhluk?

“Di dalam sebuah Mimpi seorang lelaki tua telah bertanya kepadaku. . ..
Wahai WaliulLah apakah yg dapat membawa seorang hamba itu dekat dengan
Allah SWT . . . . ?!
lalu aku telah menjawab kepadamu wahai Mubarok !
baginya ada 2 perkara yaitu . . .

1.PERMULAAN
yaitu jadi lah kamu org yg Wara’
(senantiasa menjauhkan diri dr segala macam Dosa)

2.KESUDAHAN
jadilah Org Yg Qona’ah !
Mendengar jawaban yg singkat dan padat tersebut . . .
Lelaki tua itupun Pergi dgn hati yg damai !
dan nampak Bersinar wajah yg sudah dimakan usia tersebut ”

Mudah2 kisah diatas dapat menjadikan kita yang di Tarekat Qodiriyah ini di berikan kekuatan  Islam,Iman Dan Ikhsan dan di Anugerahkan  oleh
Al-Haqq Allah azza wa jalla . Amin.

 

Saturday, June 23, 2012

FASAL AKHIR : FUTUHAT AN-NAJHAH

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

FASAL AKHIR : FUTUHAT AN-NAJHAH

MAKSUD AL-BASMALAH

Maksud pembacaan Al-Basmalah ialah bahawa, "Daku memulakan pembacaan Surah Al-Fatihah ini dengan menyebut Nama Allah yang penuh keberkatan." Setiap pekerjaan yang baik hendaklah dimulakan dengan menyebut Nama Allah. Ketika hendak makan dan minum, memakai dan menanggalkan pakaian, keluar dan masuk rumah, menaiki kenderaan, menyembelih haiwan dan sebarang pekerjaan yang baik lebih-lebih lagi ketika memulakan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran hendaklah dimulakan dengan menyebut Nama Allah. Allah adalah Nama Zat Yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak bergantung pada makhlukNya, tetapi makhluk yang bergantung kepadaNya.

Di dalam kitab Tafsir Al-'Azhim karangan Hadhrat Imam Ibnu Katsir Rahmatullah 'Alaih ada menukilkan bahawa Hadhrat Imam Abu Muhammad 'Abdur Rahman Bin Abi Hatim Rahmatullah 'Alaih di dalam Tafsirnya telah menyatakan bahawa beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Ja'afar Bin Musafir Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Zaid Bin Al-Mubarak As-San'ani Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Salam Bin Wahab Al-Jundi Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari bapanya Hadhrat Wahab Al-Jundi Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Tawus Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat 'Utsman Bin 'Affan Radhiyallahu 'Anhu telah bertanya kepada Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu Ta'ala 'Alaihi Wasallam berkenaan "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" (
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ)? Maka Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

هو اسم من أسماء الله وما بينه وبين اسم الله الأكبر إلا كما بين سواد العينين وبياضهما من القرب

"Ia adalah nama dari Nama-Nama Allah dan tiadalah di antaranya dan antara Nama Allah Yang Maha Besar melainkan kedekatan jaraknya adalah seumpama antara mata hitam dan putih pada kedua belah mata."

Hadits ini telah diriwayatkan juga oleh Hadhrat Abu Bakar Bin Mardawaih Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat Sulaiman Bin Ahmad Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat 'Ali Bin Al-Mubarak Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat Zaid Bin Al-Mubarak Rahmatullah 'Alaih. Hadits ini juga telah dikeluarkan oleh Hadhrat Imam Al-Hakim, Hadhrat Imam Al-Baihaqi, Hadhrat Imam Abu Dzar Al-Harwi dan Hadhrat Imam Al-Khatib Al-Baghdadi Rahimahumullah dengan riwayat dari Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu.

Hadhrat Imam Ibnu Abi Ad-Dunya dan Hadhrat Imam Ibnu Syaibah Rahmatullah 'Alaihima telah mengeluarkan sebuah Hadits dari Hadhrat Ash-Shu'bi Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻷﻋﻈﻢ ﻫﻮ ﺍﷲ

"Dengan Nama Allah Yang Maha Teragung adalah Allah".

Hadhrat Imam Al-Bukhari Rahmatullah 'Alaih telah mengeluarkan sebuah Hadits dari Hadhrat Jabir Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﺇﺳﻢ ﺍﻷﻋﻈﻢ ﻫﻮ ﺍﷲ ﺍﻻ ﺗﺮٰﻯ ﺃﻧﻪ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻳﺒﺪﺃ ﺑﻪ ﻗﺒﻞ ﻛﻞ ﺇﺳﻢ

"Isim Allah Al-A'zham yakni Nama Allah Yang Paling Teragung adalah Allah. Apakah kamu tidak melihat bahawasanya pada setiap pembacaan Al-Quran dimulai dengan "Bismillah" sebelum menyebut sekelian nama."

Hadhrat Imam As-Sullami Rahmatullah 'Alaih seorang Mufassir yang telah mengarang kitab Tafsir berjudul Haqaiq At-Tafsir ada menukilkan dari Hadhrat Abu Al-Qasim Al-Hakim Rahmatullah 'Alaih telah menyatakan bahawa ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) adalah mengisyaratkan kepada kasih-sayang Allah pada segala permulaan.

Menurut pengarang Tafsir Ruh Al-Bayan, Hadhrat Isma'il Haqqi Rahmatullah 'Alaih tentang perkara yang sahih lagi diterima di sisi 'Ulama Mutaakhirin Mazhab Hanafiyah bahawa Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) adalah suatu ayat yang berasingan dan bukan sebahagian juzuk daripada Surah Al-Fatihah. Ianya telah diturunkan sebagai pembahagi bagi setiap Surah. Ianya juga diturunkan sebagai suatu sumber keberkatan dalam memulakan sesuatu pekerjaan seperti dengan menyebutnya pada setiap urusan yang penting.

Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) adalah Kunci Al-Quran dan merupakan kalimah pertama yang telah dituliskan oleh Qalam pada Lauh Mahfuz dan merupakan kalimah pertama yang telah diturunkan kapada Hadhrat Baginda Nabi Adam 'Alaihissalam. Ketika hendak memulakan pembacaan Al-Quran, Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم) hendaklah dibaca sesudah mengucapkan Al-Isti'azah iaitu kalimah memohon perlindungan Allah dari kejahatan Syaitan yang direjam.

Hikmah dikemudiankan Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) sesudah Al-Isti'azah adalah sebagai mendahulukan pengosongan Takhalliyyah terhadap segala perkara mengatasi pengisian Tahalliyyah dan terhadap permohonan kepada segala sesuatu yang selain Allah dalam menghadap dan memberikan Tawajjuh kepada HadhratNya.

Orang-orang kafir dalam masyarakat Jahiliyah pada kelazimannya memulakan pekerjaan mahupun ucapan mereka dengan nama tuhan-tuhan mereka dengan mengucapkan, "Dengan Nama Al-Lata dan Al-'Uzza". Maka bagi sekelian Ahli Tauhid wajiblah memaksudkan pengertian makna yang khusus berkaitan Nama Allah dalam pengucapan mereka ketika memulakan sesuatu pekerjaan, iaitu dengan mendahulukan pengucapannya kemudian diikuti dengan amal perbuatan.
FAEDAH AL-BASMALAH

Hadhrat Imam Jalaluddin As-Sayyuti Rahmatullah 'Alaih telah menukilkan sepuluh faedah daripada Al-Basmalah.

Pertama:
Menurut Hadhrat Imam Malik Rahmatullah 'Alaih, Al-Basmalah bukanlah suatu ayat daripada Surah Al-Fatihah dan buka dari sebarang Surah yang lain melainkan telah dikhususkan di dalam kandungan Surah An-Naml. Menurut pendapat Hadhrat Imam Syafi'I Rahmatullah 'Alaih bahawa ianya adalah suatu ayat daripada Surah Al-Fatihah. Menurut Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu bahawa ianya adalah suatu ayat permulaan bagi setiap Surah.

Hadhrat Imam Malik Rahmatullah 'Alaih telah memberikan hujjah dengan sebuah Hadits Sahih yang panjang yang telah diriwayatkan oleh Hadhrat 'Ubay Bin Ka'ab Radhiyallahu 'Anhu, bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda yang mafhumnya bahawa,
"Telah diturunkan kepadaku sebuah Surah yang tidak ada seumpama dengannya di dalam Kitab Taurat, Kitab Injil mahupun Al-Quran. Alhamdu Lillahi Rabbil-'Alamin (Segala puji bagi Allah Tuhan Pemelihara seluruh alam)."

Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah memulakan pembacaan Surah Al-Fatihah tanpa menyebutkan Basmalah. Hadits tersebut juga telah diriwayatkan oleh Hadhrat Imam At-Tirmizi Rahmatullah 'Alaih dan Hadhrat Imam Al-Bukhari Rahmatullah 'Alaih di dalam At-Tafsir daripada Sahihnya.
Terdapat juga kenyataan dari sebuah Hadits Qudsi yang Sahih daripada Hadhrat Imam Malik Rahmatullah 'Alaih seperti yang telah diriwayatkannya di dalam Al-Muwatta dan oleh Hadhrat Imam Muslim di dalam Kitab As-Solah daripada Sahihnya bahawa Allah Ta'ala telah berfirman,
"Aku telah membahagikan Solat antara Aku dan HambaKu dalam dua bahagian.
Apabila HambaKu mengucapkan: Alhamdulillahi Rabbil-'Alamin…"

Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam juga telah membacakan Surah Al-Fatihah tanpa menyebutkan Basmalah. Hadhrat Imam Syafi'I telah mengemukakan hujjahnya dengan menampilkan sebuah riwayat Hadits daripada Hadhrat Imam An-Nasa'I Rahmatullah 'Alaih dan Hadhrat Imam Ibnu Hibban Rahmatullah 'Alaih bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam selalu meyebut:

"Bismillahir-Rahmanir-Rahim. Alhamdulillahi Rabbil-'Alamin."
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Yang Maha Pengasih.
Segala puji bagi Allah Tuhan Pemelihara sekelian alam.

Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu telah memberikan hujjah bahawa Basmalah adalah tertulis bersama setiap Surah di dalam Mushaf.

Kedua:
Apabila kamu memulakan pembacaan sesebuah Surah hendaklah membaca Basmalah kecuali untuk Surah At-Taubah. Jika kamu memulakan membaca satu bahagian daripada sesebuah Surah, kamu mempunyai pilihan antara membacakan Basmalah atau meninggalkannya. Demikian menurut Hadhrat Abu 'Amr Ad-Dani Rahmatullah 'Alaih, seorang Imam dalam ilmu-ilmu penafsiran Al-Quran dan telah menulis banyak kitab dalam berbagai kaedah pembacaan dan hukum-hukum pembacaan serta Tafsir Al-Quran. antara kitabnya yang termasyhur adalah Kitab At-Taysir Fi Qira-ah Sab'ah yang menyatakan sanad mereka yang telah menerima kaedah pembacaan daripada tujuh orang pembaca Al-Quran.

Sebahagiannya berkata agar ditinggalkan pembacaan Basmalah. Jika kamu telah menyempurnakan suatu Surah dan hendak memulakan suatu Surah yang lain, maka para pembaca adalah berbeza-beza keadaannya sama ada hendak membacakan Basmalah ataupun meninggalkannya.

Ketiga:
Basmalah tidak dibacakan di dalam Solat menurut Hadhrat Imam Malik Rahmatullah 'Alaih, namun menurut Hadhrat Imam Ash-Shafi'I Rahmatullah 'Alaih ianya disebutkan secara jelas dan kuat di dalam Solat yang dibacakan secara Jihri dan hendaklah dibacakan secara perlahan dan rahsia di dalam Solat yang bacaan Al-Quran dibacakan secara Sirri. Menurut Hadhrat Imam Abu Haifah Rahmatullah 'Alaih, Basmalah hendaklah dibacakan secara rahsia dan perlahan di dalam kedua-dua jenis Solat sama ada Solat Sirri mahupun Solat Jihri.

Hadhrat Imam Malik telah memberikan hujjah dengan menampilkan dua sudut. Pertama, bahawa menurut beliau Basmalah bukanlah satu ayat daripada Surah Al-Fatihah seperti yang telah dikemukakan. Kedua, bahawa apa yang telah dinyatakan di dalam Hadits Sahih daripada Hadhrat Anas Radhiyallahu 'Anhu bahawa beliau telah berkata,
"Daku telah bersolat bersama dengan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam dan Hadhrat Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu dan Hadhrat 'Umar Radhiyallahu 'Anhu dan Hadhrat 'Utsman Radhiyallahu 'Anhu, dan mereka telah memulakan pembacaan Surah Al-Fatihah dengan ucapan: "Alhamdulillahi Rabbil-'Alamin" (Segala puji bagi Allah Tuhan Pemelihara sekelian alam)."
Tanpa menyebutkan Bismillah (Dengan Nama Allah) di permulaannya mahupun di penghujungnya, yakni ketika memulakan pembacaan Surah yang lain sesudah Surah Al-Fatihah.
FADHILAT AL-BASMALAH

Sesungguhnya ucapan Al-Basmalah mengandungi kesan keberkatan yang sangat besar, maka adalah Mustahab mengucapkan "Bismillah" pada permulaan setiap pekerjaan mahupun perkataan. Adalah Mustahab mengucapkannya ketika permulaan menyampaikan Khutbah kerana telah datang riwayat sebuah Hadits yang masyhur bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

كل أمر لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أجذم

"Setiap urusan yang tidak dimulakan padanya dengan ungkapan "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ), maka ianya adalah terkudung".

Dalam Hadits yang lain dengan sabdanya,

كل أمر ﺫﻱ ﺑﺎﻝ لا يبدأ ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أﻗﻄﻊ ﻭ ﻫﻮ ﺃﺑﺘﺮ

"Setiap urusan penting yang tidak dimulakan dengan ungkapan "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ), maka ianya adalah terputus dan ianya tidak berkat".

Dalam sebuah Hadits yang telah diriwayatkan oleh Hadhrat Imam Daruqutni Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mengatakan,
"Adalah Hadhrat Jibril 'Alaihissalam datang menemuiku dengan membawa Wahyu dan mula-mula yang diberikannya kepadaku ialah kalimah "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ).

Mengucapkan Al-Basmalah juga adalah Mustahab ketika hendak memasuki tandas kerana terdapat Hadits yang menyatakan sedemikian. Adalah Mustahab mengucapkannya ketika permulaan Wudhu' kerana ada dinukilkan sebuah Hadits Hasan oleh Hadhrat Imam Ahmad Rahmatullah 'Alaih dalam kitab Musnad karangan beliau dengan riwayat daripada Hadhrat Abu Hurairah, Hadhrat Sa'id Bin Zaid dan Hadhrat Abu Sa'id Radhiyallahu 'Anhum bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لا وضوء لمن لم يذكر اسم الله عليه

"Tiadalah sempurna Wudhu bagi seseorang yang langsung tidak menyebut Nama Allah atas Wudhunya."

Terdapat sebahagian di kalangan Para 'Ulama yang telah mewajibkan menyebut bacaan Al-Basmalah ketika memulakan Wudhu berdasarkan Hadits ini. Begitu juga ketika menyembelih haiwan, adalah Mustahab menyebutkan Al-Basmalah di sisi Mazhab Syafi'iy dan jemaah para pengikutnya manakala sebahagian yang lain telah mewajibkan pembacaannya.

Hadhrat Imam Ar-Razi Rahmatullah 'Alaih telah menukilkan dalam kitab Tafsirnya berkenaan fadhilat kelebihan Al-Basmalah menerusi beberapa buah Hadits, antaranya sebuah Hadits yang telah diriwayatkan oleh Hadhrat Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

إذا أتيت أهلك فسم الله فإنه إن ولد لك ولد كتب لك بعدد أنفاسه وأنفاس ذريته حسنات

"Apabila kamu mendatangi isterimu, maka sebutlah Nama Allah kerana jika dikurniakan kamu dengan anak, nescaya akan dituliskan pahala Hasanah kebaikan bagimu sebanyak bilangan nafas-nafasnya dan nafas-nafas zuriatnya."

Begitulah juga ketika makan dan minum, adalah menjadi Mustahab menyebutkan Al-Basmalah ketika memulakannya kerana ada sebuah Hadits yang dinyatakan di dalam Sahih Muslim bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda kepada Hadhrat 'Umar Bin Abi Salamah Radhiyallahu 'Anhu,

قل بسم الله وكل بيمينك وكل مما يليك

"Ucapkanlah "Bismillah" dan makanlah dengan tangan kanan kamu dan makanlah dari apa yang dekat padamu."

Begitu juga, adalah Mustahab mengucapkan Al-Basmalah ketika Jima' kerana terdapat riwayat di dalam Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim dari Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu telah meriwayatkan bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لو أن أحدكم إذا أراد أن يأتي أهله قال بسم الله اللهم جنبنا الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا فإنه إن يقدر بينهما ولد لم يضره الشيطان أبدا

"Jikalau salah seorang di kalangan kamu ketika hendak mendatangi isterinya hendaklah mengucapkan:

"Dengan Nama Allah, Wahai Allahumma, jauhkanlah kami dari Syaitan dan jauhkanlah Syaitan terhadap apa yang Engkau rezekikan kepada kami."
Kerana sesungguhnya jika ditaqdirkan antara kedua pasangan tersebut anak, maka Syaitan tidak akan dapat mendatangkan sebarang mudharat kepadanya selama-lamanya."

Terdapat banyak Hadits Nabawi yang menyatakan berkenaan Fadhilat dan kelebihan Al-Basmalah. Bahawa Hadhrat Imam Ahmad Rahmatullah 'Alaih telah melaporkan daripada Hadhrat Abu Tamimah Radhiyallahu 'Anhu berkata mafhumnya, bahawa beliau sedang menunggang dibelakang Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam lalu kaki tunggangannya terjatuh dan beliau telah berkata:
"Celaka Syaitan!"

Mendengarkan perkataan beliau Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لا تقل هكذا فإنه يتعاظم حتى يكون كالبيت ولكن قل بسم الله فإنه يصغر حتى يكون كالذبابة

"Janganlah berkata sedemikian kerana sesungguhnya perkataan tersebut akan menjadikannya sombong membesarkan diri sehingga keadaannya menjadi sebesar sebuah rumah, akan tetapi ucapkanlah "Bismillah" kerana sesungguhnya ucapan tersebut akan menjadikannya kecil sehingga keadaannya seperti seekor lalat."

Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah diriwayatkan sebagai pernah bersabda mafhumnya,

ﻣﺎ ﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﺇﻻ ﺫﺍﺏ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻛﻤﺎ ﻳﺬﻭﺏ ﺍﻟﺮﺻﺎﺹ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ

"Tiada seseorang hamba mengucapkan Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) melainkan hancur Syaitan sebagaimana hancurnya timah yang ditaruh di atas api."

Ada dinukilkan di dalam Kitab Pati Rahsia karangan Hadhrat Tuan Guru Haji Nik Mahmud Bin Isma'il Rahmatullah 'Alaih iaitu Datuk Perdana Menteri Paduka Raja Negeri Kelantan Darun-Na'im berkenaan Nama Allah Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Bahawasanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala ada mempunyai tiga ribu nama iaitu sebanyak seribu Nama, Allah Ta'ala memberikan pengetahuannya kepada Para Malaikat sahaja. Sebanyak seribu Nama, Allah Ta'ala memberikan pegetahuannya kepada Para Nabi sahaja. Sebanyak tiga ratus Nama ada tersebut di dalam Kitab At-Taurat, sebanyak tiga ratus Nama ada tersebut di dalam Kitab Az-Zabur, sebanyak tiga ratus Nama ada tersebut di dalam Kitab Al-Injil, sebanyak sembilan puluh sembilan Nama ada tersebut di dalam Kitab Al-Quran dan satu Nama Khas tersimpan dalam Pengetahuan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sekelian makna Nama-Nama Allah Ta'ala yang berjumlah tiga ribu itu ada terkandung di dalam ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) dan jika sesiapa membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ), nescaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan mengurniakan kepadanya balasan pahala sebanyak pahala yang dikurniakan kepada orang yang membaca sekelian Nama Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang tiga ribu itu.

Sesiapa banyak membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) pada mana-mana perkara yang yang dihajati dan istimewa pula pada mendapatkan rezeki, nescaya Allah Ta'ala memudahkannya dan mengurniakannya dengan kehebatan pada hati mereka yang memandang kepadanya.

Sesiapa membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) dua puluh satu kali ketika hendak tidur, terpeliharalah pada malam itu daripada Syaitan dan daripada kejahatan manusia dan jin dan daripada kecurian dan kebakaran dan selamat daripada mati terkejut dan terjauh daripada bala dan penyakit.

Jika dibaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak seratus kali selama tujuh hari berturut-turut pada mana-mana penyakit ataupun pada orang yang kena sihir, nescaya sembuh orang itu daripada sihir dan penyakit.

Sesiapa yang membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) seratus tiga belas kali pada hari Jumaat ketika Khatib di atas Mimbar, kemudian berdoa bersama Khatib dan memohon daripada Allah Ta'ala aka apa-apa hajat, nescaya Allah Ta'ala akan mengurniakan apa-apa yang dipohonkannya itu.

Sesiapa membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak tiga ratus tiga belas kali ketika terbit matahari pada hari Ahad dengan keadaan menghadap Qiblat, nescaya Allah Ta'ala mengurniakan kepadanya rezeki yang tiada terhingga banyaknya.

Sesiapa membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak tujuh ratus lapan puluh tujuh kali dengan hati yang suci pada suatu perkara yang diredhai oleh Allah Ta'ala atau pada mencapai sesuatu hajat atau hendak menjauhkan apa-apa bala, nescaya dapat dan berhasil apa-apa yang dipohonkannya. Cara yang terlebih elok dalam mengamalkan pembacaan Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak tujuh ratus lapan puluh tujuh kali ialah ketika dalam keadaan berpuasa di tempat yang suci yakni berkhalwat selama tujuh hari berturut-turut, kerana kaifiyat seperti ini terlebih diharap akan dapat dengan segera apa-apa yang dihajati.

Sesiapa membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak dua ribu lima ratus kali setiap selepas Solat Subuh selama empat puluh hari berturut-turut serta ingat kepada fadhilat-fadhilat kelebihannya, nescaya dibukakan oleh Allah Ta'ala akan hatinya mudah mengetahui ilmu-ilmu pengetahuan.

Sesiapa sentiasa membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak seribu kali pada tiap-tiap hari, nescaya dijadikan semua manusia bersetuju kepadanya. Sesiapa sentiasa membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) seribu kali pada tiap-tiap hari, nescaya mudahlah memperolehi apa-apa yang dikehendakinya. Sesiapa membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) seribu kali pada tiap-tiap hari dan malam, nescaya terlepaslah daripada bala musibah dan kesusahan.

Jika dibaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) seribu kali pada suatu mangkuk air hujan, kemudian diberi minum kepada orang yang bodoh, ketika terbit matahari selama tujuh pagi berturut-turut, teraglah hatinya dan mudah ingat apa-apa yang dipelajarinya.

Sesiapa mengekali membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) ketika memulai sesuatu pekerjaan atau ketika duduk, bangun, hendak berjalan, tidur, makan, mengambil Wudhu, menulis, membaca dan lain-lai lagi, nescaya Allah Ta'ala mempermudahkan baginya keluar nyawa ketika hendak mati dengan tidak merasai apa-apa kesakitan, dan fasih lidahnya menjawab apa-apa pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir dan Allah akan memperluaskan kuburnya denga keadaan cahaya yang gilang-gemilang dan pada Hari Qiyamat akan dikeluarkannya dari kuburnya dengan keadaan putih kulitnya dan bercahaya-cahaya dan mendapatlah kebahagiaan dan kesenangan dan akan dapat melalui Titian Sirat dengan cepat seolah-olah seperti kilat lajunya masuk ke dalam Syurga.

Sabda Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam yang bermafhum bahawa,
"Allah Ta'ala tiada menolak permintaan orang berdoa yang dimulai dengan Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ).

Sabda Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam yang mafhumnya bahawa,
"Sesiapa daripada kalangan kamu yang hendak menulis, jadikanlah Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) pada awal tulisan kamu."

Dan lagi sabdanya,
"Sesiapa menulis Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) denga tiada dihapus, nescaya Allah Ta'ala mengurniakan kepadanya seribu kebajikan dan menghapuskan seribu kejahatan."
Sesiapa menulis Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) dengan tulisan yang elok kerana memuliakan Allah Ta'ala, nescaya Allah Ta'ala mengampunkan dosa-dosanya. Sesiapa yang mengutip sekeping kertas yang ada padanya tulisan Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) kerana takut terkena pijak, nescaya Allah Ta'ala mengurniakan kepadanya masuk ke dalam kumpulan Para As-Siddiqin. Dan antara tanda-tanda kelebihan kalimah yang agung Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) ini ialah Surah-Surah dalam Al-Quran dimulai dengannya.

Jika ditulis Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak dua puluh satu kali pada suatu kertas kemudian diberi pakai kepada budak-budak kecil yang selalu terkejut ketika tidur, nescaya hilang penyakitnya itu. Sesiapa menulis Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak tiga puluh lima kali pada suatu kertas kemudian digantungkan dalam rumah, terpeliharalah rumah itu daripada Syaitan, Jin dan diberi kepadanya Berkat yang banyak dan Allah Ta'ala akan memelihara hartanya dan usahanya serta terjauh daripada kesusahan. Sesiapa menulis kalimah Bismillahir-Rahmanir-Rahim (ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) sebanyak seratus satu kali pada suatu kertas yang putih kemudian tanamka dalam kebun, nescaya subur tumbuh-tumbuhannya dan terpelihara daripada musuh-musuhnya.


Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

أنزلت علي آية لم تنزل على نبي غير سليمان بن داود وغيري وهي " بسم الله الرحمن الرحيم "

"Telah diturunkan ke atasku suatu Ayat yang tidak pernah sama sekali diturunkan ke atas seorang Nabi pun selain Hadhrat Nabi Sulaiman Bin Hadhrat Nabi Daud 'Alaihimassalam dan selainku, dan ianya adalah "Bismillahir-Rahmanir-Rahim"."

Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﻛﺎﻥ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀ ﻧﻲ ﺑﺎﻟﻮﺣﻲ ﺃﻭﻝ ﻣﺎ ﻳﻠﻘﻰ ﻋﻠﻲ ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ

"Adalah Hadhrat Jibril 'Alaihissalam apabila datang kepadaku dengan membawa Wahyu, pertama-tama apa yang beliau mentalqinkan ke atasku adalah "Bismillahir-Rahmanir-Rahim"."

Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﺎ ﻧﺰﻟﺖ ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﻓﺮﺡ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻤٰﻮﺍﺕ ﻣﻦ ﺍﻶﺋﻜﺔ ﻭﺍﻫﺘﺰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻟﻨﺰﻭﺎ ﻭﻧﺰﻝ ﻣﻌﻬﺎ ﺃﻟﻒ ﻣﻠﻚ ﻭﺯﺍﺩﺕ ﺍﻶﺋﻜﺔ ﺇﺎﻧﺎ ﻭﺧﺮﺟﺖ ﺍﺎﻥ ﻋﻠﻰٰ ﻭﺟﻮﻫﻬﻢ ﻭﺮﻛﺖ ﺍﻷﻓﻼﻙ ﻭﺫﻟﺖ ﻟﻌﻈﻤﺘﻬﺎ ﺍﻷﻣﻼﻙ

"Ketika turun "Bismillahir-Rahmanir-Rahim", telah bergembira Ahli Langit dari kalangan Para Malaikat dan telah bergoncanglah 'Arash kerana penurunannya, dan telah turun berserta denganya seribu Malaikat dan telah bertambahlah keadaan Iman sekelian Para Malaikat, dan telah keluarlah sekelian Jin menundukkan muka mereka dan telah bergetarlah sekelian Falak dan bergementarlah sekelian sendi-sendi kerana keagungan penurunannya."

Hadhrat 'Aishah Radhiyallahu 'Anha bahawa beliau telah berkata,
"Ketika turun "Bismillahir-Rahmanir-Rahim", telah bertasbihlah gunung-ganang sehingga ahli penduduk Makkah dan orang-orang di sekitarnya telah turut mendengarnya. Lalu mereka telah berkata,
"Rupanya Muhammad yang telah menyihir gunung-ganang itu."
Kemudian Allah telah menghantarkan awan sehingga bayang-bayangnya telah meneduhkan ahli penduduk Makkah. Kemudian, Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﻣﻮﻗﻨﺎ ﺳﺒﺤﺖ ﻣﻌﻪ ﺍﺒﺎﻝ ﺃﻻ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺴﻤﻊ ﻣﻨﻬﺎ

"Barangsiapa membaca "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" dengan yaqin, akan bertasbihlah berserta dengannya segala gunung-ganang, cuma dia saja yang tidak dapat mendengar Tasbih darinya."

Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لما نزل " بسم الله الرحمن الرحيم " هرب الغيم إلى المشرق وسكنت الرياح وهاج البحر وأصغت البهائم بآذانها ورجمت الشياطين من السماء وحلف الله تعالى بعزته وجلاله أن لا يسمى اسمه على شيء إلا بارك فيه .

"Ketika turun "Bismillahir-Rahmanir-Rahim", segala awan telah lari bergegasan ke arah Timur dan telah terhentilah segala angin dan lautan telah menjadi berkocak bergelora dan sekelian haiwan berkaki empat memperdengarkan antara sesama mereka dengan khabar seruan tersebut dan sekelian Syaitan telah direjam dengan rejaman dari langit dan Allah Ta'ala telah bersumpah dengan KemuliaanNya dan KeagunganNya bahawa tiada seorang pun yang menyebutkan NamaNya ke atas sesuatu melainkan dia mendapat keberkatan padanya."

Sebuah Hadits dari Hadhrat 'Asim bahawa beliau telah berkata,
"Daku telah mendengar Abu Tamimah Radhiyallahu 'Anhu sedang berbicara tentang ketika mana beliau menunggangi seekor keldai bersama Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam seraya berkata bahawa beliau telah jatuh tersadung bersama dengan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam dari keldainya, lalu daku berkata, "Telah binasalah Syaitan". Maka Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لا تقل تعس الشيطان فإنك إذا قلت تعس الشيطان تعاظم وقال بقوتي صرعته وإذا قلت بسم الله تصاغر حتى يصير مثل الذباب

"Janganlah kamu berkata, "Telah binasalah Syaitan", kerana sesungguhnya bagi dirimu apabila kamu berkata, "Telah binasalah Syaitan", dia menjadi sombong membesarkan diri dan dia berkata, "Demi kekuatanku, daku pasti mencari helah untuk menumbangkannya." Dan apabila kamu berkata "Bismillah", dia akan menjadi kecil sehinggakan berubah menjadi seperti lalat."
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لا تقل هكذا فإنه يتعاظم حتى يكون كالبيت ولكن قل بسم الله فإنه يصغر حتى يكون كالذبابة

"Janganlah berkata sedemikian kerana sesungguhnya perkataan tersebut akan menjadikannya sombong membesarkan diri sehingga keadaannya menjadi sebesar sebuah rumah, akan tetapi ucapkanlah "Bismillah", kerana sesungguhnya ucapan tersebut akan menjadikannya kecil sehingga keadaannya seperti seekor lalat."
HURUF AL-BASMALAH


Bilangan huruf yang dilafazkan bagi kalimah Al-Basmalah ini ada lapan belas manakala yang termaktub dalam bentuk penulisan adalah sembilan belas. Apabila dihuraikan kalimah-kalimah tersebut, ianya mengandungi dua puluh dua huruf. Lapan belas mengisyaratkan kepada Al-'Awalim (
العوالم) yakni sekelian alam yang diiktibarkan sebagai Lapan Belas Ribu 'Alam. Oleh kerana Al-Alfu (الألف) yang bermakna seribu adalah merupakan bilangan yang sempurna merangkumi atas baki martabat-martabat bilangan, maka bilangan seribu dianggap sebagai Ummu Al-Maratib (أمّ المراتب) yang mana tiada bilangan yang mengatasinya. Maka, Lapan Belas Ribu 'Alam tersebut diiktibarkan sebagai Ummahat Al-'Awalim (أمّهات العوالم) yang merangkumi 'Alam Jabarut, 'Alam Malakut, 'Arash, Kursi, Tujuh Petala Langit, Empat Anasir dan sekelian juzuk-juzuknya. Sembilan belas huruf adalah mengisyaratkan kepada 'Alam Insani. Meskipun ianya termasuk dalam 'Alam Haiwan, namun dengan mengambil iktibar pada kemuliaannya dan keterhimpunannya secara keseluruhan dan melingkungi segala kewujudan 'Alam yang lain, terdapat hal pekerjaan yang besar dan hujah baginya.

Hadhrat Imam Al-Waqi', Hadhrat Imam Ats-Tsa'labi, Hadhrat Imam Al-Qurtubi dan Hadhrat Ibnu 'Atiyyah Rahmatullah 'Alaihim telah meriwayatkan sebuah Hadits dari Hadhrat Al-A'mash Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkannya dari Hadhrat Abi Wail Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkannya dari Hadhrat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

من أراد أن ينجيه الله من الزبانية التسعة عشر فليقرأ " بسم الله الرحمن الرحيم " فيجعل الله له من كل حرف منها جنة من كل واحد

"Barangsiapa berkehendak agar Allah memeliharanya dari siksa Malaikat Zabaniyyah Penjaga Neraka yang sebanyak sembilan belas, maka hendaklah dia mengucapkan "Bismillahir-Rahmanir-Rahim", kerana Allah akan menjadikan baginya dari setiap huruf daripada pengucapannya sebagai perisai dari segala sesuatu."

Terdapat tiga huruf Alif (
) yang terhijab bagi menyempurnakan bilangan dua puluh dua huruf yang terhurai adalah mengisyaratkan kepada 'Alam Ilahi Al-Haqq (العالم الإلهيّ الحقّ) dengan diiktibarkan kepada Zat, Sifat dan Af'al. Maka, terdapat tiga 'alam secara Tafsil yang pada hakikatnya adalah merujuk kepada 'Alam Yang Maha Satu. Tiga huruf Alif () yang tertulis adalah mengisyaratkan bahawa penzahiran ketiga-tiga alam tersebut adalah pada Mazhar yakni tempat penzahiran yang agung iaitu Insan dan sebagai menghijabkan 'Alam Ilahi.
TUJUH AYAT AL-FATIHAH

Dalam Tafsir Jalalain ada dinyatakan bahawa Surah Al-Fatihah adalah Surah yang diturunkan di Makkah mengandungi tujuh ayat beserta Tasmiyah yang juga dikenali sebagai Al-Basmalah (
ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ). Seandainya Al-Basmalah (ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ) adalah dari kandungan Surah Al-Fatihah, maka ayat yang ketujuh adalah "Siratal-Ladzina" (ﺻﺮﺍﻁ ﺍﻟﺬﻳﻦ) hingga ke akhirnya, dan jika Basmalah bukan daripada Surah Al-Fatihah, maka ayat yang ketujuh adalah "Ghairil-Maghdhubi" (ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﻐﻀﻮﺏ) sehingga ke akhirnya.

Telah timbul Ikhtilaf perselisihan pendapat berkenaan kedudukan ayat Al-Basmalah (
ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ) atau At-Tasmiyah (التسمية) ini. Terdapat tiga Mazhab pendapat berkenaan perkara ini seperti yang telah dinukilkan oleh Hadhrat Imam Al-Baghawi Rahmatullah 'Alaih di dalam Tafsir beliau yang berjudul Mu'allim At-Tanzil seperti berikut:

1. Pendapat Mazhab yang pertama adalah Para Qurra iaitu orang-orang yang mahir berkenaan Al-Quran dari kalangan penduduk Madinah, Basrah dan Para Fuqaha iaitu orang-orang yang mahir dalam bidang ilmu Fiqah di Kufah. Mereka berpendapat bahawa ayat tersebut bukan daripada ayat pembukaan Al-Kitab Al-Quran dan bukan pula ayat pembukaan Surah-Surah yang lain. Pembukaan pembacaan Al-Quran dengan ayat tersebut adalah bagi menghasilkan maksud At-Tayammun (
للتيمن) dan At-Tabarruk (التبرك) yakni bertujuan memperolehi keuntungan dan keberkatan dengan Nama-Nama Allah Ta'ala.

2. Pendapat Mazhab yang kedua adalah dari kalangan Para Qurra di Makkah, Kufah dan kebanyakan Para Fuqaha di Hijaz dengan menganggap bahawa ayat tersebut adalah daripada Surah Al-Fatihah dan bukannya ayat daripada sekelian Surah kerana ianya dituliskan sebagai Fasal pembahagi untuk setiap Surah.

3. Pendapat Mazhab yang ketiga adalah pendapat Hadhrat Ats-Tsauri, Hadhrat Ibnu Al-Mubarak dan Hadhrat Imam Ash-Shafi'iy Rahmatullah 'Alaihim. Mereka berpendapat bahawa ayat tersebut adalah daripada Surah Al-Fatihah dan juga daripada setiap Surah kecuali Surah At-Taubah kerana ianya telah ditulis di dalam Mushaf dengan tulisan pada hampir setiap Surah di dalam Al-Quran.

Hadhrat Imam Al-Mawardi Rahmatullah 'Alaih telah menukilkan di dalam Tafsir An-Nukat Wa Al-'Uyun karangannya bahawa, telah menjadi Ijma' kesepakatan Para 'Ulama dan Mufassirin bahawa Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) adalah daripada isi kandungan Al-Quran di dalam Surah An-Naml.

Walaupun demikian, terdapat perselisihan pendapat pada mengitsbatkannya sebagai kandungan daripada Surah Al-Fatihah. Hadhrat Imam Ash-Shafi'iy Rahmatullah 'Alaih dan sebahagian Para 'Ulama telah mengitsbatkan Al-Basmalah (
ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ) sebagai ayat permulaan bagi setiap Surah kecuali Surah At-Taubah. Hadhrat Imam Abu Hanifah Rahmatullah 'Alaih telah menafikan pendapat tersebut dengan menganggap bahawa ianya bukan termasuk sebagai ayat permulaan bagi setiap Surah.

Telah bersepakat Para 'Ulama bahawa Surah Al-Fatihah adalah mengandungi tujuh ayat. Di sisi Hadhrat Imam Al-Baghawi Rahmatullah 'Alaih ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) adalah ayat yang pertama daripada Surah Al-Fatihah dan permulaan ayat yang terakhir adalah Siratal-Ladzina (صراط الذين). Bagi mereka yang tidak menggapkannya sebagai ayat daripada Surah Al-Fatihah telah menjadikan ayat yang pertama ialah Alhamdulillahi Rabbil-'Alamin (الحمد لله رب العالمين) dan permulaan ayat yang terakhir ialah Ghairil-Maghdhzubi 'Alaihim (غير المغضوب عليهم).

Antara hujjah mereka yang menjadikan Al-Basmalah sebagai suatu ayat daripada Surah Al-Fatihah dan juga sebagai suatu ayat bagi Surah-Surah yang lain adalah kerana telah dituliskan di dalam Mushaf Al-Quran dengan tulisan sepertimana yang tertulis di dalam Al-Quran. Di samping itu mereka mengemukakan sebuah riwayat dari Hadhrat 'Abdul Wahhab Bin Muhammad Al-Kisai Rahmatullah 'Alaih bahawasanya Hadhrat Abu Muhammad 'Abdul 'Aziz BinAhmad Al-Khilal telah menyatakan bahawa Hadhrat Abu Al-'abbas Muhammad Bin Ya'aqub Al-Asam Rahmatullah 'Alaih telah menyatakan bahawasanya Hadhrat Ar-Rabi' Bin Sulaiman telah menyatakan bahawa Hadhrat Imam Ash-Shafi'iy telah menyatakan bahawa Hadhrat 'Abdul Majid telah meriwayatkan daripada Hadhrat Ibnu Juraij Rahmatullah 'Alaih bahawa beliau telah berkata bahawa bapanya iaitu Hadhrat Juraij Rahmatullah 'Alaih telah mengkhabarkan daripada Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu telah membacakan Firman Allah dari Surah Al-Hijr ayat 87,

Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Quran yang agung. [Al-Hijr: 87]

Seterusnya, Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu berkata bahawa Surah Al-Fatihah adalah Ummu Al-Quran (
أم القرآن). Kemudian, Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu telah membacakan Surah tersebut sehingga tamat kepada Hadhrat Juraij Rahmatullah 'Alaih lalu berkata bahawa,
"Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) adalah ayat yang ketujuh".

Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu seterusnya telah berkata,
"Hadhrat Ibnu 'Abbas telah membacakannya kepadaku sepertimana daku telah membacakannya kepada kamu, kemudian beliau telah berkata,

بسم الله الرحمن الرحيم الآية السابعة فذخرها لكم فما أخرجها لأحد قبلكم.

"Bismillahir-Rahmanir-Rahim adalah ayat yang ketujuh, maka ianya telah disimpan untuk kamu dan tiada pernah ianya dikeluarkan untuk sesiapa pun sebelum kamu."

Bagi mereka yang tidak menganggapkan Al-Basmalah sebagai satu ayat daripada Surah Al-Fatihah telah berhujjah dengan sebuah riwayat yang telah dikhabarkan oleh Hadhrat Abu Al-Hasan Muhammad Bin Muhammad Ash-Shirazi Rahmatullah 'Alaih telah mengkhabarkan bahawa Hadhrat Zahir Bin Ahmad Rahmatullah 'Alaih telah mengkhabarkan bahawa Hadhrat Abu 'Isa Ishaq Al-Hashimi Rahmatullah 'Alaih telah mengkhabarkan daripada Hadhrat Abu Mus'ab Rahmatullah 'Alaih daripada Hadhrat Malik Rahmatullah 'Alaih daripada Hadhrat Hamid At-Tawil Rahmatullah 'Alaih daripada Hadhrat Anas Bin Malik Radhiyallahu 'Anhu bahawa beliau telah berkata,
"Daku telah pernah berdiri Solat di belakang Hadhrat Abu Bakar As-Siddiq dan Hadhrat 'Umar Bin Al-Khattab dan Hadhrat 'Utsman Bin 'Affan Radhiyallahu 'Anhum dan sesungguhnya kesemua mereka tiadalah membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) ketika sudah memulakan Solat."

Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu telah meriwayatkan daripada Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam tidak dapat mengenali tanda-tanda yang membezakan sesebuah Surah sehinggalah telah diturunkan ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم).

Hadhrat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu telah berkata,

كنا لا نعلم فصل ما بين السورتين حتى ينزل بسم الله الرحمن الرحيم.

"Sesungguhnya kami tidak mengetahui Fasal yang menjadi pembahagi di antara dua buah Surah sehinggalah turun ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم)."

Hadhrat Imam Ash-Shu'bi Rahmatullah 'Alaih telah berkata bahawa, adalah menjadi kebiasaan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam menulis pada permulaan setiap urusan atas adat resam bangsa Quraish iaitu dengan menuliskan Bismika Allahumma (
باسمك اللهم) sehinggalah ayat 41 daripada Surah Hud diturunkan,

Dan Nabi Nuh 'Alaihissalam berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut Nama Allah di waktu berlayar dan ketika berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Maka, Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengubah permulaan penulisannya dengan kalimah Bismillah (باسم الله) sehinggalah ayat daripada Surah Al-Isra ayat 110 telah diturunkan,

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan Nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asma Al-Husna iaitu Nama-Nama yang terbaik dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam Solatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya itu".

Maka, Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengubah permulaan penulisannya dengan kalimah Bismillahir-Rahman (بسم الله الرحمن) sehinggalah turun ayat 30 daripada Surah An-Naml,

Sesungguhnya surat itu dari Hadhrat Nabi SuIaiman 'Alaihissalam dan sesungguhnya isi kandungannya ialah: "Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Yang Maha Penyayang."

Maka Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah menurutinya dalam memulakan penulisan dengan kalimah Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ).

FASAL KETUJUH:FUTUHAT AN-NAJHAH: BISMILLAHIR-RAHMANIR-RAHIM (بسم الله الرحمن الرحيم)

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

FASAL KETUJUH:FUTUHAT AN-NAJHAH: BISMILLAHIR-RAHMANIR-RAHIM (بسم الله الرحمن الرحيم)

BISMILLAHIR-RAHMANIR-RAHIM (بسم الله الرحمن الرحيم)

Hadhrat Imam Ibnu Mardawaih Rahmatullah 'Alaih telah meriwayatkan sebuah Hadits dari Hadhrat Yazid Bin Khalid Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Sulaiman Bin Buraidah Rahmatullah 'Alaih dan menurut satu riwayat yang lain beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat 'Abdul Karim Abi Umayyah Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Abi Buraidah Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari bapanya bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

أنزلت علي آية لم تنزل على نبي غير سليمان بن داود وغيري وهي " بسم الله الرحمن الرحيم "

"Telah diturunkan ke atasku suatu Ayat yang tidak pernah sama sekali diturunkan ke atas seorang Nabi pun selain Hadhrat Nabi Sulaiman Bin Hadhrat Nabi Daud 'Alaihimassalam dan selainku, dan ianya adalah "Bismillahir-Rahmanir-Rahim"."

Hadhrat Imam Daruqutni Rahmatullah 'Alaih telah meriwayatkan sebuah Hadits dari Hadhrat Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﻛﺎﻥ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀ ﻧﻲ ﺑﺎﻟﻮﺣﻲ ﺃﻭﻝ ﻣﺎ ﻳﻠﻘﻰ ﻋﻠﻲ ﺑﺴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ

"Adalah Hadhrat Jibril 'Alaihissalam apabila datang kepadaku dengan membawa Wahyu, pertama-tama apa yang beliau mentalqinkan ke atasku adalah "Bismillahir-Rahmanir-Rahim"."

Hadhrat Imam Al-Bukhari Rahmatullah 'Alaih telah meriwayatkan sebuah Hadits bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﻧﺰﻟﺖ ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﻓﺮﺡ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻤٰﻮﺍﺕ ﻣﻦ ﻶﺋﻜﺔ ﻭﺍﻫﺘﺰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻟﻨﺰﻭ ﻭﻧﺰﻝ ﻣﻌﻬﺎ ﺃﻟﻒ ﻣﻠﻚ ﻭﺯﺍﺩﺕ ﻶﺋﻜﺔ ﺎﻧﺎ ﻭﺧﺮﺟﺖ ﺎﻥ ﻋﻠﻰٰ ﻭﺟﻮﻫﻬﻢ ﺮﻛﺖ ﺍﻷﻓﻼﻙ ﻭﺫﻟﺖ ﻟﻌﻈﻤﺘﻬﺎ ﺍﻷﻣﻼﻙ

"Ketika turun "Bismillahir-Rahmanir-Rahim", telah bergembira Ahli Langit dari kalangan Para Malaikat dan telah bergoncanglah 'Arash kerana penurunannya, dan telah turun berserta denganya seribu Malaikat dan telah bertambahlah keadaan Iman sekelian Para Malaikat, dan telah keluarlah sekelian Jin menundukkan muka mereka dan telah bergetarlah sekelian Falak dan bergementarlah sekelian sendi-sendi kerana keagungan penurunannya."

Hadhrat Imam Abu Na'im dan Hadhrat Imam Ibnu As-Sunni Rahmatullah 'Alaihima telah mengeluarkan sebuah Hadits dari Hadhrat 'Aishah Radhiyallahu 'Anha bahawa beliau telah berkata,
"Ketika turun "Bismillahir-Rahmanir-Rahim", telah bertasbihlah gunung-ganang sehingga ahli penduduk Makkah dan orang-orang di sekitarnya telah turut mendengarnya. Lalu mereka telah berkata, "Rupanya Muhammad yang telah menyihir gunung-ganang itu." Kemudian Allah telah menghantarkan awan sehingga bayang-bayangnya telah meneduhkan ahli penduduk Makkah. Kemudian, Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﻣﻮﻗﻨﺎ ﺳﺒﺤﺖ ﻣﻌﻪ ﺒﺎﻝ ﺃﻻ ﺃﻧﻪ ﻳﺴﻤﻊ ﻣﻨﻬﺎ

"Barangsiapa membaca "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" dengan yaqin, akan bertasbihlah berserta dengannya segala gunung-ganang, cuma dia saja yang tidak dapat mendengar Tasbih darinya."

Hadhrat Imam Ibnu Katsir Rahmatullah 'Alaih telah meriwayatkan sebuah Hadits dengan Isnadnya dari Hadhrat 'Abdul Karim Al-Kabir Bin Al-Ma'afi Bin 'Imran Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkannya dari bapanya iaitu Hadhrat Al-Ma'afi Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkannya dari Hadhrat 'Umar Bin Dzarr Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkannya dari Hadhrat 'Ata Bin Abi Rabah Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkannya dari Hadhrat Jabir Bin 'Abdullah Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لما نزل " بسم الله الرحمن الرحيم " هرب الغيم إلى المشرق وسكنت الرياح وهاج البحر وأصغت البهائم بآذانها ورجمت الشياطين من السماء وحلف الله تعالى بعزته وجلاله أن لا يسمى اسمه على شيء إلا بارك فيه .

"Ketika turun "Bismillahir-Rahmanir-Rahim", segala awan telah lari bergegasan ke arah Timur dan telah terhentilah segala angin dan lautan telah menjadi berkocak bergelora dan sekelian haiwan berkaki empat memperdengarkan antara sesama mereka dengan khabar seruan tersebut dan sekelian Syaitan telah direjam dengan rejaman dari langit dan Allah Ta'ala telah bersumpah dengan KemuliaanNya dan KeagunganNya bahawa tiada seorang pun yang menyebutkan NamaNya ke atas sesuatu melainkan dia mendapat keberkatan padanya."
Hadhrat Imam Ahmad Bin Hanbal Rahmatullah 'Alaih telah menukilkan di dalam kitab Musnad karangannya bahawa Hadhrat Muhammad Bin Ja'afar Rahmatullah 'Alaih telah berkata kepadanya, bahawa Hadhrat Shu'bah Rahmatullah 'Alaih telah berkata kepadanya berkenaan sebuah Hadits dari Hadhrat 'Asim bahawa beliau telah berkata,
"Daku telah mendengar Abu Tamimah Radhiyallahu 'Anhu sedang berbicara tentang ketika mana beliau menunggangi seekor keldai bersama Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam seraya berkata bahawa beliau telah jatuh tersadung bersama dengan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam dari keldainya, lalu daku berkata, "Telah binasalah Syaitan."

Maka Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لا تقل تعس الشيطان فإنك إذا قلت تعس الشيطان تعاظم وقال بقوتي صرعته وإذا قلت بسم الله تصاغر حتى يصير مثل الذباب

"Janganlah kamu berkata, "Telah binasalah Syaitan", kerana sesungguhnya bagi dirimu apabila kamu berkata, "Telah binasalah Syaitan", dia menjadi sombong membesarkan diri dan dia berkata, "Demi kekuatanku, daku pasti mencari helah untuk menumbangkannya." Dan apabila kamu berkata "Bismillah", dia akan menjadi kecil sehinggakan berubah menjadi seperti lalat."

Demikian telah dinyatakan dalam riwayat Hadhrat Imam Ahmad Rahmatullah 'Alaih dan turut dinukilkan oleh Hadhrat Imam An-Nasai Rahmatullah 'Alaih. Dalam sebuah Hadits lain yang telah dinukilkan oleh Hadhrat Imam Ibnu Mardawaih Rahmatullah 'Alaih bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

لا تقل هكذا فإنه يتعاظم حتى يكون كالبيت ولكن قل بسم الله فإنه يصغر حتى يكون كالذبابة

"Janganlah berkata sedemikian kerana sesungguhnya perkataan tersebut akan menjadikannya sombong membesarkan diri sehingga keadaannya menjadi sebesar sebuah rumah, akan tetapi ucapkanlah "Bismillah", kerana sesungguhnya ucapan tersebut akan menjadikannya kecil sehingga keadaannya seperti seekor lalat."

Hadhrat Ibnu Jarir dan Hadhrat Ibnu Abi Hatim Rahmatullah 'Alaihima telah meriwayatkan sebuah Hadits dari Hadhrat Bashar Bin 'Imarah Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Abu Rauq Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Dhzahhak Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu berkata bahawa,
"Sesungguhnya awal-awal apa yang telah turun dengannya oleh Hadhrat Jibrail 'Alaihissalam ke atas Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam adalah dengan firman,

يا محمد قل أستعيذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم

"Wahai Muhammad, ucapkanlah: Daku meminta perlindungan dengan Allah Yang Maha Mendengar Yang Maha Mengetahui dari Syaitan yang direjam".

Kemudian Hadhrat Jibrail 'Alaihissalam berfirman,

قل بسم الله الرحمن الرحيم

"Ucapkanlah Bismillahir-Rahmanir-Rahim yakni: Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Yang Maha Pengasih."

Seterusnya Hadhrat Jibrail 'Alaihissalam berfirman kepada Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam,

باسم الله يا محمد يقول اقرأ بذكر الله ربك وقم واقعد بذكر الله تعالى

"Dengan Nama Allah, Wahai Muhammad, Dia berfirman: "Bacalah dengan berzikir mengingati Allah Tuhan Pemeliharamu dan bangunlah serta duduklah dengan berzikir mengingati Allah Ta'ala."

Agama Islam telah mengajarkan kita supaya bertingkah-laku dengan amalan yang baik dan antara tingkah-laku kebaikan yang diajarkan adalah memulakan segala tindakan amal perbuata kita dengan menyebutkan Nama Allah terlebih dahulu. Maksud yang tersembunyi di sebaliknya adalah di luar jangkauan fikiran dan berlipat-ganda.

Seseorang yang menyebut Basmalah ketika memulakan pekerjaannya adalah sedang membawa ingatan terhadap Allah kepada fikiran sebelum melakukan sesuatu tindakan. Ia juga dapat menghindarkan seseorang dari melakukan perkara-perkara kejahatan.

Seseorang yang menyebutkan Basmalah akan mendapat bantuan sokongan Allah dalam sesuatu tindakannya. Ia juga akan mengingatkan seseorang kepada maksud, sumber yang menyempurnakan segala keperluan, punca keberkatan bagi sesuatu perbuatan dan tempat tujuan yang terakhir.

Ssegala sesuatu itu sumbernya adalah dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Allah Ta'ala telah berfirman dalam Surah Al-Hijr ayat 21:

"Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu."

Menerusi sebutan ayat Basmalah mengandungi khazanah yang agung daripada Khazanah Al-Quran, bahawa tiada suatu apa pun yang dapat diperolehi melainkan ianya adalah daripada Yang Maha Esa yang Maha Memiliki segala khazanah perbendaharaanNya, Dia Yang Maha Tunggal yang dalam genggaman TanganNya tersimpan kunci-kunci bagi segala khazanahNya. Mencari sesuatu khazanah dari seseorang yang lain adalah seperti mencari sesuatu daripada seseorang yang tidak memilikinya atau memiliki sebarang keupayaan ke atas mereka.
Dan Allah Ta'ala telah berfirman dalam Surah An-Najm pada ayat 42:

"Dan bahawa sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahan segala sesuatu."

Allah memiliki segala khazanah yang kekal, bahawa setiap maksud bagi sesuatu perkara atau sesuatu pekerjaan dikehendaki yang tidak dilakukan untuk mencari keridhaanNya dan adalah tidak berhubungan terhadapNya dalam apa jua bentuk dan keadaan, maka ianya adalah bersifat sementara dan lama-kelamaan akan beransur lenyap kerana maksud terakhirnya bukanlah untuk bersama dengan HadhratNya. Maksud yang terakhir hanya ada pada Zat Yang Maha Esa yang mana segala perkara menemui kesimpulannya dan yang membuat keputusan terhadap makhlukNya dengan kehendak IradahNya, Hikmahya dan 'Ilmu PengetahuanNya. Maka Dia adalah sumber punca segala perkara yang diingini. Setiap sesuatu yang dicintai, jika ianya tidak dicintai demi mencari keridhaan Allah, maka cinta tersebut menjadi sia-sia bahkan ianya akan menjadi suatu tekaan dan azab kesengsaraan. Setiap tindakan yang tidak dilakukan bagi mencari keridhaanNya adalah terbuang dan terluka. Setiap hati yang tidak mencapai Diriya adalah terhalang dan terlindung dari mencapai kejayaan dan kebahagiaan dari sisiNya. Tiada suatu apa pun yang dapat mengatasi Allah dalam perkara yang perlu dituntut dan tiada yang dapat menemui jalan penyelesaian menerusi segala yang selainNya.
MAKSUD AL-BASMALAH

Maksud pembacaan Al-Basmalah ialah bahawa, "Daku memulakan pembacaan Surah Al-Fatihah ini dengan menyebut Nama Allah yang penuh keberkatan." Setiap pekerjaan yang baik hendaklah dimulakan dengan menyebut Nama Allah. Ketika hendak makan dan minum, memakai dan menanggalkan pakaian, keluar dan masuk rumah, menaiki kenderaan, menyembelih haiwan dan sebarang pekerjaan yang baik lebih-lebih lagi ketika memulakan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran hendaklah dimulakan dengan menyebut Nama Allah. Allah adalah Nama Zat Yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak bergantung pada makhlukNya, tetapi makhluk yang bergantung kepadaNya.

Di dalam kitab Tafsir Al-'Azhim karangan Hadhrat Imam Ibnu Katsir Rahmatullah 'Alaih ada menukilkan bahawa Hadhrat Imam Abu Muhammad 'Abdur Rahman Bin Abi Hatim Rahmatullah 'Alaih di dalam Tafsirnya telah menyatakan bahawa beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Ja'afar Bin Musafir Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Zaid Bin Al-Mubarak As-San'ani Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Salam Bin Wahab Al-Jundi Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari bapanya Hadhrat Wahab Al-Jundi Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Tawus Rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkan dari Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat 'Utsman Bin 'Affan Radhiyallahu 'Anhu telah bertanya kepada Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu Ta'ala 'Alaihi Wasallam berkenaan "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" (
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ)? Maka Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

هو اسم من أسماء الله وما بينه وبين اسم الله الأكبر إلا كما بين سواد العينين وبياضهما من القرب

"Ia adalah nama dari Nama-Nama Allah dan tiadalah di antaranya dan antara Nama Allah Yang Maha Besar melainkan kedekatan jaraknya adalah seumpama antara mata hitam dan putih pada kedua belah mata."

Hadits ini telah diriwayatkan juga oleh Hadhrat Abu Bakar Bin Mardawaih Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat Sulaiman Bin Ahmad Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat 'Ali Bin Al-Mubarak Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat Zaid Bin Al-Mubarak Rahmatullah 'Alaih. Hadits ini juga telah dikeluarkan oleh Hadhrat Imam Al-Hakim, Hadhrat Imam Al-Baihaqi, Hadhrat Imam Abu Dzar Al-Harwi dan Hadhrat Imam Al-Khatib Al-Baghdadi Rahimahumullah dengan riwayat dari Hadhrat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu.

Hadhrat Imam Ibnu Abi Ad-Dunya dan Hadhrat Imam Ibnu Syaibah Rahmatullah 'Alaihima telah mengeluarkan sebuah Hadits dari Hadhrat Ash-Shu'bi Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻷﻋﻈﻢ ﻫﻮ ﺍﷲ

"Dengan Nama Allah Yang Maha Teragung adalah Allah".

Hadhrat Imam Al-Bukhari Rahmatullah 'Alaih telah mengeluarkan sebuah Hadits dari Hadhrat Jabir Radhiyallahu 'Anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

ﺇﺳﻢ ﺍﻷﻋﻈﻢ ﻫﻮ ﺍﷲ ﺍﻻ ﺗﺮٰﻯ ﺃﻧﻪ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻳﺒﺪﺃ ﺑﻪ ﻗﺒﻞ ﻛﻞ ﺇﺳﻢ

"Isim Allah Al-A'zham yakni Nama Allah Yang Paling Teragung adalah Allah. Apakah kamu tidak melihat bahawasanya pada setiap pembacaan Al-Quran dimulai dengan "Bismillah" sebelum menyebut sekelian nama."

Hadhrat Imam As-Sullami Rahmatullah 'Alaih seorang Mufassir yang telah mengarang kitab Tafsir berjudul Haqaiq At-Tafsir ada menukilkan dari Hadhrat Abu Al-Qasim Al-Hakim Rahmatullah 'Alaih telah menyatakan bahawa ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) adalah mengisyaratkan kepada kasih-sayang Allah pada segala permulaan.

Menurut pengarang Tafsir Ruh Al-Bayan, Hadhrat Isma'il Haqqi Rahmatullah 'Alaih tentang perkara yang sahih lagi diterima di sisi 'Ulama Mutaakhirin Mazhab Hanafiyah bahawa Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) adalah suatu ayat yang berasingan dan bukan sebahagian juzuk daripada Surah Al-Fatihah. Ianya telah diturunkan sebagai pembahagi bagi setiap Surah. Ianya juga diturunkan sebagai suatu sumber keberkatan dalam memulakan sesuatu pekerjaan seperti dengan menyebutnya pada setiap urusan yang penting.

Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) adalah Kunci Al-Quran dan merupakan kalimah pertama yang telah dituliskan oleh Qalam pada Lauh Mahfuz dan merupakan kalimah pertama yang telah diturunkan kapada Hadhrat Baginda Nabi Adam 'Alaihissalam. Ketika hendak memulakan pembacaan Al-Quran, Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم) hendaklah dibaca sesudah mengucapkan Al-Isti'azah iaitu kalimah memohon perlindungan Allah dari kejahatan Syaitan yang direjam.

Hikmah dikemudiankan Bismillahir-Rahmanir-Rahim (
بسم الله الرحمن الرحيم) sesudah Al-Isti'azah adalah sebagai mendahulukan pengosongan Takhalliyyah terhadap segala perkara mengatasi pengisian Tahalliyyah dan terhadap permohonan kepada segala sesuatu yang selain Allah dalam menghadap dan memberikan Tawajjuh kepada HadhratNya.

Orang-orang kafir dalam masyarakat Jahiliyah pada kelazimannya memulakan pekerjaan mahupun ucapan mereka dengan nama tuhan-tuhan mereka dengan mengucapkan, "Dengan Nama Al-Lata dan Al-'Uzza". Maka bagi sekelian Ahli Tauhid wajiblah memaksudkan pengertian makna yang khusus berkaitan Nama Allah dalam pengucapan mereka ketika memulakan sesuatu pekerjaan, iaitu dengan mendahulukan pengucapannya kemudian diikuti dengan amal perbuatan.

FASAL KEENAM:FUTUHAT AN-NAJHAH: AR-RAHMAN AR-RAHIM (ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ)

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

FASAL KEENAM:FUTUHAT AN-NAJHAH: AR-RAHMAN AR-RAHIM (ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ)


AR-RAHMAN AR-RAHIM (ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ)

Kalimah "Ar-Rahman" (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) bererti Yang Maha Pemurah dan merupakan salah satu Nama Allah yang memberikan pengertian bahawa Allah Ta'ala melimpahkan kurniaanNya kepada sekelian makhluk ciptaanNya. "Ar-Rahim" (ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) bererti Yang Maha Penyayang dan memberi pengertian bahawa Allah sentiasa bersifat Rahmah (ﺭﺣﻤﺔ) yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan RahmatNya kepada sekelian makhluk yang dikasihiNya.

Hadhrat Sayyidina 'Ali Bin Abi Talib Radhiyallahu 'Anhu telah berkata,
"Ar-Rahman Ar-Rahim (ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) adalah dua buah Nama Allah yang halus pengertiannya, satu daripadanya adalah lebih halus dari yang berikutnya. Menerusi kedua-dua buah Nama ini Allah Ta'ala telah menafikan sifat putus asa dari hamba-hambaNya yang beriman."

Daripada Hadhrat Ja'afar Bin Muhammad Radhiyallahu 'Anhu dinyatakan sebagai telah berkata berkenaan Ar-Rahman Ar-Rahim (الرَّحْمٰنِ الرَّحِيـمِ) bahawa, ianya adalah apa yang berlaku ke atas Para Muridin yakni orang yang berkehendak dan Para Muradin yakni orang yang dikehendaki. Maka, Nama Ar-Rahman (الرَّحْمٰنِ) adalah bagi Para Muradin agar mereka tenggelam dalam cahaya-cahaya sekelian Haqiqat dan Nama Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) pula adalah bagi Para Muridin agar mereka terus kekal dengan diri mereka dan kesibukan mereka secara zahir.

Hadhrat Imam Sahal At-Tustari Rahmatullah 'Alaih telah berkata,
"Dan Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) adalah Nama yang padanya terkandung khasiat dari huruf yang tersembunyi di antara huruf Alif (ﺍ) dan juga huruf Lam (ﻝ). Dan Ar-Rahim (ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) adalah Yang Melanjutkan ke atas hamba-hambaNya dengan kurniaan rezeki pada sekelian cabangan dan permulaan pada asalnya adalah Rahmat kerana telah mendahului IlmuNya sedia ada."

Menurut Hadhrat Ibnu 'Arabi Rahmatullah 'Alaih, Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) adalah Yang Maha Melimpahkan Kekurniaan terhadap sekelian kewujudan dan Yang Maha Sempurna atas segala sesuatu secara keseluruhan berdasarkan Hikmah kebijaksanaan yang telah ditentukanNya dan memiliki kemampuan untuk menentukan sebarang permulaan. Dan Ar-Rahim (ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ) adalah limpahan kekurniaan bagi kesempurnaan yang bersifat Maknawi yang dikhususkan bagi kalangan Insaniah menurut pencapaian mereka ke martabat yang tertinggi dalam kehidupan Akhirat.

Hadhrat Al-Firuz Abadi Rahmatullah 'Alaih menyatakan di dalam kitab Tafsirnya bahawa Ar-Rahman (ٱلرَّحْمـٰنِ) bermaksud Ar-Raqiq Min Ar-Riqqah (الرقيق من الرقة) yakni Yang Maha Lemah Lembut daripada KehalusanNya dan merupakan sifat Ar-Rahmah (الرحمة) yang bererti belas kasihan dari sisiNya manakala Ar-Rahim (ٱلرَّحِيمِ) pula bermaksud Ar-Rafiq (الرفيق) yang bererti teman, sahabat, rakan ataupun kawan.

Dengan Nama Ar-Rahman (الرحمن), terbitlah sekelian kemuliaan bagi orang-orang Mukminin seperti keimanan, ketaatan, kewalian, menjaukan diri dari perbuatan dosa, segala kekurniaan dan segala kenikmatan yang berterusan. Tiada seorang pun daripada kalangan makhluk yang berhak menggunakan Nama ini kerana makhluk adalah bersifat kelemahan dan kekurangan pada menganugerahkan sesuatu kepada seseorang secara berterusan dan berkekalan.

Sesungguhnya Rahmat kasih-sayang Allah terhadap Para Muridin yang benar-benar berkehendakkan RahmatNya, maka Allah akan mengasingkan mereka dari penumpuan yang selain dari Ar-Rahman (الرحمن) dan tatkala RahmatNya tersebar secara umum pada masa kini ke atas seseorang Wali dan para musuhNya dalam urusan penghidupan mereka dan sentiasa mengurniakan rezeki kepada mereka. Dan dikatakan bahawa pada Nama Ar-Rahman (الرحمن) mengandungi pengertian kemanisan pengurniaan dan Musyahadah penyaksian dalam Qurbah pendekatan dan sentiasa memelihara tanggung-jawab melaksanakan tugas khidmat.

Ada dari kalangan Mufassirin yang menyatakan bahawa sesungguhnya Para Muhibbin (المحبين) yang mencintai Allah sentiasa memperolehi nikmat dengan segala rahasia mereka dalam melakukan Riyadhah latihan menghayati pengertian makna Ar-Rahman (الرحمن). Maka terhasillah darinya segala buah-buahan kecintaan dan mereka meminum air Al-Qurbah (القربة) daripadanya. Mereka juga memperolehi nikmat daripada tebing sungai Al-Quds (القدس) dan mereka kembali daripadanya dengan penglihatan terhadap segala anugerah kekurniaan dan kenikmatan.

Bagi Para Khaifun (الخائفون) yakni mereka yang takut terhadap Allah, akan merasakan kelazatan di dalam hati mereka dalam menghayati pengertian makna Ar-Rahman (الرحمن) dan mereka akan berasa pertambahan kemanisan ketenangan dan kedamaian.

Bagi Para Taibun (التائبون) iaitu orang-orang yang sentiasa bertaubat kepada Allah akan berjalan dengan segala rahsia mereka dalam menghayati pengertian makna NamaNya Ar-Rahman (الرحمن) lalu mereka kembali daripada pengertian makna tersebut dengan penyucian rahsia dan kesucian hati.

Bagi Para 'Asun (العاصون) iaitu orang-orang yang melakukan dosa-dosa akan berjalan di atas medan penghayatan pengertian makna daripada NamaNya iaitu Ar-Rahman (الرحمن) lalu mereka kembali daripadanya dengan penyesalan dan Istighfar memohon keampunan.

Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) bermaksud kasih-sayang Allah terhadap Para AwliyaNya. Dengan Nama Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ), Dia telah mentakrifkan DiriNya terhadap mereka sehingga menerusi NamaNya mereka dapat mengenali sekelian Nama-NamaNya, Sifat-SifatNya, Keagungan KebesaranNya dan KeindahanNya, dan denganNyalah telah keluar segala Karamah bagi Para Abdal dan Para Siddiqin, dan denganNyalah telah mempersediakan rahsia-rahsia Maqamat bagi Para Asfiya dan para Muqarrabin, dan denganNyalah telah bertajalli cahaya-cahaya Ma'rifat bagi Para Atqiya dan Para 'Arifin, kerana Nama Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) mengkhabarkan tentang Pencipta makhluk dan kemuliaanNya mengatasi sekelian makhluk. Pada Nama Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) bermaksud kerehatan bagi Para Arwah orang-orang yang bertauhid dan pertambahan kegembiraan bagi Para 'Arifin dan sebagai Tarbiyah bagi Para 'Ulama.

Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) adalah sebagai kenderaan bagi Para Salikin untuk mereka bersiar ke arah khazanah keprihatinan 'InayahNya dan Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) adalah sebagai suatu tali kebenaran bagi orang-orang yang Majzub yang mana telah menarik mereka ke arah suatu loncatan untuk sampai kepadaNya. Dengan Nama Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ), Dia telah mengamankan Para HambaNya dari siksaanNya dan dengan Nama Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ), Dia telah mengurniakan kepada mereka ganjaran pahala.

Nama Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) adalah bermaksud sebagai Miftah Al-Mukasyafah (مفتاح المكاشفة) yakni anak kunci penyingkapan pandangan Mukasyafah manakala Nama Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) adalah sebagai Mirqat Al-Musyahadah (مرقاة المشاهدة) yakni anak tangga penyaksian Musyahadah. Menerusi Nama Ar-Rahman (الرَّحْمٰنِ), Dia telah membuka bagi Para HambaNya perkara yang ghaib dan menerusi Nama Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ), Dia telah mengurniakan keampunan dosa-dosa terhadap mereka.

Hadhrat Imam Al-Wasiti Rahmatullah 'Alaih telah diriwayatkan sebagai berkata bahawa Nama Ar-Rahman (الرحمن) mengisyaratkan bahawasanya tiada seseorang pun yang dapat mendekatkan diri kepadaNya melainkan dengan perlakuan Rahmaniyyat (رحمانيت) kasih-sayangNya. Dan Nama Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) mendekatkan kepadaNya menerusi ketaatan kerana ianya melibatkan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam sebagaimana firmanNya dalam Surah At-Taubah ayat 128.

Ada pandangan dari sebilangan Mufassirin yang mengatakan pengertian makna Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) dalam Al-Basmalah adalah bermaksud bahawa dengan Sifat Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) Allah Ta'ala, Dia telah menghubungkan kamu dengan Zat Allah (الله) dan Sifat Ar-Rahman (الرحمن). Limpahan Sifat Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) ini telah mengutuskan Hadhrat Baginda Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam kepada ummat manusia sebagaimana Firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 128,

Sungguh telah datang kepada kamu seorang Rasul daripada kalangan kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan ke atas kamu yang amat belas-kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin. [At-Taubah: 128]

Maknanya ketikamana seseorang sedang mengucapkan kalimah Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم), adalah bahawasanya dengan sifat kerahiman dan kasih-sayang Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah memperhubungkan diri seseorang dengan pengucapan Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم).

Ar-Rahim (الرحيم) adalah Dia yang sanggup menerima keadaan Para HambaNya meskipun dengan segala keaiban diri mereka tatkala mereka sedang berdiri menghadapNya dan Dialah yang sentiasa memelihara hamba-hambaNya dengan pemeliharaan yang sempurna dan segera meskipun mereka sedang berpaling dariNya kerana SifatNya Yang Maha Kaya daripada mereka meskipun mereka menghadapNya atau membelakangiNya.

Sesungguhnya pengertian makna Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) adalah apa yang terbit daripada Rahmat Kasih-Sayang Allah Ta'ala untuk penghidupan sekelian makhluk dan pemulihan tubuh badan mereka. Maka tiada terhalang untuk menamakan ZatNya dengan Sifat Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ).

Menurut Hadhrat Ibnu 'Ata Rahmatullah 'Alaih pada menerangkan makna Ar-Rahman (ﺍﻟﺮﺣﻤٰﻦ) telah berkata bahawa ianya bermaksud 'Aunuhu (ﻋﻮﻧﻪ) yakni BantuanNya dan Nusratuhu (ﻧﺼﺮﺗﻪ) yakni PertolonganNya. PadaNya terdapat kesucian bagi Para Pencinta yang mencintaiNya, kesukaan bagi Para Syaiqin yang Shauq kepadaNya, keamanan bagi Para Pendosa yang bertaubat dan tempat pengharapan bagi Para Khaifin yang Khauf serta takut kepadaNya.

Ar-Rahim (الرَّحِيـمِ) merupakan hembusan yang khas bagi Ahli Khas, sebagai sandaran bagi orang-orang yang memperolehi rahsia dan merupakan kegembiraan bagi Ahli Qurbah yang sentiasa mendekatkan diri dengan Allah. Nama Ar-Rahim (الرحيم) mengandungi pengertian Mawaddah (مودّة) dan Mahabbah (محبّة) yakni cinta dan kasih-sayang Allah Ta'ala.