Dalam penantian Sang Hamba menuju
kesempurnaan maka akan di mulai dengan Ilmu. Dalam Ilmu (pengetahuan)
tidak akan memberikan Manfa’at (sia-sia) jika tanpa di dasari Kesadaran
dalam Niat yang tulus.
“Sesungguhnya Manusia itu Mati kecuali
mereka2 yang berpengetahuan, dan mereka2 yang berpengetahuan banyak yang
tertidur kecuali mereka2 yang mengamalkan, dan mereka2 yang mengamalkan
banyak yang tertipu kecuali mereka2 yang Tulus Ikhlas.
Ketika Lautan Hikmah dari segala Ilmu
terselami maka terlihat lah……Mutiara2 Indah yang sangat berkilauan, dan
banyak di antara para Salik yang mengambil Mutiara2 itu, karena saking
Takjub dan terpananya melihat keindahan Mutiara2 tsb.
Ketika rasa Takjub itu datang merasuk
kedalam Qolb’ maka pada saat itu…..Nyanyian ke EGO an menyertai dan
mengakibatkan diri hanyut dan tenggelam dalam RASA/Zauq.
Ketahuilah……pada satu sisi, RASA/Zauq itu
adalah “Jalan/Thoriqoh” menuju Sang Sejati akan tetapi apabila terlena
dan hanyut dalam RASA/Zauq itu dan lupa akan “sang pemilik” RASA, maka
semakin banyak duri2 yang akan tumbuh pada diri.
Lihatlah…………kesekeliling, berapa banyak
yang Asyik Masyuk dalam RASA berenang dalam Nikmatnya RASA, lalu meRASA
kosong, lalu meraba dalam Kosong dan mengata tidak ada apa apa dan
menyatakan bahwa inilah SEJATI, inilah PUNCAK, inilah AKHIR dari
segalanya, inilah IA.
Maka ketika hal itu telah ternanam, maka
itulah Akar dari pada duri2 yang akan menyelimuti diri dan tanpa
sadar……, telah ber TUHAN kan kekosongan, ber TUHAN kan ke HAMPA an, ber
TUHAN kan ketiadaan.
Sesungguhnya……RASA/Zauq itu, masih di
dalam sifat Jamal-NYA, dan bukan itulah Akhir perjalanan, namun itu
barulah Awal perjalanan untuk Melangkah di “ARSY TUHAN” dan Akhirnya
“MENENGOK RAHASIA KALAM”.
Apakah Mutiara2 Indah yang sangat berkilauan itu…..????
Itulah…………ZIKIR/ZIKRULLAH.
Itulah…………ZIKIR/ZIKRULLAH.
Semakin banyak ber ZIKIR/ZIKRULLAH dengan
bermacam2 ZIKIR (mutiara2), maka semakin terhijab, jika……………masih
terpandang Ma Siwa Allah ( Sesuatu), masih terpandang akan diri : “Aku
ini berzikir”, Aku ini beramal”, Aku ini berThoriqoh”, “Aku ini ber
mursyid”, “Aku ini berma’rifat”, dll…dll…dll….maka akan timbul suatu
penekanan akan sesuatu. Jika penekanan “akan sesuatu” itu telah menjadi
pandangan Bathinnya maka Hijab telah menutupi Qolb’ dari NurNya yang
Nyata. Ia melihat akan Nur, tetapi yang terlihat bukanlah Nur yang
sesungguhnya melainkan hanyalah bayangan dari pada Nur. Maka bayangan
tetaplah bayangan, sampai kapanpun tetaplah bayangan dan bayangan bukan
lah yang punya bayang2.
Bulan Nyata terlihat, tetapi tiada di
ketahui…..karena yang di ketahui hanya kenyataan Bulan di atas Danau dan
Bathin lalai bahwa sesungguhnya yang ada di danau itu bukan Bulan,
melainkan hanya bayang2 dari sang bulan.
Maka……lihatlah Bulan yang terang dan
cahayanya sangat menyejukkan itu dan mendamaikan Qolb itu Sangat Nyata
dan Indah, bukan dimana2 tetapi ada di mana2.
Maka…….untuk masuk ke jalan itu…..,
Lepaskan tubuhmu……
Lepaskan hatimu……
Lepaskan jiwamu…..
Lepaskan ruhmu……
Lepaskan Akumu…..
Lepaskan hatimu……
Lepaskan jiwamu…..
Lepaskan ruhmu……
Lepaskan Akumu…..
Hingga engkau tak bertubuh jasad lagi, tidak berhati lagi, tidak berjiwa lagi, tidak ber Ruh lagi dan tidak ber Aku lagi.
Pandanglah yang memandang dan rasakan yang merasakan maka engkau tidak ada, maka engkau kosong, maka engkau hampa.
Bukan Al-Haq yang tidak ada, bukan Al-Haq
yang kosong itu, bukan Al-Haq yang hampa itu melainkan dirimulah yang
tiada, dirimulah yang kosong itu, dirimulah yang hampa dan sunyi itu.
Dan tidak boleh dua, tiga, empat atau
banyak yang mengisi kekosongan itu melainkan hanya SATU yang ber hak
untuk mengisi kekosongan itu yaitu “Al-Haq”.
Dirimu bukan lah dirimu karena dirimu
kosong dan Al-haq lah yang ada pada ke kosongan itu. Jika dirimu sudah
kosong karena memang kosong, jika dirimu sudah tidak ada karena memang
tidak ada. Maka yang manakah yang di sebut EGO….???, maka yang manakah
yang di sebut Nafsu….???, maka yang manakah yang di sebut Aku…???
Maka semuanya pun tidak ada/kosong karna
memang kosong/tidak ada.. maka jika ada bantah membantah, maka jika ada
sanggah menyanggah, maka jika ada hujat menghujat, selama itu engkau
masih belum kosong dari kedirianmu.Maka itulah Hijab/Tirai yang sangat
tipis bak sehelai rambut di belah tujuh.
Nyata ketiadaan itu menunjukkan Nyatannya yang ADA (Al-Haq).
maka matilah sebelum engkau mati……maka siapakah yang ada setelah kematianmu….????
Jika engkau sudah mati maka engkau sudah tidak ada, maka siapakah yang ada setelah kematianmu/ketiadaanmu…???
maka matilah sebelum engkau mati……maka siapakah yang ada setelah kematianmu….????
Jika engkau sudah mati maka engkau sudah tidak ada, maka siapakah yang ada setelah kematianmu/ketiadaanmu…???
Ana (Al-Haq) yang ada……. Jika hanya
Al-Haq yang ada, maka selain itu……..adalah Fatamorgana, bayangan, semu,
tidak ada dan nyatalah….Ana (Al-Haq) meliputi pada kekosongan dan
ketiadaan dirimu. Dan kekosongan diri/ketiadaan diri itulah
Singgasana/Kerajaan TUHAN dan di situlah Al-Haq bersemayam (Arsy’).
Bukan di tubuh, bukan pula di hati, bukan pula di jiwa dan juga bukan di
Ruh.
Maka “DIAM” = “MATI” = “KOSONG” = “TIDAK
ADA” = “Laa Hawla Wa Laa Quwwata…..” dan itulah diri yang bernama ,
Paijo, Paimin, Paiman, Poniran, Ponirin, Slamet, dll…dll….dll…….
“Dari kosong maka akan kembali kosong”
“Dari tidak ada maka akan kembali tidak ada”.
“Dari tidak ada maka akan kembali tidak ada”.
No comments:
Post a Comment