Sunday, May 25, 2025

Ragam Syafa'at

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله 

 Syafaat adalah pertolongan yang diberikan dari sesama manusia untuk menyelamatkan manusia dari kesusahan pada hari kiamat, di antaranya adalah menyelamatkan manusia dari neraka. Mereka tidak hanya selamat, tapi juga mampu menyelamatkan orang lain, terutama sanak kerabatnya dari orangorang yang dikenalnya. Syafaat bisa diberikan dengan syarat : Allah memberi ijin pada seseorang untuk menolong orang lain. Allah memberi ijin bagi yang ingin ditolong untuk bisa mendapatkan pertolongan. Yang ditolong haruslah dari kalangan orang-orang beriman, sekecil apa pun imannya. Adapun orang kafir, mereka tidak akan mendapatkan pertolongan sama sekali. Nah, siapa yang dapat memberi syafaat itu? Kriteria seperti apakah yang bakal mendapat keistimewaan dapat menolong orang lain dari siksa? Adakah kita termasuk salah satu dari mereka? 

Allah SWT 

Rasulullah SAW, bersabda : “Hingga akhirnya AI-Jabbar (Allah) berfirman ‘Yang tersisa tinggal syafa’at-Ku’. Selanjutnya Allah menggenggam dari neraka satu genggaman untuk mengeluarkan kaum-kaum yang benar-benar telah hangus. Mereka diletakkan di sungai bernama air kehidupan yang berada di mulut-mulut surga. Selanjutnya mereka tumbuh di dua pinggirannya bagaikan biji-bijian yang tumbuh di dalam bawaan banjir. Kalian pasti pernah menyaksikan hal tersebut di sisi batu besar di sisi sebuah pohon. Yang condong ke arah matahari menjadi hijau sementara yang condong ke arah teduh memutih. Akhirnya mereka keluar dari kawasan tersebut dalam keadaan indah mirip sekali mutiara. Ada cap-cap yang dicapkan di pundak-pundak mereka. Akhirnya mereka masuk surga.” (HR. Bu khari)[1] 

Rasulullah Muhammad SAW 

Syafaat Rasulullah adalah asy-syafa’ah aI-kubra, syafaat agung yang maslahatnya meliputi seluruh umat beliau. Syafaat lni khusus diberikan kepada Nabi Muhammad SAW Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-orang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan lsa AS. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk maqam mahmud (tempat yang terpuji) yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya : “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (AI-lsra’ [17] : 79) Hal ini sebagaimana dipaparkan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari. Di antara syafaat beliau adalah meninggikan derajat orang yang sudah masuk surga, memberikan syafaat bagi yang akan masuk surga agar segera masuk surga, syafaat bagi yang divonis masuk neraka agar tidak masuk neraka, dan syafaat bagi yang masuk neraka agar segera dientaskan darinya. 

Para Nabi dan Malaikat 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., Rasulullah SAW bersabda : “Lalu para malaikat dan para nabi serta syuhada diijinkan untuk memberi syafaat…”. (HR. Ahmad) Nabi Ibrahim AS Dari Hudzaifah r.a., Nabi SAW bersabda, “lbrahim berkata pada hari kiamat, ”Wahai Rabbku.” Dan Allah pun berfirman, “Ada apakah?” Ibrahim berkata, “Duhai Rabbku, aku telah membuat keturunanku terbakar.” Lalu Allah berfirman, “Keluarkan dari neraka sesiapa yang engkau dapati masih memiliki iman meski sebesar debu atau biji gandum.” (HR. Ibnu Hibban, Syu’aib AI-Arna’uth menyatakan sanadnya shahih) 

Ash-Shidiqiin 

Rasulullah SAW bersabda, Kemudian dikatakan, “Panggillah ash-shiddiqin, lalu mereka pun diberi ijin memberi syafaat…”. (HR. Bukhari) Keterangan : Imam Muqatil bin Hayyan berkata, “Ash-Shiddiqun adalah orang-orang yang beriman kepada para rasul dan tidak mendustakan mereka barang sedikit pun”. (Tafsir Al-Qurtubi, 17 : 283) Orang-orang Mati Syahid (Syuhada) Dari Miqdam bin Ma’di Karib, Rasulullah SAW bersabda : “Bagi orang yang mati syahid akan mendapatkan enam (pahala) di sisi Allah, yaitu diampuni (dosanya) sejak pertama kali darahnya mengalir, melihat tempat duduknya di surga, diselamatkan dari adzab kubur, aman dari goncangan hari kiamat, diletakkan di kepalanya mahkota dari mutiara yang lebih baik dari dunia dan seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dari hurun ‘in dan memberi syafaat kepada tujuh puluh kerabatnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad dengan sanad yang shahih) 

Orang-orang Mukmin 

Rasulullah SAW bersabda : “…Dan apabila mereka (orang-orang mukmin) melihat bahwa diri mereka telah selamat, mereka berkata tentang saudara-saudara mereka, Wahai Rabb kami, tolonglah saudara-saudara kami, mereka dulu shalat, puasa dan berbuat kebaikan bersama kami. ‘Lalu Allah berfirman, ‘Masuklah ke neraka, sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar dinar, maka keluarkanlah ia.’ Lalu Allah membuat mereka tidak dapat tersentuh api, dan mereka pun mendatangi saudara-saudara mereka di neraka. Sebagian mereka ada yang tubuhnya masuk ke neraka sampai kaki, ada juga yang sampai betis. Mereka pun mengeluarkan arang-orang yang mereka kenal, lalu keluar. Allah berfirman lagi, ‘Masuklah, sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar setengah dinar, maka keluarkanlah ia.’ Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal, lalu kembali. Allah kembali berfirman, ‘Masuklah, sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar debu, maka keluarkanlah Ia.‘ Dan mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim) Anak Kecil yang Meninggal Sebelum Baligh “Anak-anak kecil mereka (kaum muslimin) berada di jannah. Salah seorang dari mereka berjumpa dengan bapaknya atau kedua orang tuanya, lalu dia meraih ujung bajunya, atau beliau mengatakan, ‘Dengan tangannya sebagaimana aku memegang ujung bajumu ini, dia tidak akan berpisah dengan bapaknya sehingga Allah memasukkan dia dan bapaknya ke dalam surga’.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Syafaat Puasa 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a., sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda : “Puasa dan AI-Quran akan menolong seorang hamba pada hari kiamat. Puasa itu berkata; ‘Ya Rabbi, aku telah mencegahnya makan dan melampiaskan syahwat pada siang hari, maka izinkan saya menolongnya’. Dan Al-Quran berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah mencegahnya tidur pada malam hari, maka izinkan saya menolongnya.’ Lalu keduanya diizinkan untuk menolongnya.” (HR. Ahmad dengan sanad shahih, Shahihul Jami’) 

Membaca Al-Quran 

Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Bacalah AI-Quran karena AI-Quran akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya. Bacalah Az-Zahrawain (dua surat cahaya) yaitu surat Al-Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua naungan atau seperti dua kawanan burung yang membentangkan sayapnya, keduanya akan menjadi pembela bagi yang (rajin) membaca dua surat tersebut. Bacalah pula surat AI-Baqarah. Mengambil surat tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya adalah penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin melakukannya.” (HR. Muslim) 


Footnote: [1] Di dalam hadits seIengkapnya, syafaat dari Allah ini diberikan terakhir, setelah sebelumnya para nabi, orang mukmin dan lainnya memberi syafaat

Islah nya Langit Dan Bumi

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله 

 Islah nya Langit dan Bumi 

Allah SWT memisahkan langit dan bumi (dalam firman-Nya di atas) yang keduanya ketika itu masih berupa asap. Allah SWT berfirman: Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”, keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” (Fushshilat 11) Bumi dipisahkan dari langit yang keduanya bersatu padu dan merupakan asap (dalam firman-Nya di atas), yaitu asap bumi diasingkan (dijadikan tersendiri) tanpa keluar dari ruang asap langit, agar penciptaan bumi terpisah dengan penciptaan langit dan penciptaan makhluk-makhluk di langit. Asap (yang tanpa asap bumi) itu lalu dijadikan oleh Allah SWT sebagai langit dengan dibangunnya, diluaskannya, ditinggikannya dan disempurnakannya. Hal itu dijelaskan dalam firman-Nya ini: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Adz Dzaariyaat 47) 
Dan Allah telah meninggikan langit. (Ar Rahmaan 7) 
Allah telah membangunnya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. (An Naazi’aat 27-28) Allah SWT lalu membuat langit itu menjadi tujuh langit, yaitu tujuh lapis langit atau tujuh tingkatan langit, seperti dijelaskan firman-Nya ini: Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. (Al Baqarah 29) 
 Yang telah menciptakan tujuh langit yang berlapis-lapis. (Al Mulk 3) 
 Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? (Nuh 15) 
 Allah SWT menciptakan dan membangun langit dengan tanpa tiang hingga menjadi tujuh lapis langit yang kokoh, seimbang dan tanpa ada yang retak. Allah SWT berfirman: Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya. (Luqman 10) 
 Dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh. (An Naba’ 12) 
 Dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun. (Qaaf 6) 
 Yang telah menciptakan tujuh langit yang berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. (Al Mulk 3) 
Adapun jangka waktu Allah SWT menciptakan dan membangun langit tujuh lapis, yaitu sebagai berikut: Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. (Fushshilat 12) : 
“Apakah Allah SWT menciptakan langit dengan tujuh lapis itu dari asap?” 
Jawaban: “Allah SWT telah menjelaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di langit dan di bumi dengan ukuran dan perhitungan. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al Qamar 49) أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ 
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiyaa’ 30) 
 Pengarang kitab Durratun Nashihin bernama Utsman bin Hasan bin Ahmad asy-Syakir al-Khubawi ar-Rumi al-Hanafi rahimahullah, yang digelar oleh Syaikh Umar Ridha Kahhalah sebagai seorang wa`iz (penceramah / juru nasihat), mufassir dan muhaddits, hidup di akhir abad ke 12H di zaman Dinasti Utsmaniyyah. Kitab ini selesai beliau tulis sekitar tahun 1224H. Dalam penulisannya, beliau telah merujuk kepada sekurang - kurangnya 75 buah kitab dan menukil daripadanya. Di antara 75 buah kitab tersebut ada yang sudah sangat sulit untuk dijumpai kerana langka, maka dari satu sudut kita sepatutnya berterimakasih kepada si pengarang yang telah menyajikan kepada kita faedah dan mutiara yang terkandung dalam kitab - kitab yang langka tersebut. Selanjutnya, pada halaman 123, pengarang menukil kisah dialog di antara Langit dengan Bumi, sebagai berikut:-: ...Adapun (antara) sebab bagi mi'raj (Junjungan Nabi shallaAllahu `alaihi wa sallam) adalah Bumi bermegah - megah dengan Langit. Kata Bumi: "Aku lebih baik daripada engkau kerana Allah ta`ala telah menghiaskan aku dengan berbagai negeri, laut, sungai, pepohonan, gunung - ganang dan sebagainya." Langit menjawab: " Aku lebih baik daripada engkau kerana matahari, bulan, bintang - bintang, falak, buruj, arsy, kursy dan syurga ada padaku. " Bumi berkata lagi: " Ada padaku Ka`bah yang diziarahi dan bertawaf padanya para nabi dan rasul, para wali dan orang - orang mukmin amnya." Langit membalas: " Padaku ada Baitul Makmur tempat para malaikat langit bertawaf, padaku juga ada syurga kediaman arwah para nabi, para rasul, awliya dan shalihin." Bumi berkata lagi: " Sesungguhnya Penghulu Para Rasul, Penutup Para Nabi, Kekasih Tuhan Semesta Alam, Makhluk Terafdhal yang Allah wujudkan - atasnya tahiyyat (penghormatan) yang paling sempurna - mendiamiku dan syariatnya berjalan atasku." Mendengar perkataan Bumi ini, Langit tidak mampu untuk menjawabnya. Langit mendiamkan dirinya seraya bertawajjuh kepada Allah sambil berkata: "Ya Tuhanku, Engkaulah yang menjawab permohonan orang - orang yang tersepit dan aku lemah untuk memberikan jawapan atas perkataan Bumi. Maka aku memohon agar Engkau naikkan Muhammad kepadaku supaya aku mendapat kemuliaan dengan baginda sebagaimana mulianya Bumi dengan keindahan baginda dan bermegahnya Bumi dengan baginda." Maka Allah mengabulkan permintaan Langit (dengan memi'rajkan baginda shallaAllahu `alaihi wa sallam ke langit Tentunya itu menjadikan refleksi bagi lahir batin makhluk dan menjadi pertanyaan logis dan metafisik?? Apakah kita hanya melihat ke langit dengan kesombongan untuk diterima di sisi-Nya,.. Ataukah Kita melihat ke bumi sebagai asal dan kembali kita dengan kerendahan diri di hdapan-Nya??? coba tanyakan??!! .. Dengan ketenangan/tuma'ninah dan kesadaran Ilahi/khusyu' kalian dapat keduanya,... Be yours self and take a chance and change for more good kind for lifetime evenly small think for best you can do or nothing
See you Afterlife go on