أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Allah s.w.t. menempatkan Adam dan istrinya di dalam surga sebelum mereka berdua dikirim ke dunia ini. Di tempat yang indah itu, Allah s.w.t. menghalalkan kepada mereka berdua makanan-makanan kecuali buah dari satu pohon. Tipu daya Iblis menyebabkan mereka berdua memakannya lalu dimulailah kehidupan manusia di dunia ini.
Umum tersebar bahwa Hawa telah membujuk Adam memakan buah tersebut. Hal ini disebutkan oleh Ibn Hajar al-`Asqalani ketika menguraikan hadits berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه, عن النبي صلى الله عليه وسلم: ولولا حواء لم تخن أنثى زوجها.
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw: "Sekiranya tidak Hawa, perempuan tidak akan mengkhianati suaminya."
Kata Hafiz Ibnu Hajar: "Di dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa peristiwa yang terjadi karena Hawa memberi gambaran yang indah tentang pokok itu kepada Adam lalu terjadilah apa yang telah terjadi. Makna khianat Hawa adalah dia telah menerima bujukan Iblis lalu membujuk Adam pula. Karena Hawa ibu sekalian wanita dan paling mirip dengan Hawa dari segi melahirkan anak, maka hampir tidak seorang wanitapun yang selamat dari mendurhakai suaminya apakah dengan ucapan atau perbuatan. (Fath al-Bari, jil. 6 hal. 515)
Dalam menjelaskan maksud hadis ini, Hafiz ibn Hajar tidak merujuk kepada suatu riwayat hadis atau pendapat sahabat. Penjelasan beliau bukanlah sesuatu yang dapat dipikirkan dengan akal semata-semata. Dengan kata lain, penjelasan ini bukan didasarkan pada ijtihad tetapi pasti bersumber suatu riwayat. Tentu saja ia memiliki sumbernya sendiri. Bila ia tidak menunjukkan suatu riwayat hadis, tentu saja sumbernya adalah riwayat Israiliyyat. Kalau diasumsikan adanya riwayat maka riwayat itu tidak sahih karena bertentangan dengan fakta-fakta al-Quran.
Dengan merujuk kepada al-Quran segala kepalsuan dan kepalsuan riwayat tersebut akan rentan. Allah s.w.t. berfirman:
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Lalu setan menghasut mereka berdua (memakan buah pohon larangan) dengan tujuan untuk mengungkapkan aurat mereka yang selama ini dilindungi dari mereka, lalu ia berkata: Tuhan kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini melainkan supaya kamu tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi dari kalangan mereka yang hidup abadi. (Al-A `raf: 20)
Dalam ayat ini jelas bahwa setan yang menghasut Adam dan Hawa bukan setan menghasut Hawa kemudian Hawa menghasut Adam pula. Dalam surat Taha, ayat 120, penyangkalan bahwa Hawa tidak membujuk Adam lebih jelas lagi:
فوسوس إليه الشيطان قال يا آدم هل أدلك على شجرة الخلد وملك لا يبلى
Lalu setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata: Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon hidup kekal dan kerajaan yang tidak akan musnah? (Taha: 120)
Allah s.w.t. menempatkan Adam dan istrinya di dalam surga sebelum mereka berdua dikirim ke dunia ini. Di tempat yang indah itu, Allah s.w.t. menghalalkan kepada mereka berdua makanan-makanan kecuali buah dari satu pohon. Tipu daya Iblis menyebabkan mereka berdua memakannya lalu dimulailah kehidupan manusia di dunia ini.
Umum tersebar bahwa Hawa telah membujuk Adam memakan buah tersebut. Hal ini disebutkan oleh Ibn Hajar al-`Asqalani ketika menguraikan hadits berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه, عن النبي صلى الله عليه وسلم: ولولا حواء لم تخن أنثى زوجها.
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw: "Sekiranya tidak Hawa, perempuan tidak akan mengkhianati suaminya."
Kata Hafiz Ibnu Hajar: "Di dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa peristiwa yang terjadi karena Hawa memberi gambaran yang indah tentang pokok itu kepada Adam lalu terjadilah apa yang telah terjadi. Makna khianat Hawa adalah dia telah menerima bujukan Iblis lalu membujuk Adam pula. Karena Hawa ibu sekalian wanita dan paling mirip dengan Hawa dari segi melahirkan anak, maka hampir tidak seorang wanitapun yang selamat dari mendurhakai suaminya apakah dengan ucapan atau perbuatan. (Fath al-Bari, jil. 6 hal. 515)
Dalam menjelaskan maksud hadis ini, Hafiz ibn Hajar tidak merujuk kepada suatu riwayat hadis atau pendapat sahabat. Penjelasan beliau bukanlah sesuatu yang dapat dipikirkan dengan akal semata-semata. Dengan kata lain, penjelasan ini bukan didasarkan pada ijtihad tetapi pasti bersumber suatu riwayat. Tentu saja ia memiliki sumbernya sendiri. Bila ia tidak menunjukkan suatu riwayat hadis, tentu saja sumbernya adalah riwayat Israiliyyat. Kalau diasumsikan adanya riwayat maka riwayat itu tidak sahih karena bertentangan dengan fakta-fakta al-Quran.
Dengan merujuk kepada al-Quran segala kepalsuan dan kepalsuan riwayat tersebut akan rentan. Allah s.w.t. berfirman:
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Lalu setan menghasut mereka berdua (memakan buah pohon larangan) dengan tujuan untuk mengungkapkan aurat mereka yang selama ini dilindungi dari mereka, lalu ia berkata: Tuhan kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini melainkan supaya kamu tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi dari kalangan mereka yang hidup abadi. (Al-A `raf: 20)
Dalam ayat ini jelas bahwa setan yang menghasut Adam dan Hawa bukan setan menghasut Hawa kemudian Hawa menghasut Adam pula. Dalam surat Taha, ayat 120, penyangkalan bahwa Hawa tidak membujuk Adam lebih jelas lagi:
فوسوس إليه الشيطان قال يا آدم هل أدلك على شجرة الخلد وملك لا يبلى
Lalu setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata: Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon hidup kekal dan kerajaan yang tidak akan musnah? (Taha: 120)
No comments:
Post a Comment